Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Penyakit jantung yang dipengaruhi oleh tingginya kadar kolesterol, banyak terjadi
pada individu dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas
fisik dan makanan yang menjadi faktor penting penentu kadar kolesterol individu. Gaya
hidup masyarakat kerja, dewasa ini lebih cenderung mengejar halhal yang bersifat
praktis, termasuk di dalamnya jenis makanan yang dikonsumsi. Makanan cepat saji (fast
food) atau yang juga dikenal sebagai makanan sampah (junk food) menjadi pilihan bagi
individu yang mengutamakan kecepatan pelayanan karena waktu menjadi sangat
berharga di dunia kerja. Namun di sisi lain, makanan ini sebenarnya tidak memiliki
kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan yang tinggi. Nystrom (2008)
dalam penelitiannya di Perancis mengatakan, responden yang makan dua kali sehari di
McDonalds, Burger King atau restoran cepat saji lain selama 4 minggu, 2 kali sehari,
mengalami peningkatan berat badan hingga 15% dan peningkatan kadar enzim alanine
aminotrasnferase (ALT) hingga 10 kali.
Aktivitas fisik yang sedikit dan makanan cepat saji menjadi bagian dari kehidupan
pekerja kantor dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh beratnya tuntutan pekerjaan sehingga
tidak ada kesempatan untuk berolah raga dan merujuk kepada perilaku hidup yang instan,
misalnya makanan. Gaya hidup yang demikian akan menyebabkan terjadinya
penumpukan karbohidrat dan kolesterol di dalam tubuh, yang kemudian dapat
menyebabkan dislipidemia yang merupakan faktor risiko terjadinya PJK.
Di sisi lain, pekerja kasar umumnya memiliki aktivitas fisik yang berat namun tidak
diimbangi dengan makanan dengan kandungan gizi yang cukup. Keterbatasan ekonomi
pada pekerja kasar membuat mereka jarang memakan makanan hewani seperti daging
dan ikan, makanan cepat saji, atau makananmakanan lain yang cenderung berkolesterol
tinggi. Walaupun demikian, dewasa ini PJK bukan hanya menjadi penyakit bagi golongan
ekonomi menengah ke atas, namun juga sering terjadi pada masyarakat ekonomi bawah.
Diduga hal ini terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
minyak tak jenuh dan trans yang bisa terdapat pada minyak goreng kualitas rendah atau
minyak goreng bekas (American Heart Association, 2008).

B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Tujuan umum
Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang penyakit jantung koroner
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa/i mampu memahami konsep teoritis dari penyakit jantung
koroner
b. Mahasiswa/i mampu menerapkan konep asuhan keperawatan penyakit
jantung koroner

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP JANTUNG KORONER
1. DEFENISI
Jantung merupakan sebuah organ dalam tubuh manusia yang termasuk dalam sistem
sirkulasi.jantung bertindak sebagai pompa sentral yang memonpa darah untuk
mengantarkan bahan-bahan metabolisme yang diperlukan keseluruh jaringan tubuh untuk
mengangkut sisa-sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh.
Sistem sirkulasi sendiri memiliki 3 komponen:
1. Jantung
Pompa yang melakukan tekanan terhadap darah agar timbul gradient dan darah dapat
mengalir keseluruh tubuh
2. Pembuluh darah
Saluran untuk mendistribusikan darah dari jantung kesemua bagian tubuh dan
mengembalikanya ke jantung. Terbagi atas 3 pembuluh darah :
 Pembuluh arteri, berfungsi untuk mengangkur oksigen dari jantung keseluruh
jaringan tubuh, mengecil seiring berjalanya melalui jantung.
 Pembuluh kapiler
Pembuluh kapiler, yang merupakan penghubung antara pembuluh arteri dn vena.
Lapisan dingdingnya yang tipis memudahkan oksigen, nutrisi, karbon dioksida
dan bahan sisa lainya keluar atau masuk ke organ sekitarnya.
 Pembuluh vena, yang berfungsi untuk menyalurkan aliran arah yang berisi bahan
sisa kembali ke jantung untuk dipecahkan dan dikeluarkan dan dikeluarkan dari
tuhuh. Pembuluh vena semakin membesar ketika mendekati jantung,
3. Darah
Medium transportasi dimana darah akan membawa oksigen dan nutrisi. Darah
berjalan melalui sistem sirkulasi ke dan jari jantung melalui 2 lengkuk vaskuler
(pembuluh darah) yang terpisah.
Penyakit jantung koroner terjadi oleh sebab suplay darah ke otot jantung berkurang
sebagai akibat tersumbatnya atau obstruksi pembuluh darah arteri koronaria. (Heler. T
1987). Penyakit jantung koroner adalah suatu manifestasi kusus dari aterossklerosis pada
arteri koronaria (depkes RI 1993). Penyakit jantung koroner adalah perubahan variabel
intima arteri yang merupakan pokok lemak atau lipid, pokok kompleks karbohidrat, darah
dan hasil produk darah, jaringan fibrus dan deposit kalsium yang kemudian diikuti
dengan perubahan lapisan medial. (lili ismusiati 1996)

2. ETIOLOGI
Menurut silvia trice 2006 aterosklerosis pembuluh koroner adalah penyebab penyakit
arteri koronaria yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan
lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, ssehingga secara progresif
mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka resistensi akibat
aliaran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium. Bila penyakit
ini semakin lanjut, maka prnyempitan lumen akan diikuti perubahan vaskuler yabg
mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar. Dengan demikian keseimbangan
antara suplay dan kebutuhan oksigen menjadi genting, membahayakan miokardium.
Sedangkan menurut sjaifoellah (1996) penyakit jantung koroner terutama disebbkan
oleh proses arterosklerosis yang merupakan suatu kelainan ddegeneratif, meskipun
dipengaruhuoleh banyak faktor, kelainan degeneratif ini akan menyebabkan ketidak
seimbangan antara kebutuhan o2 miokardium dengan masukan atau suplaynya,sehigga
bisa menyebabkan iskemia dan anoreksia yang ditimbulkan oleh kelainan vaskuler dan
kekurangan o2 dalam darah.

Faktor - faktor resiko penyakit jantung koroner


Menurut chandra patel(1998) faktor - faktor resiko penyakit jantung koroner terbagi ke
dalam faktor - faktor resiko besar (major risk factor dan faktor - faktor yang kecil minor
risk faktor) yaitu :
1. Faktor - faktor risk besar (major risk faktor)
a. Usia
Faktor resiko terpenting dan 80% kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK) terjadi
pada orang dengan usia 65 tahun atau lebih (michael pecth, 1991). Meningkatnya usia
seseorang akan semakin tinggi terjadinya penyakit jantung koroner. Peningkatan usia
berkaitan dengan penambahan waktu yang digunakan untuk proses pengendapan lemak
pada dinding pembuluh nadi. Disamping itu proses kerapuhan dinding pembuluh tersebut
semakin panjang sehingga semakin tua seseorang semakin besar kemungkinan terserang
penyakit jantung koroner (bambang morsito, 20002)

b. Jenis kelamin
Pria mempunyai resiko yang lebih menderita penyakit jantung koroner, kaum ibu
biasanya tidak terserang oleh penyakit ini sampai setelah menopause. Peningkatan setelah
monopause terjadi akibat penurunan kadar esterogen dan peningkatan lipid dalam darah
(Gede ngiluh, 1996). Pria usia < 65 tahun kira - kira mempunyai kemungkinan meninggal
akibat penyakit jantung 4 kali lebih besar dibandingkan wanita (michael pecth, 1991).

c. Tekanan darah tinggi (hipertensi)


Hubungan tekanan darah tinggi dengan penyakit koroner atribut yang mempercepat
proses dan timbulnya atheroskerosis tambah lagi peningkatan resisten vaskuler perifer
meningkatkan after load (paca pengisian) dan kebutuhan ventrikel. Akibatnya adalah
peningkatan kebutuhan oksigen untuk miycardia untuk menghadapi suplay yang
berkurang. Pengaruh hipertensi dapat dimodifikasi melalui kepatuhan terhadap regiment
medis untuk pengendalian sistolik dan diastolik tekanan darah (gede ngiluh, 1996).

d. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia merujuk pada terjadinya peningkatan kadar kolesterol dan triglyserida di
dalam darah. Orang yang kadar kolesterol melebihi 300 ml/dl memiliki resiko 4 kali
untuk menderita penyakit jantung koroner dengan mereka yang kadarnya 200 mg/dl.

e. Merokok
Merokok merupakan faktor besar yang memberi kontrolbusi pada penyakit jantung
koroner. Para perokok sigaret mempunyai 2 - 3 untuk meninggal karna penyakit jantung
koroner dari pada orang bukan perokok. Resiko bergatung pula pada banyaknya rokok
yang dihisap dalam sehari, lebih banyak atau sering merokok maka lebih tinggi
resikonya. Nicotine meningkatkan beban kerja miokardium dan terjadi dampak
oeningkatan kebutuhan oksigen. Karbon monoksida menggangu pengangkutan oksigen.
(gede ngiluh, 1996).
seseorang yang merokok mengalami penurunan kadar HDL (high density lipoprotein)
peningkatan LDL (low density lipoprotein) sehingga resiko terjadinya penebalan dinding
pembuluh darah, meningkat, keadaan ini pun yang ada di sekeliling perokok (bambang
mursito, 20002)

2. Faktor - faktor resiko kecil (minor risk faktor)


a. Obesitas
Obesitas atau berat badan yang berlebih yang berhubungan dengan beban kerja jantung
yang meningkat dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung. Yang spesifik, obesitas
berhubungan dengan peningkatan intake kalori dan peningkatan kadar LDL (low density
lipoprotein) (gede ngiluh, 1996). Orang yang gemuk akan lebih cenderung menderita
penyakit jantung koroner dibandingkan seseorang yang berbobot normal (bambang
mursito, 20001)

b. Kurang gerak
Telah dibuktikan bahwa kegiatan dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan
mengurangi kecepatan jantung dan tekanan darah. Dampak terhadap fisiologis yang lain
dari kegiatan gerakan gejala menurunkan kadar kecepatan rendah dari lipid protein
menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki cardiak output dapat mengurangi
penyakit jantung koroner (gede ngiluh, 1996)

c. Diabetes millitus
Atherosklerosis diketahui dua sampai tiga kali lebih banyak pada orang dengan diabetes
tanpa memndang kadar lipid dalam darah. Predisposisi dan degenari vaskuler diketahui
terjadi pada diabetes mellitus dan metabolisme lipid yang tidak normal memegang
peranan juga dalam pertumbuhan atheroma. Berpegang teguh pada regimen medis yang
dianjurkan untuk mengatur glukosa dapat mengurangi pengaruh faktor resiko dan itu
menjadi tangung jawab individu untuk realisasinya. (gede ngiluh, 1996)

3. PATOFISIOLOGI
Bila terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol, maka
kadar kolesterol dalam darah bisa berlebih (disebut hiperkolesterolemia). Kelebihan
kadar kolesterol dalam darah akan disimpan di dalam lapisan dinding pembuluh darah
arteri, yang disebut sebagai plak atau ateroma (sumber utama plak berasal dari LDL-
Kolesterol. Sedangkan HDL membawa kembali kelebihan kolesterol ke dalam hati,
sehingga mengurangi penumpukan kolesterol di dalam dinding pembuluh darah).
Ateroma berisi bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak, terutama
kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat.
Apabila makin lama plak yang terbentuk makin banyak, akan terjadi suatu penebalan
pada dinding pembuluh darah arteri, sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah arteri.
Kejadian ini disebut sebagai aterosklerosis (terdapatnya aterom pada dinding arteri, berisi
kolesterol dan zat lemak lainnya). Hal ini menyebabkan terjadinya arteriosklerosis
(penebalan pada dinding arteri & hilangnya kelenturan dinding arteri). Bila ateroma yang
terbentuk semakin tebal, dapat merobek lapisan dinding arteri dan terjadi bekuan darah
(trombus) yang dapat menyumbat aliran darah dalam arteri tersebut. Hal ini yang dapat
menyebabkan berkurangnya aliran darah serta suplai zat-zat penting seperti oksigen ke
daerah atau organ tertentu seperti jantung. Bila mengenai arteri koronaria yang berfungsi
mensuplai darah ke otot jantung (istilah medisnya miokardium), maka suplai darah jadi
berkurang dan menyebabkan kematian di daerah tersebut (disebut sebagai infark
miokard).
Konsekuensinya adalah terjadinya serangan jantung dan menyebabkan timbulnya
gejala berupa nyeri dada yang hebat (dikenal sebagai angina pectoris). Keadaan ini yang
disebut sebagai Penyakit Jantung Koroner (PJK).

4. KLASIFIKASI
Terdapat 4 klasifikasi penyakit jantung koroner yaitu :
1. Asimtomatik (silent miocard ischemia)
Pada klasifikasi penyakit jantung asimtomatik penderita silent myocardial
ischemia tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik saat istirahat
maupun beraktivitas. Ketika menjalani EKG akan menunjukkan depresi segmen
ST, pemeriksaan fisik dan vital sign dalam batas normal
2. Angina pektoris stabil (STEMI)
Pada klasifikasi penyakit jantung koroner angina pektois stabil terdapat nyeri dada
saat melakukan aktivitas berlangsung selama 1 – 5 menit dan hilang saat istirahat.
Nyeri dada bersifat kronik (>2bulan). Nyeri terutama di daerah retrosternal, terasa
seperti tertekan benda berat atau terasa panas dan menjalar ke lengan kiri, leher,
maksila dagu, punggung, dan jarang menjalar pada lengan kanan. Pada
pemeriksaan EKG biasanya didapatkan depresi segemen ST.
3. Angina pektoris tidak stabil (NSTEMI)
Pada klasifikasi penyakit jantung koroner angin pektoris tidak stabil secara
keseluruhan sama dengan penderita angina stabil. Tapi nyeri bersifat progresif
dengan frekuensi yang meningkat dan sering terjadi saat istirahat. Pada
pemeriksaan EKG biasnya didapatkan deviasi segemn ST.
4. Infark miokard akut (IMA)
Pada klasifikasi penyakit jantung koroner infark miokard akut sering didahului
dada terasa tidak enak (chest discomfort). Nyeri dada seperti tertekan, teremas,
tercekik, berat, tajam dan terasa panas, berlangsung >30 menit bahkan sampai
berjam – jam. Pemerisaan fisik didapatkan pasien tampak ketakutan, gelisah,
tegang, nada sering menurun dan elektrokardiografi menunjukan elevasi segemn
ST.

5. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa keluhan/ manifestasi yang sering terjadi pada penyakit jantung koroner
yaitu:
a. Iskemia
Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan
reversible. Iskemia yang lama akan menyebabkan kematian otot nekrosis. Secara klinis
maka nekrosis miokardium dkenal dengan nama infart miokardium (sylvia price, 2006)

b. Palpitasi
Menrupakan manifestasi PJK meskipun tidak spesifik. Ia bisa timbul spontan ataupun
atas faktor pencetus yang menambah iskemia seperti aktivitas fisik stress dll. Mungkin ia
timbul primer atau sebagai permulaan manifestas gagal jantung. (sjaifoellah noer, 1996)
c. Sesak napas
Sesak napas mulai dengan nafas yang terasa pendek sewaktu melakuka aktivitas yang
cukup berat yang biasanya tak menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin
bertambah sekalipun akan melakukan aktivitas ringan seperti naik tangga 1 sampai 2
lantai ataupun berjalan terburu - buru atau berjalan datar agak jauh. Pada keadaan yang
lanjut dapat terjadi gagal jantung kiri yang jelas merupakan manifestasi disfungsi
ventrikel kiri. (sjaifoellah noer, 1996)

d. Angina pektoris
Angina pektoris yang spesifik merupakan gejala utama dan khas bagi PJK. Memang
angina pektoris merupakan gejala yang paling belakangan timbul sehingga layak juga
dipandang sebagai pembeda antara PJK asimtomatis dan simtomatis (gede ngilu, 1996).

e. Infark miokard
Infark miokard biasanya disebabkan oleh thrombus arteri koroner. Terjadinya thrombus
disebabkan oleh rukture plak yang kemudian diikuti oleh pembentukkan trombus dan
trombosit. Lokasi dan luasnya miokard infark tergantung pada arteri yang kolusi dan
aliran darah koloteral keluhan yang khas adalah nyeri dada restosternal, seperti diremas -
remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat nyeri dapat menyalar ke lengan
(umumnya kiri) bahu, leher, rahang bahkan kepunggung dan epigasterium. Nyeri
berlangsung lebih lama dari angina pektoris biasanya dan tak responsif terhadap
nitrogliserin. (sjaifoellah noer, 1996)

6. Pemeriksaan penunjang
Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasive
sifatnya yaitu :
1. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah
pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini
kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung
terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing
memberikan gambaran yang berbeda.
2. foto rontgen dada
dari foto roentgen pappa dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran.
Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat
dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita
sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah
jantung. Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.
3. pemeriksaan laboratorium
dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai bourgeois resiko. Dari
pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat
kenaikan enzim jantung.
4. Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan,
biasanya dokter jantung atau kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan
treadmill.
Dalam kamus kedokteran Indonesia disebut jentera, alat ini digunakan untuk pemeriksaan
diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam aktifitas
fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang
memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga
serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat
gambaran EKG tampak normal.
5. kateterisasi jantung
pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang seukuran ujung
lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal
paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong
dengan tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di
lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner
yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin
tidak ada penyumbatan.
7. KOMPLIKASI
 Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark myocardium(kematian
otot jantung) karena persediaan darah tidak cukup
 Angina pectoris yang tidak stabil,syok dan aritmia
 Gagal jantung kongestif
 Tekanan Darah Tinggi (hipertensi)
 Diabetes
 Defek septum ventrikel
 Aneorisme ventrikel
 Tromboembolisme
 Perikarditik
 Sindrom dressler

8. PENATALAKSANAAN
Pasien sebaiknya dilihat secara keseluruhan (holistik) dan diperlakukan individual
mengingat PJK adalah penyakit multifaktorial dengan manifestasi yang bermacam-
macam (sjaifoellah noer, 2001)

Menurut (sjaifoellah noer, 2001) penatalaksanaan dibagi menjadi 2 macam :


1. Umum
a.Penjelasan mengenai penyakitnya
Pasien biasanya tertekan, khawatir terutama untuk melakukan aktivitas. Karena itu perlu
sekali diberikan penjelasan mengenai penyakitnya, dibesarkan hatinya, bahwa memang ia
harus menyesuaikan diri akan tetapi bahwa penyakitnya sendiri masih dapat
dikendalikan.
b. Hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan O2 miokardium dalam hal ini adalah dari
segi konsumsinya karena dimasukan (supply) sudah pasti terbatas dan hanya dapat diubah
dengan cara khusus. Hal-hal yang meningkatkan kebutuhan O2 sampai menyebabkan
iskemiaharus dicegah atau disesuaikan, misalkan aktivitas, terburu-buru, emosi, kelainan-
kelainan ekstrakardial seperti hipertensi, hipertiroidisme, infeksi, obat-obatan,dll. Pasien
harus menyesuaikan aktifitas fisik dan psikis dengan keadaanya sekarang, mengubah cara
hidup (life style) nya.
c. Pengendalian faktor risiko
Penting sekali mengontrol faktor resiko karena mempercepat proses aterosklerosis.
Hipertensi, diabetes melitus dan hiperlipidemia harus di obati. Pengendalian
hiperlipidimia sampai kolesterol di bawah 200 mg% misalnya bukan saja menekan laju
penyakit tetapi jug mengurangi stenosis (regressi). Koronaria. Rokok harus dihentikan
dan berat badan dikurangi sampai tak ada kelebihan berat badan. Dengan demikian
makanan harus diatur rendah lemak jenuh dan jumlah kalori yang sesuai. Bila makan pun
menimbulkan serangan angina pektoris, kemudia porsinya disesuaikan, kalau perli
frekuensi ditingkatkan dengan porsi yang dikurangi serta mudah dicerna,
d. Pencegahan
Pencegahan yang dimaksud adalah sekunder. Sudah terjadi akterosklorosis pada beberapa
pembuluh darah, yang akan terus berlangsung. Obat-obat pencehgahan di berikan untuk
menghambat proses mengenai tempat-tempat lainya dan memperberat yang ada. Yang
paling sering dipakai adalah aspirin (A) dengan dosis 375 mg, 160 mg-80 mg, bahkan ada
yang mengatakan dosis lebih rendah ari itu juga efektif.
e. Penunjang
Penunjang yang dimsksud adalah untuk mengatasi iskemia akut agar tak terjadi iskemia
yang lebih berat sampai IJA. Untuk menambah masukan misalnya berikan o2 disamping
pasie diistirahatkan total di tempat tidur. Antikoagulan parenteral diberikan untuk
mencegah stenisis total karena timbulnya bekuan sebagai akibat dipakai lebih lama dapat
di teruskan dengan OAK. Trombolik (T) dimasukan untuk rekanalisasi aa. Yang
mengalami stenotik, seperti pda pasien IJA. Hanya disini stenosis sudah berlangsung
kronik sehingga efektifitasnya diragukan.

2. Mengatasi iskemia
a. medikamentosa
Obat-obatan untuk ini sama saja dengan yang dpakai untuk mengatasi angina
pektoris dan sudah dibicarakan pada topik itu. Seperti diketahui obat-obat tersebut
adalah :
1. Nitrat (N), yang dapat diberikan parenteral, suplingual, butccal, oral, transdermal,
dan ada yang dibuat lepas lambat. Preparatnya ada gliseril, trinitrat (GTN), isosorbit
dinitrat (ISDN) dan isosorbit 5 mononitrat (ISMN). Kerugianya adalah efek sanping
seperti flishing, hipotensi postural, dan toleransi. Untuk mengatasi toleransi diberikan
periode beba nitrat lebih kurang 10 jam.
2. Berbagai jenis penyekat beta (BB), mengurangi kebutuhan oksigen. Ada yang
bekerja cepat seoerti pindolol dan propranolol, bekerj lambat seperti sotalol dan
nadolol; ada beta 1 selektif seperti asebutolol, metoprolol, dan atenolol; ada yang ISA
+ seperti oksprenolol dan pindolol; ada yang larut dalam lemak sehingga menembus
blood brain barier seperti propranolol, metoprolol, pindolol. Yang harus di ingat pada
pemakainya adalah bahwa ia dapat mengurangi kontraktiliras (awal pada disfungsi
LP), menimbulkan spasme broncus (asma/PPOK) dan menurunkan HR, sehingga
harus waspada terhadap bradikardia dan blockade jantung.efek samping misalnya
mimpi-mimpi rasa dingin pada kaki, rasa lelah, efek metabolik (gula darah dan lipid)
dan withdrawal effect yang bisa menimbulkan angina pektoris lebih berat pada waktu
menghentikan obat.
3. Antagoniscalcuim (Ca A), juga terdiri dari beberapa jenis, cara pemakaian oral dan
parenteral umumnya obat-obat ini mengurangi kebutuhan o2 dan menambah
masuknya (dilatasi koroner) ada yang menurunkan HR seperti verapamil dan
diltiazem, tetapi ada yang menimbulkan takikardia seperti nifedipin. Kebanyakan
inotropik negatif kecuali beberapa yang fasodilator kuat sehingga menurunkan
afterload dan dapat dipakai pada disfungsi LV , mislnya amlodipin. Efek samping
utama seperti sakit kepala, edema kaki, radikardia, sampai blokade jantung,
konstipasi, dll. Obat-obat tersebut dapat diberikan sendiri-sendiri (K) (2 atau 3
macam bila diperlukan) hanya harus diperhatikan keuntung-untungan yang diperoleh
dengan kombinasi tersebut atau (saling menguatkan atau menutupi kekurangan/ efek
samping) dan kerugianya (saling menambah efek samping misalnya bradikardia,
inotropik negatif, metabolik dll) ataupun kemungkinan keuntungan mengubah atau
mengganti obat-obatan dari yang satu kelainan untuk menghindari toleransi
b. Revaskularisasi menurut sivia price 2006 revaskularisasi dapat dilakukan dengan
cara :
1. Pemakaian tromboitik, biasanya pada PJK akut seperti IJA. Rekanalisasi trombolik
paling sering dilakukan pada PJK akut terutama IJA.
2. Prosedur infasif (PI), non opertif.
3. Operasi (coronary artery sugery(CAS))
Beberapa macam operasi antara lain:
 Operasi pintas koroner (CABG)
1. Vena saphena (shaphenous vein)
2. Arteria mamaria interna
3. A.radialis
4. A.gastroepiploika
 Transmyocardial (laser)
 Transplantasi jantung untuk kardiomeopati iskemik

B. ASKEP TEORITIS
1. PENGKAJIAN
a. Biodata
b. Riwayat kesehatan kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
 kelemahan, keletihan, tidak dapat tidur
 Faktor perangsang nyeri yang spontal
 Kualitas nyeri : rasa nyeri digambarkan dengan rasa yang sesak berat atau
mencekik
 Lokasi nyeri : dibawah atau sekitar leher dengan dagu belakang, bahu atau
lengan
 Beratnya nyeri : dapat dikurangi dengan istirahat atau pemberian nitrat
 Waktu nyeri : berlangsung beberapa jam atau hari, selama serangan pasien
memegang dada atau mengosok lengan kiri
 Diaforeasi, muntah, mual kadang - kadang demam, dispenia.
 Sindrom syok dalam berbagai tingkatan
2) Riwayat kesehatan dahulu
 Penyakit pembuluh darah arteri
 Riwayat serangan jantung sebelumnya
 Terapi estrogen pada wanita pasca menopause
 Diet rutin dengan tinggi lemak
 Riwayat merokok
 Kebiasaan olahraga yang tidak teratur
 Riwayat DM, hipertensi, gagal jantung, kongestif
 Riwayat penyakit pernapasan kronis

3) riwayat kesehatan keluarga


 Riwayat keluarga penyakit jantung/infark miokard, DM stroke, hipertensi, penyakit
vaskuler perifer
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. TD dapat normal/ naik/ turun, perubahan postural di catat dari tidur sampai duduk atau
berdiri
b. Nadi dapat normal, penuh/tidak kuat, lemah, atau kuat teratue atau tidak
c. Respiratory rate meningkat
d. Suhu badan normal, meningkat, atau demam
2. Kepala : pusing, wajah meringis, mukosa bibir sianosis, menangis, merintih,
kehilangan kontak mata.
3. Leher dan thorak
a. Distensi vena jugularis
b. Dada : bunyi jantung : bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan gagal jantung/
penurunan kontraktilitas, atau komplain vertikel, murmur menunjukkan gagal katub
jantung/disfungsi otot papilar, friksi, perikarditis. Irama jantung : dapat teratur/tidak, paru
- paru : bunyi nafas bersih/krekels/mengi, frekuensi nafas meningkat nafas sesak, sputum
bersih, merah muda kental. Batul dengan / tanpa produksi sputum. Dispenia dengan atau
tanpa kerja, dispenia noktural
4. Abdomen
a. Penurunan turgor kulit, nyeri ulu hati/terbakar
b. Perubahan BB, bising usus normal atau menurun
5. Ekstermitas
a. Kelemahan, kelelahan
b. Edema perifer/edema umum
c. Kulit kering/berkeringat kering
d. Menggeliat
e. Pemeriksaan diagnostik
f. EKG menyatakan peninggian gelombak ST, iskemia, penurunan atau datarnya
gelombang T menunjukkan cedera, gelombang Q berarti nekrosis.
g. Sel dar putih : leukosit 10.000 - 20.000 biasanya dampak pada hari kedua setelah
IMA sehubung dengan proses implamasi.
h. Foto dada : mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga gagal
jantung kongestif atau aneoresma ventrikel
i. Elektrolit : ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi pendapat,
mempengaruhi kontraktilitas : hipo/hiperkalemia
j. Analisa gas darah/oksimeter nadi : dapat menunjukkan hipoksia atau proses
penyakit paru akut atau kronis
k. Kolesterol/trigeliserida serum meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai
penyebab IMA
l. Enzim jantung
1. CKMB mulai naik dalam 6 jam, memuncak dalam 18 sampai 24 jam dan
kembali normal antara 3 - 4 hari tanpa terjadiya nekrosis baru.
2. Lactac dehdirogenasi (LDH) mulai meningkat dalam 6 - 12 jam, memuncak
dalam 304 hari dan normal 6 - 12 hari.
3. Aspartat aminotransaminas serum (ASI) mulai meningkat dalam 8 - 12 jam
dan bertambah pekat dalam 1 - 2 hari. Enzim ini muncul dengan kerusakkan
hebat dari otot tubuh

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri koroner
 Resiko tinggi tehadap menurunnya curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama
konduksi elektrika
 Intolenransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplay oksigen miokard dan
kebutuhan

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan iskemia
jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner

2. Resiko tinggi tehadap menurunnya


curah jantung b.d perubahan
frekuensi, irama konduksi elektrika

3. Intolenransi aktivitas b.d


ketidakseimbangan antara suplay
oksigen miokard dan kebutuhan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung.
Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit
jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak
menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain adalah
tekanan darah tinggi (hipertensi), tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang aktivitas
fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan
faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan
melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang
sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur,
menghindari stress kerja.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran
dibandingkan dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol
pada pekerja kantoran dan pekerja kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu
kiranya melakukan control terhadap kadar kolesterol darah dan menjaga jenis makanan
yang dikonsumsi rendah kolesterol. Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk
menjaga kelancaran peredaran darah dan keseimbangan metabolisme.

B. SARAN
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan san saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama
mahasiswa. Selain ini penyakit jantung koroner ini sngat berbahaya dan kita sebagai host
harus bisa menghindari atau mencegah penyakit jantung koroner.
Selama kelompok menyelesaikan makalah kelompok merasa kesulitan karena
kurangnya literature dari perpustakaan. Kelompok mengharapkan peran dari kampus
untuk memperbanyak buku – buku, terutama pada penyakit jantung koroner ini. Sehingga
kelompok dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan semaksimal mungkin.

Anda mungkin juga menyukai