Anda di halaman 1dari 3

Peran pemangku kepentingan

Pentingya peran pemangku kepentingan dalam pencegahan HIV melalui transmisi seksual sehingga dapat menciptakan
lingkungan yang kondusif yangmendukung perilaku hidup sehat, meningkatnya pemakaian kondom di lokasi dan menurunnya
kasus IMS. Pemangku kepentingan ini adalah pihak yang mempunyai kekuasaan atau berpengaruh di lokasi yaitu mucikari.
Peran pemangku kepentingan dalam pencegahan HIV ini dapat dilakukan dengan sosialisasi program PMTS, pemberian
informasidan layanan kesehatan dasar untuk WPS. Pada komponen inidiharapkan mucikari berperan aktif dalam menciptakan
lingkungan yang sehat dan kondusif sehingga dengan adanyaperan dari mucikari dapat menurunkan angka IMS. Kegiatan ini
dibantu oleh mitra pelaksana yaitu LSM dan anggota masyarakat lain.

Strategi komunikasi perubahan perilaku dan advokasi

komunikasi perubahanperilaku (KPP). KPP adalah kombinasi berbagai macamkegiatan yang direncanakan secara sistematis
dandikembangkan bersama dengan populasi kunci danpemangku kepentingan setempat. Tujuan KPP adalahmemberikan
pemahaman dan dan dapat mengubah perilakusehingga kerentanan HIV akan berkurang. Komunikasi yangdilakukan pada
komponen ini diberikan kepada mucikari danWPS. Melalui komunikasi, WPS diberikan pelatihanpendidik sebaya (peer
education) di mana pelatihan tersebutditujukan untuk saling memberikan pengetahuan daninformasi mengenai HIV/AIDS dan
IMS. Diharapkan WPSyang mengikuti pelatihan mampu menyampaikan informasiyang diberikan kepada WPS lain yang tidak
mengikutipelatihan. Saling mengingatkan untuk menggunakan kondommerupakan salah satu cara yang dilakukan
untukmelaksanakan perubahan perilaku WPS. WPS dan mucikarimenyambut baik kegiatan program ini. Hal ini dapatdiketahui
dengan banyaknya jumlah peserta yang datang danmengikuti sosialisasi yang dilakukan oleh sekretariat KPAKabupaten Jember
dan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember

Penggunaan kondom secara konsisten sebagai alat yang efektif dalam pencegahan IMS termasuk HIV

Komponen ketiga adalah manajemen pasokankondom dan pelicin. Tujuan komponen ini adalah menjaminagar kondom baik
laki-laki maupun perempuan dan pelicinselalu tersedia dan terjangkau dalam jumlah yang cukup disetiap wisma, lokasi bahkan
sampai dengan kamar. Untukmenyebarluaskan kondom dan pelicin di daerah lokasiberesiko maka dibentuklah outlet yang
mampu menampungkondom dan pelicin yang telah di distribusikan. Saat iniKabupaten Jember mempunyai 140 outlet yang
tersebar diseluruh Kabupaten Jember. Outlet di lokasi Kencong iniadalah pemilik warung dan pemilik wisma. Petugas
outletadalah mucikari yang mempunyai kewajiban untuk mencatatjumlah kondom baik yang keluar maupun yang
dibutuhkan.Pencatatan di lokasi ini tidak pernah dilakukan olehmucikari mengingat pendidikan yang rendah dan
kurangtelatennya mereka untuk mendata jumlah kondom yangkeluar membuat KPA mengalami sedikit kesulitan
untukmemantau penggunaan kondom di lokasi tersebut.Sosialisasi mengenai penggunaan kondom disampaikankepada
populasi kunci melalui pertemuan sebulan sekalipada saat pembagian kondom di lokasi tersebut. Kegiatanpembagian kondom
ini rutin dilakukan oleh sekretariat tetapKPA Kabupaten Jember yang dibantu oleh LSM KKBSsebagai mitra pelaksana program.

Konsep manajemen layanan IMS komprehensif

Komponen terakhir program PMTS adalah penatalaksanaan IMS. Komponen ini bertujuan untuk menyediakanlayanan dan
pengobatan serta konseling perubahan perilakuyang bertujuan menyembuhkan dan memutuskan rantai IMS.Pada pelaksanaan
PMTS di lokasi Kecamatan Kencong, timIMS yang ditunjuk untuk melakukan tes IMS adalah RSUDBalung. Layanan tersebut
diberikan kepada WPS danpelanggan. Pelaksanaan tes IMS dan VCT masih pertamadilakukan di lokasi ini. Sebelum adanya
sosialisasi mengenaiprogram PMTS para WPS menolak untuk memeriksakan diridan mengikuti layanan VCT yang disediakan
oleh DinkesKabupaten Jember, namun setelah ada sosialisasi mengenaiHIV/AIDS dan program PMTS perilaku WPS
mengalamiperubahan dari yang tidak mau memeriksakan diri menjadibersedia dengan suka rela untuk mengikuti tes
kesehatan.Tidak hanya itu saja, WPS juga bersedia untuk merubahperilaku hubungan seksual dari tidak aman
(tidakmenggunakan kondom) menjadi perilaku hubungan seksualaman (menggunakan kondom).

Monitoring dan evaluasi program pencegahan penularan HIV melalui transmisi seksual

Komponen pertama adalah peningkatan peran positif pemangku kepentingan di lokasi. Tujuan komponen iniadalah
menciptakan lingkungan yang kondusif yangmendukung perilaku hidup sehat, meningkatnya pemakaiankondom di lokasi
dan menurunnya kasus IMS. Penggunakomponen ini adalah pihak yang mempunyai kekuasaan atauberpengaruh di lokasi
yaitu mucikari. Komponen inimeliputi sosialisasi program PMTS, pemberian informasidan layanan kesehatan dasar untuk
WPS. Pada komponen inidiharapkan mucikari berperan aktif dalam menciptakanlingkungan yang sehat dan kondusif
sehingga dengan adanyaperan dari mucikari dapat menurunkan angka IMS di lokasi.Kegiatan ini dibantu oleh mitra
pelaksana yaitu LSM KKBSKabupaten Banyuwangi yang diwakili oleh KoordinatorDistrik untuk wilayah Kabupaten
Jember.Komponen kedua adalah komunikasi perubahanperilaku (KPP). KPP adalah kombinasi berbagai macamkegiatan yang
direncanakan secara sistematis dandikembangkan bersama dengan populasi kunci danpemangku kepentingan setempat.
Tujuan KPP adalahmemberikan pemahaman dan dan dapat mengubah perilakusehingga kerentanan HIV akan berkurang.
Komunikasi yangdilakukan pada komponen ini diberikan kepada mucikari danWPS. Melalui komunikasi, WPS diberikan
pelatihanpendidik sebaya (peer education) di mana pelatihan tersebutditujukan untuk saling memberikan pengetahuan
daninformasi mengenai HIV/AIDS dan IMS. Diharapkan WPSyang mengikuti pelatihan mampu menyampaikan informasiyang
diberikan kepada WPS lain yang tidak mengikutipelatihan. Saling mengingatkan untuk menggunakan kondommerupakan salah
satu cara yang dilakukan untukmelaksanakan perubahan perilaku WPS. WPS dan mucikarimenyambut baik kegiatan program
ini. Hal ini dapatdiketahui dengan banyaknya jumlah peserta yang datang danmengikuti sosialisasi yang dilakukan oleh
sekretariat KPAKabupaten Jember dan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.Komponen ketiga adalah manajemen
pasokankondom dan pelicin. Tujuan komponen ini adalah menjaminagar kondom baik laki-laki maupun perempuan dan
pelicinselalu tersedia dan terjangkau dalam jumlah yang cukup disetiap wisma, lokasi bahkan sampai dengan kamar.
Untukmenyebarluaskan kondom dan pelicin di daerah lokasiberesiko maka dibentuklah outlet yang mampu
menampungkondom dan pelicin yang telah di distribusikan. Saat iniKabupaten Jember mempunyai 140 outlet yang tersebar
diseluruh Kabupaten Jember. Outlet di lokasi Kencong iniadalah pemilik warung dan pemilik wisma. Petugas outletadalah
mucikari yang mempunyai kewajiban untuk mencatatjumlah kondom baik yang keluar maupun yang dibutuhkan.Pencatatan di
lokasi ini tidak pernah dilakukan olehmucikari mengingat pendidikan yang rendah dan kurangtelatennya mereka untuk
mendata jumlah kondom yangkeluar membuat KPA mengalami sedikit kesulitan untukmemantau penggunaan kondom di lokasi
tersebut.Sosialisasi mengenai penggunaan kondom disampaikankepada populasi kunci melalui pertemuan sebulan sekalipada
saat pembagian kondom di lokasi tersebut. Kegiatanpembagian kondom ini rutin dilakukan oleh sekretariat tetapKPA
Kabupaten Jember yang dibantu oleh LSM KKBSsebagai mitra pelaksana program. Komponen terakhir program PMTS adalah
penatalaksanaan IMS. Komponen ini bertujuan untuk menyediakanlayanan dan pengobatan serta konseling perubahan
perilakuyang bertujuan menyembuhkan dan memutuskan rantai IMS.Pada pelaksanaan PMTS di lokasi Kecamatan Kencong,
timIMS yang ditunjuk untuk melakukan tes IMS adalah RSUDBalung. Layanan tersebut diberikan kepada WPS danpelanggan.
Pelaksanaan tes IMS dan VCT masih pertamadilakukan di lokasi ini. Sebelum adanya sosialisasi mengenaiprogram PMTS para
WPS menolak untuk memeriksakan diridan mengikuti layanan VCT yang disediakan oleh DinkesKabupaten Jember, namun
setelah ada sosialisasi mengenaiHIV/AIDS dan program PMTS perilaku WPS mengalamiperubahan dari yang tidak mau
memeriksakan diri menjadibersedia dengan suka rela untuk mengikuti tes kesehatan.Tidak hanya itu saja, WPS juga bersedia
untuk merubahperilaku hubungan seksual dari tidak aman (tidakmenggunakan kondom) menjadi perilaku hubungan
seksualaman (menggunakan kondom).

Anda mungkin juga menyukai