Anda di halaman 1dari 4

-Di sebuah warung kopi di pinggir jalan yang sepi terlihat seorang pria berseragam satpam dengan

kancing terbuka. Dia menikmati waktu senggangnya diiringi lagu dangdut dan secangkir kopi
yang mulai mendingin. Dari kejauhan terlihat seorang yang tampak kebingungan kemudian,
menuju warung kopi tersebut.
Jaya : (mengucap salam dengan nyaring sambil menepuk punggung Ahmad)
Ahmad : (Tersedak kopi)(menatap Jaya)Eh Jaya Lama ga jumpa sob! Mari duduk jay.
Jaya : (Masih berdiri) Orang berdiri itu harusnya disuruh duduk. (Duduk)
Ahmad : (menepuk jidat) Aku lupa si Jaya itu tuli (bergumam)Wajah kamu murung Jay, ada
masalah ya?
Jaya : Siapa yang salah?
Ahmad : (mengelus dada mencoba untuk sabar) WAJAH KAMU MURUNG! KAMU ADA
MASALAH YA?! (berteriak disamping telinga Jaya)
Jaya : (Menutup telinga) Ga usah berteriak. Aku dengar kok. (Wajah murung) Aku memang punya
masalah Mad, soal pekerjaan. Kamu tau gak aku dipecat di warung bang Mamang! Baru seminggu
aku bekerja disana!
Ahmad : Aku punya pekerjaan nih. Gimana kamu bekerja jadi satpam di sekolah SMA.
Jaya : Hah? Jadi PSG di SMA?Serius dong Mad (Tertawa keras)
Ahmad : Bukan SPG! Tapi satpam! SATPAM! (Berteriak di depan wajah Jaya)
Jaya : Bilang dong jadi satpam. Dimana kerjanya?
Ahmad : Di rumah pak RT ! (Dengan nada kesal)
Jaya : Pak RT butuh satpam? Rumah pak RT kemalingan? (Bicara dengan nada penasaran)
Ahmad : Udah lupakan, lupakan! (Menghela napas pasrah) Kerja jadi satpam itu di SMA 1
Amuntai.
Jaya : Gajihnya gimana Mad?
Ahmad : Lumayan lah buat makan (menyeringai). Besok pagi kamu pergi aja ke SMA nanti aku
urusin sisanya.
Jaya : Siap bos!
-Jaya dengan semangat membara pergi ke SMA sesuai permintaan Ahmad. Setelah sholat subuh
tidak lupa berdo'a kepada sang Maha Kuasa dan meminta do'a restu kepada Ibunya agar
dimudahkan segala urusan.
Sudah setengah jam Jaya menunggu Ahmad di depan post Satpam SMA.
Ahmad : (Ahmad datang dengan sebuah kantong kresek ditangannya) Maaf agak lama Jay, ini
baju Satpam untuk mu (Memberikan kantong kresek kepada Jaya) Kamu sudah resmi jadi Satpam
di SMA ini dan mulai bekerja hari ini.
Jaya : (menerima kantong kresek dan membukanya)(Jaya memakai baju satpam itu dan bergaya
keren)
-Waktu menjelang senja, Sekolah mulai sepi kecuali beberapa anak anggota ekskul yang masih
disekolah. Ahmad menyuruh Jaya untuk menjaga sekolah karena Ahmad ada urusan mendadak.
Jaya pun melaksanakan tugasnya dengan berkeliling sekolah.Sebelum ia meninggalkan post
satpam, matanya tidak sengaja melihat seorang gadis memasuki wilayah sekolah dengan topi dan
jaket hitam, ia tampak tergesa-gesa sehingga Jaya tidak sempat melihat wajahnya.
-Di ruangan KIR, ketua dan wakil sedang membersihkan ruangan setelah melakukan rapat
mingguan.
Wafa : Nad, urus sisanya ya. Aku ada urusan mendadak nih! (Mengambil tas dan jaket)(keluar
ruangan)
Nadya : Iya! Hati-hati dijalan Ketua! (Melambai tangan).
-Setelah menyelesaikan tugasnya. Nadya mengunci ruang KIR dan melangkah menuju parkiran.
Nadya : (diam mematung) Kok masih ada motor Wafa?
Jaya : (datang keparkiran) Adek belum pulang?
Nadya : Ini pak, motor temen aku masih disini (Menunjuk motor wafa). Padahal dia udah pulang
duluan. Bapak ada liat cewe pakai jaket ga?
Jaya : Ada dek, tadi masuk ke sekolah.
Nadya : (terdiam) Oh! Makasih pak!
Jaya : Udah pulang sana, dek! Bentar lagi magrib.
Nadya : Permisi pak!
-Keesokan harinya, suasana kelas Ipa 1 gaduh. Kegaduhan membuat Nadya bingung, ia tidak tau
apa apa.
Nadya : (duduk dibangku) Nan, itu kenapa teman-teman pada ribut?
Nanda : Ga-
Amil : (tiba-tiba datang dengan napas terengah-engah) Aku punya berita baru! Hot news nih! Jadi
ketua KIR si Wafa itu hilang! Menurut info yang aku dengar sih yang nyulik si satpam baru itu.
Nadya : (terdiam) Satpam baru? Pak Jaya?
Nanda : Kamu kenal sama satpam itu nad?
Nadya : Ga begitu kenal. Kemarin sempat ngobrol sama pak jaya.
Amil : Hilangnya itu pas ekskul KIR. Berarti wakil ketua tau dong Wafa kemana.
Nanda : (berdiri) Jangan sembarangan ngomong! Nadya ga ada hubungannya
Amil : Kok nanda yang sewot? Mencurigakan nih!
Tiba-tiba suasana gaduh menjadi senyap saat kedatangan dua orang yang tidak dikenal.Restu :
Permisi. Selamat siang! Apa benar disini ada saudari Nadya?
Amil : Itu! (Menunjuk nadya)
Restu : (menghampiri nadya) Ikut kami sekarang, anda terkait atas hilangnya Wafa Hafizah.
(Membawa Nadya keluar kelas).
Nadya : (Shock dan tidak berkata apa apa)
Nanda : Bu! Temen saya tidak bersalah! (Dengan wajah panik)
Restu : Atas dasar apa anda mengatakan hal seperti itu? Apa anda punya bukti?
Nanda : (gelisah) S-saya tidak mempunyai bukti,bu.
Ahmad : (setengah berlari menghampiri Restu) Bu Inspektor! Saya menemukan sesuatu di
belakang sekolah!
Restu : (Kaget) Pak satpam tunjukan jalannya!
Dengan tergesa-gesa ketiganya menuju belakang sekolah tempat dimana Ahmad menemukan
sesuatu. Sesampainya disana, semua kaget. Darah kering membentuk cipratan dimana mana. Itu
dia. Wafa tanpa nyawa. Tergeletak dengan kondisi mengenaskan. Terdapat banyak luka tusukan
dan lebam disekujur tubuhnya. Belum lagi, yang paling mengerikan, yaitu mulut Wafa sobek
hingga telinga.
Restu : Ini Wafa? (Menanyakan ke Nadya)
Nadya : Tidak mungkin,bu!
Ahmad : (mengambil jaket dan tas Wafa.) Tidak salah lagi mayat ini adalah Wafa.
Nanda dan Amil datang karena penasaran. Amil kaget setengah mati melihat jasad wafa, tapi tidak
dengan Nanda, ia malah terlihat santai. Sesuatu yang membuat Amil bingung, Nanda tersenyum
sangat tipis.
-Diruang Introgasi ada Jaya yang duduk sendiri, wajahnya terlihat santai saja seolah tidak ada
apapun masalah yang menimpanya.
Nadya : (masuk keruang Introgasi) (Kaget melihat pak Jaya ada disana) Pak Jaya?!
Jaya : (sibuk bersihin kuku)
Nadya : Pak denger ga sih?! (Duduk disamping Jaya)
Jaya : (kaget) Adek? Kapan kamu disini? Bikin terkejut aja.
Nadya : Barusan. Pak, kita kenapa bisa terlibat?
Jaya : Emang baju satpam bagus buat bapak. Aduh adek, bapak jadi malu. (Malu-malu kucing)
Nadya : (Ekspresi jijik)
Restu : (Datang membawa berkas) (duduk dihadapan Jaya dan Nadya) Kalian menjadi tersangka
atas pembunuhan Wafa Hafizah. Ini hanya tuduhan sementara, hingga kami menemukan
pelakunya. (Membuka lembaran kertas) (Menatap Jaya) Disini tertulis bahwa anda Hendy Nanda
Wijaya seorang satpam baru, benar?
Jaya : (Celingak-celinguk melihat seisi ruangan) Bu Inspektor kok liatin saya terus?
Restu : Saya nanya pak, tidak dengar?
Jaya : (Menunjuk Restu) Tuh kan, liatin saya terus.
Nadya : (berbisik) Anu bu, pak Jaya ini sedikit tuli. Maklumin ya bu. Biar saya aja yang bicara.
Pak Jaya (Menatap jaya) Dari tadi bu Inspektor nanya pak Jaya satpam baru disekolah ini?
Jaya : Iya dek, satpam baru. Temennya pak Ahmad. Mulai kerjanya dua harian yang lalu.
-Berbagai pertanyaan diajukan untuk keduanya guna mengorek informasi apakah salah satunya
dalang dibalik pembunuhan Wafa. Hasilnya nihil.
Keesokan harinya, berita menggemparkan kembali melanda sekolah. Penangkapan Jaya akan
tuduhan pembunuhan terbukti karena penemuan pisau di post satpam.
Amil dan Nadya : (berjalan berdua beriringan dikoridor sekolah)
Amil : Jadi, satpam tuli itu beneran ketangkap?
Nadya : (anggukan kepala) Padahal beliau itu baik. Aku rasa ada yang aneh.
Amil : Apanya yg aneh? Gak tuh. Jangan nilai orang dari penampilannya.
Nanda : (lewat dari depan Amil dan Nadya)
Nadya : (terdiam)
Amil : Hoi! Kamu kenapa kok melamun?
Nadya : Mil, kamu liat Nanda pagi ini ga?
Amil : (ekspresi berpikir) Ada. Waktu piket tadi. Kenapa?
Nadya : Aku baru liat dia pakai jaket hitam, biasanya cuma pakai sweater.
Amil : (Mengerutkan dahi) Lagi kena anginya kali.
Nadya : Jaketnya! Mirip sama si pembunuh!
Amil : Jangan ngaco! Pembunuhnya kan si pak satpam!
Nadya : (Lari)
-Tanpa aba-aba Nadya lari dan menghubungi Inspektor untuk mengatakan kecurigaanya kepada
Nanda. Tidak lupa meminta Jaya untuk dilepaskan sementara.
Dikelas, saat jam kosong.
Nanda : (asik menulis)
Nadya : (Datang menghampiri nanda) Nanda, sibuk ya?
Nanda : Gak kok, ada apa?
Nadya : Bisa bicara sebentar?
Nanda : Boleh. Bicara tentang apa?
Nadya : (Ekspresi gugup dan takut) Kenapa? Kenapa kamu membunuh wafa?
Nanda : Apa maksud-
Nadya : Jangan bohong lagi! Katakan sejujurnya!
-Keadaan seketika hening, kedatangan Jaya dan Inspektor membuat Nanda tersudut.
Jaya : Nah! Anak ini (menunjuk Nanda) yang ga sengaja aku lihat memasuki sekolah sore itu.
Restu : Mengakulah, tidak ada jalan keluar lagi untukmu.
Nanda : Memang aku yang melakukannya! Untuk menyingkirkan Wafa dan menjadikan mu ketua
KIR yang baru.
Nadya : Tapi ga seharusnya seperti ini!
Restu : Nanda, kamu ditangkap menggantikan Jaya yang tidak bersalah.
-Nanda dipenjara dengan masa hukuman 15 tahun sekaligus direhabilitasi untuk mengobati
gangguan jiwanya. Setelah kejadian ini, Sekolah menjadi damai. Jaya kembali menjadi satpam
dan Nadya diangkat menjadi ketua KIR.

Anda mungkin juga menyukai