BAB-2
Kajian Kebijakan dan
Studi Terkait
yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar tetapi belum berkembang, dalam
upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil- hasilnya.
operator serta memberikan peran serta pemerintah daerah dan swasta secara
proposional di dalam penyelenggaraan kepelabuhanan;
c. pengaturan untuk bidang keselamatan dan keamanan pelayaran memuat ketentuan
yang mengantisipasi kemajuan teknologi dengan mengacu pada konvensi internasional
yang cenderung menggunakan peralatan mutakhir pada sarana dan prasarana
keselamatan pelayaran, di samping mengakomodasi ketentuan mengenai sistem
keamanan pelayaran yang termuat dalam “International Ship and Port Facility Security
Code”; dan
d. pengaturan untuk bidang perlindungan lingkungan maritim memuat ketentuan
mengenai pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan laut yang
bersumber dari pengoperasian kapal dan sarana sejenisnya dengan
mengakomodasikan ketentuan internasional terkait seperti “International Convention
for the Prevention of Pollution from Ships”.
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan pelayaran adalah satu kesatuan
sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan,
serta perlindungan lingkungan maritim. Pelayaran yang terdiri atas angkutan di perairan,
kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, dan perlindungan lingkungan
maritim, merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang harus dikembangkan
potensi dan peranannya untuk mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efisien,
serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis. Pelayaran
diselenggarakan dengan tujuan:
Kegiatan angkutan laut dalam negeri disusun dan dilaksanakan secara terpadu, baik
intra-maupun antarmoda yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi nasional.
Kegiatan angkutan laut dalam negeri dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur (liner)
serta dapat dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak teratur (tramper). Kegiatan
angkutan laut dalam negeri yang melayani trayek tetap dan teratur dilakukan dalam
jaringan trayek. Jaringan trayek tetap dan teratur angkutan laut dalam negeri disusun
dengan memperhatikan:
Penyusunan jaringan trayek tetap dan teratur dilakukan bersama oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan asosiasi perusahaan angkutan laut nasional dengan
memperhatikan masukan asosiasi pengguna jasa angkutan laut. Jaringan trayek tetap dan
teratur ditetapkan oleh Menteri.
1. Angkutan Laut;
Kegiatan angkutan laut dalam negeri disusun dan dilaksanakan secara terpadu, baik
intra-maupun antarmoda yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi nasional.
Kegiatan angkutan laut dalam negeri dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur
(liner) serta dapat dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak teratur (tramper).
Kegiatan angkutan laut dalam negeri yang melayani trayek tetap dan teratur dilakukan
dalam jaringan trayek. Jaringan trayek tetap dan teratur angkutan laut dalam negeri
disusun dengan memperhatikan:
Pengoperasian kapal pada jaringan trayek tetap dan teratur dilakukan oleh perusahaan
a. kelaiklautan kapal;
b. menggunakan kapal berbendera Indonesia dan diawaki oleh warga negara
Indonesia;
c. keseimbangan permintaan dan tersedianya ruangan;
d. kondisi alur dan fasilitas pelabuhan yang disinggahi; dan
e. tipe dan ukuran kapal sesuai dengan kebutuhan.
3. Angkutan Penyeberangan.
Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh
perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
a. pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan
oleh perairan;
b. fungsi sebagai jembatan;
c. hubungan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan antara dua
terminal penyeberangan dengan jarak tertentu;
d. tidak mengangkut barang yang diturunkan dari kendaraan pengangkutnya;
e. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
f. jaringan trayek angkutan laut sehingga dapat mencapai optimalisasi keterpaduan
angkutan antar dan intramoda.
Untuk kepentingan tersebut di atas maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur
mengenai Rencana Induk Pelabuhan Nasional, penetapan lokasi, rencana induk pelabuhan
serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan,
penyelenggaran kegiatan di pelabuhan, perizinan pembangunan dan pengoperasian
pelabuhan atau terminal, terminal khusus dan terminal untuk kepentingan sendiri,
penarifan, pelabuhan dan terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan
sistem informasi pelabuhan.
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan pelabuhan adalah tempat
yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal
dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan
antarmoda transportasi. Sedangkan kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan
ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan
berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian
nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.
Menteri menetapkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional untuk jangka waktu 20 (dua
puluh) tahun. Rencana Induk Pelabuhan Nasional dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.
1. Pelabuhan Utama (yang berfungsi sebagai Pelabuhan Internasional dan Pelabuhan Hub
Internasional);
2. Pelabuhan Pengumpul; dan
3. Pelabuhan Pengumpan, yang terdiri atas:
a. Pelabuhan Pengumpan Regional;
b. Pelabuhan Pengumpan Lokal.
1. Pelabuhan Utama:
a. kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional;
b. berada dekat dengan jalur pelayaran internasional ± 500 mil dan jalur pelayaran
nasional ± 50 mil;
c. memiliki jarak dengan pelabuhan utama lainnya minimal 200 mil;
d. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang
e. kedalaman kolam pelabuhan minimal –9 m-LWS;
f. berperan sebagai tempat alih muat peti kemas/curah/general cargo/penumpang
internasional;
g. melayani Angkutan petikemas sekitar 300.000 TEUs/tahun atau angkutan lain yang
setara;
2. Pelabuhan Pengumpul:
a. kebijakan Pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional dan
meningkatkan pertumbuhan wilayah;
b. memiliki jarak dengan pelabuhan pengumpul lainnya setidaknya 50 mil;
c. berada dekat dengan jalur pelayaran nasional ± 50 mil;
d. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang;
e. berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan kawasan
pertumbuhan nasional;
f. kedalaman minimal pelabuhan –7 m-LWS;
g. memiliki dermaga multipurpose minimal 1 tambatan dan peralatan bongkar muat;
h. berperan sebagai pengumpul angkutan peti kemas/curah/general
cargo/penumpang nasional;
i. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional.
Tabel 2-1
Hirarki Pelabuhan di Provinsi Kalimantan Utara
Hierarki
No Kabupaten/Kota Pelabuhan/Terminal Pelabuhan/Terminal KET.
2011 2015 2020 2030
1 Bulungan Tanjung Selor PR PR PR PR *
2 Nunukan Nunukan PP PP PP PP *
3 Nunukan Sungai Nyamuk PP PP PP PP *
4 Tana Tidung Pulau Bunyu PP PP PP PP *
5 Tana Tidung Sesayap PL PL PL PL
6 Tarakan Tarakan PP PP PP PP *
Sumber : Keputusan Menteri Pehubungan No. 414 Tahun 2013
Keterangan:
PP : Pelabuhan Pengumpul
PR : Pengumpan Regional
PL : Pengumpan Lokal
* : Terdapat Kantor Unit Pelayanan Pelabuhan
Data Dian, Long Berang, Long Loreh, Long Pujungan, dan Mahak Baru di Kabupaten
Malinau; dan
Tanah Merah di Kabupaten Tana Tidung.
6. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), meliputi:
Nunukan, Simanggaris, dan Long Midang (Kabupaten Nunukan); dan
Long Nawang (Kabupaten Malinau).
Tabel 2-2
Fungsi Pelayanan Pusat-Pusat Kegiatan Di Provinsi Kalimantan Utara
No. Sistem Provinsi Fungsi Pelayanan
PKN Tarakan Simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju
1.
kawasan internasional;
Simpul utama transportasi skala nasional atau melayani
beberapa provinsi;
Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral,
batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh
pengelolaan limbah industri terpadu;
Industri pengolahan lanjut kelapa sawit dan karet yang berdaya
saing dan ramah lingkungan;
Pusat industri pengolahan hasil hutan yang berdaya saing dan
ramah lingkungan;
Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang
ramah lingkungan; dan
Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.
PKNp Tanjung Selor Pusat pemerintahan provinsi;
2.
Simpul utama transportasi yang melayani skala provinsi atau
beberapa kabupaten;
Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral,
batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh
pengelolaan limbah industri terpadu;
Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan
kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan ramah
lingkungan;
Pusat industri pengolahan hasil hutan yang berdaya saing dan
ramah lingkungan;
Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang
ramah lingkungan; dan
Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.
PKW Nunukan Pusat pemerintahan kabupaten;
3.
Simpul utama transportasi yang melayani skala provinsi atau
beberapa kabupaten, dan menghubungkan wilayah sekitarnya;
7. Jembatan
Jembatan di Provinsi Kalimantan Utara, meliputi:
jembatan Bulungan - Tarakan; dan
jembatan lainnya yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Mensalong - Tarakan;
Nunukan - Pembeliangan; dan
Nunukan – Atap.
alur pelayaran angkutan sungai di Kabupaten Malinau, meliputi:
Long Alango - Long Pujungan - Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan);
Long Ampung - Long Nawang dan Data Dian;
Malinau Kota ke arah hulu Sungai Sesayap dan Sungai Mentarang menuju
Pulau Sapi dan Long Berang;
Malinau kota ke arah hulu Sungai Sesayap dan Sungai Malinau menuju
Lidung Kemenci, Setulang dan Long Loreh; dan
Malinau Kota – Malinau Utara – Tidung Pale (Kabupaten Tana Tidung) –
Sesayap Hilir (Kabupaten Tana Tidung) – Tarakan.
alur pelayaran angkutan sungai di Kabupaten Tana Tidung, meliputi:
Tideng Pale - Tarakan;
Tideng Pale - Malinau;
Tideng Pale - Tanjung Selor;
Tideng Pale - Nunukan; dan
Tideng Pale - Tana Lia.
e. Alur pelayaran lintas penyeberangan, meliputi:
lintas Nunukan - Tawau (Sabah Malaysia);
lintas Tarakan - Tawau (Sabah Malaysia);
lintas Tarakan - Sebatik;
lintas Tarakan - P. Bunyu; dan
lintas Tarakan - Nunukan - Ancam dan Tarakan - Tolitoli (Sulawesi Tengah).
f. Alur pelayaran khusus bandara, terdiri atas:
Lintas Tanjung Selor - Tarakan;
Malinau - Tarakan;
Kabupaten Tanan Tidung - Tarakan;
Nunukan - Tarakan; dan
Sebatik - Tarakan.
1. Tatanan kepelabuhanan
Tatanan kepelabuhanan di Provinsi Kalimantan Utara, terdiri atas:
a. Pelabuhan utama
Pelabuhan utama adalah Pelabuhan Malundung di Kota Tarakan.
b. Pelabuhan pengumpul
Pelabuhan pengumpul, ditetapkan di:
pelabuhan Tanjung Selor di Kabupaten Bulungan;
pelabuhan Pulau Bunyu di Kabupaten Bulungan;
pelabuhan Pidada di Kabupaten Bulungan;
pelabuhan Tunon Taka di Kabupaten Nunukan; dan
pelabuhan Sungai Nyamuk di Kabupaten Nunukan.
c. Pelabuhan pengumpan
Pelabuhan pengumpan, ditetapkan di:
pelabuhan Ancam di Kabupaten Bulungan; dan
pelabuhan Tana Lia di Kabupaten Tana Tidung.
2. Terminal
Terminal, meliputi:
terminal di Kabupaten Bulungan (7 terminal);
terminal di Kabupaten Nunukan (3 terminal);
terminal di Kabupaten Malinau (3 terminal); dan
terminal di Kabupaten Tana Tidung.
3. Alur pelayaran
Alur pelayaran di Provinsi Kalimantan Utara dibedakan atas (1) alur pelayaran kapal
barang; dan (2) alur pelayaran kapal penumpang:
a. Alur pelayaran kapal barang
Tanjung Selor - Malinau; dan
Malinau - Tarakan - Tanjung Selor - Tanjung Redeb - Tanjung Batu (Kabupaten
Berau).
b. Alur pelayaran kapal penumpang
LAPORAN AKHIR 2-27
Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara
Ruang udara untuk penerbangan digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam
rangka menjamin keselamatan penerbangan. Ruang udara untuk penerbangan terdiri atas:
ruang udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar udara;
ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan;
dan
ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan.
Ruang udara untuk penerbangan dimanfaatkan bersama untuk kepentingan pertahanan dan
keamanan negara. Ruang udara untuk penerbangan diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Gambar 2-2
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama
c. Nunukan – Balikpapan;
d. Nunukan – Makassar;
e. Nunukan – Pantoloan;
f. Nunukan – Pare-Pare;
g. Nunukan – Toli-Toli;
h. Nunukan – Bau-Bau;
i. Nunukan – Surabaya;
j. Nunukan – NTT; dan
k. Nunukan – Tawau (Malaysia).
Pengembangan alur pelayaran kedepan di Kabupaten Nunukan meliputi :
1. Nunukan – Bitung;
2. Nunukan – Sandakan (Malaysia); dan
3. Nunukan – Filipina Selatan.
5) Tanjung Simaya;
6) Juata Kerikil.
C. Pusat Lingkungan diarahkan di :
1) Kelurahan Karang Anyar
2) Kelurahan Lingkas Ujung
3) Kampung Amal Lama;
4) Tanjung Selayung;
5) Tanjung Binalatung;
6) Tanjung Juata.
Dalam rencana pengembangan sistem transportasi laut di kota Tarakan
difokuskan pada tatanan kepelabuhan dan alur pelayaran. Tatanan kepelabuhan di Kota
Tarakan terdiri atas:
mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara merata dan berkelanjutan sesuai potensi fisiogeografis Provinsi
RTRW Provinsi Kalimantan Utara sebagai pusat pertanian dan perikanan berbasis agro serta pintu gerbang internasional
Kalimantan Utara dengan tetap menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
mewujudkan Kota Tarakan Mewujudkan peningkatan derajat Membangun Malinau mewujudkan Kabupaten
Mewujudkan wilayah
sebagai kota pusat dan mutu kehidupan masyarakat secara terpadu yang sebagai sentra agroindustri,
yang pro rakyat berbasis
perdagangan dan jasa serta melalui pembangunan wilayah
berbasis pertanian pertanian dan perikanan
agroindustri, kelautan dan
pusat pelayanan umum agroindustri dan pemerataan
infrastruktur wilayah konservasi dan perkebunan berbasis masyarakat
yang berkualitas
pengembangan sistem
jaringan prasarana
wilayah
Transportasi merupakan tolok ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan
sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah.
Kemajuan transportasi akan membawa peningkatan mobilitas manusia, mobilitas faktor-
faktor produksi dan mobilitas hasil olahan yang dipasarkan. Makin tinggi mobilitas yang
dilakukan maka semakin cepat gerakan distribusi serta lebih singkat waktu yang diperlukan
dalam mengolah bahan dan memindahkan nya dari tempat dimana bahan tersebut yang
semula kurang bermanfaat ke lokasi dimana manfaatnya lebih besar. Peningkatan
produktivitas, karena transportasi ini merupakan motor utama penggerak kemajuan
ekonomi. Ekonomi yang berkembang akan ditunjukkan oleh adanya mobilitas yang tinggi,
dengan ditunjang transportasi yang memadai dan lancar. Dengan transportasi yang baik,
akan memudahkan terjadinya interaksi antara penduduk lokal dengan dunia luar.
Keterisolasian merupakan masalah pertama yang harus ditangani. Transportasi berfungsi
sebagai jembatan yang menghubungkan produsen dengan konsumen.
Prasarana transportasi berperan sebagai alat bantu untuk mengarahkan
pembangunan dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan atau barang akibat
adanya kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Oleh karena itu, kebijakan yang harus
dilakukan adalah menyediakan sistem prasarana transportasi dengan biaya minimal agar
dapat dilalui. Faktor perkembangan wilayah yakni modal, tenaga kerja, perlengkapan SDA
dan pasar merupakan kesatuan yang saling berkaitan dan nantinya menghasilkan interaksi
dan menciptakan kegiatan ekonomi, social maupun politik.
Potensi sumber daya alam yang sangat melimpah di Kalimantan Utara dapat
menjadi sektor penggerak roda perekonomian wilayah dengan ditopang oleh sistem
transportasi yang memadai, baik darat, laut maupun udara. Salah satu kawasan yang
didorong perkembangan nya adalah KPI Bulungan yang didalamnya terdapat proyek Delta
Kayan Food Estate. Beberapa isu strategis terkait jaringan transportasi di Provinsi
Kalimantan Utara antara lain :
1. Transportasi Darat
a. Jaringan transportasi darat di Provinsi Kalimantan Utara, masih berkinerja
BURUK, karena kondisi jaringan jalan yang menghubungkan antar
Gambar 2-6 Konsep Rencana Penataan Lokasi Lingkungan Industri Kelapa Sawit
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor dari subsektor perkebunan yang
merupakan komoditas unggulan nasional dan memberikan sumbangan devisa ketiga
terbesar setelah kelapa sawit dan karet. Pengolahan kakao menjadi produk coklat pada
dasarnya merupakan proses yang “relatif sederhana”. Secara umum perhitungan
kebutuhan luasan kawasan industri pengolahan Kakao dapat diperhitungkan sebagai
berikut:
1. Standar luasan lahan kakao/industri : 75-100 ha lahan kakao/1 unit industri
2. Luasan industri kakao : 1-2 ha per 1 unit industri kakao
3. Luasan lahan sawit Kab. Bulungan : ± 9.000 ha
4. Jumlah dan Luasan industri kakao : ± 90-120 unit industri, luasan 90-120 ha
5. Luasan lahan sawit Prov. Kaltara : ± 11.500 ha
6. Jumlah dan Luasan industri kakao : ± 115-160 unit industri, luasan ± 150 ha
Gambar 2-11 Rencana Struktur Ruang Kawasan Delta Kayan Food Estate
Salim Batu sebagai sub pusat pelayanan kawasan yang melayani kegiatan pertanian
“wetland”, khususnya yang berbasis pangan serta pusat pelayanan kegiatan industri
berbasis pangan
Tanjung Buka sebagai sub pusat pelayanan kawasan yang melayani kegiatan pertanian
“wetland”,khususnya yang berbasis pangan serta sekaligus sebagai pusat pelayanan
kegiatan perikanan Minapolitan.
Kawasan Delta Kayan Food Esatate memiliki luas 50.000 ha dengan lebih dari 50%
luasan daerah yang berpotensi untuk dikembangkan bagi budidaya pangan. Dengan luasan
daerah produksi tersebut, kawasan ini memiliki kemampuan pasokan produksi bahan baku
yang sangat signifikan sehingga dapat menjadi daya tarik bagi kegiatan pengembangan
industri hilir berbasis produk pangan. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 24 tahun 2009
tentang Kawasan Industri mengamanatkan agar industri-industri yang baru didirikan untuk
berlokasi di kawasan industri. Berkaitan dengan itu, maka kawasan DeKaFe perlu
mengalokasikan lahan untuk kawasan industri yang memfasilitasi kegiatan industri berbasis
pangan. Manfaat dari adanya kawasan industri salah satunya adalah agar limbah serta
kemungkinan dampak negative yang ditimbulkan dapat dilokalisasikan sehingga mudah
dikendalikan pada satu lokasi. Manfaat lain adalah adanya efek aglomerasi yang dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu kawasan.