Anda di halaman 1dari 2

KASUS I (SC-KPD-GAWAT JANIN)

IDENTITAS :
Pasien : Ny. D usia 20 tahun ibu rumah tangga, Pendidikan terakhir SMP, agama islam, suku sunda,
golongan darah O, status marital menikah, alamat Kota Bandung.
Penanggung jawab: Tn. W usia 23 tahun, status suami pasien, Pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
buruh, alamat sama dnegan pasien.

PENGKAJIAN :
Pasien masuk ke IGD RSHS pada tanggal 23 Februari pukul 04.35 WIB dengan keluhan keluar cairan
dari jalan lahir berwarna jernih. Pasien diberikan infus RL 500 cc drip oksitosin 5 iu dengan tetesan 15
gt/menit dan terapi dexamethasone 24 mg (2x12 mg IV) dan ceftriaxone 1 gr IV. Pasien juga dilakukan
pengambilan darah dengan hasil (Hb 11,6 g/dl, Ht 34,6%, leukosit 14.170 sel/UL, trombosit 305.000
sel/UL) dan Cardiotokografi (KTG) pada tanggal 24 Februari 2020 dengan hasil Baseline 140-150
variabilitas 75 bpm akselerasi + deselerasi = kesan : kategori I. Pemeriksaan USG pada tanggal 23
Februari 2020 dengan hasil Janin tunggal hidup letak kepala sesuai kehamilan 34-35 minggu, ketuban
cukup SDP 3,6 cm, plasenta di fundus, TBBJ 2.150 gram. Pasien dibawa ke ruang OK pada pukul
18.55 WIB untuk dilakukan tindakan SC karena mengalami gawat janin (DJJ 109 x/menit).
Pasien sebelumnya (satu bulan SMRS) mengalami keluar cairan berwarna bening tidak disertai
dengan kontraksi dan belum ada pembukaan dna diperiksa ke bidan lalu dirujuk ke RS dan
mendapatkan perawatan selama 2 hari. Pasien melakukan ANC rutin ke bidan dekat rumah, imunisasi
TT didapatkan pada usia kehamilan 3 bulan dan 7 bulan. Kenaikan BB 10 kg, dan rutin mengkonsumsi
tablet Fe dan suus ibu hamil. Dilakukan USG pertama kali sebulan yang lalu. Gerakan janin dirasakan
pada usia kehamilan 18 minggu.
Ini merupakan kehamilan kedua pasien. Kehamilan pertama pada tahun 2018 dilahirkan di RSHS
spontan di usia kehaliman 37 minggu dengan BB 2510 gr, bayi meninggal pada usia 2 minggu.
Persalinan saat ini dengan usia kehamilan 35 minggu dengan SC. Bayi lahir pada tanggal 23 Februari
pukul 19.25 WIB jenis kelamin laki-laki, BB 2120 gr, PB 41 cm, APGAR score 6/8 dan dirawat diruang
perinatology. Jumlah perdarahan ± 400 cc, pasien langsung dipasang IUD. Selama ini ibu belum
pernah menggunakan alat kontrasepsi.
Ibu mengatakan menstruasi terakhir 25 juni 2019. Menarche usia 10 tahun. Tidak ada keluhan selama
menstruasi. Siklus menstruasi 28 hari lama menstruasi 5-6 hari.
Ibu mengatakan belum ketemu dengan bayinya semenjak melahirkan karena bayi dirawat di ruang
perinatology, berharap bayinya baik-baik saja dan bisa secepatnya bertemu. Bertanya apakah bisa
memberikan ASI dan menyusui seperyi biasa? Pasien juga belum mengetahui cara menyusui yang
baik karena anak pertama hanya berusia 2 minggu dan diberikan susu formula. Pasien bertanya
bagaimana merawat bayi yang kecil seperti bayinya (BBLR) dan bagaimana mengetahui kalua bayinya
sakit, karena pasien merasa takut dan trauma bayinya meninggal seperti anak pertama.
Pada saat pengkajian tanggal 24 Februari 2020 pukul 09.00 WIB pasien mengatakan nyeri luka
operasi (tanggal operasi 23 Februari 2020 jam 19.00 WIB). Nyeri dirasakan didaerah perut bagian
bawah seperti disayat-sayat pisau, nyeri paling dirasakan setiap saat terutama pada saat merubah
posisi, wajah pasien terlihat meringis kesakitan saat miring, skala nyeri 5 (1-10). Kesadaran compos
mentis, TD 110/70 mmHg, N 86 x/menit, R 21x/menit dan Suhu 36,5 ºC.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan rambut lengket dan lepek, konjungtiva anemis, wajah pucat, bibir
kering, terdapat bau mulut, gigi tampak kotor, tidka terdapat cloasma gravidarum. Tidak terdapat
hiperpigmentasi pada daerah leher, tidak ada pembesaran KGB dan kelenjar tiroid, tidak terdapat
peningkatan JPV. Tidak terdapat hiperpigmentasi di dada, pengembangan paru simetris, suara nafas
vesikuler, payudara simentris, tidak ada pembengkakakan, payudara teraba hangat, tidak ada nyeri
tekan, putting menonjol dan kotor, areola tampak hitam, sudah terdapat pengeluaran colostrum
berwarna bening. Dibagian perut terdapat linea nigra, striae gravidarum dan terdapat luka operasi
sepanjang 10 cm ditutup dengan kassa, tidak terdapat pengeluaran cairan dari luka, kassa bersih,
bising usus 9 x/menit, perut kembung, terdengar hipertimpani diarea perut, kontraksi uterus keras,
involusio uterus 1 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong. Kulit pasien lengket, berkeringat, baju
masih menggunakan baju OK, terdapat betadhine dan darah yang sudah kering didaerah
selangkangan, paha, betis dan tumit. Vulva terlihat kotor, terdapat pengeluaran darah berwarna merah,
diapers penuh ¾ (±200 cc) belum diganti dari keluar OK. Pasien terpasang DC, urin 400 cc/6 jam.
Terpasang infus RL drip ketorolac 1 amp di tangan kanan, tetesan lancer, area penusukan tidak
terdapat tanda-tand flebitis, kekuatan otot 5 untuk ektremitas atas dan bawah, reflek patella positif.
Pasien sudah makan 3x/hari dan snack 2 kali.

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium tanggal 24 februari 2020 jam 07.00 WIB (Hb 10,6 g/dl, Ht 32%, leukosit 16.230 sel/UL,
trombosit 306.046 sel/UL)

TERAPI :
Saat ini pasien mendapatkan terapi Cefotaxime 1 gr IV diberikan sebanyak 3 kali pemberian/24 jam
dengan waktu pemberian 06.00 WIB, 14.00 WIB, 22.00 WIB. Ketorolak drip 1 ampul dalam RL 500 cc.
Kaltropen supp waktu pemberian 08.00 WIB dan 20.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai