Hasil Kegiatan Lapangan 1 IPE 10-2A
Hasil Kegiatan Lapangan 1 IPE 10-2A
Disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata ajar kolaborasi dan kerja sama tim
kesehatan
Disusun oleh:
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah suatu bentuk aktivitas yang membutuhkan beragam tenaga
kesehatan yang berbeda dan saling bekerja sama untuk kepentingan pasien. Rumah sakit adalah
organisasi kompleks dengan aktivitas yang melibatkan dokter, perawat, staf medis dan
administrasi, serta seluruh komponen yang memiliki tujuan yang sama yaitu memberikan
pelayanan kesehatan bagi pengguna jasanya (Kaini, 2015). Dalam kolaborasi ini, tenaga medis
professional bekerja sama untuk memberikam pelayanan kesehatan apa yang dibutuhkan, siapa
yang memberikan pelayanan, serta bagaimana manajemen pasien tersebut (WHO, 2010).
Kehadiran dari masing masing tenaga medis profesional dengan latar belakang, peran,
tanggung jawab, dan keahlian yang berbeda diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan yang diberikan (Canadian Nursing Associatiton, 2005).
Kolaborasi adalah integrasi kegiatan dan pengetahuan yang membutuhkan kerja sama
dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab. Kolaborasi dalam pelayanan kesehatan
didefinisikan sebagai tim yang saling melengkapi, kooperatif, berbagi tanggung jawab dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan saat menyusun dan menjalankan perawatan
pasien. Dalam konsep teamwork pada pelayanan kesehatan, diperlukan pendekatan
interdisiplin bukan hanya multidisiplin. Konsep multidisiplin artinya setiap anggota tim hanya
bertanggung jawab terhadap kegiatan yang berkaitan dengan disiplin ilmunya sehingga tercipta
tujuan yang terpecah untuk satu pasien. Sedangkan konsep interdisiplin adalah perrpaduan
usaha dari tiap anggota tim dengan tujuan yang sama sesuai dengan rencana perawatan pasien.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Suatu negara dikatakan berstruktur
tua jika mempunyai populasi lansia di atas tujuh persen (Soeweno, 2009). Seperti yang
disebutkan pada data proyeksi penduduk yang didapat dari Departemen Urusan Ekonomi dan
Sosial PBB (2017), persentase lansia di Indonesia tahun 2017 telah mencapai 9,03% dari
keseluruhan penduduk. Selain itu, berdasarkan data struktur umur penduduk Indonesia 2017
dari Pusat Data dan Informasi, diketahui bahwa persentase penduduk usia 0-4 tahun (9,11%)
dan penduduk 5-9 tahun (9,06%) lebih rendah apabila dibandingkan dengan kelompok usia
produktif yang sebesar 56,18%. Hal tersebut menyebabkan Indonesia tergolong ke dalam
negara dengan struktur penduduk menuju tua atau ageing population.
Stroke merupakan suatu kondisi abnormal dari pembuluh darah otak yang disebabkan oleh
adanya pendarahan pada otak atau adanya pembentukan embolus atau thrombus yang
mengahmabt aliran darah dalam pembuluh darah arteri (Dipiro, 2015). Terdapat dua jenis
stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik merupakan stroke yang
disebabkan oleh adanya gumpalan/ penyumbatan yang menghalangi aliran darah ke otak,
sedangkan stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat melemahnya/pecahnya
pembuluh darah sehingga terjadi pendarahan di otak dan sekitarnya.
Lansia sendiri adalah subyek yang paling sering diberi penjagaan karena memiliki masalah
kesehatan yang lebih kronis dan lebih banyak mengalami disabilitas fisik daripada kelompok
usia lainnya (Quinn, 2005). Dalam hal ini lingkungan, fasilitas, dan pelayanan yang diberikan
seluruh tenaga kesehatan sangat berperan kepada kondisi lansia. Oleh sebab itu, tenaga
kesehatan harus mampu mengembangkan kemampuan kolaborasi antar profesi pada pelayanan
geriatri dengan tujuan pelayanan kesehatan yang diberikan pada lansia dapat dicapai secara
efektif, efisien, dan dengan kualitas yang baik pula. Di dalam laporan ini akan dipaparkan
secara mendalam tentang hasil observasi praktik kolaborasi antar profesi kesehatan yang
dipraktekan di RS PON dengan fokus kasus stroke pada pasien geriatri yang telah dilakukan
mahasiswa untuk lebih memahami konsep kolaborasi di fasilitas kesehatan.
Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) adalah rumah sakit yang dibangun atas
inisiasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2014 dengan tujuan menurunkan
angka devisa masyarakat Indonesia ke luar negeri untuk berobat, berkaitan dengan penyakit
saraf. Secara garis besar, rumah sakit ini menangani pasien- pasien dengan penyakit yang
berkaitan dengan saraf dan otak. Untuk memaksimalkan pelayanan yang diberikan, RS PON
memiliki lantai- lantai khusus, salah satu di antaranya adalah untuk pelayanan unit geriatri; unit
yang diamati pada kunjungan kolaborasi kesehatan.
Pelayanan Unit Geriatri di RS PON melayani pasien berusia di atas 60 tahun yang
memiliki satu atau lebih penyakit yang mengganggu fungsi organ, psikologis dan sosial;
khususnya penyakit yang tetap ada kaitannya dengan bagian otak. Saat ini pelayanan tersebut
dilaksanakan di lantai 9 RS PON. Unit ini terbagi atas dua, yaitu 9A untuk kelas VIP, dan 9B
untuk kelas I, II, dan III. untuk pelayanan pasien stroke sendiri berada di lantai 7A untuk kelas
III dan 7B untuk kelas I dan II.
Pada pelaksanaan pelayanannya, terdapat beberapa profesi yang bekerja sama untuk
memberikan layanan komprehensif terhadap pasien- pasien geriatri. Profesi kesehatan yang
terlibat dalam unit tersebut terdiri atas dokter spesialis, umumnya spesialis saraf, sebagai dokter
penanggung jawab pasien, perawat, apoteker, dietitian, dan fisioterapis. Dokter spesialis lain
juga turut menangani pasien sesuai kasus dan kebutuhan pasien.
C. SEPUTAR KOLABORASI PROFESI KESEHATAN
5) Fisioterapis
Strategi kolaborasi Memahami kondisi Setiap profesi kesehatan pada unit ini
kesehatan (untuk antarprofesi kesehatan berusaha untuk bisa memahami kondisi,
mengatasi hambatan dan saling menghargai kesibukan, dan keterbatasan yang dimiliki
dan menjaga oleh masing- masing profesi kesehatan
kolaborasi yg baik) lainnya sehingga bisa lebih saling
menghargai dan hubungan yang terjalin
tergolong dalam keadaan baik.
● Lewat whatsapp
Ditujukan untuk hal- hal yang sifatnya
non-critical
Tabel 1.2 Beberapa bentuk kolaborasi yang dilakukan antarprofesi kesehatan di unit
pelayanan geriatri RS PON
Praktik kolaborasi antar tenaga kesehatan yang dilakukan di lantai 7 unit stroke dan 9
unit geriatric RS PON sudah dilakukan dengan baik. Adapun yang kami amati mengenai peran
profesi tenaga kesehatan, interaksi antar profesi, tantangan kolaborasi, dan strategi kolaborasi
yang diterapkan guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Dokter spesialis syaraf
melakukan perencanaan perawatan, pemetaan masalah hingga perencanaan pulang. Perawat
melakukan tindakan caring terhadap pasien serta berperan sebagai fasilitator antar tenaga
kesehatan karena perawat yang 24 jam memantau keadaan pasien. Pemberian obat dilakukan
oleh apoteker yang senantiasa berkolaborasi dengan dokter mengenai apakah pasien terdapat
interaksi antarobat. Selain itu, apoteker juga berperan memberikan edukasi minum obat saat
pasien sudah di rumah. Dietisien berperan dalam hal penyediaan gizi yang sesuai dengan
kebutuhan pasien yang tentunya hasil kolaborasi dengan dokter, perawat serta apoteker guna
menjamin intake pasien yang bagus. Fisioterapis melakukan tindakan terapi dan exercise
kepada pasien berdasarkan arahan dokter.
Pada praktik kolaborasi dan kerja sama antar tim kesehatan memiliki hal hal khusus
yang perlu diperhatikan. Seperti, permasalahan stroke pada pasien geriatric yang merupakan
masalah yang kompleks dimana pasien dapat memilki kondisi komplikasi lain. Tingkat
kemandirian yang dimiliki juga terbilang rendah sehingga saat seorang lansia sudah selesai
perawatan di rumah sakit, care giver perlu diberikan edukasi saat rawat jalan. Selain itu, apabila
diperlukan home caring, tenaga kesehatan juga diharapkan mampu membantu pasien terlebih
jika terkendala dengan biaya home care yang tidak ditanggung oleh asuransi social.
Dengan latar belakang profesi yang berbeda maka tenaga kesehatan dituntut untuk
bekerja terus berkolaborasi dalam pemberian pelayanan kesehatan. Banyak faktor yang
memengaruhi kesuksesan dalam mencapai pelayanan kesehatan yang maksimal yaitu kerja
sama, berbagi peran dan tanggung jawab, sikap saling menghargai, serta komunikasi efektif.
Hambatan dalam kolaborasi kesehatan hamper selalu ditemui di lapangan. ketidaksesuaian
jumlah tenaga kesehatan, komunikasi yang kurang efektif serta perselisihan kecil antar profesi
kesehatan. Namun, pada pelaksaan di unit geriatric sudah menerapkan konsep kolaborasi yang
ideal sehingga antar tenaga kesehatan merasakan sendiri manfaat yang diperoleh.
D. SARAN PERBAIKAN
E. PENUTUP
Kolaborasi kesehatan merupakan hal yang penting untuk dipahami dan dilakukan oleh
setiap elemen profesi kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Sehingga, pasien mendapat perawatan yang optimal selama di rumah sakit dan pada akhirnya
cepat kembali ke keadaan sehat.
F. Daftar Pustaka
1. Bosch, B., & Mansell, H. 2015. Interprofessional collaboration in health care: Lessons to
be learned from competitive sports. Canadian pharmacists journal : CPJ = Revue des
pharmaciens du Canada : RPC, 148(4), 176–179.
2. Kementrian Kesehatan RI, Pusat Data dan Informasi. 2017. Analisis Lansia di Indonesia.
Diakses darihttp://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/lain-
lain/Analisis%20Lansia%20Indonesia%202017.pdf.
3. Morley, Lyndon et al. 2017. Collaboration in Health Care. Canada:Journal of Medical
Imaging and Radiation Sciences.
4. O’Daniel M, Rosenstein AH. 2008. Professional Communication and Team
Collaboration. In: Hughes RG, editor. Patient Safety and Quality: An Evidence-Based
Handbook for Nurses. Rockville (MD): Agency for Healthcare Research and Quality.
5. Quinn, MJ. 2005. Guardianship of Adults. New York: Springer.