Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

METODOLOGI KEPERAWATAN
GANGGUAN PSIKOLOGIS

Di Susun Oleh :
1. ANA NURUL FIRDAUSI (181182)
2. KIKI PRAMITASARI (181195)
3. MEILENIA LARAS A. (181198)
4. MONIKA SUSANTI P. (181202)
5. DWI ANITA NIGRUM (171038)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN RS dr.SOEPRAOEN
MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan psikologi dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan seseorang, seperti
saat kita stress maka kesehatan kita akan terkena dampaknya, yaitu dapat menimbulkan
penyakit atau memperburuk kesehatan dan sebaliknya penyakit dapat menurunkan daya
tahan tubuh atau kemampuan tubuh menghadapi stress.
Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang cara berpikir
dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa pada
konsekuensi di bidang kesehatan fisik dan bidang kesehatan jiwa. Manusia harus selalu
menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-ubah. Manusia
sebagaimana dia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil interaksi antara
jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi satu dengan
yang lain. Dalam segala masalah, kita harus mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu
keseluruhan (Holistik) sehingga manusia disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Sumber gangguan jasmani (Somatik) maupun psikologis adalah stress. Penyesuaian
yang berorientasi pada pembelaan ego disebut mekanisme pertahanan diri. Pemahaman
tentang stress dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan maupun pencegahan
gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress sering dihubungkan dengan kehidupan modern
dan tampaknya kehidupan modern merupakan sumber gangguan stress lainnya. Perlu
diperhatikan bahwa kepekaan orang terhadap stress berbeda. Hal ini juga bergantung
pada kondisi tubuh individu yang turut menampilkan gangguan jiwa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan emosi?
2. Apa yang dimaksud dengan stress?
3. Apa yang dimaksud dengan adaptasi?
4. Apa yang dimaksud ansietas?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami emosi
2. Mengetahui dan memahami stress
3. Mengetahui dan memahami adaptasi
4. Mengetahui dan memahami ansietas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Emosi

A. Pengertian Emosi
Emosi adalah suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas sehingga
untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu. Bisa perasaan
marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan lain-lain sebagai akibat
dari peristiwa yang terjadi pada kita. Jadi, emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala kejiwaan berhubungan dengan
gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi, dalam diri individu itu akan
terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian, misalnya ketakutan pada gejala
kejasmanian yang tampak adalah muka pucat dan jantung berdebar-debar.
B. Afek dan Emosi
Afek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa dan tidak bisa
dikontrol serta dikuasai oleh pikiran. Biasanya afek disertai reaksi jasmaniah, yaitu
peredaran darah, denyut jantung, dan pernapasan bisa cepat atau menjadi lemah.
Emosi merupakan gejala kejiwaan yang berhubungan dengan gejala kejasmanian itu.
Contohnya, orang yang sedang marah akan mengambil, melempar, dan membanting
benda dari sekitarnya disertai dengan muka merah, tekanan darah meningkat, dan
tubuhnya gemetar. Afek dan emosi biasanya dipakai secara bergantian dengan aspek-
aspek yang lain pada manusia (Proses berpikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling
mempengaruhi dan menentukan tingkat fungsi manusia itu pada suatu waktu.
C. Jenis Gangguan Afek dan Emosi
1. Depresi atau melankolis.
- Ciri-ciri psikologik misalnya sedih, susah, murung, rasa tak berguna,
kehilangan, gagal, dan putus asa.
- Ciri-ciri somatik misalnya anoreksia, konstipasi, dan kulit menjadi lembab
atau dingin.
2. Kecemasan.
- Ciri-ciri psikologik misalnya khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tidak aman,
takut, dan lekas terkejut.
- Ciri-ciri somatik misalnya debaran jantung yang cepat atau keras (Palpitasi),
keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah meninggi, dan peristaltik
bertambah.

2.2 Stress
A. Pengertian Stress
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit,
stress membuat tubuh untuk memproduksi hormone adrenaline yang berfungsi untuk
mempertahankan diri, stress merupakan bagian dari kehidupan manusia. Stress yang
ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih cepat
dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari-hari. Stress ringan bisa
merangsang dan memberikan rasa lebih bergairah dalam kehidupan yang biasanya
membosankan dan rutin. Tetapi stress yang terlalu banyak dan berkelanjutan bila
tidak ditanggulangi, akan berbahaya bagi kesehatan.
Perubahan tata nilai kehidupan (Perubahan Psikososial) berjalan begitu cepat
karena pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, moral, dan
etika. Perubahan psikososial dapat berupa tekanan mental (Stressor psikososial)
sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan
berusaha beradaptasi untuk menanggulinya.
Stressor psikososial seperti, perceraian karena tidak diamalkannya kehidupan
religius dalam rumah tangga, masalah orang tua dengan banyaknya kenakalan remaja.
B. Kaitan Stress dengan Daya Tahan Tubuh
Stress dan sistem kekebalan tubuh memainkan peran penting dalam hidup dan
kesehatan secara keseluruhan. Hari demi hari terjadinya stress mempengaruhi
bagaimana tubuh merespon untuk memerangi penyakit. Peristiwa stress yang terjadi
dalam jangka pendek dapat mengubah cara sistem kekebalan tubuh merespon
sementara. Mengalami stress bagaimanapun dapat memiliki dampak yang merusak
pada sistem kekebalan tubuh, sementara stress karena trauma dan stress kronis bisa
membahayakan kemampuan sistem kekebalan tubuh.
Individu bereaksi secara berbeda terhadap situasi stress, perubahan dari
beberapa pengalaman yang lebih fisiologis ketika berada dibawah tekanan orang lain.
Jika sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi dengan baik, segala macam kuman, virus,
bakteri, dan penyakit memiliki kesempatan untuk masuk ke sistem tubuh untuk
menyebabkan lebih gelisah. Diabetes, serangan jantung, dan asma adalah beberapa
kondisi yang diperparah oleh efek dari stress dan sistem kekebalan tubuh.
Peningkatan bahan kimia yang diproduksi oleh tubuh yang membantu konduksi saraf
penyebab perubahan denyut jantung dan pembuluh darah, mengurangi respon sistem
kekebalan tubuh ketika memasuki situasi yang menyebabkan stress. Untuk membantu
menurunkan kemungkinan bahwa stress dan sistem kekebalan tubuh dapat mengambil
langkah-langkah seperti makan yang benar, berolahraga secara teratur, dan banyak
istirahat.

2.3 Adaptasi
A. Pengertian Adaptasi
Adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam merespon
terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh
baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.
Dimensi adaptasi terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Adaptasi fisiologis
Indikator adaptasi ini bisa terjadi secara lokal atau umum. Lebih mudah
diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian,
indikator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang
mengalami stress, dan indikator tersebut bervariasi menurut individunya.
Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak
mampu untuk beristirahat serta berkonsentrasi.
Contoh: Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang
berat dan tidak merasa mengalami gangguan apapun pada organ tubuh.
Seseorang yang mampu mengatasi stress, wajahnya tidak pucat, tangannya
tidak berkeringat dan tidak gemetar.
- Adaptasi psikologis
Adaptasi psikologis bisa terjadi secara sadar. Individu mencoba memecahkan
atau menyesuaikan diri dengan masalah. Tidak sadar menggunakan gejala
fisik atau psikofisiologik/ psikosomatik.
- Adaptasi perkembangan
Stress yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan,
seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan
karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang
ekstrim, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis kedewasaan.
- Adaptasi sosial budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup
penggalian bersama klien tentang besarnya tipe dan kualitas dari interaksi
sosial yang ada. Stressor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi
yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan.
- Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress, tetapi stress
dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat
mengakibatkan kemarahan pada Tuhan atau individu mungkin memandang
stressor sebagai hukuman. Stressor seperti penyakit akut atau kematian dari
orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat
menyebabkan depresi.

2.4 Ansietas
A. Pengertian ansietas
Ansietas adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya
sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Ansietas dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman
sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Ansietas mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda
secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda.
Tepi emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas
atau kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak
ke tingkat patologis. Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat
untuk tujuan pengobatan : ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat
menemukan klien cemas di mana saja di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan
gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan
kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget,
hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan
rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi,
insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan
sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat
dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta
menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,gagasan tentang rasa
bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu,
nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi.
Untuk diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat
ringannya gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara
atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk
akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada
cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan
gejalanya dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang
jelas berkaitan erat dengan stres kehidupan.
BAB III
STUDI KASUS

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “Ny. A”

DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN

A. Identitas Klien

Inisial : Ny. A
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Berladang
Suku bangsa : Jawa
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam

B. Alasan Masuk
Klien mengatakan terkena stroke 2 tahun yang lalu dan dibawa ke RSUD Soedarso . Klien
melakukan terapi di RS sebanyak 4 kali. Tetapi tidak ada perubahan yang signifikan. Klien
terkena stroke sudah 4 kali. Dan yang terakhir terkena stroke saat Idul Adha 2015 klien
tiba-tiba terjatuh saat ingin ke WC dan mengalami kelumpuhan di bagian kiri tubuh klien
dari ekstremitas atas ke ekstremitas bawah dan bicara jadi pelo
Saat Pengkajian :
Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan sebelumnya 3
kali terkena tidak sampai seperti ini. Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. A
seperti ini, tidak tahu cara perawatannya dan sudah lama tidak kontrol ke-pelayanan
kesehatan karena kondisi Ny. A yang tidak bisa berjalan seperti dulu.
Masalah Keperawatan : Gangguan Alam Perasaan : Kecemasan, Kurang
Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Klien Dirumah.

C. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena penyakit tapi tidak sampai seperti ini.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien sering
menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama suaminya.
3. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak berharga
walaupun klien mengalami hambatan dalam mobilisasi.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien. Kakak
klien memiliki riwayat hipertensi . Suami klien ada riwayat hipertensi.
D. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang karena klien 3 kali terkena dan
terakhir yang parah dan khawatir adanya komplikasi yang lain .
3. Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana klien merasa cemas
dengan masalahnya
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
TD : 220 / 100 mmHg N : 88 x/mt S : 36.7 0C P: 22 x/mt
2. Ukur
TB : 153 cm BB : 46 kg (*) turun ( ) naik
3. Keluhan Fisik ( ) ya (*) tidak
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan .

F. Psikososial
1. Genogram

Keterangan :

Laki-laki :

Perempuan :

Sudah meninggal :

Klien :

Tinggal serumah :

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 53 tahun. Klien sudah
menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah dengan suami dan 3 orang
anaknya. Hubungan klien dengan keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik.
Orang yang terdekat dengan klien adalah suaminya.

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki. Klien juga
mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di ladangnya yang terletak di belakang rumahnya.
Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan bertani, menonton TV dan
berbincang-bincang dengan anak dan suaminya. Semenjak sakit klien hanya bisa
menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan suaminya
c. Peran diri
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Semenjak sakit klien tidak bisa memenuhi
perannya.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya setinggi-
tingginya.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan orang lain.
3. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami dan anaknya.
Klien berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada suami dan anaknya
pasti akan membantu memecahkan masalah yang dialami klien. Klien tidak mengikuti
kegiatan diluar rumah karena kondisinya.
4. Spiritual
Klien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Klien
mengatakan sholat lima waktu walaupun dengan kodisinya saat ini, dan berharap diberi
kesembuhan atas penyakitnya.
G. Status Mental
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi. Rambut pendek seleher.
2. Pembicaraan
Klien berbicara pelo (kurang jelas, harus mendengarkan dari dekat). Klien menjawab
pertanyaan yang diberikan dengan tepat, selama proses wawancara klien berbicara
mengenai satu topik dengan jelas (Isi pembicaraan).
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien
tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada komplikasi lain.
Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun gembira. Klien
terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak mata
klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau menjawab
pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien mengatakan tidak
pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan ada
hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu topik.
9. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien realistis.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan mengenal
dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat kesadaran klien terhadap
waktu, orang dan tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu maupun
saat ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah makan atau
belum, jam berapa. Klien tidak mengalami gangguan daya ingat baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang ditanyakan.
Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu untuk menjawab hitungan
sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan berladang atau
menyiapkan sarapan untuk keluarga. Klien memilih menyiapkan sarapan terlebih
dahulu karena kalau sudah membuat sarapan klien leluasa keladangnya
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
H. Pola Makan dan Eliminasi
1. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi lebih sedikit dari biasanya (sebelum sakit
seperti sekarang ) tapi habis , klien dapat makan tanpa bantuan. Keluarga hanya
mengambilkan makanan.
2. BAB/BAK
Klien dapat BAK dan BAB sendiri, namun suami yang membantu membawa ke WC.
3. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan sabun,
shampo, dan juga sikat gigi.
4. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Klien
menggunakan baju dengan benar.

5. Istirahat dan Tidur


Klien mengatakan tidur nyenyak , namun terkadang klien terbangun karena ingin BAK
6. Penggunaan Obat
Keluarga mengatakan klien sudah lama tidak kontrol ke pelayanan kesehatan. Selama
ini hanya menggunakan obat warung .
7. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan hanya menonton TV, berbincang-bincang dengan keluarga dirumah.
8. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan semenjak kondisi klien seperti sekarang klien hanya keluar ke teras
rumah agar tidak jenuh sekalian berjemur.

A. Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada
keluarganya.

B. Kurang Pengetahuan Tentang


Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol kondisinya ke pelayanan kesehatan,
Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. A seperti ini, tidak tahu cara
perawatannya dirumah, Ny. A hanya meminum obat warung dan berjemur saat pagi
hari di teras rumah .
C. Aspek Medis
Keluarga mengatakan dokter rumah sakit menyatakan Ny. A terkena Stroke. Saat
wawancara keluarga tidak tahu obat-obat apa yang diminum Ny. A , karena obatnya sudah
habis dan Ny. A sudah lama tidak kontrol ke pelayanan kesehatan .

D. Analisa Data

No Data Masalah

1. DS :

 Klien mengatakan merasa cemas dengan


kondisinya saat ini (penyakitnya).
Kecemasan
 Klien mengatakan tubuhnya bagian kiri
mati rasa.
 Keluarga mengatakan sebelumnya klien
sudah 4 kali menjalani terapi, tapi tidak
ada perubahan yang signifikan. Dan
sekarang kondisi klien seperti ini.

DO :

 Klien dan keluarga tampak cemas


 Klien tampak gelisah
 Klien dan keluarga bertanya-tanya
tentang kondisi klien saat ini.
2. DS :

 Klien mengatakan terkadang khawatir


dengan kondisinya, takut ada komplikasi
Ketakutan
lain
DO :

 Wajah klien tampak ketakutan


 Bertanya-tanya kepada perawat

3. DS :

 Keluarga mengatakan bingung melihat


kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara
Kurang Pengetahuan
perawatannya dan sudah lama tidak
kontrol ke-pelayanan kesehatan karena
kondisi Ny. M yang tidak bisa berjalan
seperti dulu.
 Klien mengatakan sudah lama tidak
kontrol kondisinya ke pelayanan
kesehatan, hanya meminum obat warung
dan berjemur saat pagi hari di teras
rumah

DO :

 Klien dan keluarga bertanya-tanya


kepada perawat

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
2.1 Emosi adalah suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas sehingga
untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu.

2.2 Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit,
stres membuat tubuh untuk memproduksi hormone adrenaline yang berfungsi
untuk mempertahankan diri, Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia

2.3 Adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam merespons
terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat memengaruhi keutuhan
tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan
perilaku adaptif.

2.4 Ansietas adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya
sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam

4.2 Saran

1. Pengadaan klinik-klinik psikiatrik akan membantu mengatasi banyaknya


masalah-masalah kesehatan jiwa masyarakat.

2. Peran serta masyarakat akan sangat membantu dalam mengatasi masalah-


masalah kesehatan jiwa masyarakat.

3. Calon perawat harus mengetahui cara penanganan pasien yang mengalami


gangguan kejiwaan.

DAFTAR PUSTAKA
Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Kedokteran EGC.

Kartono, K. (1989). Psikologi Abnormal Dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar Maju.

Islamiyah, N. (2010). Gangguan Stress Pasca Trauma (Post-Traumatic Stress Disorder /


PTSD) (skripsi). Surabaya: Institus Agama Islam Negeri Sunan Ampel.

Wardhani, Y.F., Lestari, W. (2007). Gangguan Stres Pasca Trauma pada Korban Pelecehan
Seksual dan Perkosaan. Surabaya: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistim dan Kebijakan
Kesehatan.

Asriaciks. Gangguan Kesehatan Kaitannya Dengan Psikologi. Diakses 7 Mei 2017.


http://asriaciks.mahasiswa.unimus.ac.id/psikologi/gangguan-kesehatan-kaitannya- dengan-
psikologi/.

Nuri S.R.D. (2013). Psikologi Emosi Dan Stress Adaptasi. Diakses 22 Mei 2017.
http://ranrintansnote.blogspot.co.id/2013/06/psikologi-emosi-dan-stress- adaptasi_9.html.

Anda mungkin juga menyukai