Panduan Interaksi Obat
Panduan Interaksi Obat
Interaksi Obat
1
Lampiran
Peraturan Direktur RS Harapan Bunda
Nomor : 06/PER/DIR/VII/2012
Tanggal : 11 Juli 2012
BAB I
DEFINISI
A. DEFINISI
Interaksi obat merupakan kejadian antara dua obat dimana obat lain dapat mempengaruhi efek dari obat utama.
Interaksi obat terjadi bukan hanya antara obat dengan obat, tetapi dapat juga terjadi antara obat dengan
makanan, obat dengan hasil laboratorium yang memberikan hasil positif palsu. Didalam kejadian interaksi obat
bisa menguntungkan tetapi bisa juga merugikan yang menyebabkan KTD (Kejadian Tidak Diinginkan), KNC
(Kejadian Nyaris Cedera), dan Sentinel.
B. TUJUAN
1. Menyediakan panduan untuk rumah sakit / fasilitas kesehatan lainnya mengenai kebijakan manajemen dan
pemberian obat-obatan yang kemungkinan dapat terjadi interaksi
2. Mengurangi terjadinya kejadian KTD, KNC, dan Sentinel.
3. Memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan meminimalisasi terjadinya kesalahan-
kesalahan medis dan menurunkan potensi risiko terhadap pasien.
C. KEBIJAKAN
1. Peran Serta Apoteker dalam pengawasan penggunaan obat yang diketahui terjadi interaksi, seperti :
a. Pengaturan jadwal penggunaan obat
b. Pemberian konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dan atau keluarga pasien serta tenaga
kesehatan lain
2. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan ditinjau ulang
D. PRINSIP
1. Setiap peresepan yang diberikan untuk pasien dikaji terlebih dahulu oleh petugas farmasi atau Apoteker
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Meningkatkan kewaspadaan terhadap penggunaan obat bagi pasien khusus (kronik, pasien yang dirawat
oleh lebih dari 1 dokter, penggunaan obat di ruang ICU, NICU, PICU, ICCU)
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat herbal, makanan, minuman
atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya.
Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau apa
yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang lainnya (Stockley, 2008).
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan
toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila menyangkut obat dengan
batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-
obat sitostatik (Setiawati, 2007).
Secara umum, ada dua mekanisme interaksi obat :
1. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan
efek farmakologisnya (BNF 58, 2009).
2. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki efek farmakologis,
antagonis atau efek samping yang hampir sama.
Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obatobat yang bekerja pada
sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi
obat-obat yang berinteraksi (BNF 58, 2009).
3
BAB III
TATA LAKSANA
A. PROSEDUR
Lakukan prosedur skrinning kinis peresepan.
1. Peresepan
a. Skrinning klinis harus dilakukan untuk setiap resep yang diterima
b. Skrinning dilakukan oleh petugas farmasi dan Apoteker
2. Persiapan
a. Setiap obat yang disiapkan setelah dilakukan skrinning
b. Pengaturan jadwal penggunaan obat dilakukan pada etiket obat
3. Pemberian informasi obat serta edukasi kepada pasien dan atau keluarga pasien meliputi kemungkinan
terjadinya interaksi obat satu dengan obat lain,serta interaksi obat dengan makanan
4
19. Glimepirid dan Furosemid
Efek dari intraksi kedua obat ini Furosemid dapat menurunkan efek penurunan gula darah dari Glimepirid.
20. Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada pengaturan jeda minum obat
21. Ranitidin dan Glimepiride Penggunaan bersama kedua obat ini dapat menyebabkan efek dari Glimepiride
meningkat dan terjadi penurunan gula darah yang drastis, karena Ranitidine merupakan inhibitor enzim.
Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada pengaturan jeda minum obat.
22. Furosemid dan Metformin
Penggunaan bersama kedua obat ini dapat menyebabkan efek dari Metformin meningkat dan terjadi
penurunan gula darah yang drastis..
Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada pengaturan jeda minum obat
23. Oral kontrasepsi dan Rokok
Interaksi yang terjadi anatara Oral Kontrasepsi dengan Rokok dapat menyebabkan kegagalan dari obat oral
kontrasepsi, karena Rokok merupakan induktor enzim
Solusi : Penggunaan Oral Kontrasepsi dengan Rokok ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama.
5
BAB IV
A. DOKUMENTASI