PROPOSAL
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Konsep Anak 4
2.1.1 Definisi Anak 4
Undang Undang Tentang Kesejahteraan Anak 5
2.1.2 Batasan Anak 5
2.1.3 Teori Perkembangan Anak 7
2.1.4 Karakteristik Anak 14
2.1.5 Perubahan Yang Terjadi Pada Anak 23
2.2 Sanitasi 24
2.2.1 Pengertian Sanitasi 24
2.2.2 Ruang Lingkup Sanitasi 24
2.3 Diare 27
2.3.1 Pengertian Diare 27
2.3.2 Etiologi 28
2.3.3 Patogenis 28
2.3.4 Tanda-tanda dan Gejala 29
2.3.5 Penatalaksanaan 30
BAB III KERANGKA KONSEP 31
3.1 Kerangka Teori 31
3.2 Kerangka Konsep 32
3.3 Hipotesis 32
BAB IV METODE PENELITIAN 33
4.1 Jenis Penelitian 33
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 33
4.3 Populasi dan Sampel 33
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan praproposal ini
dengan judul “Hubungan Klinik Sanitasi dengan Kejadian Penyakit Diare
Pada Anak Di Puskesmas Lubuk Buaya”. Praproposal ini merupakan salah satu
syarat guna menyelesaikan tugas riset di STIKes Mercubaktijaya Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai
pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian
praproposal ini. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih .
Semoga bantuan, bimbingan dan petunjuk yang bapak/ibu dan rekan-
rekan berikan menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda
dari Allah SWT dan penulis berharap semoga penulisan praproposal ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin. Namun apabila ada saran dan masukan dalam
rangka peningkatan kualitas praproposal ini akan diterima dengan baik.
Penulis
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare menurut WHO secara klinis didefinisikan sebagai bertambahnya
defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara
klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan
diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005).
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk
dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari
Penyakitdiare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun)
terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena
diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat
global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare
membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut
Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar
pada balita.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian
Kesehatan, tingkat kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare
mencapai 31,4 persen. Adapun pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen.
Bayi meninggal karena kekurangan cairan tubuh. Diare masih merupakan masalah
kesehatan di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam,
tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Kematian akibat penyakit diare di
Indonesia juga terukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru akut) yang
selama ini didengungkan sebagai penyebab tipikal kematian bayi.
Sanitasi adalah suatu upaya pencegahan penyakit yang menitikberatkan
kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Di dalam
Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 pasal 22 disebutkan bahwa
kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
2
Apakah ada hubungan klinik sanitasi dengan penyakit diare pada anak?
Apa faktor yang menyebabkan penyakit diare pada anak terhadap klinik sanitasi?
Manfaat bagi penulis yaitu sebagai acuan bagi penulis untuk melanjutkan
penelitian ke tahap selanjutnya. Manfaat bagi akademis adalah sebagai tugas dari
mata kuliah Riset. Manfaat bagi lingkungan atau masnyarakat adalah untuk
sebagai pedoman dari penelitian selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Anak
Anak merupakan individu yang berbeda dengan orang dewasa, baik secara
fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung didominasi oleh pola pikir
yang bersifat egosentrik, maka orang dewasa sudah mampu berfikir empati dan
sosial, begitu juga dalam aspek daya pikir, anak masih terbatas dengan hal yang
kongkret, sedangkan orang dewasa sudah mampu berpikir abstrak dan universal.
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak berlangsung secara bertahap dan
bersifat holistik (menyeluruh), artinya pertumbuhan dan perkembangan itu tidak
hanya dalam aspek biologis, kognitif dan psikososial. Karena adanya perbedaan
tingkat perkembangan intelektual, karakteristik dan kebutuhan anak yang
kemudian juga mengakibatkan adanya perbedaan kebutuhan bimbingan belajar
yang diberikan kepada anak. Masa usia dini adalah masa yang sangat penting bagi
perkembangan kehidupan manusia. Nuraini dalam M.Ramli (2002) “menjelaskan
dari segi perkembangan kepribadian, masa usia dini adalah masa-masa penting
yang sangat menentukan perkembangan kepribadian manusia karena pada masa
tersebut telah terbentuk dasar-dasar struktur kepribadian anak”.
Maka, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak
pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21 tahun
ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial,
kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang umumnya dicapai
setelah seseorang melampaui usia 21 tahun.
5
Dalam psikologi memang sulit ditetapkan batas-batas usia yang tegas bagi
masing-masing masa pekembangan tersebut diatas. Seorang yang berusia 16tahun
misalnya bisa sudah menunjukkan perilaku dewasa (sudah menikah, mempunyai
anak, mempunyai pekerjaan tetap, dst), akan tetapi bisa juga orang yang berumur
16tahun itu masih menunjukkan tingkah laku anak-anak. Dalam psikologi,
perkembangan jiwa sangat bersifat perorangan. Akan tetapi dalam praktik,
seringkali diperlukan batasan-batasanyang tegas. Hukum, misalnya, memerlukan
batasan yang tegas, kapan seseorang itu disebut anak dan kapan ia disebut dewasa.
Karena itu hukum memberi batasannya sendiri, misalnyaUndang-undang
perkawinan menetapkan umur 16tahun (bagi wanita) dan 19tahun(bagi pria) untuk
6
1. - :prenatal
2. 0-2 minggu : orok (infancy)
3. 2 minggu – 2 tahun : bayi (babyhood)
4. 2-6 tahun : anak-anak awal (early childhood)
5. 6-12 tahun : anak-anak akhir (late childhood)
6. 12-14 tahun : pubertas (puberty)
7. 14-17 tahun :remaja awal (early adolescene)
8. 17-21 tahun : remaja akhir (late adolescene)
9. 21-40 tahun : dewasa awal (early adulthood)
10. 40-60 tahun : setengah baya (middle age)
11. 60 tahun ke atas : tua (senescene)
7
Suatu teori akan memperoleh arti yang penting bila ia lebih banyak dapat
melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada. Menurut Buhler
(2000) mengatakan bahwa ada lima tingkat perkembangan psikis seseorang yaitu:
1. Permulaan
2. Penanjakan
3. Puncak masa hidup
4. Penurunan
5. Akhir kehidupan
Beberapa teori yang berhubungan dengan perkembangan adalah:
1. Teori yang berorientasi biologis (Nativisme)
Tokoh utamanya adalah Shopenhauer. Teori ini mengemukakan bahwa
anak lahir telah dilengkapi pembawaan bakat alami (kodrat). Dan pembawaan
inilah yang akan menentukan wujud kepribadian seorang anak. Pengaruh lain dari
luar tidak akan mampu mengubah pembawaan anak. Dengan demikan maka
pendidikan bagi anak akan sia-sia, dan tidak perlu lagi dihiraukan.
Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir) nativis (pembawaan) yang
ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa
sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini, bertolak
dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga
faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa aliran
nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang
dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan
dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya : kalau ayahnya pintar, maka
kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan
tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut
pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia
akan menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia
menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat
dirubah dari kekuatan luar.
8
2.Teori lingkungan
Dalam kelompok teori lingkunagn termasuk teori belajar dan teori
sosialisasi yang bersifat sosiologis. Teori-teori belajar mempunyai sifat yang
9
berlainan. Persamaan yang ada diantara berbagai teori belajar itu ialah bahwa
mereka semua memandang belajar sebagai suatu bentuk perubahan dalam
disposisi seseorang yang bersifat relative tetap, sedangkan perubahan tersebut
tidak disebabkan oleh pertumbuhan.
Menurut teori ini maka perkembangan adalah bertambahnya potensi untuk
bertingkah laku. Berjalan harus dipelajari, bergaul dengan oranglain juga harus
dipelajari, begitu juga dengan berpikir logis. Ketiga hal ini membutuhkan cara
belajar yang berlain-lain. Belajar berjalan adalah cara belajar sensori-motorik,
belajar bergaul termasuk belajar sosial dan berpikir logis juga termasuk belajar
koqnitif.
Teori ini beranggapan bahwa sesudah tahun pertama, potensi untuk
melakukan tingkah laku nivo yang lebih tinggi tidak tergantung dari pada
perubahan spontan dari struktur organism, melainkan tergantung dari apa yang
kita pelajari dengan teknik-teknik yang tepat. Jadi bila nak hdup dalam suatu
lingkungan tertentu, maka anak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang
khas lingkungannya tadi. Telah banyak diketahui bahwa misalnya perkembangan
bahasa, begitu juga keberhasilan disekolah mempunyai sifat-sifat yang khas
lingkungan.
3. Teori psikodinamika/psikososial
Eric Erikson merupakan penganut teori psikodinamika atau psikosialis dari
Freud. Erikson menerima dasar-dasar orientasi umum dari Freud, namun
menambahkan dasar dasri orientasi teorinya mengenai tahapan perkembangan
psikososial. secara umum, Tahapan perkembangan psikosoial ini menekankan
perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia. Masing-masing
tahap terdiri dari tugas yang khas yang menghadapkan individu pada suatu
permasalahan atau krisis bilamana tidak dapat melampaui denagn baik. Semakin
individu tersebut mampu melampaui krisis, maka akan semakin sehat
perkembangannya.
Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dalam hal pandangan
akan pentingnya pengaruh lingkungan, termasuk lingkunagn primer, terhadap
perkembangan. Perbedaanya ialah bahwa teori psikodinamika memandang
komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam kepribadian dan
10
perkembangan seseorang. Menurut teori ini, maka komponen yang bersifat sosio-
afektif, yaitu ketegangan yang ada dalam diri sseorang sebagai penentu
dinamikanya.
Menurut salah satu teori psikodinamika terkenal, yaitu teori Freud, maka
sorang anak dilahirkan dengan dua macam kekuatan biologis, yaitu libido dan
nafsu mati. Kekuatan atau energy ini “menguasai” semua orang atau semua benda
yang berarti bagi anak, melalui proses yang oleh Freud disebut kathexis. Kathexis
berarti konsentrasi energy psikis terhadap suatu objek atau suatu ide yang spesifik.
Teori perkembangan yang berorientasi psikodinamika tidak lagi mengakui
pendapat yang dulu dianut secara umum, bahwa perkembangan fungsi seksual
baru dimulai bersamaan dengan pertumbuhan organ kelamin pada masa remaja.
Teori perkembangan yang berorientasi psikodinamika mempunyai kelemahan
yaitu tidak dapat diuji secara empiris. Teori tersebut menitikberatkan akan
perkembangan sosio-afektif. Bial dalam teori ini seksualitas menduduki tempat
yang utama, perlu diketahui juga bahwa libido dan agresi (sebagai pernyataan
nafsu mati) selalu berjalan bersama-sama. Jadi kalau misalnya seksualitas ditekan
karena norma pendidkan orang tua, maka agresi ikut ditekan juga. Hal ini
mempunyai pengaruh yang menentukan bagi perkembangan kepribadian anak.
4. Teori ilmu kerohanian
Tokoh yang paling utama dalam teori ini adalah Eduard Sparange. Titik
berat pandangannya adalah pada kekhususan psikis indvidu. Sesua dengan
pendapat Dilthey Sparange mengemukakan bahwa gejala psikis seseorang sulit
diterangkan dalam halnya menerangkan gejala fisik..
Gejala psikis hanya dapat kita “mengerti” yaitu ketika kita mengerti dari
arti yang ada dalam keseluruhannya. Apa yang diartikan “mengerti” disini bukan
merupakan proses rasional saja, melainkan suatu kemampuan untuk dapat
merasakan suatu situasi tertentu.
Gejala dimengerti dari keseluruhan strukturnya, begitu pula gejala
perkembangan dimengerti dengan cara seperti itu. Misalnya pemaksaan seksual
adala suatu gejala fisiologis, tetapi remaja memberikan arti dalam keseluuhan
struktur psikologisnya. Dalam hal itu sikap dapat merasakan dan simpati terhadap
person pasangannya memegang peranan yang penting.
11
6. Teori konvergensi
Teori ini penganjur utamanya adalah Williams Stern. ungkapkan bahwa
perkembangan jiwa anak libih banyak ditentukan oleh dua factor yang saling
menopang, yakni factor bakat dan factor pengaruh lingkungan, keduanya tidak
dapat dipisahkan seola-olah memadu, bertemu dalam satu titik. Munawar sholeh
(2005: 20-23).
7. Teori rekapitulasi
Rekapitulasi berarti ulangan, yang dimaksudkan disini d\adalah bahwa
perkembangan jiwa anak adalah merupakan hasil ulangan dari perkembangan
seluruh jenis manusia. Pernyataan terkenal dari teori ini adalah Anogenesa
Recapitulatie Philogenesa(perkembangan satu jenis makhluk adalah mengulangi
perkembangan seluruhnya).
8. Teori kemungkinan berkembang
Teori ini berlandaskan alas an-alasan:
a) Anak adalah makhluk manusia yang hidup.
b) Waktu dilahirkan anak dalam kondisi tidak berdaya, sehingga ia
membutuhkan perlindungan.
c) Dalam perkembangan anak melakukan kegiatan yang bersifat pasif dan
aktif.
Yang menyampaikan teori ini adalah Dr. M.J Langeveld salah seorang ilmuan
dari belanda.
9.Teori psikoanalisis
Teori Psikoanalitis dari Freud menekankan pentingnya pengalaman masa
kanak-kanak awal dan motivasi dibawah sadar dalam mempengaruhi perilaku.
Freud berpikir bahwa dorongan seks dan instink dan dorongan agresif adalah
penentu utama dari perilaku, atau bahwa orang bekerja menurut prinsip
kesenangan. Teorinya menyatakan bahwa kepribadian tersusun dari tiga
komponen, yaitu: id, ego dan superego.
Id, merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur
bilogis, termasuk di dalamnya dorongan-dorongan dan impuls-impuls instinktif
yang lebih dasar. Ego, merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari
kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan
13
aktifitas fisik maupun sosialnya. Pada awal fase laten ,anak perempuan lebih
menyukai teman dengan jeni skelamin yang sama, demikian juga sebaliknya.
Pertanyaan anak semakin banyak, mengarah pada sistem reproduksi (Ortu harus
bijaksana dan merespon). Oleh karena itu apabila ada anak tidak pernah bertanya
tentang seks, sebaiknya ortu waspada ( Peran ibu dan bapak sangat penting dlm
melakukan pendekatan dengan anak).
e) Fase genital (12-18 tahun)
Kepuasan anak akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang
matang terhadap lawan jenis.
dalam memahami dan menyesuaikan diri dengan dunianya dengan cara positif.
Keterampilan yang sangat diperlukan dalam mengurangi egosentris di antaranya
adalah dengan mengajarkan anak untuk mendengarkan orang lain, serta dengan
cara memahami dan berempati pada anak.
Menurut presepsi anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menarik dan
menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan anak yang tinggi. Rasa
keingintahuan sangatlah bervariasi, tergantung dengan apa yang menarik
perhatiannya. Sebagai contoh, anak lebih tertarik dengan benda yang
menimbulkan akibat daripada benda yang timbul dengan sendirinya. Dalam
Brooks and Brooks, dikemukakan bahwa keuntungan yang dapat diambil dari rasa
keingintahuannya adalah dengan menggunakan fenomena atau kejadian yang
tidak biasa. Kejadian yang tidak biasa tersebut dapat menimbulkan
ketidakcocokan kognitif, sehingga dapat memancing keinginan anak untuk tekun
memecahkan permasalahan atau ketidakcocokan tersebut. Meskipun terkadang
sulit dikenali hubungan di antara ketidaksesuaian tersebut, namun hal ini dapat
membantu mengembangkan motivasi anak untuk belajar sains. Untuk membantu
mengembangkan kemampuan anak dalam mengelompokan dan memahami
dunianya sendiri, guru perlu untuk membantu untuk menemukan masalahnya.
Anak senang diterima dan berada dengan teman sebayanya. Mereka senang
bekerja sama dalam membuat rencana dan menyalesaikan pekerjaanya. Mereka
secara bersama saling memberikan semangat dengan sesama temannya. Anak
membangun konsep diri melalui interaksi sosial disekolah. Ia akan membangun
kepuasan melalui penghargaan diri ketika diberiakn kesempatan untuk bekerja
sama dengan temannya. Untuk itu pembelajaran dilakukan untuk membantu anak
dalam perkembangan penghargaan diri. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara
menyatukan strategi pembelajaran sosial seperti bekerja sama, simulasi guru dari
teman sebaya, dan pembelajaran silang usia.
16
Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya
ia kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalama-pengalaman
aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun. Hal ini disebabkan
imajinasi anak berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Sebagai contoh, ketika
anak melihat gambar sebuah robot, maka imajinasinya berkembang bagaimana
robot itu berjalan dan bertempur dan seterusnya. Jika dibimbing dengan beberapa
pertanyaan, maka ia dapat menceritakan melebihi apa yang mereka dengar dan
lihat sesuai dengan imajinasi yang sedang berkembang pada pikirannya. Cerita
atau dongeng merupakan kegiatan yang banyak digemari oleh anak sekaligus
dapat melatih mengembangkan imajinasi dan kemampuan bahasa anak.
Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan dlam
jangka waktu yang lama. Ia selalu cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan
lain, kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan juga bervariasi dan
tidak membosankan. Menurut Berg disebutkan bahwa sepuluh menit adalah waktu
yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan
sesuatu secara nyaman. Daya perhatian yang pendek membuat ia masih sangat
sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama,
kecuali terhadap hal-hal yang menyenangkan. Pembelajaran dapat dilakukan
17
Masa anak usia dini disebut sebagai masa golden age atau magic years.
NAEYC mengemukakan bahwa masa-masa awal kehidupan tersebut sebagai
masa-masanya belajar dengan slogannya sebagai berikut: “early years are
Learning years”. Hal ini disebabkan bahwa selama rentang waktu usia dini, anak
mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dan
berpusat pada berbagai aspek. Pada periode ini hampir seluruh potensi anak
mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat.
Oleh karena itu, pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan
rangsangan dari lingkungannya. Pembelajaran pada periode ini merupakan
wahana yang memfsilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai
tahapan sesuai dengan tugas perkembangannya.
“Ma, aku lahir darimana sih?”, “Ma, kenapa sih aku tidak sama dengan mama?”,
“Ma, Allah itu seperti apa sih?”, “Ma, untuk apa sih kita harus makan?” dan
banyak lagi pertanyaan yang disampaikan anak pada pendidik (orang tua dan
guru). Pertanyaan tersebut kadang membuat kita terjengah dan tidak bisa
menjawabnya. Kadang pertanyaa tersebut juga tampaknya sepele tapi kita tidak
bisa menjawabnya. Sebenarnya kita tahu jawabannya, namun seringkali kita tidak
tahu bagaimana cara menerangkannya pada anak kita yang masih berusia dini
(lahir – 8 tahun).
Ya…., anak-anak selalu ingin tahu dan mereka selalu antusias mengikuti berbagai
kegiatan. Sehingga seringsekali mereka memperhatikan, mempertanyakan dan
membicarakan sesuatu yang diminatinya secara terus menerus dan berulang-
ulang. Mereka akan terus bertanya jika jawaban yang diperolehnya belum
memuaskannya. Implikasinya adalah bahwa sebaiknya pendidik jangan pernah
bosan menjawab pertanyaan anak. Jawablah dengan jawaban yang logis dan
sesuai dengan kemampuan bahasanya. Berikan jawaban yang singkat, namun jelas
dan mudah dipahami. Jangan pernah memberikan jawaban yang tidak benar
karena informasi yang diterimanya akan bertahan cukup lama. Selain itu berikan
19
jawaban dengan segera, jangan sampai ia mencari tahu dari sumber yang tidak
benar. Jika memang Anda tidak tahu jawaban atas pertanyaannya, ajaklah anak
Anda untuk mencari jawabannya bersama. Misalnya dari buku, internet atau
sumber lainnya.
Anak adalah individu yang sangat unik. Setiap anak berbeda dengan anak
lainnya. Tidak ada dua anak yang sama persis meskipun mereka kembar identik.
Oleh karenanya sebagai orang tua jangan pernah kita membandingkan anak-anak
kita antara satu dengan lainnya. “Membandingkan” sering sekali kita
melakukannya. Baik dengan sengaja maupun tanpa kita sengaja. Misalnya:
“Aduh… dede… kenapa sih kamu tidak seperti kaka? Kaka itu rajin dan
pandai…” atau “ Kamu malas banget sih… lihat tuh ….Si A anaknya Pak X…”.
Jangankan anak-anak, kita sendiri juga tidak suka jika dibandingkan dengan orang
lain. Apakah Anda suka jika suami/istri Anda mengatakan “ Hmmm… tetangga
sebelah rumah itu, pasangannya rajin banget yaa… kayaknya dia juga sayang tuh
sama pasangannya….” Pasti Anda juga tidak akan suka kan?
Nah! Anak-anak juga demikian. Ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi
dalam diri anak jika dia dibandingkan. Pertama, mungkin dia akan termotivasi
untuk menjadi lebih baik dari anak yang dibandingkan dengannya. Kedua,
mungkin dia justru akan merasa”kalah sebelum bertanding”. Dia akan merasa
bahwa dia memang tidak akan bisa sebaik anak tersebut. Ketiga, dia cuek saja dan
tidak peduli apapun yang Anda katakan, atau bahkan dia akan berkata “Akukan
20
Bu Bisma kaget sekali, saat pulang kerja dia melihat rumahnya sangat
berantakan, seperti kapal pecah. Meja dan kursi sudah tak karuan letaknya. Kain
seprei terlihat membentang di salah satu sudut, dimana ujung-ujungnya diikatkan
pada teralis jendela. Alat-alat dapur tampak pula berserakan di sekitarnya. Selain
itu kursi makan tampak dalam posisi terbalik. “Wah… apa yang terjadi ?”
Pikirnya. Dia segera mencari pembantu dan dua anaknya yang masih berusia 5
dan 3 tahun. Di belakang rumah, dia melihat pembantunya dalam posisi
merangkak dan kedua anaknya duduk di atasnya. “Ayo… kuda… cepat dong
jalannya” Teriak si Sulung sambil sesekali mengibaskan handuk kecil yang
dipegangnya ke arah bokong sang pembantu. Bu Bisma akhirnya hanya geleng-
geleng kepala melihat kondisi tersebut.
Yaa, anak pada umumnya senang berfantasi. Mereka senang dengan hal-hal
yang bersifat imajinatif. Segala benda dianggapnya hidup dan dapat menjadi
apapun yang mereka inginkan. Dunia pikiran mereka tak terbatas. Pikiran mereka
dapat menjelajah area yang kadang tidak terbayangkan oleh orang dewasa.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, saat anak Anda menyampaikan atau
menceritakan fantasinya, janganlah Anda langsung memotongnya dengan
mengatakan bahwa apa yang mereka katakan atau pikirkan salah. Tetapi, Anda
dapat mengarahkan fantasinya agar semakin berkembang ke arah yang lebih
positif. Misalnya: Anak mengatakan bahwa dia melihat ada ular terbang. Maka,
Anda jangan mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada ular yang terbang. Tetapi
cobalah gali fantasi anak dengan pertanyaan yang membuatnya berpikir lebih
jauh. Seperti: “ Oh ya…, ularnya terbang kemana nak? Trus apa yang dia lakukan
di sana? Kira-kira apa yang dicarinya ya? Terbangnya pakai apa Nak?” Dan
sebagainya. Jika Anda langsung memotong dan menyalahkan apa yang dikatakan
anak, maka hal ini akan membuat kreativitas anak “mati” secara perlahan.
Seandainya, apa yang dikatakan anak memang benar-benar salah, Anda dapat
membimbing anak melakukan koreksi terhadap pemikiran mereka sendiri dengan
menyampaikan ilustrasi yang benar dan dengan bahasa yang dapat dipahami anak.
Misalnya: Ketika anak mengatakan: “ Ma, Allah itu kan ada banyak!” Anda
jangan mengatakan “Salah Nak… Allah itu hanya satu” tanpa memberikan
penjelasan apapun. Anda dapat meluruskan pemikiran anak dengan
menyampaikan cerita bahwa jika Allah ada banyak maka kemungkinan besar
dunia ini akan kacau balau, setiap Allah akan berebut untuk menjadi penguasa.
Tentu saja cerita ini disertai dengan ilustrasi yang konkret tentang alam semesta
ciptaan Allah dan dengan bahasa yang dipahami anak.
Dini yang berusia 4 tahun, sedang membaca (melihat-lihat) isi buku. Dia
tampak asyik sekali. Namun beberapa saat kemudian, dia tampak sudah berlari-
lari sambil tertawa kegirangan. Tak berapa lama kemudian, Dini sudah asyik
dengan bonekanya. Yaaa…tampaknya Dini termasuk anak yang mudah bosan
dengan suatu kegiatan. Sebenarnya hal ini adalah suatu yang wajar terjadi pada
anak usia dini. Ilustrasi tersebut menggambarkan bahwa anak cenderung tidak
bisa bertahan lama untuk suatu kegiatan atau dengan kata lain, daya
konsentrasinya cenderung pendek dan bukan karena anak itu mudah bosan.
22
Menurut Berg (1988), rentang perhatian anak usia 5 tahun untuk duduk tenang
memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali untuk melakukan hal-hal
yang bisa membuatnya senang.
Implikasi dari karakteristik anak yang seperti ini, adalah apabila hendak
memberikan suatu kegiatan pada anak, maka kegiatan tersebut janganlah terlalu
lama. Anda dapat mengajak anak melakukannya berkali-kali namun dengan
diberikan jeda atau pause sejenak. Apabila kita meminta anak melakukan suatu
kegiatan dilakukan secara terus menerus (marathon?), maka kemungkinan besar
tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal dari anak tersebut. Selain itu juga,
pendidik harus selalu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam mendidik
mereka. Misalnya, untuk membiasakan anak makan sayuran, pendidik dapat
melakukannya melalui nyanyian, permainan ataupun cerita (yang tidak terlalu
penjang dan bertele-tele). Jika Anda “harus” menyampaiakan suatau pengarahan
atau nasehat, usahakan tidak lebih dari 10 menit, karena jika lebih dari waktu
tersebut kemungkinan besar materi yang Anda samapaikan akan percuma dan
konsentrasi anak sudah beralih pada hal lainnya.
Anak usia dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses
perkembangan yang unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan
kembang) terjadi bersamaan dengan golden age (masa emas/peka). Golden age
merupakan masa yang paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat
(intervensi) kepada anak. Pada masa peka ini, kecepatan tumbuh otak anak sangat
tinggi hingga mencapai 50 % dari keseluruhan perkembangan otaknya selama
hidupnya. Artinya golden age merupakan saat/masa yang paling tepat untuk
menggali segala potensi kecerdasan anak seluas-luasnya. Pada masa ini juga
seorang anak memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat mengoptimalkan
seluruh aspek perkembangan yang ada pada dirinya dan pendidik dapat
memberikan bantuan dengan cara memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
perkembangan anak dan memfasilitasinya dengan menyediakan sumber belajar
yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak.
23
rata-rata anak memperoleh pertambahan tinggi badan sebesar 2,5-3 inci (6-
7,2 cm) dan berat badan 3-5 pound (1,2-2,2 kilogram) setiap tahunnya. Pada anak
usia 2 tahun cenderung mengalami pertumbuhan lebih banyak yaitu rata-rata
sekitar 4-6 pound (1,8-2,7 kilogram) hingga anak berusia 2,5 tahun. Pada masa
anak-anak seorang anak diperkirakan mencapai sekitar 50 persen dari tinggi badan
dewasanya.Selain itu faktor genetika dan gaya hidup sangat memainkan peranan
besar. Hal inilah yang membuat seorang anak kadang lebih tinggi atau lebih
pendek, serta lebih berat atau lebih kurus dibandingkan dengan anak lain yang
seusianya.Hingga anak berusia 3 tahun, pada umumnya balita memiliki perut yang
menonjol serta lengan dan kaki yang relatif pendek. Namun saat mencapai usia 3-
4 tahun, tubuh secara bertahap mulai memanjang. Perut akan menjadi rata sebagai
bentuk dari perkembangan otot perut dan anggota badan atau tungkai mulai
memanjang. Anak laki-laki cenderung memiliki massa otot yang lebih banyak
dibandingkan anak perempuan, meskipun usianya sama. Dan pada usia 4 tahun
kecenderungan penggunaan tangan kiri atau kanan cukup konsisten. Sedangkan
untuk ukuran kepala cenderung sudah lebih besar. Namun tidak hanya anggota
tubuh di luar saja yang mengalami perkembangan, karena organ tubuh bagian
dalam pun turut berkembang. Salah satu perubahan internal yang terjadi adalah
kandung kemih yang semakin besar. Hal ini membuat anak-anak prasekolah tidak
lagi menggunakan toilet sesering saat masih batita. Rata-rata anak berusia 2 tahun
buang air kecil sebanyak 12 kali dalam satu hari, sementara itu anak berusia 3-6
tahun cenderung buang air kecil lebih sedikit yaitu sebanyak 8-9 kali dalam satu
hari. Namun sekitar 15-20 persen anak laki-laki masih ada yang mengompol saat
berusia 5 tahun, hingga kini belum diketahui penyebabnya. Jadi tidak hanya anak
remaja atau orang dewasa saja yang mengalami perubahan bentuk tubuhnya,
karena anak-anak prasekolah pun juga mengalami perubahan tersebut meskipun
tidak terlalu signifikan.
24
2.2 Sanitasi
Pentingnya lingkungan yang sehat ini telah dibuktikan oleh WHO dengan
penyelidikan diseluruh dunia didapatkan hasil bahwa angka kematian (
Mortalitas) ,angka kematian orang sakit ( Morbiditas ) yang tinggi serta seringnya
terjadi epidemi, terdapat ditempat – tempat hygenis dan sanitasi lingkungan yang
buruk, yaitu ditempat – tempat banyak terdapat lalat, nyamuk, pembuangan
kotoran, air rumah tangga yang buruk dan perumahan yang terlalu sesak dan
keadaan sosial ekonomi yang jelek. Ternyata pula bahwa bahwa di tempat –
tempat yang hygenis dan sanitasi lingkungan diperbaiki, mortalitas, morbiditas
menurun dan wabah berkurang dengan sendirinya.
1. Akibat atau masalah yang ditimbulkan segera terjadi, artinya begitu foktor
lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut hadir atau tidak dalam kehidupan
maka akan timbullah penyakit.
27
2. Akibat atau masalah yang ditimbulkan secara lambat laun, artinya terdapat
tenggang waktu antara hadir atau tidak hadirnya fakto lingkungan yang tidak
menguntungkan dengan munculnya penyakit.
Sedangkan peranan faktor lingkungan dalam menimbulkan penyakit dapat
dibedakan atas empat macam:
2.3 Diare
Diere adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga
didefenisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Balita dikatakan diare bila sudah
lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah
lebih dari 4 kali bang air besar (Dewi, 2011).
28
2.3.2 Etiologi
2.3.3 Patogenis
Berikut adalah tanda dan gejala pada balita yang mengalami diare :
1. Cengeng, rewel.
2. Gelisah.
3. Suhu meningkat.
4. Nafsu makan menurun.
5. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah, kelemahan,
feses ini akan berwarna hijau dan asam.
6. Anus lecet.
7. Dehidrasi, bila mejadi dahidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan
darah, nadi capat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran,
dan diakhiri dengan syok.
8. Berat badan menurun.
9. Turgor kulit menurun.
10. Mata dan ubun – ubun cekung.
11. Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.
30
2.3.5 Penatalaksanaan
BAB III
KERANGKA KONSEP
Penyebab penyakit
Kuman
Makanan
Sumber air
minum
Kepemilikan
Orang sehat Kejadian
jamban diare pada
anak
Jenis lantai
rumah
Perilaku
32
Variabel bebas
Kepemilikan jamban
3.3 Hipotesis
Angka kejadian diare berulang pada anak berumur 6-24 bulan yang
mendapat suplementasi seng dan probiotik secara sendiri sendiri maupun secara
bersamaan lebih sedikit dibanding yang mendapat terapi baku.
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA