IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai profesi dalam
pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif (Sargeant, 2009). Implementasi IPE di bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al., 2009). A. Manfaat Interprofessional Collaboration World Health Organization (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang dampak dari penerapan praktek kolaborasi dalam dunia kesehatan menunjukkan hasil bahwa praktek kolaborasi dapat meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan, penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai, outcome kesehatan bagi penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan pasien. WHO (2010) juga menjelaskan praktek kolaborasi dapat menurunkan komplikasi yang 8 dialami pasien, jangka waktu rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan (caregivers), biaya rumah sakit, rata-rata clinical error, dan rata-rata jumlah kematian pasien.
B. Kompetensi Interprofessional Collaboration
Barr (1998) menjabarkan kompetensi kolaborasi, yaitu: 1) memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas, 2) bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan perawatan dan pengobatan pasien, 3) bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau perawatan pasien, 4) menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi lain, 5) memfasilitasi pertemuan interprofessional, dan 6) memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain. American College of Clinical Pharmacy (ACCP) (2009) membagi kompetensi untuk IPE terdiri atas empat bagian yaitu pengetahuan, keterampilan, orientasi tim, dan kemampuan tim yang dijabarkan pada tabel 2.1. e. Pengaruh persepsi pada interprofessional education Buku Acuan Umum CFHC-IPE (Tim CFHC-IPE, 2014) menyatakan keefektifan komunikasi antar profesi dipengaruhi oleh persepsi, lingkungan, dan pengetahuan. Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi. Persepsi terbentuk melalui apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam komunikasi.
C. Kolaborasi Dalam Tim Kesehatan
1. Prinsip Kolaborasi dalam Tim Kesehatan 1) Tujuan bersama 2) Pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan masing-masing dan perbedaan 3) Pengambilan keputusan yang adil dan efektif 4) Fokus pada pasien 5) Komunikasi yang jelas dan teratur Prinsip di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Patien-centered Care - Mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien - Pasien dan keluarga sebagai pemberian keputusan dalam masalah kesehatannya 2. Mutual respect and trust - Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya masing - Saling menghormati dan menghargai masing-masing profesi 3. Clear communication - Komunikasi efektif antara tenaga kesehatan - Rekam medis atau catatan lain yang ditulis dengan lengkap 4. Clarification of roles and scopes of practice - Memahami lingkup kerja dan tanggung jawab masing-masing sebagai tenaga kesehatan - Lingkup pekerjaan dalam kolaborasi kesehatan dijelaskan dalam job description dan kontrak pegawai - Psien juga dilibatkan untuk memahami peranannya dalam mewujudkan kesehatan
5. Clarification of accountability and responsibility
- Bertanggung jawab dengan perawatan terhadap pasien yang ditanganinya 6. Liability protection for all member of the team - Setiap anggota tim kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan formal untuk mengakomodasi tugasnya 7. Sufficient human resources and infrastructure - Mengefektif kerja dari tim kolaborasi kesehatan. Untuk itu, pemerintah membantu menambah jumlah tenaga kesehatan - Mengaplikasikan teknologi untuk membantu kolaborasi kesehatan 8. Sufficient payment and payment arragement - Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang diterimanya - Pemerintah membantu secara finansial dan teknis dalam mengembangkan kolaborasi 9. Supportive education system - Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi kesehatan.
10. Research and evaluation
- Evaluasi dengan melihat kenyatan lapangan dari kolaborasi kesehatan memperbaiki standar kualitas yang ada IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif (Sargeant, 2009). Implementasi IPE di bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al., 2009). D. Manfaat Interprofessional Collaboration World Health Organization (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang dampak dari penerapan praktek kolaborasi dalam dunia kesehatan menunjukkan hasil bahwa praktek kolaborasi dapat meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan, penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai, outcome kesehatan bagi penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan pasien. WHO (2010) juga menjelaskan praktek kolaborasi dapat menurunkan komplikasi yang 8 dialami pasien, jangka waktu rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan (caregivers), biaya rumah sakit, rata-rata clinical error, dan rata-rata jumlah kematian pasien.
E. Kompetensi Interprofessional Collaboration
Barr (1998) menjabarkan kompetensi kolaborasi, yaitu: 1) memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas, 2) bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan perawatan dan pengobatan pasien, 3) bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau perawatan pasien, 4) menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi lain, 5) memfasilitasi pertemuan interprofessional, dan 6) memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain. American College of Clinical Pharmacy (ACCP) (2009) membagi kompetensi untuk IPE terdiri atas empat bagian yaitu pengetahuan, keterampilan, orientasi tim, dan kemampuan tim yang dijabarkan pada tabel 2.1. e. Pengaruh persepsi pada interprofessional education Buku Acuan Umum CFHC-IPE (Tim CFHC-IPE, 2014) menyatakan keefektifan komunikasi antar profesi dipengaruhi oleh persepsi, lingkungan, dan pengetahuan. Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi. Persepsi terbentuk melalui apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam komunikasi.
F. Kolaborasi Dalam Tim Kesehatan
2. Prinsip Kolaborasi dalam Tim Kesehatan 1) Tujuan bersama 2) Pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan masing-masing dan perbedaan 3) Pengambilan keputusan yang adil dan efektif 4) Fokus pada pasien 5) Komunikasi yang jelas dan teratur Prinsip di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: 11.Patien-centered Care - Mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien - Pasien dan keluarga sebagai pemberian keputusan dalam masalah kesehatannya 12.Mutual respect and trust - Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya masing - Saling menghormati dan menghargai masing-masing profesi 13.Clear communication - Komunikasi efektif antara tenaga kesehatan - Rekam medis atau catatan lain yang ditulis dengan lengkap 14.Clarification of roles and scopes of practice - Memahami lingkup kerja dan tanggung jawab masing-masing sebagai tenaga kesehatan - Lingkup pekerjaan dalam kolaborasi kesehatan dijelaskan dalam job description dan kontrak pegawai - Psien juga dilibatkan untuk memahami peranannya dalam mewujudkan kesehatan
15.Clarification of accountability and responsibility
- Bertanggung jawab dengan perawatan terhadap pasien yang ditanganinya 16.Liability protection for all member of the team - Setiap anggota tim kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan formal untuk mengakomodasi tugasnya 17.Sufficient human resources and infrastructure - Mengefektif kerja dari tim kolaborasi kesehatan. Untuk itu, pemerintah membantu menambah jumlah tenaga kesehatan - Mengaplikasikan teknologi untuk membantu kolaborasi kesehatan 18.Sufficient payment and payment arragement - Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang diterimanya - Pemerintah membantu secara finansial dan teknis dalam mengembangkan kolaborasi 19.Supportive education system - Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi kesehatan.
20. Research and evaluation
- Evaluasi dengan melihat kenyatan lapangan dari kolaborasi kesehatan memperbaiki standar kualitas yang ada IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif (Sargeant, 2009). Implementasi IPE di bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al., 2009). G. Manfaat Interprofessional Collaboration World Health Organization (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang dampak dari penerapan praktek kolaborasi dalam dunia kesehatan menunjukkan hasil bahwa praktek kolaborasi dapat meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan, penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai, outcome kesehatan bagi penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan pasien. WHO (2010) juga menjelaskan praktek kolaborasi dapat menurunkan komplikasi yang 8 dialami pasien, jangka waktu rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan (caregivers), biaya rumah sakit, rata-rata clinical error, dan rata-rata jumlah kematian pasien.
H. Kompetensi Interprofessional Collaboration
Barr (1998) menjabarkan kompetensi kolaborasi, yaitu: 1) memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas, 2) bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan perawatan dan pengobatan pasien, 3) bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau perawatan pasien, 4) menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi lain, 5) memfasilitasi pertemuan interprofessional, dan 6) memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain. American College of Clinical Pharmacy (ACCP) (2009) membagi kompetensi untuk IPE terdiri atas empat bagian yaitu pengetahuan, keterampilan, orientasi tim, dan kemampuan tim yang dijabarkan pada tabel 2.1. e. Pengaruh persepsi pada interprofessional education Buku Acuan Umum CFHC-IPE (Tim CFHC-IPE, 2014) menyatakan keefektifan komunikasi antar profesi dipengaruhi oleh persepsi, lingkungan, dan pengetahuan. Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi. Persepsi terbentuk melalui apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam komunikasi.
I. Kolaborasi Dalam Tim Kesehatan
3. Prinsip Kolaborasi dalam Tim Kesehatan 1) Tujuan bersama 2) Pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan masing-masing dan perbedaan 3) Pengambilan keputusan yang adil dan efektif 4) Fokus pada pasien 5) Komunikasi yang jelas dan teratur Prinsip di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: 21.Patien-centered Care - Mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien - Pasien dan keluarga sebagai pemberian keputusan dalam masalah kesehatannya 22.Mutual respect and trust - Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya masing - Saling menghormati dan menghargai masing-masing profesi 23.Clear communication - Komunikasi efektif antara tenaga kesehatan - Rekam medis atau catatan lain yang ditulis dengan lengkap 24.Clarification of roles and scopes of practice - Memahami lingkup kerja dan tanggung jawab masing-masing sebagai tenaga kesehatan - Lingkup pekerjaan dalam kolaborasi kesehatan dijelaskan dalam job description dan kontrak pegawai - Psien juga dilibatkan untuk memahami peranannya dalam mewujudkan kesehatan
25.Clarification of accountability and responsibility
- Bertanggung jawab dengan perawatan terhadap pasien yang ditanganinya 26.Liability protection for all member of the team - Setiap anggota tim kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan formal untuk mengakomodasi tugasnya 27.Sufficient human resources and infrastructure - Mengefektif kerja dari tim kolaborasi kesehatan. Untuk itu, pemerintah membantu menambah jumlah tenaga kesehatan - Mengaplikasikan teknologi untuk membantu kolaborasi kesehatan 28.Sufficient payment and payment arragement - Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang diterimanya - Pemerintah membantu secara finansial dan teknis dalam mengembangkan kolaborasi 29.Supportive education system - Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi kesehatan.
30. Research and evaluation
- Evaluasi dengan melihat kenyatan lapangan dari kolaborasi kesehatan memperbaiki standar kualitas yang ada 1 0
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional