Anda di halaman 1dari 11

Perubahan Sosial, Modernisasi,

dan Pembangunan
 34 Comments

24 Votes

Pengantar

Sebagaimana telah dinyatakan oleh Comte, sosiologi dibedakan menjadi sosiologi statik dan
sosiologi dinamik. Walaupun kajian sosiologi di sekolah menengah lebih menekankan segi-
segi statika, seperti pada pokok bahasan struktur sosial, kelompok dan kelas sosial, institusi,
nilai dan norma, dan sebagainya, tetapi sebenarnya juga telah menyentuh aspek-aspek
dinamik atau perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat, seperti hubungan dan
dinamika kelompok sosial dalam masyarakat majemuk dan mobilotas sosial, sertu tentu saja
kajian spesifik tentang perubahan sosial, modernisasi, dan pembangunan.

Apa yang dimaksud dengan perubahan sosial?

Kingsley Davis memberikan pengertian bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada


struktur dan fungsi masyarakat, sedangkan Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan
sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap, pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Bagaimana kalau perubahan sosial dibandingkan dengan perubahan kebudayaan?

Secara singkat dapat dibedakan bahwa, perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi
pada struktur dan proses sosial (konfigurasi dan hubungan di antara unsur-unsur
sosial), sedangkan perubahan kebudayaan terjadi pada struktur kebudayaan (nilai/idea, pola
bertindak, dan artefak).

Apabila menggunakan pemikiran struktur kebudyaan, maka ruang lingkup perubahan


kebudayaan lebih luas daripada perubahan sosial. Perubahan sosial terbatas pada perubahan
sistem tindakan (sistem sosial), sedangkan perubahan kebudayaan meliputi semua perubahan
pada aspek kebudayaan masyarakat, yang meliputi (1) sistem idea, (2) sistem sosial, dan (3)
sistem artefak. Namun, apabila menggunakan pendekatan bahwa masyarakat dan
kebudayaan merupakan dwi tunggal, sehingga masyarakat merupakan wadah dan kebudayaan
merupakan isi, maka perubahan sosial lebih luas ruang lingkupnya daripada perubahan
kebudayaan. Karena perubahan sosial akan meliputi semua perubahan yang terjadi pada
masyarakat. Perubahan kebudayaan merupakan perubahan pada isi. Sehingga, perubahan
kebudayaan merupakan bagian dari perubahan sosial.

Lepas dari beda sudut pandang tentang ruang lingkup perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan, yang lebih penting diketahui adalah hubungan di antara keduanya.

Pernahkan Anda membayangkan, perubahan interaksi sosial dari bersifat otoriter menjadi
ekualiter apakah mungkin terjadi apabila tidak didahului oleh adanya perubahan nilai-nilai
berkenaan dengan tanggapan orang terhadap orang lain dari yang bersifat vertikal (feodal)
menjadi horizontal (demokratis)?Kemudian apa yang terjadi apabila dalam masyarakat terjadi
perubahan-perubahan unsur kebudayaan seperti seni tari, seni musik, dan seterusnya, apakah
akan mempengaruhi unsur-unsur sosial? Bandingkan dengan ketika suatu negara mengubah
undang-undang dasarnya, apakah akan diikuti oleh perubahan-perubahan pada struktur dan
proses sosial?

Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik semacam kesimpulan bahwa perubahan sosial selalu
diawali oleh perubahan kebudayaan. Tetapi tidak semua perubahan unsur kebudayaan diikuti
oleh perubahan sosial, hanya perubahan-perubahan unsur kebudayaan yang fundamental saja
yang diikuti oleh perubahan sosial. Misalnya perubahan undang-undang dasar. Perubahan
unsur-unsur seni tidak akan diikuti oleh perubahan sosial, karena tidak bersifat fundamental.

Mengidentifikasi perubahan sosial

Perubahan sosial dapat diketahui bahwa telah terjadi dalam masyarakat dengan
membandingkan keadaan pada dua atau lebih rentang waktu yang berbeda. Misalnya struktur
masyarakat Indonesia pada masa pra kemerdekaan, setelah merdeka, orde lama, orde baru,
reformasi, dst.

Yang harus dipahami adalah bahwa suatu hal baru yang sekarang ini bersifat radikal,
mungkin saja beberapa tahun mendatang akan menjadi konvensional, dan beberapa tahun lagi
akan menjadi tradisional.

Bahwa perubahan sosial dapat dipastikan terjadi dalam masyarakat, karena adanya ciri-ciri
sebagai berikut.

 Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang, setiap masyarakat pasti berubah,
hanya ada yang cepat dan ada yang lambat
 Perubahan yang terjadi pada lembaga sosial tertentu akan diikuti perubahan pada
lembaga lain
 Perubahan sosial yang cepat akan mengakibatkan disorganisasi sosial
 Disorganisasi sosial akan diikuti oleh reorganisasi melalui berbagai adaptasi dan
akomodasi
 Perubahan tidak dapat dibatasi hanya pada bidang kebendaan atau spiritual saja,
keduanya akan kait-mengkait

Tipologi perubahan

Perubahan Siklus dan Linier

Perubahan siklus
Perubahan-perubahan berpola siklus diterangkan antara lain oleh Arnold Toynbe, Oswald
Spengler, dan Vilfredo Pareto, bahwa masyarakat berkembang laksana suatu roda,
kadangkala naik ke atas, kadang kala turun ke bawah. Spengler dalam bukunya The Decline
of The West menyatakan bahwa kebudayaan tumbuh, berkembang dan pudar laksana
perjalanan gelombang yang muncul mendadak, berkembang, kemudian lenyap

Perubahan linier

Perubahan berpola linier dianut oleh Comte, Spencer, Durkheim, Weber, Parsons,
dst., bahwa kemajuan progresif masyarakat mengikuti suatu jalan yang linier, dari suatu
kondisi ke kondisi lain, misalnya dari tradisional menjadi modern, dari agraris ke industria,
atau sebagaimana yang dikemukakan oleh Alvin Tofler bahwa masyarakat akan bergerak dari
masyarakat gelombang I yang agraris, menuju ke gelombang II yang industrial, dan akhirnya
gelombang III masyarakat informasi, dan sebagainya.

Evolusi dan Revolusi

Evolusi merupakan perubahan yang berangsung secara lambat. Menurut uniliniar theory of
evolution , evolusi berlangsung melalui tahap-tahap evolusi tertentu, menurut universal
theory of evolution, perubahan yang terjadi secara lambat dan mengikuti garis evolusi
tertentu, sedangkan menurut multilineal theory of evolution, perubahan evolusi tidak
mengikuti tahap atau garis evolusi tertentu, karena perubahan pada suatu unsur dapat
mengakibatkan perubahan pada unsur lain, sehingga bersifat multilineal.

Sedangkan, revolusi merupakan perubahan yang berlangsung cepat, radikal, dan/atau


menyangkut nilai-nilai dan unsur-unsur yang mendasar.

Revolusi dapat berlangsung dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, maupun kebudayaan.
Dalam kehidupan politik, revolusi politik terjadi apabila: (1) ada keinginan umum, (2) ada
pemimpin, (3) pemimpin tadi dapat menampung aspirasi, (4) pemimpin tadi dapat
menunjukkan tujuan yang konkrit maupun yang abstrak paska revolusi, dan (5) ada
momentum yang tepat. Dapat dibayangkan, Revolusi Indonesia pada 17 Agustus 1945, dapat
terjadi karena adanya momentum yang tepat, pembomam Hiroshima dan Nagasaki yang
membuat Jepang lumpuh.

Perubahan Progresif dan regresif

Perubahan progresif merupakan perubahan ke arah kemajuan, sedangkan regresif merupakan


perubahan menuju kea rah keadaan yang lebih buruk (mundur).

Peubahan intended (diinginkan) dan unintended (tidak diinginkan)

Perubahan intended merupakan perubahan yang diinginkan atau direncanakan (planned


change), misalnya pembangunan, sedangkan unintended merupakan perubahan-
perubahan yang tidak diinginkan (dapat berupa dampak dari suatu perubahan).

Mengapa masyarakat mengalami perubahan?


Masyarakat mengalami perubahan disebabkan oleh baik faktor-faktor yang bersifat internal
maupun eksternal, baik yang bersifat material ataupun nonmaterial/ideologis.

David Mc Clelland menyebut faktor hasrat meraih prestasi (n-Ach = need for achievement)
sebagai faktor perubahan, sedangkan Alvin Betrand menyebut faktor komunikasi sebagai
faktor perubahan yang penting.

Faktor-faktor penyebab perubahan

Apabila dibedakan menurut asal faktor, maka faktor-faktor penyebab perubahan dapat
dibedakan antara faktor-faktor internal dan eksternal.

Faktor-faktor eksternal, atau faktor-faktor yang beasal dari luar masyarakat, dapat berupa:
(1) pengaruh kebudayaan masyarakat lain, yang meliputi proses-proses difusi (penyebaran
unsur kebudayaan), akulturasi (kontak kebudayaan), dan asimilasi (perkawinan budaya),
(2) perang dengan negara atau masyarakat lain, dan (3) perubahan lingkungan alam,
misalnya disebabkan oleh bendana.

Faktor-faktor internal, merupakan faktor-faktor perubahan yang berasal dari dalam


masyarakat, misalnya (1) perubahan aspek demografi (bertambah dan berkurangnya
penduduk), (2) konflik antar-kelompok dalam masyarakat, (3) terjadinya gerakan sosial
dan/atau pemberontakan (revolusi), dan (4) penemuan-penemuan baru, yang meliputi (a)
discovery, atau penemuan ide/alat/hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumny (b)
invention, penyempurnaan penemuan-penemuan pada discovery oleh individu atau
serangkaian individu, dan (c) inovation, yaitu diterapkannya ide-ide baru atau alat-alat baru
menggantikan atau melengkapi ide-ide atau alat-alat yang telah ada.

Faktor material dan immaterial

Faktor-faktor penyebab perubahan menurut jenisnya dapat dibedakan antara faktor-faktor


yang bersifat material dan yang bersifat immaterial. Faktor-faktor yang bersifat material,
meliputi: (1) perubahan lingkungan alam, (2) perubahan kondisi fisik-biologis, dan (3) alat-
alat dan teknologi baru, khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Sedangkan faktor-faktir yang bersifat nonmaterial, meliputi: (1) ilmu pengetahuan, dan (2)
ide-ide atau pemikiran baru, ideologi, dan nilai-nilai lain yang hidup dalam masyarakat.

Max Weber menyatakan bahwa industrialisasi dan modernisasi di Eropa Barat pada abad ke-
19 bersumber pada pandangan hidup agama Kristen Protestan (baca: Weber dalam The
Protestan Ethic and The Spirit of Capitalism). Robert N. Bellah mengkaji tentang pengaruh
agama Tokugawa terhadap perkembangan Jepang yg menghasilkan Restorasi Meiji. Ajaran
Tokugawa: tentang bekerja keras dan menghindari pemborosan waktu, hidup hemat, serta
jujur.

Di samping dikenal adanya faktor penyebab perubahan, berikut diidentifikasi tentang faktor-
faktor pendorong dan penghambat perubahan.

Faktor pendorong perubahan:

1. Kontak/komunikasi dengan kelompok/kebudayaan lain


2. Pendidikan yang maju
3. Need for Achievement (n-Ach)
4. Sikap menghargai orang lain dan kebudayaannya
5. Toleransi
6. Struktur sosial (stratifikasi) terbuka
7. Penduduk yang heterogen
8. Ketidakpuasan terhadap keadaan
9. Orientasi ke masa depan

Faktor penghambat perubahan

1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain


2. Perkembangan IPTEK yang terhambat
3. Sikap masyarakat yang tradisional
4. Vested interested
5. Ketakutan akan terjadi kegoyahan dalam sistem sosial apabila terjadi perubahan
6. Prasangka terhadap hal baru
7. Hambatan ideologis (nilai sosial)
8. Hambatan adat dan tradisi

Industrialisasi, Urbanisasi dan Modernisasi

Modernisasi merupakan proses menjadi modern. Istilah modern berasal dari kata modo yang
artinya yang kini. Sehingga, modernisasi dapat diartikan sebagai cara hidup yang sesuai
dengan situasi yang kini ada, atau konteks masa sekarang. Apabila cara hidup suatu
masyarakat seperti yang diwariskan oleh nenek-moyang atau generasi pendahulunya,
masyarakat tersebut disebut masyarakat tradisional. Istilah tradisi berasal dari kata traditum
yang artinya warisan.

Tekanan pengertian modernisasi adalah pada teknologi dan organisasi sosial.

Menurut Samuel Huntington proses modernisasi mengandung beberapa ciri pokok sebagai
berikut:

1. Merupakan proses bertahap, dari tatanan hidup yang primitif-sederhana menuju


kepada tatanan yang lebih maju dan kompleks
2. Merupakan proses homogenisasi. Modernisasi membentuk struktur dan
kecenderungan yang serupa pada banyak masyarakat. Penyebab utama proses
homogenisasi ini adalah perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan
transportasi. Contoh: fenomena coca colonization, Mc world serta californiazation.
3. Terwujud dalam bentuk lahirnya sebagai: Amerikanisasi dan Eropanisasi
4. Merupakan proses yang tidak bergerak mundur, tidak dapat dihindrkan dan tidak
dapat dihentikan
5. Merupakan proses progresif (ke arah kemajuan), meskipun tidak dapat dihindari
adanya dampak (samping).
6. Merupakan proses evolusioner, bukan revolusioner dan radikal; hanya waktu dan
sejarah yang dapat mencatat seluruh proses, hasil maupun akibat-akibat serta
dampaknya

Alex Inkeles dan David Smith mengemukakan ciri-ciri individu modern, sebagai berikut:
1. Memiliki alam pikiran (state of mind) yang terbuka terhadap pengalaman baru
2. Memiliki kesanggupan membentuk dan menghargai opini
3. Berorientasi ke depan
4. Melakukan perencanaan
5. Percaya terhadap ilmu pengetahuan
6. Memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu dapat diperhitungkan
7. Menghargai orang lain karena prestasinya
8. Memiliki perhatian terhadap persoalan politik masyarakat
9. Mengejar fakta dan informasi

Modernisasi sebagai proses industrialisasi dan urbanisasi

Menjadi modern identik dengan menjadi kota atau menjadi industri. Sehingga perubahan dari
tradisional ke modern, akan identik dengan peubahan dari situasi desa menjadi kota, dan
perubahan dari kehidupan agraris ke industri.

Talcott Parson menyebut variable-variabel yang berubah dalam perubahan itu, yaitu

1. “Affektivity” ke “Affective Neutrality”. Dari hubungan-hubungan dan tindakan yang


didasarkan pada perasaan, ke hubungan-hubungan dan tindakan yang didasarkan pada
pertimbangan rasional atau kepentingan tertentu. Modernisasi dan industrialisasi
membuat warga masyarakat mampu menunda kesenangan, yang kalau dalam aktivitas
ekonomi akan muncul sebagai investasi.
2. “Partikularisme” ke “Universalisme”. Dari interaksi dan komunikasi yang terbatas
pada kelompok-kelompok, golongan-golongan, atau aliran-alirann, berubah ke
lingkup yang lebih luas (universal).
3. “Orientasi Kolektif” ke “Orientasi Diri”. Dari orientasi hidup untuk kepentingan
kelompok ke kepentingan diri.
4. “Askriptif” ke “Achievement”. Dari penghargaan kepada faktor-faktor bawaan lahir,
berubah kepada penghargaan-penghargaan berdasarkan prestasi.
5. “Functionally diffused” ke “Functionally specified”. Dari cara kerja yang bersifat
umum dan serba meliputi, berubah menjadi berdasarakan kekhususan atau spesialiasi
yang dibatasi oleh konteks ruang dan waktu. Bandingkan hubungan antara orangtua –
anak dengan guru – murid. Orangtua – anak tidak terbatas oleh ruang dan waktu,
sedangkan guru – murid dibatasi oleh ruang dan waktu.

PEMBANGUNAN

Pembangunan merupakan perubahan sosial dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1. Merupakan perubahan untuk mewujudkan suatu kondisi kehidupan yang lebih baik
dari yang sekarang
2. Meliputi seluruh aspek kehidupan: fisik, sosial, ekonomi, politik maupun kebudayaan
3. Kuantitatif dan kualitatif
4. Secara sadar dilakukan
5. Menggunakan perencanaan (social planning)
6. Menghasilkan perubahan sosial dan kebudayaan
7. Dalam prosesnya memerlukan perubahan sosial dan kebudayaan
8. Bermuara pada kondisi ideal (maka pembangunan merupakan proses yang tidak
pernah selesai)
KONSEP TENTANG NEGARA BERKEMBANG

Dulu pernah disebut “backward nations” dengan ciri: (1) kemelaratan kronis, (2) kemelaratan
tersebut bukan karena tiadanya SDA, tetapi teknik produksi yg usang.

Istilah tersebut dinilai merendahkan dan tidak menghargai martabat bangsa-bangsa yang
dimaksud, kemudian disebut “underdeveloped” atau “lower developed countries” (LDC),
yg dihadapkan dng developed atau more developed countries (MDC). Istilah diperbarui
menjadi ”developing countries”= negara-negara sedang berkembang. Dalam Konferensi Asia
Afrika (Bandung, 1955), sebutan tersebut diubah menjadi “Negara-negara Selatan”. Di lain
pihak adalah Negara-negara Utara. Latar belakang istilah ini adalah bahwa kenyataan
sebagian besar negara-negara yang dimaksud berada di belahan bumi selatan, walaupun tidak
semuanya. Australia meskipun berada di belahan bumi selatan, tetapi tidak termasuk
kelompok negara-negara ini.

Sebutan yang lain: DUNIA KETIGA. Sisi lain: DUNIA PERTAMA dan KEDUA. Dunia
pertama adalah negara-negara maju, sedangkan dunia kedua adalah negara-negara sosialis di
Eropa Timur.

PERMASALAHAN DI NEGARA BERKEMBANG

1. Tingkat kehidupan yang rendah


2. Produktivitas yang rendah
3. Pertumbuhan penduduk dan angka ketergantungan (Dependency Ratio) yang tinggi

Ketiga permasalahan ini melahirkan kemiskinan dan saudara kembarnya keterbelakangan,


dan membentuk lingkaran setan yang tidak ada ujung pangkalnya. Sehingga, permasalahan
utama pembangunan negara-negara berkembang adalah bagaimana mengeluarkan orang dari
lingkaran ini.

MACAM-MACAM KEMISKINAN

Menurut jenisnya:

1. Absolut (mutlak)
2. Relatif (nisbi)
3. Subjektif

Menurut penyebabnya:

1. Kemiskinan struktural
2. Kemiskinan kultural
3. Kemiskinan Natural

Penjelasan:

Kemiskinan Absolut

Ketika sumber daya ekonomi seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya
yang paling dasar. Patokannya adalah Garis Kemiskinan.
Garis Kemiskinan

Tentang garis kemiskinan Prof. Sayogya, menggunakan ukuran tingkat konsumsi yang
ekuivalen dengan 240 kg beras/kapita/tahun di desa, atau 360 kg beras/kapita/tahun di kota.

Atau dapat juga menggunakan Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) yang ukurannya adalah
kemampuan suatu keluarga memenuhi sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako). Wujud
real KFM adalah ditetapkannya Upah Minimum Propinsi (UMP) yang sebelumnya disebut
sebagai UMR (Upah Minimum Regional). Sebagai gambaran, pada tahun 2010 ini Serikat
Pekerja Seluruh Indonesia menyepakati bahwa UMP Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar
Rp802.000/pekerja/bulan, dengan asumsi seorang pekerja menanggung beban seorang isteri
dan dua orang anak.

Kemiskinan Relatif

Kemiskinan relatif merupakan kemiskinan akibat adanya perbandingan kelas-kelas


pendapatan. Pengertian kemiskinan relatif menurut BPS (2008) adalah “suatu kondisi miskin
karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan
masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan”.

Kemiskinan subjektif

Dalam pengertian kemiskinan subyektif, setiap orang mendasarkan pemikirannya sendiri


dengan menyatakan bahwa kebutuhannya tidak terpenuhi secara cukup walaupun secara
absolut atau relatif sebenarnya orang itu tidak tergolong miskin.

Kemiskinan natural

Kemiskinan natural merupakan kemiskinan yang bersumber atau disebabkan oleh karenanya
minimnya sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

Kemiskinan Kultural

Kemiskinan yang disebabkan oleh sikap hidup masyarakat yang diwarnai oleh The culture of
Poverty (kebudayaan kemiskinan).

Pengertian budaya miskin (cultur of poverty) yang dikemukakan Oscar Lewis digunakan
berbagai pihak sebagai rujukan untuk merumuskan pengertian kemiskinan kultural, sebagai
kemiskinan yang diakibatkan oleh faktor-faktor adat dan budaya suatu daerah tertentu yang
membelenggu seseorang tetap melekat dengan indikator kemiskinan, seperti

1) sikap malas dan rendahnya etos kerja serta sikap pasrah menerima nasib

2) mengutamakan status dari pada fungsi dan prestasi

3) mentalitas meremehkan mutu

4) sikap tidak disiplin dan tidak menghargai waktu


5) sikap tidak jujur

6) hidup bermewah-mewah (hedonis) dan boros; ketidakmampuan menunda kesenangan


(affectivity)

7) tiadanya sikap percaya diri (mentalitas bangsa terjajah)

8) prasangka buruk terhadap perubahan dan pembangunan

Kemiskinan struktural

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang ditengarai disebabkan oleh kondisi struktur
atau tatanan kehidupan yang tidak menguntungkan, bukan oleh sebab-sebab atau faktor-
faktor yang alami atau faktor-faktor pribadi dari orang miskin itu sendiri, melainkan oleh
sebab tatanan sosial yang tidak adil.

Tatanan yang tidak adil ini menyebabkan banyak masyarakat gagal untuk mengakses sumber-
sumber yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya maupun untuk meningkatkan
kualitas kehidupannya.

Faktor-faktor tersebut utamanya ditengarai berasal dari pemerintah dan struktur-struktur


kekuasaan yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Faktor-faktor penyebab dalam
pengertian kemiskinan struktural antara lain kebijakan sosial yang tidak berpihak kepada
masyarakat, penguasaan sumberdaya secara berlebihan oleh pemerintah, pembangunan yang
tidak dialokasikan secara adil dan terbatasnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat
untuk berperan sebagai subjek dalam pembangunan.

Misalnya persoalan, mengapa seseorang menjadi penganggur. Sama sekali tidak disebabkan
oleh sebab-sebab atau faktor-faktor yang bersifat individual, melainkan:

1) Perubahan teknologi (mesin-mesin baru)

2) Perubahan cara kerja (efisiensi)

3) Pekerjaan dilakukan di tempat/negara lain (globalisasi)

4) Perubahan politik (kebijakan pemerintah)

5) Perubahan budaya (dibutuhkan produk yang berbeda)

Dampak perubahan

Dampak positif perubahan:

Globalisasi
Memudarnya batas-batas fisik/geografik maupun politik dalam masyarakat dunia, sehingga
interaksi dan komunikasi sosial di antara orang-orang dapat berlangsung tanpa hambatan-
hambatan yang bersifat geografik maupun politik.

Hal positif yang dapat diambil dari globalisasi adalah berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, karena arus informasi dan alih teknologi dapat berlangsung tanpa batas.

HAM

Universalisme yang berkembang sesuai dengan arus perubahan menjadikan orang-orang


mengakui akan HAM. Hak-hak azazi manusia tidak lagi dibatasi karena ras yang berbeda,
agama yang berbeda, daerah, atau sukubangsa.

Demokratisasi

Terbukanya peluang berpartisipasi dalam proses ekonomi, sosial, politik, maupun


kebudayaan bagi segenap warga masyarakat, tidak memandang asal-usul daerah,
kesukubangsaan, ras, aliran, ataupun agama.

Modernisasi

Modernisasi merupakan proses menjadi modern. Istilah modern berasal dari kata modo yang
artinya yang kini. Sehingga, modernisasi dapat diartikan sebagai cara hidup yang sesuai
dengan situasi yang kini ada, atau konteks masa sekarang. Apabila cara hidup suatu
masyarakat seperti yang diwariskan oleh nenek-moyang atau generasi pendahulunya,
masyarakat tersebut disebut masyarakat tradisional. Istilah tradisi berasal dari kata traditum
yang artinya warisan. Tekanan pengertian modernisasi adalah pada teknologi dan organisasi
sosial.

Dampak Negatif Perubahan sosial, Modernisasi, dan Pembangunan

Beberapa dampak negatif dari perubahan sosial adalah:

1. Westernisasi (meniru gaya hidup orang barat tanpa reserve).


2. Sekularisme (pada tingkatnya yang moderat, sekularisme merupakan pandangan
hidup yang memisahkan kehidupan agama dengan kehidupan dunia, pada tingkatnya
yang lebih ekstrim, sekularisme merupakan pandangan hidup yang menekankan pada
pentingnya kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, bahkan sampai pada faham
yang tidak mengakui adanya Tuhan)
3. Konsumerisme (pandangan hidup bahwa lebih baik membeli produk barang dan jasa
daripada membuatnya sendiri)
4. Konsumtivisme (mengkonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya bukan merupakan
keperluannya)
5. Hedonisme (cara hidup bermewah-mewah untuk mengejar prestise atau gengsi
tertentu)
6. Liberalisme (faham kebebasan berfikir, misalnya Islam Liberal)
7. Feminisme (gerakan sosial yang berupaya menempatkan perempuan dalam urusan-
urusan public).
8. Separatisme/pemberontakan/pergolakan daerah
9. Kesenjangan sosial dan ekonomi, yang terjadi karena ketidakadilan dalam proses
pembangunan, misalnya karena menekankan atau memprioritaskan daerah atau
golongan sosial tertentu
10. Munculnya berbagai tindak kejahatan, baik yang berupa kejahatan kerah putih (white
collar crime) maupun yang berupa kejahatan kerah biru (blue collar crime)
11. Munculnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kenakan remaja, prostitusi, dan
sebagainya yang disebabkan oleh adanya keinginan untuk menyesuaikan dengan taraf
hidup, tetapi tidak didukung oleh kemampuan dan ketrampilan yang memadai
(demonstration effect)

Anda mungkin juga menyukai