“BERDUKA TERANTISIPASI”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah asuhan keperawatan terminal
muslim yang dibimbing oleh Ibu Poppy Siti Asyiah,S.Kep,.Ners,.M.Kep
Di Susun Oleh:
Andri Setia Permana 102017002
Dinda Permata Sari 102017011
Mitha Ambar Pratiwi 102017025
Nisa Salma Mulki Ladesya 102017030
Reza Nurpatria 102017037
Rizka Nur Rahmalita 102017039
Widi Maudina Sonia 102017049
2020
DAFTAR ISI
i
BAB I LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Lahir , kehilangan dan kematian adalah kejadian yang universal dan
kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang.
Berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu
yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau
disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan
berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses
ini ada keinginan untuk mencari bantuan kepada orang lain.
Pandangan pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang
pandangan diperlukan dalam asuhan keperawatan yang komperhensif. Kurang
memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga
intervensi keperawatan yang tidak tetap.
Perawat bekerjasama dengan klien yang mengalami beberapa tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami
dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka
dapat berlanjut.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan berduka terantisipasi.
i
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah :
1. Mengetahui konsep dasar diagnosa berduka terantisipasi
2. Mengetahui tindakan keperawatan yang harus di berikan pada pasien dengan
diagnosa berduka terantisipasi.
ii
BAB II TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep dasar diagnosa Berduka Terantisipasi
1.1.1 Definisi
Duka cita adalah proses diaman seseorang menagalami respon psikologis, social dan fisik
terhadap kehilangan yang dipresepsikan. Responn ini dapat berupa keputusasaan, kesepian,
ketidakberdayaan, kesedihan, rasa bersalah dan marah. Proses duka cita memiliki sifat yang
mendalam, internal, menyedihkan, dan berkepanjangan. Duka cita dapat ditunjukan melalui
pikiran, perasaan, maupun perilaku yang bertujuan untuk mencapai fungsi yang lebih
efektif dengan mengintegrasikan kehilangan kedalam pengalaman hidup. Pada saat
seseorang yang berduka ingin mencapai fungsi yang lebih efektif, maka dibutuhkan waktu
yang cukup lama dan upaya yang cukup keras untuk mewujudkannya.
1.1.2 Jenis Berduka
1. Berduka Normal
Proses berduka yang umum terjadi pada setiap individu. Proses ini mencakup perasaan
(sedih,marah,dan kesepian), serta perilaku (menangis dan menarik diri) yang normal
sebagai reaksi terhadap kehilangan.
2. Berduka Antisipatif
Proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya
terjadi. Misalnya disaat orang yang sngat disayangi mengalami sakit terminal.
3. Berduka yang Rumit
Keadaan berduka yang dapat menyebabkan seseorang sulit maju ketahap berikutnya, yaitu
tahap berduka normal. Masa berkabung berlangsung lama bahkan seolah olah tidak
kunjung berakhir. Hal ini dapat mengancap hubungan orang yang bersangkutan dengan
orang lain.
4. Berduka Tertutup
Merupakan keadaan berduka yang tidak dapat diakui secara benar-benar terbuka. Misalnya
seseorang berduka karena kematian hewan kesayangan nya, tetapi tidak dapat
mengakhirinya dikarenakan takut dianggap kekanak-kanakan.
1.1.3 Tahap Berduka
1. Tahapan berduka menurut Kubler-Ross (1969), ada lima tahapan berduka yaitu :
a. Penyangkalan (denial). Respon pertama orang yang mengalami kehilangan adalah
syok dan ketidakpercayaan tentang kehilangan, menangis, gelisah, tidak bergairah. Pada
tahap ini, individu dapat terlihat letih, lemah, pucat, dan sering kali tidak tahu harus
berbuat apa.
b. Kemarahan (anger). Respon pertama orang yang mengalami kehilangan adalah marah
yang tidak terkendali. Kemarahan ini dapat diekspresikan kepada tuhan, keluarga,
teman, pemberi perawatan kesehatan atau kepada dirinya sendiri. Kemarahan ini dapat
1
2
ditandai dengan muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah, agresif,
dan nafas tersengal-sengal. Tidak jarang individu tersebut menolak pengobatan atau
menuduh dokter dan petugas kesehatan tidak kompeten
c. Tawar menawar (bargaining). Respon pertama orang yang mengalami kehialangan
adalah berupaya untuk memperlama kesadaran atas kehilangan yang tidak dapat
dihindari. Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar menawar dengan
memohon kemurahan tuhan. Selain itu, individu juga dapat mengekspresikan rasa
bersalah dan rasa takut akan hukuman atas dosa-dosanya pada masalalu, baik nyata
maupun imajinasi.
d. Depresi (depression). Respon pertama orang yang mengalami kehilangan adalah
menarik diri, putus asa, kadang-kadang tidak mau berbicara, kadang-kadang berbicara
bebas, merasa tidak dihargai, dan bahkan bias timbul keinginan untuk bunuh diri.
Individu terkadang juga menolak makan dan susah tidur.
e. Penerimaan (acceptance). Respon pertama orang yang mengalami kehilangan adalah
terjadi ketika individu memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia menerima kenyataan
kehilangan yang dialami yang mulai memandang kedepan. Pikiran berpusat pada objek
yang hilang akan mulai berkurang atau hilang dan mulai beralih pada objek yang baru
sejalan dengan itu, individu juga mulai membuat berbagi rencana untuk mengatasi
dampak peristiwa kehilangan yang terjadi. Apabila individu berhasil memasuki
penerimaan ini, ia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi masalah
kehilangan dengan tuntas. Namun, jika ia gagal masuk kedalam tahap ini,
kemampuannya untuk mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya akan berpengaruh.
2. Teori Bowlby
Pemahaman Bowlby (1980) proses berduka akibat suatu kehilangan memiliki 4 fase
4. teori rodebaught et al. (1999), proses dukacita sebagai suatu proses yang melalui 4
tahap, yaitu:
3
4. Tahap Depression
Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut :
a. Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya membahas perasaannya.
b. Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajat resikonya,
Membantu pasien mengurangi rasa bersalah:
a. Menghargai perasaan pasien
b. Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan mengaitkan pada
kenyataan
c. Memberi kesempatan menangis dan mengungkapkan perasaan
d. Bersama pasien membahas fikiran negative yang selalu timbul
2. Tahap Acceptance
Membatu pasien menerima kehilangan yang tidak bias dielakkan:
a. Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
b. Membantu keluarga berbagi rasa
c. Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati
d. Memberi informasi tentang kebutuhan pasien dan keluarga.
BAB III TINJAUAN KASUS
2.1 Kasus
Seorang pasien An. 12 tahun, terdiagnosa kanker leukimia, sudah menjalani kemoterapi
dan radiasi sejak 3 tahun yang lalu. Saat ini kondisi anaknya semakin menurun, mudah
sesak hasil pemeriksaan tanda vital TD: 90/70mmHg, RR: 26x/mnt, N: 67x/mnt, S:
38℃. Sudah menjalani transfusi 2 labu karena Hb terus turun. Ibu pasien
mengungkapkan kepada perawat “suster, berapa lama anak saya hidup?, saya belum
kuat bila harus mengalami kehilangan anak saya, tapi saya kasian dengan anak saya tiap
hari disuntik”
2.2 Askep
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : An. X
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin :-
Agama :-
Suku Bangsa :-
Status :-
Alamat :-
Tgl. Masuk :-
Tgl. Pengkajian :-
Nomor RM :-
Diagnosis Medis : Leukimia
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
An. X terdiagnosa leukimia
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengungkapkan pada perawat “suster, berapa lama anak saya hidup?”,
“saya belum kuat bila harus mengalami kehilangan anak saya, tapi saya kasihan
sama anak saya, tiap hari disuntik”
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
-
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
-
7
8
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
-
b. Program Terapi
Trasfusi Darah 2 labu
B. Analisa Data
DO: -
Dukacita antisipatif
9
Moorhead, Sue. Et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Fifth Edition.
United States of Amerika: Elseveir
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017. Edisi 10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
11