Anda di halaman 1dari 7

EHS MPS Prigen, 5 Agustus 2017

MENGAPA ASI EKSKLUSIF SANGAT DIANJURKAN PADA BAYI DIBAWAH 6 BLN

Banyak bukti ilmiah yang memperlihatkan bahwa ASI yang diberikan secara eksklusif selama 6
bulan pertama kehidupan dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh dan
berkembang. Beberapa contoh diantaranya, kolostrum (ASI pada hari 1-5) kaya protein, laktosa
ASI sebagai sumber karbohidrat diserap lebih baik dibanding yang terdapat di dalam susu
formula.

Komposisi protein yang lebih banyak whey sehingga lebih mudah diserap oleh usus bayi.
Beberapa asam amino dan nukleotida yang berperan pada perkebangan jaringan otak, saraf,
kematangan usus, penyerapan besi, dan daya tahan tubuh berada dalam jumlah yang lebih besar
dibanding dalam susu formula.

Lemak dalam ASI selain jumlahnya lebih besar, profilnya juga berbeda dibanding lemak di
dalam susu formula. Lemak juga diperlukan untuk pertumbuhan jaringan saraf dan retina mata.
Disamping itu, ASI juga kaya akan vitamin dan mineral yang sangat berguna untuk pembentukan
sel dan jaringan.

Yang perlu dipahami dalam pemberian ASI adalah produksi ASI yang tidak selalu sama setiap
harinya; yaitu antara 450 - 1200 ml per hari, sehingga bila dalam 1 hari dirasakan produksinya
berkurang, maka belum tentu akan begitu seterusnya. Bahkan pada 1-2 hari kemudian jumlahnya
akan melebihi rata-rata sehingga secara kumulatif akan mencukupi kebutuhan bayi.

Setelah 6 bulan makan apa yang sebaiknya diberikan?

Setelah usia 6 bulan, ASI tetap diteruskan, tetapi sesuai dengan perkembangan sistem saluran
cerna, bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI secara bertahap baik jumlah maupun jenis
makanannya. Dimulai dengan memberikan biskuit dan buah, dilanjutkan dengan bubur susu dan
nasi tim. Pemberian nasi tim blender perlu mendapat perhatian; tidak perlu atau hanya sementara
(1 bulan), yaitu sebagai peralihan dari bubur susu ke nasi tim saring. Pemberian nasi tim blender
terlalu lama seringkali membuat bayi sulit berpindah ke makanan bertekstur yang akhirnya
menyebabkan gangguan makan pada anak di kemudian hari.

Saluran cerna sehat merupakan kunci kesehatan anak keseluruhan

Saluran cerna merupakan organ yang unik. Bagaikan sebuah tabung yang terbentang dari mulut
sampai ke anus dengan berbagai fungsi yang berkesinambungan pada tiap bagiannya. Dengan
bantuan enzim yang terkandung pada air liur, makanan dikunyah dan didorong sampai ke dalam
lambung. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, makanan didorong ke dalam usus halus dan
usus besar. Di dalam usus halus, makan dicerna dan diserap sebagai zat nutrisi yang diperlukan
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Saluran cerna juga berfungsi sebagai barier antara
dunia luar dan dalam dari tubuh manusia.

Saluran cerna tersusun dari jaringan limfoid (40%) dan 80% selnya menghasilkan antibodi.
Jaringan limfoid saluran cerna sendiri merupakan jaringan limfoid terbesar di dalam tubuh
manusia. Oleh karena itu, wajar bila saluran cerna sangat berperan dalam mekanisme pertahanan
(sistem imun) tubuh secara keseluruhan.

Diharapkan dengan mempunyai saluran cerna yang sehat, anak lebih terproteksi dari berbagai
bakteri patogen dan lebih tolerans dari bahan makanan yang bersifat alergen (menimbulkan
penyakit alergi). Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa dengan saluran cerna yang sehat akan
menghasilkan sistem pertahanan tubuh yang baik sehingga anak lebih jarang sakit dan dapat
tumbuh serta berkembang secara optimal

Pesan yang dapat diberikan adalah berikan nutrisi yang terbaik sesuai usia anak. ASI merupakan
nutrisi pilihan pertama dan utama bagi bayi berusia 0-6 bulan. Makanan pendamping ASI harus
diberikan setelah bayi berusia 6 bulan.Menciptakan lingkungan saluran cerna yang didominasi
oleh bakteri baik merupakan salah satu upaya menjaga kesehatan saluran cerna. ASI secara
eksklusif telah terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan kesehatan saluran cerna.Pada akhirnya,
anakharus diajarkan dan dibiasakan pola hidup sehat dan makan makanan yang sehat.
DALAM PRAKTIK SEHARI-HARI, IBU MENYUSUI KADANG PERLU KONSUMSI
OBAT. PERTANYAAN YANG MUNCUL APAKAH OBAT INI AKAN
MEMPENGARUHI (BERBAHAYA BAGI) BAYI ATAU MENGURANGI PRODUKSI
ASI ?

Umumnya hanya sekitar 1% dari dosis obat ibu yang akan sampai ke bayi melalui ASI. Hanya
terdapat sejumlah kecil obat yang benar-benar dilarang dikonsumsi selama menyusui. Obat -obat
ini mungkin mempunyai pengaruh buruk pada bayi atau mempengaruhi produksi ASI. Bagi ibu
menyusui, sebaiknya konsultasi ke dokter sebelum minum obat.

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum ibu memutuskan mengonsumsi obat:

1. Konsumsi herbal dan jamu tidak dianjurkan.


2. Apakah ibu benar-benar memerlukan obat ? Seberapa efektif obat itu ? Dapatkah obat
tersebut ditunda setelah selesai menyusui ? Apakah dosisnya tidak berlebihan ? Dan obat
yang dipilih harus yang paling aman.
3. Mengupayakan dulu penanganan yang tidak menggunakan obat, misalnya pemberian
kompres hangat daripada menggunakan obat antipiretik ; menghindari alergen daripada
menggunakan obat antihistamin ; makan makanan yang mengandung banyak serat dan
minum banyak daripada menggunakan obat laksatif.
4. Jika harus konsumsi obat, pilih dosis minimal yang masih efektif. Pilih cara pemberian
obat lokal. Minum obat segera setelah menyusui untuk mengurangi konsentrasi dalam air
susu.
5. Untuk sementara menghentikan ASI bila ibu memerlukan obat-obatan yang mempunyai
pengaruh kurang baik pada bayi, dengan sebelumnya ibu memerah ASI untuk diberikan
selama ibu mendapatkan obat tersebut.
6. Faktor obat (berat molekul obat, makin besar BM, tidak dapat melalui ASI), faktor ibu
(kesehatan ibu, gangguan ginjal atau hati), faktor bayi ( bayi cukup bulan atau prematur,
bayi kecil)

Kita dapat melihat efek obat terhadap bayi yang menyusui dan efek terhadap produksi ASI di
LactMed® (http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/htmlgen?LACT) secara gratis. Contoh efek
beberapa obat sebagai berikut:
1. Parasetamol (asetaminofen)

Efek terhadap bayi menyusui: dilaporkan menyebabkan bercak kemerahan di tungkai atas dan di
muka.

Efek terdapat produksi ASI : tidak ditemukan informasi

2. Difenhidramin

Efek terhadap bayi: dilaporkan kolik (10%) dan mengantuk (1 dari 6 bayi)

Efek terhadap prroduksiASI: belum diteliti

(Baca Juga : 10 langkah menuju keberhasilan menyusui )

3. Kodein

Efek terhadap bayi: bradikardi, mengantuk,

Efek terhadap produksi ASI: meningkatkan kadar prolactin tetapi tidak berefek terhadap
kemampuan menyusui jika Ibu sudah dapat menyusui dengan baik

4. Pseudoefedrin

Efek terhadap bayi: rewel

Efek terhadap produksi ASI: menurun setelah 24 jam pemberian pseudoefedrin 60 mg oral

5. Ibuprofen

Tidak didapat efek samping terhadap bayi

Selama ibu menyusui minum obat, hal-hal yang perlu diperhatikan apakah ada reaksi yang
kurang baik yang terjadi ada bayi, misalnya reaksi alergi berupa ruam – ruam kemerahan di pipi
atau badan, diare, mengantuk, perubahan pola menyusu, perubahan pola tidur, tingkat kesadaran,
dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai