Anda di halaman 1dari 52

Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut

Propinsi Kalimantan Utara

BAB-2
Kajian Kebijakan dan
Studi Terkait

2.1 Kebijakan Angkutan Laut

2.1.1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang


Pelayaran

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional dan perwujudan Wawasan


Nusantara, perlu disusun sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien, dalam
menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas
manusia, barang, dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan
dinamis, serta mendukung pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, turut mendukung pertahanan dan
keamanan, serta peningkatan hubungan internasional.

Transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda perekonomian,


memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, dalam rangka memantapkan perwujudan
Wawasan Nusantara, meningkatkan serta mendukung pertahanan dan keamanan negara,
yang selanjutnya dapat mempererat hubungan antarbangsa. Pentingnya transportasi
tersebut tercermin pada penyelenggaraannya yang mempengaruhi semua aspek kehidupan
bangsa dan negara serta semakin meningkatnya kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas
orang dan barang dalam negeri serta ke dan dari luar negeri. Di samping itu, transportasi
juga berperan sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan daerah

LAPORAN AKHIR 2-1


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar tetapi belum berkembang, dalam
upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil- hasilnya.

Menyadari pentingnya peran transportasi tersebut, angkutan laut sebagai salah


satu moda transportasi harus ditata dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional yang
terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang sesuai
dengan tingkat kebutuhan dan tersedianya pelayanan angkutan yang selamat, aksesibilitas
tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat
waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, polusi rendah, dan efisien.

Angkutan laut yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara nasional dan


menjangkau seluruh wilayah melalui perairan perlu dikembangkan potensi dan ditingkatkan
peranannya sebagai penghubung antarwilayah, baik nasional maupun internasional
termasuk lintas batas, karena digunakan sebagai sarana untuk menunjang, mendorong, dan
menggerakkan pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat
serta menjadi perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengingat penting dan
strategisnya peranan angkutan laut yang menguasai hajat hidup orang banyak maka
keberadaannya dikuasai oleh negara yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah.

Undang-Undang tentang Pelayaran yang memuat empat unsur utama yakni


angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, serta
perlindungan lingkungan maritim dapat diuraikan sebagai berikut:

a. pengaturan untuk bidang angkutan di perairan memuat prinsip pelaksanaan asas


cabotage dengan cara pemberdayaan angkutan laut nasional yang memberikan iklim
kondusif guna memajukan industri angkutan di perairan, antara lain adanya
kemudahan di bidang perpajakan, dan permodalan dalam pengadaan kapal serta
adanya kontrak jangka panjang untuk angkutan;
Dalam rangka pemberdayaan industri angkutan laut nasional, dalam Undang Undang
ini diatur pula mengenai hipotek kapal. Pengaturan ini merupakan salah satu upaya
untuk meyakinkan kreditor bahwa kapal Indonesia dapat dijadikan agunan berdasarkan
peraturan perundang-undangan, sehingga diharapkan perusahaan angkutan laut
nasional akan mudah memperoleh dana untuk pengembangan armadanya;
b. pengaturan untuk bidang kepelabuhanan memuat ketentuan mengenai penghapusan
monopoli dalam penyelenggaraan pelabuhan, pemisahan antara fungsi regulator dan

LAPORAN AKHIR 2-2


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

operator serta memberikan peran serta pemerintah daerah dan swasta secara
proposional di dalam penyelenggaraan kepelabuhanan;
c. pengaturan untuk bidang keselamatan dan keamanan pelayaran memuat ketentuan
yang mengantisipasi kemajuan teknologi dengan mengacu pada konvensi internasional
yang cenderung menggunakan peralatan mutakhir pada sarana dan prasarana
keselamatan pelayaran, di samping mengakomodasi ketentuan mengenai sistem
keamanan pelayaran yang termuat dalam “International Ship and Port Facility Security
Code”; dan
d. pengaturan untuk bidang perlindungan lingkungan maritim memuat ketentuan
mengenai pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan laut yang
bersumber dari pengoperasian kapal dan sarana sejenisnya dengan
mengakomodasikan ketentuan internasional terkait seperti “International Convention
for the Prevention of Pollution from Ships”.

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan pelayaran adalah satu kesatuan
sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan,
serta perlindungan lingkungan maritim. Pelayaran yang terdiri atas angkutan di perairan,
kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, dan perlindungan lingkungan
maritim, merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang harus dikembangkan
potensi dan peranannya untuk mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efisien,
serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis. Pelayaran
diselenggarakan dengan tujuan:

a. memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui perairan dengan


mengutamakan dan melindungi angkutan di perairan dalam rangka memperlancar
kegiatan perekonomian nasional;
b. membina jiwa kebaharian;
c. menjunjung kedaulatan negara;
d. menciptakan daya saing dengan mengembangkan industri angkutan perairan nasional;
e. menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan
nasional;
f. memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan Wawasan
Nusantara; dan
g. meningkatkan ketahanan nasional.

LAPORAN AKHIR 2-3


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Kegiatan angkutan laut dalam negeri disusun dan dilaksanakan secara terpadu, baik
intra-maupun antarmoda yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi nasional.
Kegiatan angkutan laut dalam negeri dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur (liner)
serta dapat dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak teratur (tramper). Kegiatan
angkutan laut dalam negeri yang melayani trayek tetap dan teratur dilakukan dalam
jaringan trayek. Jaringan trayek tetap dan teratur angkutan laut dalam negeri disusun
dengan memperhatikan:

a. pengembangan pusat industri, perdagangan, dan pariwisata;


b. pengembangan wilayah dan/atau daerah;
c. rencana umum tata ruang;
d. keterpaduan intra-dan antarmoda transportasi; dan
e. perwujudan Wawasan Nusantara.

Penyusunan jaringan trayek tetap dan teratur dilakukan bersama oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan asosiasi perusahaan angkutan laut nasional dengan
memperhatikan masukan asosiasi pengguna jasa angkutan laut. Jaringan trayek tetap dan
teratur ditetapkan oleh Menteri.

Jenis angkutan di perairan terdiri atas:

1. Angkutan Laut;
Kegiatan angkutan laut dalam negeri disusun dan dilaksanakan secara terpadu, baik
intra-maupun antarmoda yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi nasional.
Kegiatan angkutan laut dalam negeri dilaksanakan dengan trayek tetap dan teratur
(liner) serta dapat dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak teratur (tramper).
Kegiatan angkutan laut dalam negeri yang melayani trayek tetap dan teratur dilakukan
dalam jaringan trayek. Jaringan trayek tetap dan teratur angkutan laut dalam negeri
disusun dengan memperhatikan:

a. pengembangan pusat industri, perdagangan, dan pariwisata;


b. pengembangan wilayah dan/atau daerah;
c. rencana umum tata ruang;
d. keterpaduan intra-dan antarmoda transportasi; dan
e. perwujudan Wawasan Nusantara.

Pengoperasian kapal pada jaringan trayek tetap dan teratur dilakukan oleh perusahaan

LAPORAN AKHIR 2-4


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

angkutan laut nasional dengan mempertimbangkan:

a. kelaiklautan kapal;
b. menggunakan kapal berbendera Indonesia dan diawaki oleh warga negara
Indonesia;
c. keseimbangan permintaan dan tersedianya ruangan;
d. kondisi alur dan fasilitas pelabuhan yang disinggahi; dan
e. tipe dan ukuran kapal sesuai dengan kebutuhan.

Kegiatan angkutan laut pelayaran-rakyat sebagai usaha masyarakat yang bersifat


tradisional dan merupakan bagian dari usaha angkutan di perairan mempunyai peranan
yang penting dan karakteristik tersendiri. Kegiatan angkutan laut pelayaran-rakyat
dilakukan oleh orang perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha dengan
menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan
kapal serta diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia. Pembinaan
angkutan laut pelayaran-rakyat dilaksanakan agar kehidupan usaha dan peranan
penting angkutan laut pelayaran-rakyat tetap terpelihara sebagai bagian dari potensi
angkutan laut nasional yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi nasional.
Pengembangan angkutan laut pelayaran-rakyat dilaksanakan untuk:

a. meningkatkan pelayanan ke daerah pedalaman dan/atau perairan yang memiliki


alur dengan kedalaman terbatas termasuk sungai dan danau;
b. meningkatkan kemampuannya sebagai lapangan usaha angkutan laut nasional dan
lapangan kerja; dan
c. meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan kewiraswastaan dalam
bidang usaha angkutan laut nasional.

2. Angkutan Sungai dan Danau


Kegiatan angkutan sungai dan danau disusun dan dilakukan secara terpadu dengan
memperhatikan intra dan antarmoda yang merupakan satu kesatuan sistem
transportasi nasional.

3. Angkutan Penyeberangan.
Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh
perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.

LAPORAN AKHIR 2-5


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Penetapan lintas angkutan penyeberangan dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan
oleh perairan;
b. fungsi sebagai jembatan;
c. hubungan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan antara dua
terminal penyeberangan dengan jarak tertentu;
d. tidak mengangkut barang yang diturunkan dari kendaraan pengangkutnya;
e. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
f. jaringan trayek angkutan laut sehingga dapat mencapai optimalisasi keterpaduan
angkutan antar dan intramoda.

2.1.2 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan

Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki


peranan yang sangat penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya dikuasasi oleh
negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka menunjang,
menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan nasional, dan memperkukuh ketahanan
nasional.

Pembinaan pelabuhan yang dilakukan oleh Pemerintah meliputi aspek pengaturan,


pengendalian, dan pengawasan. Aspek pengaturan mencakup perumusan dan penentuan
kebijakan umum maupun teknis operasional. Aspek pengendalian mencakup pemberian
pengarahan bimbingan dalam pembangunan dan pengoperasian pelabuhan. Sedangkan
aspek pengawasan dilakukan terhadap penyelenggaraan kepelabuhanan.

Pembinaan kepelabuhanan dilakukan dalam satu kesatuan Tatanan Kepelabuhanan


Nasional yang ditujukan untuk mewujudkan kelancaran, ketertiban, keamanan dan
keselamatan pelayaran dalam pelayanan jasa kepelabuhanan, menjamin kepastian hukum
dan kepastian usaha, mendorong profesionalisme pelaku ekonomi di pelabuhan,
mengakomodasi teknologi angkutan, serta meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing
dengan tetap mengutamakan pelayanan kepentingan umum.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,


pengaturan untuk bidang kepelabuhanan memuat ketentuan mengenai penghapusan

LAPORAN AKHIR 2-6


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

monopoli dalam penyelenggaran pelabuhan, pemisahan antara fungsi regulator dan


operator serta memberikan peran serta pemerintah daerah dan swasta secara proporsional
di dalam penyelenggaraan kepelabuhanan.

Untuk kepentingan tersebut di atas maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur
mengenai Rencana Induk Pelabuhan Nasional, penetapan lokasi, rencana induk pelabuhan
serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan,
penyelenggaran kegiatan di pelabuhan, perizinan pembangunan dan pengoperasian
pelabuhan atau terminal, terminal khusus dan terminal untuk kepentingan sendiri,
penarifan, pelabuhan dan terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan
sistem informasi pelabuhan.

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan pelabuhan adalah tempat
yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal
dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan
antarmoda transportasi. Sedangkan kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan
ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan
berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian
nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.

Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai Tatanan Kepelabuhanan Nasional,


Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan pelabuhan, penyelenggaraan kegiatan di pelabuhan, pembangunan dan
pengoperasian pelabuhan, terminal khusus dan terminal untuk kepentingan sendiri,
penarifan, pelabuhan dan terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri, dan
sistem informasi pelabuhan.

Tatanan Kepelabuhanan Nasional diwujudkan dalam rangka penyelenggaraan


pelabuhan yang andal dan berkemampuan tinggi, menjamin efisiensi, dan mempunyai daya
saing global untuk menunjang pembangunan nasional dan daerah yang ber-Wawasan
Nusantara. Tatanan Kepelabuhanan Nasional merupakan sistem kepelabuhanan secara

LAPORAN AKHIR 2-7


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

nasional yang menggambarkan perencanaan kepelabuhanan berdasarkan kawasan


ekonomi, geografi, dan keunggulan komparatif wilayah, serta kondisi alam. Tatanan
Kepelabuhanan Nasional memuat:

a. peran, fungsi, jenis, dan hierarki pelabuhan;


b. Rencana Induk Pelabuhan Nasional; dan
c. lokasi pelabuhan.

Pelabuhan memiliki peran sebagai:

a. simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya;


b. pintu gerbang kegiatan perekonomian;
c. tempat kegiatan alih moda transportasi;
d. penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan;
e. tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang; dan
f. mewujudkan Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara.

Rencana Induk Pelabuhan Nasional yang merupakan perwujudan dari Tatanan


Kepelabuhanan Nasional digunakan sebagai pedoman dalam penetapan lokasi,
pembangunan, pengoperasian, pengembangan pelabuhan, dan penyusunan Rencana Induk
Pelabuhan. Rencana Induk Pelabuhan Nasional merupakan kebijakan pengembangan
pelabuhan secara nasional untuk jangka panjang. Rencana Induk Pelabuhan Nasional
memuat:

a. kebijakan pelabuhan nasional; dan


b. rencana lokasi dan hierarki pelabuhan.

Menteri menetapkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional untuk jangka waktu 20 (dua
puluh) tahun. Rencana Induk Pelabuhan Nasional dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.

2.1.3 Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaranjuga mengamanatkan


bahwa Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) disusun sebagai kerangka kebijakan
untuk memfasilitasi tercapainya visi tersebut. RIPN akan menjadi acuan bagi pembangunan
bidang kepelabuhanan di Indonesia. Di dalam RIPN juga terdapat prediksi lalu-lintas

LAPORAN AKHIR 2-8


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

pelabuhan, kebutuhan pengembangan fisik pelabuhan, kebutuhan investasi dan strategi


pendanaan, program modernisasi pelabuhan dan integrasinya dengan pembangunan
ekonomi dalam kerangka sistem transportasi nasional.

RIPN disusun dengan mengintegrasikan rencana lintas sektor, mencakup


keterkaitan antara sistem transportasi nasional dan rencana pengembangan koridor
ekonomi serta sistem logistik nasional, rencana investasi dan implementasi kebijakan, peran
serta pemerintah dan swasta, serta pembagian wewenang pemerintah pusat dan daerah.
Integrasi tersebut menjadi landasan utama untuk perencanaan dan investasi jangka panjang
dimana bentuknya tidak hanya berupa pembangunan fisik namun juga menyangkut
peningkatan efisiensi dan upaya memaksimalkan pemanfaatan kapasitas pelabuhan yang
ada serta berbagai langkah terkait dengan aspek pengaturan, kelembagaan, dan
operasional pelabuhan.

Kebijakan pelabuhan nasional merupakan bagian dalam proses integrasi multimoda


dan lintas sektoral. Peran pelabuhan tidak dapat dipisahkan dari sistem transportasi
nasional dan strategi pembangunan ekonomi. Oleh karena itu kebijakan tersebut lebih
menekankan pada perencanaan jangka panjang dalam kemitraan antar lembaga
pemerintah dan antar sektor publik dan swasta. Munculnya rantai pasok global (supply
chain management) sebagai model bisnis yang diunggulkan, merupakan faktor kunci dalam
perubahan ekonomi global. Perkembangan teknologi informasi komunikasi dan
transportasimempengaruhi strategi bisnis yangterintegrasi antara produksi, pemasaran,
transportasi, distribusi dan klaster industri dalam koridor ekonomi.

Kebijakan pelabuhan nasional akan merefleksikan perkembangan sektor


kepelabuhanan menjadi industri jasa kepelabuhanan kelas dunia yang kompetitif dan sistem
operasi pelabuhan sesuai dengan standar internasional baik dalam bidang keselamatan
pelayaran maupun perlindungan lingkungan maritim. Tujuannya adalah untuk memastikan
sektor pelabuhan dapat meningkatkan daya saing, mendukung perdagangan,terintegrasi
dengan sistem multi-moda transportasi dansistem logistik nasional.Kerangka hukum dan
peraturan akan diarahkan dalam upaya menjamin kepastian usaha, mutu pelayanan yang
lancar dan cepat, kapasitas mencukupi, tertib, selamat, aman, tepat waktu,tarif terjangkau,
kompetitif, aksesibilitas tinggi dan tata kelolayang baik. Kebijakan tersebut akan terus
dibangun dan dikembangkan berdasarkan konsensus dan komitmen dari para pemangku
kepentingan.
LAPORAN AKHIR 2-9
Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Penyusunan rencana kebutuhan pengembangan pelabuhan didasarkan pada pendekatan


penilaian kapasitas pelabuhan dan memperhatikan skema pembangunan untuk masing-
masing pelabuhan. Selain kebijakan pemerintah, juga telah diperhatikan program
pembangunan pelabuhan strategis di Indonesia. Kebijakan pemerintah yang menjadi dasar
utama bagi pengembangan pelabuhan meliputi (a) prioritas pengembangan konektivitas
dan prasarana pelabuhan untuk mendukung program koridor perekonomian Indonesia
tahun 2025, (b) Cetak Biru Transportasi Multimoda/Antarmoda untuk mendukung Sistem
Logistik Nasional, dan (c) Rencana Strategis Sektor Perhubungan.

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang


Kepelabuhanan, pelabuhan laut di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan hierarki
yang terdiri atas:

1. Pelabuhan Utama (yang berfungsi sebagai Pelabuhan Internasional dan Pelabuhan Hub
Internasional);
2. Pelabuhan Pengumpul; dan
3. Pelabuhan Pengumpan, yang terdiri atas:
a. Pelabuhan Pengumpan Regional;
b. Pelabuhan Pengumpan Lokal.

Hierarki pelabuhan sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan memperhatikan


kriteria teknis sebagai berikut:

1. Pelabuhan Utama:
a. kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional;
b. berada dekat dengan jalur pelayaran internasional ± 500 mil dan jalur pelayaran
nasional ± 50 mil;
c. memiliki jarak dengan pelabuhan utama lainnya minimal 200 mil;
d. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang
e. kedalaman kolam pelabuhan minimal –9 m-LWS;
f. berperan sebagai tempat alih muat peti kemas/curah/general cargo/penumpang
internasional;
g. melayani Angkutan petikemas sekitar 300.000 TEUs/tahun atau angkutan lain yang
setara;

LAPORAN AKHIR 2-10


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

h. memiliki dermaga peti kemas/curah/general cargo minimal 1 (satu) tambatan,


peralatan bongkar muat petikemas/curah/general cargo serta lapangan
penumpukan/gudang penyimpanan yang memadai;
i. berperan sebagai pusat distribusi peti kemas/curah/general cargo/penumpang di
tingkat nasional dan pelayanan angkutan peti kemas internasional.

2. Pelabuhan Pengumpul:
a. kebijakan Pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional dan
meningkatkan pertumbuhan wilayah;
b. memiliki jarak dengan pelabuhan pengumpul lainnya setidaknya 50 mil;
c. berada dekat dengan jalur pelayaran nasional ± 50 mil;
d. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang;
e. berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan kawasan
pertumbuhan nasional;
f. kedalaman minimal pelabuhan –7 m-LWS;
g. memiliki dermaga multipurpose minimal 1 tambatan dan peralatan bongkar muat;
h. berperan sebagai pengumpul angkutan peti kemas/curah/general
cargo/penumpang nasional;
i. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional.

3. Pelabuhan Pengumpan Regional:


a. berpedoman pada tata ruang wilayah provinsi dan pemerataan pembangunan
antarprovinsi;
b. berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota serta pemerataan dan
peningkatan pembangunan kabupaten/kota;
c. berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi wilayah provinsi;
d. berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Pengumpul dan Pelabuhan
Utama;
e. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke Pelabuhan
Pengumpul dan/atau Pelabuhan Pengumpan lainnya;
f. berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/kota dalam propinsi;
g. memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang;
h. melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar kecamatan
dalam 1 (satu) provinsi;

LAPORAN AKHIR 2-11


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

i. berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau ± 25 mil;


j. kedalaman maksimal pelabuhan –7 m-LWS;
k. memiliki dermaga dengan panjang maksimal 120 m;
l. memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Regional lainnya 20 – 50 mil.

4. Pelabuhan Pengumpan Lokal:


a. Berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota dan pemerataan serta
peningkatan pembangunan kabupaten/kota;
b. Berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota;
c. Memiliki luas daratan dan perairan tertentu dan terlindung dari gelombang;
d. Melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar kecamatan
dalam 1 (satu) kabupaten/kota;
e. berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Utama, Pelabuhan Pengumpul,
dan/atau Pelabuhan Pengumpan Regional;
f. berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil, terisolasi,
perbatasan, daerah terbatas yang hanya didukung oleh moda transportasi laut;
g. berperan sebagai tempat pelayanan moda transportasi laut untuk mendukung
kehidupan masyarakat dan berfungsi sebagai tempat multifungsi selain sebagai
terminal untuk penumpang juga untuk melayani bongkar muat kebutuhan hidup
masyarakat disekitarnya;
h. berada pada lokasi yang tidak dilalui jalur transportasi laut reguler kecuali
keperintisan;
i. kedalaman maksimal pelabuhan –4 m-LWS;
j. memiliki fasilitas tambat atau dermaga dengan panjang maksimal 70 m;
k. memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Lokal lainnya 5 – 20 mil.

LAPORAN AKHIR 2-12


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Tabel 2-1
Hirarki Pelabuhan di Provinsi Kalimantan Utara
Hierarki
No Kabupaten/Kota Pelabuhan/Terminal Pelabuhan/Terminal KET.
2011 2015 2020 2030
1 Bulungan Tanjung Selor PR PR PR PR *
2 Nunukan Nunukan PP PP PP PP *
3 Nunukan Sungai Nyamuk PP PP PP PP *
4 Tana Tidung Pulau Bunyu PP PP PP PP *
5 Tana Tidung Sesayap PL PL PL PL
6 Tarakan Tarakan PP PP PP PP *
Sumber : Keputusan Menteri Pehubungan No. 414 Tahun 2013
Keterangan:
PP : Pelabuhan Pengumpul
PR : Pengumpan Regional
PL : Pengumpan Lokal
* : Terdapat Kantor Unit Pelayanan Pelabuhan

2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah

2.2.1 Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Kalimantan Utara

Sistem perkotaan wilayah Provinsi Kalimantan Utara, meliputi rencana


pengembangan sistem perkotaan. Rencana pengembangan sistem perkotaan tersebut,
meliputi:

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), di Kota Tarakan;


2. Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp) di Tanjung Selor.
3. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), meliputi:
 Nunukan dan Tau Lumbis di Kabupaten Nunukan; dan
 Malinau Kota di Kabupaten Malinau.
4. Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp), meliputi
 Sebatik dan Long Bawan di Kabupaten Nunukan;
 Long Nawang di Kabupaten Malinau; dan
 Tidung Pale di Kabupaten Tana Tidung.
5. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), meliputi:
 Bunyu, Long Bia, Karang Agung, Sekatak Buji, dan Tanah Kuning di Kab. Bulungan;
 Long Layu, Mensalong, dan Pembeliangan di Kabupaten Nunukan;

LAPORAN AKHIR 2-13


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

 Data Dian, Long Berang, Long Loreh, Long Pujungan, dan Mahak Baru di Kabupaten
Malinau; dan
 Tanah Merah di Kabupaten Tana Tidung.
6. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), meliputi:
 Nunukan, Simanggaris, dan Long Midang (Kabupaten Nunukan); dan
 Long Nawang (Kabupaten Malinau).

Fungsi pelayanan dari masing-masing pusat kegiatan dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 2-2
Fungsi Pelayanan Pusat-Pusat Kegiatan Di Provinsi Kalimantan Utara
No. Sistem Provinsi Fungsi Pelayanan
PKN Tarakan  Simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju
1.
kawasan internasional;
 Simpul utama transportasi skala nasional atau melayani
beberapa provinsi;
 Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral,
batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh
pengelolaan limbah industri terpadu;
 Industri pengolahan lanjut kelapa sawit dan karet yang berdaya
saing dan ramah lingkungan;
 Pusat industri pengolahan hasil hutan yang berdaya saing dan
ramah lingkungan;
 Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang
ramah lingkungan; dan
 Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.
PKNp Tanjung Selor  Pusat pemerintahan provinsi;
2.
 Simpul utama transportasi yang melayani skala provinsi atau
beberapa kabupaten;
 Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral,
batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh
pengelolaan limbah industri terpadu;
 Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan
kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan ramah
lingkungan;
 Pusat industri pengolahan hasil hutan yang berdaya saing dan
ramah lingkungan;
 Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang
ramah lingkungan; dan
 Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.
PKW Nunukan  Pusat pemerintahan kabupaten;
3.
 Simpul utama transportasi yang melayani skala provinsi atau
beberapa kabupaten, dan menghubungkan wilayah sekitarnya;

LAPORAN AKHIR 2-14


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

No. Sistem Provinsi Fungsi Pelayanan


 Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan
kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan ramah
lingkungan;
 Pusat pengolahan hasil hutan yang berdaya saing dan ramah
lingkungan;
 Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya;
 Pintu gerbang internasional dengan fasilitas kepabean, imigrasi,
karantina, dan keamanan; dan
 Pusat promosi investasi dan pemasaran.
PKW Tau Lumbis  Pusat pemerintahan kecamatan;
4.
 Pusat kegiatan konservasi;
 Simpul utama transportasi yang melayani skala provinsi atau
beberapa kabupaten;
 Pusat pengolahan hasil hutan yang berdaya saing dan ramah
lingkungan; dan
 Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.
PKW Malinau Kota  Pusat pemerintahan kabupaten;
5.
 Simpul utama transportasi yang melayani skala provinsi atau
beberapa kabupaten;
 Pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral,
batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh
pengelolaan limbah industri terpadu;
 Pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan
kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan ramah
lingkungan;
 Pusat industri pengolahan hasil hutan yang berdaya saing dan
ramah lingkungan; dan
 Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.
PKWp Sebatik  Pusat pemerintahan kabupaten;
6.
 Pusat perdagangan dan jasa skala regional;
 Pintu gerbang internasional;
 Pusat kegiatan pendidikan; dan
 Pusat pengembangan ekowisata.
PKWp Long Bawan  Pusat pemerintahan kecamatan;
7.
 Pusat perdagangan dan jasa skala regional;
 Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara;
 Pusat kegiatan pendidikan;
 Pusat kegiatan konservasi; dan
 Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.
PKWp Long Nawang  Pusat pemerintahan kecamatan;
8.
 Pusat perdagangan dan jasa skala regional;
 Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara;
 Pusat kegiatan pendidikan;
 Pusat kegiatan konservasi; dan
 Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.

LAPORAN AKHIR 2-15


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

No. Sistem Provinsi Fungsi Pelayanan


PKWp Tidung Pale  Pusat pemerintahan kabupaten;
9.
 Pusat perdagangan dan jasa skala regional; dan
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang skala regional.
PKL Bunyu  Pusat pemerintahan kecamatan;
10.
 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang;
 Pusat pertambangan batubara, minyak bumi dan gas alam) sub
wilayah Bunyu; dan
 Pusat kegiatan penunjang pariwisata.
PKL Long Bia  Pusat pemerintahan kecamatan;
11.
 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
 Pusat industri rumah tangga dan kerajinan; dan
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang.
PKL Karang Agung  Pusat pemerintahan kecamatan;
12.
 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
 Pusat industri pengolahan pertanian, perkebunan, dan
pertambangan ramah lingkungan;
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang; dan
 Pusat kegiatan pertanian dan perkebunan.
PKL Sekatak Buji  Pusat perdagangan dan jasa skala lokal; dan
13.
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang.
PKL Tanah Kuning  Pusat pemerintahan kecamatan;
14.
 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
 Pusat industri pengolahan hasil perikanan budidaya dan
perikanan tangkap;
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang; dan
 Pusat kegiatan pertanian (agropolitan).
PKL Long Layu  Pusat pemerintahan kecamatan;
15.
 Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara;
 Pusat kegiatan konservasi; dan
 Pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.
PKL Mensalong  Pusat pemerintahan kecamatan;
16.
 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
 Pusat kegiatan industri; dan
 Pusat kegiatan pendidikan.
PKL Pembeliangan  Pusat pemerintahan kecamatan;
17.
 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
 Pusat kegiatan industri; dan
 Pusat kegiatan pendidikan.

LAPORAN AKHIR 2-16


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

No. Sistem Provinsi Fungsi Pelayanan


PKL Data Dian  Pusat pemerintahan kecamatan;
18.
 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang; dan
 Pusat kegiatan pertanian dan perkebunan.
PKL Long Berang  Pusat pemerintahan kecamatan;
19.
 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang; dan
 Pusat kegiatan pertanian dan perkebunan.
PKL Long Loreh  Pusat pemerintahan kecamatan;
20.
 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang; dan
 Pusat kegiatan pertanian dan perkebunan.
PKL Long Pujungan  Pusat pemerintahan kecamatan;
21.
 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang;
 Pusat kegiatan pertanian tanaman pangan; dan
 Pusat pemerintahan kecamatan.
PKL Mahak Baru  Pusat pemerintahan kecamatan;
22.
 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang; dan
 Pusat kegiatan pertanian tanaman pangan.
PKL Tanah Merah  Pusat pemerintahan kecamatan;
23.
 Pusat perdagangan dan jasa skala lokal;
 Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan
angkutan barang; dan
 Pusat kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan,
pariwisata, agroindustri, dan pertambangan.
PKSN Nunukan  Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
24.
 Pintu gerbang internasional;
 Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara; dan
 pusat pengembangan wisata budaya.
PKSN Simanggaris  Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
25.
 Pintu gerbang internasional;
 Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara; dan
 pusat pengembangan wisata budaya.
PKSN Long Midang  Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
26.
 Pintu gerbang internasional;
 Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara; dan
 pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.

LAPORAN AKHIR 2-17


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

No. Sistem Provinsi Fungsi Pelayanan


PKSN Long Nawang  Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;
27.
 Pintu gerbang internasional;
 Simpul transportasi di kawasan perbatasan negara; dan
 pusat pengembangan ekowisata dan wisata budaya.
Sumber: Draft Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara, 2015

LAPORAN AKHIR 2-18


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

LAPORAN AKHIR 2-19


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

2.2.2 Rencana Jaringan Transportasi

2.2.2.1 Sistem Jaringan Transportasi Darat


Rencana sistem jaringan transportasi darat di Provinsi Kalimantan Utara, terdiri atas (1)
jaringan lalu lintas dan angkutan jalan; dan (2) jaringan transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan terdiri atas (a) jaringan jalan; dan (b)
jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

1. Sistem Jaringan Jalan


Jaringan jalan diarahkan untuk:
 menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah;
 meningkatkan jalur distribusi, barang dan jasa dalam mengurangi kesenjangan
pembangunan antar wilayah;
 meningkatkan dan mengembangkan minat investasi di sektor perkebunan, pertanian,
perikanan, pertambangan, dan pariwisata;
 meningkatkan pelayanan transportasi darat berbasis jalan dengan memadukan sistem
pelayanan inti dan antarmoda; dan
 meningkatkan aksesibilitas dalam rangka mempertahankan dan mengikat keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Rencana jaringan jalan di Provinsi Kalimantan Utara, terdiri atas:


1. Rencana jaringan jalan arteri primer, ditetapkan di:
 ruas jalan Bts. Bulungan - Tj. Selor;
 ruas jalan Tj. Selor - Sp. 3 Tj. Palas;
 ruas jalan Sp.3 Tj. Palas - Sekatak Buji;
 ruas jalan Sekatak Buji - Malinau Kota;
 ruas jalan Malinau Kota - Mensalong;
 ruas jalan Mensalong - Sp. Tiga Apas;
 ruas jalan Sp. Tiga Apas - Simanggaris;
 ruas jalan Simanggaris - Sei Ular (Nunukan);
 ruas jalan Simanggaris - Bts. Negara (Serudong);
 Lingkar Pulau Sebatik;
 Lingkar Pulau Nunukan;
 ruas jalan di Kota Tanjung Selor, meliputi:

LAPORAN AKHIR 2-20


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

 ruas jalan Jelarai (Tj. Selor);


 ruas jalan Sengkawit (Tj. Selor);
 ruas jalan Jend. Sudirman dan Jl. Katamso (Tj. Selor);
 ruas jalan Jln. Sutoyo (Tj. Selor);
 ruas jalan Jln. Panjaitan (Tj. Selor);
 ruas jalan Jln. Mt. Haryono (Tj. Selor);
 ruas jalan Jln. Skip I (Tj. Selor);
 ruas jalan Jln. Kol. Sutadji (Jl. Skip II) (Tj. Selor);
 ruas jalan Jln. Agatis (Tj. Selor);
 ruas jalan Jln Jeruk (Tj. Selor); dan
 ruas jalan Jln Ulin (Tj. Selor).
 ruas jalan di Kota Tarakan, meliputi:
 ruas jalan Mulawarman (Kota Tarakan);
 ruas jalan Yos Sudarso (Kota Tarakan);
 Jln. P.Aji Iskandar;
 Jln. Aki Balak;
 Jln Bhayangkara;
 Jln. Ringroad Juata Laut - Pantai Amal; dan
 Jln. Aki Pingka - Swaran - Pulau Sadau.
 Simpang Pungit - Jembatan Bulungan Tarakan;
2. Jaringan jalan kolektor primer 1 (k-1)
Rencana jaringan jalan kolektor primer 1 (k-1) di Provinsi Kalimantan Utara,
ditetapkan di:
 ruas jalan Pelabuhan Ancam - Poros provinsi (Bulungan);
 ruas jalan Ardimulyo - poros provinsi (Bulungan); dan
 ruas jalan Simpang Metut - Long Lejuh (Kabupaten Bulungan).
3. Jaringan jalan strategis nasional
Pengembangan jaringan jalan strategis nasional, ditetapkan di:
 ruas jalan Long Bagun (Kabupaten Kutai Barat) - Mahak Baru (Malinau);
 ruas jalan Mahak Baru - Sungai Barang - Long Ampung - Long Nawang
(Kabupaten Malinau);
 ruas jalan Long Metun - Data Dian (Kabupaten Malinau);

LAPORAN AKHIR 2-21


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

 ruas jalan Data Dian - Long Pujungan (Kabupaten Malinau);


 ruas jalan Long Nawang - perbatasan;
 ruas jalan Langap - Metut - Sungai Hong - Long Pada - Long Nyau - Long
Alango;
 ruas jalan Malinau Kota - Paking - Semamu - Binuang - Long Bawan - Long
Midang-Batas Negara Malaysia;
 ruas jalan Mensalong - Tau Lumbis - Batas Negara Malaysia;
 ruas jalan Simanggaris - Tau Lumbis; dan
 ruas jalan Lembudud - Batas Negara (Bario di Serawak).
4. Jaringan jalan kolektor primer 2 (K-2)
Rencana jaringan jalan kolektor primer 2 (k-2) di Provinsi Kalimantan Utara,
ditetapkan di:
 ruas jalan SP3 Food Estate - Salimbatu (Kabupaten Bulungan);
 ruas jalan Tj.Selor - Tanah Kuning (Kabupaten Bulungan);
 ruas Jalan Mangkupadi - Poros Berau (Kabupaten Bulungan);
 ruas jalan Mensalong - Atap - Pembeliangan; dan
 ruas jalan Mahak Baru (Kabupaten Malinau) - Tabang (Kabupaten Kutai
Kertanegara).
5. Jaringan jalan kolektor primer 3 (K-3)
Jaringan jalan kolektor primer 3 (K-3), meliputi:
 ruas jalan Long Peso - Seriang;
 ruas jalan Long Peso - Long Pujungan;
 ruas jalan Paking - Long Berang - Semamu;
 ruas jalan Long Alango - Long Pada - Semamu; dan
 ruas jalan Tideng Pale - Tanah Merdeka.
6. Jaringan jalan strategis provinsi
Pengembangan jaringan jalan strategis provinsi, ditetapkan di:
 ruas jalan Binuang (Nunukan) - Bang Biyau - Long Pala - Long Mekatif - Tau
Lumbis (Nunukan);
 ruas jalan Lembudud - Long Bawan;
 ruas jalan Lembudud - Long Layu;
 ruas jalan Long Layu - Binuang - Long Umung; dan
 ruas jalan Long Nawang - Lasan Tuyan.
LAPORAN AKHIR 2-22
Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

7. Jembatan
Jembatan di Provinsi Kalimantan Utara, meliputi:
 jembatan Bulungan - Tarakan; dan
 jembatan lainnya yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2. Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan


Rencana jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, terdiri atas
a. Terminal
 terminal penumpang tipe A yang berfungsi melayani kendaraan umum
untuk angkutan antarkota antarprovinsi, angkutan antarkota dalam
provinsi, angkutan kota dan angkutan perdesaan di terminal Tanjung Selor
di Kabupaten Bulungan.
 terminal penumpang tipe B yang berfungsi melayani kendaraan umum
untuk angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota, dan/atau
angkutan perdesaan meliputi:
 terminal Long Midang di Kabupaten Nunukan;
 terminal Mensalong di Kabupaten Nunukan;
 terminal Simanggaris di Kabupaten Nunukan;
 terminal Boom Panjang di Kota Tarakan;
 terminal Long Nawang di Kabupaten Malinau;
 terminal Sesua di Kabupaten Malinau; dan
 terminal Tidung Pale di Kabupaten Tana Tidung.
b. Fasilitas Pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Sistem Jaringan Sungai, Danau, dan Penyeberangan


Rencana sistem jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan terdiri atas (1)
pelabuhan dan alur pelayaran angkutan sungai dan danau; (2) pelabuhan dan alur
pelayaran lintas penyeberangan; dan (3) pelabuhan dan alur pelayaran khusus.
Rencana pengembangan jaringan sungai, danau dan penyeberangan berupa
penyediaan dermaga sebagai pusat-pusat pergantian antar moda untuk

LAPORAN AKHIR 2-23


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

mengintegrasikan jalur transportasi sungai antara angkutan sungai dengan angkutan


jalan serta angkutan sungai dengan angkutan laut.
a. Rencana pelabuhan dan alur pelayaran angkutan sungai dan danau, ditetapkan di:
 pelabuhan Tanjung Selor, Ancam, Sekatak, dan Bunyu di Kabupaten
Bulungan;
 pelabuhan Tengkayu I di Kota Tarakan;
 pelabuhan Nunukan, Sebuku, Simenggaris, Sembakung, Mensalong, Binter,
Tau Lumbis dan Sungai Ular di Kabupaten Nunukan;
 pelabuhan Malinau Hilir di Kabupaten Malinau; dan
 pelabuhan Sesayap dan Sesayap Hilir di Kabupaten Tana Tidung.
b. Rencana pengembangan pelabuhan dan alur pelayaran lintas penyeberangan,
ditetapkan di:
 pelabuhan penyeberangan Kayan II, pelabuhan penyeberangan Ancam,
pelabuhan penyeberangan Bunyu, dan Pelabuhan rakyat Sungai Ancam
Tanjung Palas Utara di Kabupaten Bulungan;
 pelabuhan penyeberangan Juata di Kota Tarakan; dan
 pelabuhan penyeberangan Nunukan di Pulau Nunukan.
c. Pelabuhan khusus di Bandar Juata Tarakan
d. Alur pelayaran angkutan sungai, meliputi:
 alur pelayaran angkutan sungai di Kabupaten Bulungan, meliputi:
 Sekatak - Tarakan;
 Tanjung Selor - Tarakan;
 Tanjung Selor - Bunyu;
 Bunyu - Tarakan;
 Ancam - Tarakan; dan
 Long Bia - Long Tungu - Long Beluah - Tanjung Selor.
 alur pelayaran angkutan sungai di Kabupaten Nunukan, meliputi:
 Nunukan - Sebatik (Nunukan - Bambangan, Sedadap - Mantikas, Nunukan
- Sungai Nyamuk);
 Nunukan - Simanggaris;
 Nunukan - Sungai Ular;
 Mensalong - Binter - Tau Lumbis;

LAPORAN AKHIR 2-24


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

 Mensalong - Tarakan;
 Nunukan - Pembeliangan; dan
 Nunukan – Atap.
 alur pelayaran angkutan sungai di Kabupaten Malinau, meliputi:
 Long Alango - Long Pujungan - Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan);
 Long Ampung - Long Nawang dan Data Dian;
 Malinau Kota ke arah hulu Sungai Sesayap dan Sungai Mentarang menuju
Pulau Sapi dan Long Berang;
 Malinau kota ke arah hulu Sungai Sesayap dan Sungai Malinau menuju
Lidung Kemenci, Setulang dan Long Loreh; dan
 Malinau Kota – Malinau Utara – Tidung Pale (Kabupaten Tana Tidung) –
Sesayap Hilir (Kabupaten Tana Tidung) – Tarakan.
 alur pelayaran angkutan sungai di Kabupaten Tana Tidung, meliputi:
 Tideng Pale - Tarakan;
 Tideng Pale - Malinau;
 Tideng Pale - Tanjung Selor;
 Tideng Pale - Nunukan; dan
 Tideng Pale - Tana Lia.
e. Alur pelayaran lintas penyeberangan, meliputi:
 lintas Nunukan - Tawau (Sabah Malaysia);
 lintas Tarakan - Tawau (Sabah Malaysia);
 lintas Tarakan - Sebatik;
 lintas Tarakan - P. Bunyu; dan
 lintas Tarakan - Nunukan - Ancam dan Tarakan - Tolitoli (Sulawesi Tengah).
f. Alur pelayaran khusus bandara, terdiri atas:
 Lintas Tanjung Selor - Tarakan;
 Malinau - Tarakan;
 Kabupaten Tanan Tidung - Tarakan;
 Nunukan - Tarakan; dan
 Sebatik - Tarakan.

LAPORAN AKHIR 2-25


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

2.2.2.2 Sistem Jaringan Transportasi Perkeretaapian


Rencana pengembangan jaringan perkeretaapian, meliputi jalur kereta api, stasiun kereta api,
dan fasilitas pengoperasian kereta api.

a. Jaringan jalur kereta api


Rencana jalur kereta api di Provinsi Kalimantan Utara, terdiri atas jaringan jalur KA
umum, dan jaringan jalur KA khusus. Jaringan jalur kereta api umum, meliputi:
 jaringan jalur kereta api nasional, meliputi:
 Tanjung Redeb (Provinsi Kalimantan Timur) - Tanjung Selor - Kerang Agung -
Sesayap - Tidung Pale - Malinau Kota - Mensalong - Sembakung Atulai -
Sembakung - Pembeliangan - Salang - Simanggaris - Batas Negara; dan
 Sekatak - Jembatan Bulungan Tarakan - Pelabuhan Laut Tarakan - Bandara
Juata Tarakan.
 jaringan jalur kereta api provinsi, meliputi: Tanjung Selor - Malinau Kota – Sesayap
dan Malinau Kota – Nunukan.
Jaringan jalur kereta api khusus diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Stasiun kereta api
Stasiun kereta api ditetapkan dalam rangka memberikan pelayanan kepada setiap
pengguna transportasi kereta api sampai ke tujuannya melalui persambungan
pelayanan dengan moda transportasi lain.
Stasiun kereta api, ditetapkan di:
 Sekatak, Tanjung Selor, dan Tanjung Palas Timur di Kabupaten Bulungan;
 Kota Tarakan;
 Mensalong dan Simanggaris di Kabupaten Nunukan;
 Malinau Kota di Kabupaten Malinau; dan
 Sesayap di Kabupaten Tana Tidung.
c. Fasilitas pengoperasian kereta api diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

LAPORAN AKHIR 2-26


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

2.2.2.3 Sistem Jaringan Transportasi Laut


Rencana sistem jaringan transportasi laut, terdiri atas (1) tatanan kepelabuhanan; dan (2) alur
pelayaran.

1. Tatanan kepelabuhanan
Tatanan kepelabuhanan di Provinsi Kalimantan Utara, terdiri atas:
a. Pelabuhan utama
Pelabuhan utama adalah Pelabuhan Malundung di Kota Tarakan.
b. Pelabuhan pengumpul
Pelabuhan pengumpul, ditetapkan di:
 pelabuhan Tanjung Selor di Kabupaten Bulungan;
 pelabuhan Pulau Bunyu di Kabupaten Bulungan;
 pelabuhan Pidada di Kabupaten Bulungan;
 pelabuhan Tunon Taka di Kabupaten Nunukan; dan
 pelabuhan Sungai Nyamuk di Kabupaten Nunukan.
c. Pelabuhan pengumpan
Pelabuhan pengumpan, ditetapkan di:
 pelabuhan Ancam di Kabupaten Bulungan; dan
 pelabuhan Tana Lia di Kabupaten Tana Tidung.

2. Terminal
Terminal, meliputi:
 terminal di Kabupaten Bulungan (7 terminal);
 terminal di Kabupaten Nunukan (3 terminal);
 terminal di Kabupaten Malinau (3 terminal); dan
 terminal di Kabupaten Tana Tidung.
3. Alur pelayaran
Alur pelayaran di Provinsi Kalimantan Utara dibedakan atas (1) alur pelayaran kapal
barang; dan (2) alur pelayaran kapal penumpang:
a. Alur pelayaran kapal barang
 Tanjung Selor - Malinau; dan
 Malinau - Tarakan - Tanjung Selor - Tanjung Redeb - Tanjung Batu (Kabupaten
Berau).
b. Alur pelayaran kapal penumpang
LAPORAN AKHIR 2-27
Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

 Denpasar - Ende - Kalabahi - Kupang - Larantuka - Lembar - Lewoleba -


Makassar - Maumere - Nunukan - Pare-Pare - Tarakan - Waingapu;
 Balikpapan - Kijang - Makassar - Nunukan - Pantoloan - Pare-Pare - Surabaya -
Tarakan - Tanjung Priok - Tolitoli;
 Balikpapan - Makassar - Nunukan - Pantoloan - Pare-Pare - Surabaya - Tarakan;
dan
 Balikpapan - Bau Bau - Makassar - Nunukan - Pantoloan - Pare-Pare - Tarakan –
Tolitoli.

2.2.2.4 Sistem Jaringan Transportasi Udara


Sistem jaringan transportasi udara, terdiri atas (1) tatanan kebandarudaraan; dan (2) ruang
udara. Tatanan kebandarudaraan ditetapkan dalam rangka melaksanakan fungsi bandar
udara untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas pesawat udara,
penumpang, kargo dan/atau pos, keselamatan penerbangan, tempat perpindahan intra
dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah.

Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder:


 Bandar Udara Juata di Kota Tarakan; dan
 Bandar Udara Tanjung Harapan di Kabupaten Bulungan.
b. Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier di Bandar Udara Nunukan di
Kabupaten Nunukan.
c. bandar udara pengumpan:
 Bandar Udara Long Layu di Kabupaten Nunukan;
 Bandar Udara Yuvai Semaring di Kabupaten Nunukan;
 Bandar Udara Sebatik di Kabupaten Nunukan;
 Bandar Udara Long Ampung di Kabupaten Malinau;
 Bandar Udara RA. Bessing di Kabupaten Malinau;
 Bandar Udara Sesayap di Kabupaten Tana Tidung; dan
 Bandar Udara Buang Baru di Kabupaten Tana Tidung.
d. bandar udara khusus:
 bandar udara khusus perbatasan darat meliputi:

LAPORAN AKHIR 2-28


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

 Bandar Udara Apau Ping di Kabupaten Malinau;


 Bandar Udara Pa'Upan, Bandar Udara Tau Lumbis, Bandar Udara Kampung
Baru, Bandar Udara Kurid, Bandar Udara Lembudud, Bandar Udara Berian
Baru, Bandar Udara Buduk Kubul, Bandar Udara Long Rungan, Bandar Udara
Mensalong di Kabupaten Nunukan; dan
 bandar udara khusus penanganan bencana meliputi:
 Bandar Udara Nunukan di Kabupaten Nunukan;
 Bandar Udara Juata Tarakan;
 Bandar Udara Tanjung Harapan Bulungan; dan
 Bandar Udara Long Ampung di Kabupaten Malinau.
e. bandar udara perintis:
 bandar udara perintis Keburau di Kecamatan Tanjung Palas Barat Kabupaten
Bulungan;
 bandar udara perintis Long Bia di Kecamatan Peso Kabupaten Bulungan;
 bandar udara perintis Bunyu di Kecamatan Bunyu Kabupaten Bulungan;
 bandar udara perintis Data Dian, Long Metun dan Long Sule di Kecamatan Kayan
Hilir Kabupaten Malinau;
 bandar udara perintis Sungai Barang di Kecamatan Kayan Selatan Kabupaten
Malinau;
 bandar udara perintis Mahak Baru dan Long Lebusan di Kecamatan Sungai Boh
Kabupaten Malinau;
 bandar udara perintis Long Pujungan di Kecamatan Pujungan Kabupaten Malinau;
 bandar udara perintis Long Alango di Kecamatan Bahau Hulu Kabupaten Malinau;
dan
 bandar udara perintis Long Pala di Kecamatan Mentarang Hulu Kabupaten
Malinau.

Ruang udara untuk penerbangan digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam
rangka menjamin keselamatan penerbangan. Ruang udara untuk penerbangan terdiri atas:
 ruang udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar udara;
 ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan;
dan
 ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan.

LAPORAN AKHIR 2-29


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Ruang udara untuk penerbangan dimanfaatkan bersama untuk kepentingan pertahanan dan
keamanan negara. Ruang udara untuk penerbangan diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

LAPORAN AKHIR 2-30


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Gambar 2-2
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama

LAPORAN AKHIR 2-31


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

2.2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malinau


Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Malinau disusun berdasarkan kebijakan
dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten. Adapun rencana struktur wilayah Kabupaten
Malinau adalah sebagai berikut :
1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berada di kawasan perkotaan ibukota Kabupaten
Malinau dan sekitarnya. Lingkup pelayanan nya meliputi :
a. Pusat pemerintahan;
b. Pusat pelayanan kesehatan;
c. Pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat industri pengolahan hasil
pertanian, perkebunan dan kehutanan.
d. Sebagai simpul pergerakan barang dan orang melalui jalur darat, udara dan
sungai.
2. PKSN adalah Long Nawang di Kecamatan Kayan Hulu dengan fungsi utama sebagai
pusat pertahanan dan keamanan negara, pos lintas batas dan sebagai beranda depan
negara dengan lingkup pelayanan meliputi kecamatan-Kecamatan dikawasan
perbatasan darat RI dengan Serawak (Malaysia) yang terdiri atas Kecamatan Kayan
Hulu, Kecamatan Kayan Selatan, Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan Pujungan dan
Kecamatan Bahau Hulu.
3. Pusat Kegiatan Lokal terdiri atas Long Pujungan di Kecamatan Pujungan dan Mahak
Baru di Kecamatan Sungai Boh.
4. Pusat Pelayan Kawasan yang terdiri atas Long Berang, Pulau Sapi, Tanjung Lapang,
Malinau Seberang, Long Loreh, Long Alango, Data Dian, dan Long Ampung.
5. Pusat Pelayanan Lingkungan yang berada di :
a. Desa Semamu dan Long Pala di Kecamatan Mentarang Hulu
b. Paking dan Long Pada di Kecamatan Mentarang;
c. Sentaban dan Sesua di Kecamatan Malinau Barat;
d. Kaliamok dan Sembuak di Kecamatan Malinau Utara;
e. Punan Gong Solok dan Metut di Kecamatan Malinau Selatan
f. Sungai Anai dan Long Sule di Kecamatan Kayan Hilir.
Tatanan sistem transportasi laut di Kabupaten Malinau yang penting untuk
dikembangkan dalam rangka penyaluran barang dan kebutuhan masyarakat. Pelabuhan

LAPORAN AKHIR 2-32


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

utama pengumpan yang direncanakan adalah Pelabuhan Barang Kelapis di Kecamatan


Malinau Utara. Alur pelayaran penyaluran barang tersebut adalah :
a) Malinau – Tidung Pale - Sesayap Hilir - Tarakan;
b) Malinau – Tanjung Selor; dan
c) Malinau – Surabaya.

2.2.4 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tana Tidung


Pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Tana Tidung bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk dengan adanya ketersediaan fasilitas. Pusat pelayanan tersebut yang
akan menentukan hierarki pusat pelayanan sesuai dengan konsepsi perwilayahan dan visi
pembangunan kabupaten. Orientasi pusat pelayanan permukiman adalah ke wilayah Tideng
Pale, Sedulun dan Tideng Pale Timur.
1. PKWp di Perkotaan Tideng Pale di Kecamatan Sesayap;
2. Pusat Kegiatan Lokal di :
a. Perkotaan Sesayap di Kecamatan Sesayap Hilir;
b. Perkotaan Tanah Merah di Kecamatan Tana Lia;
3. Pusat Pelayanan Kawasan di :
a. Perkotaan Buang Baru di Kecamatan Sesayap Hilir;
b. Perkotaan Bebatu di Kecamatan Sesayap Hilir;
c. Perkotaan Rian di Kecamatan Sesayap.
4. Pusat Pelayanan Lingkungan berada di :
a. Desa Tideng Pale Timur;
b. Desa Sedulun;
c. Desa Sesayap;
d. Desa Bandan Bikis;
e. Desa Menjelutung;
f. Desa Sengkong;
g. Desa Sambungan.
Untuk mendukung sistem perkotaan tersebut, dibutuhkan sistem transportasi yang
memadai. Baik darat, laut dan udara harus mampu menghubungkan antar kawasan. Khusus
dalam sistem transportasi laut, rencana kedepan adalah pengembangan pelabuhan lokal di
Kecamatan Tana Lia dengan alur pelayaran meliputi :

LAPORAN AKHIR 2-33


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

a. Tana Lia – Tideng Pale;


b. Tana Lia – Tarakan;
c. Tana Lia – Nunukan;
d. Tana Lia – Sembakung;
e. Tana Lia – Tanjung selor – berau.

Gambar 2-3 Sistem Perkotaan Kabupaten Tana Tidung

2.2.5 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan


Posisi geografis Kabupaten Nunukan yang strategis yaitu langsung berbatasan
dengan Negara Malaysia, Brunei Darussalam dan Philipina, sehingga membuka akses lintas
perdagangan antar propinsi dan antar negara. Berkaitan dengan potensi tersebut, maka
pembentukan Struktur ruang wilayah harus mendukung Prioritas penanganan perbatasan.
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan yang telah ditetapkan antara lain :
1. PKSN yang berada di Nunukan, Simanggaris, dan Long Midang;
2. PKW berada di Kawasan Perkotaan Nunukan dan Wilayah Tau Lumbis;
3. PKWp di Sungai Nyamuk, Long Bawan, Long Layu.
4. PKL di Perkotaan Mensalong, Pembeliangan, Perkotaan Atap dan Srinanti;
5. PPk di Binalawan, binuang, Lembudud, Seipancang, dan Tanjung Karang.
6. PPL di Desa Makmur, Bambangan, Aji Kuning, Sekikilan, Saduman, dan Tanjung Aru.

LAPORAN AKHIR 2-34


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Gambar 2-4 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Nunukan

Sistem transportasi laut di Kabupaten Nunukan memiliki peranan penting dalam


menunjang pembangunan wilayah sehingga mengurangi disparitas antar wilayah di
Kabupaten Nunukan. Rencana pengembangan pelabuhan laut di Kabupaten Nunukan
diprioritaskan untuk :
a. pengembangan Pelabuhan Pengumpul Skala Tersier Tunon;
b. pengembangan pelabuhan Pengumpul Skala Tersier Sungainyamuk;
c. pengembangan dan operasionalisasi Pos Lintas Batas Laut (PLBL) Liem Hie Jung dan
Sungai pancang.
Sedangkan untuk alur pelayaran difokuskan pada optimalisasi alur pelayaran saat ini
dan pengembangan alur pelayaran nasional dan internasional. Optimalisasi alur pelayaran
meliputi :
a. Nunukan – Sebatik;
b. Nunukan – Tarakan;

LAPORAN AKHIR 2-35


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

c. Nunukan – Balikpapan;
d. Nunukan – Makassar;
e. Nunukan – Pantoloan;
f. Nunukan – Pare-Pare;
g. Nunukan – Toli-Toli;
h. Nunukan – Bau-Bau;
i. Nunukan – Surabaya;
j. Nunukan – NTT; dan
k. Nunukan – Tawau (Malaysia).
Pengembangan alur pelayaran kedepan di Kabupaten Nunukan meliputi :
1. Nunukan – Bitung;
2. Nunukan – Sandakan (Malaysia); dan
3. Nunukan – Filipina Selatan.

2.2.6 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tarakan


Kota Tarakan memiliki peran sentral dalam perkembangan wilayah Kalimantan
Utara. Sebagai penyumbang PDRB terbesar, Kota Tarakan menjadi pusat kegiatan
perdagangan dan jasa skala regional, bahkan nasional. Saat ini, Kota Tarakan berkembang
menjadi Pusat Pelayanan untuk wilayah Kawasan Timur Indonesia. Penataan ruang wilayah
Kota Tarakan bertujuan untuk mewujudkan Kota Tarakan sebagai kota pusat perdagangan
dan jasa serta pusat pelayanan umum yang berkualitas menuju masyarakat yang berdaya
saing tinggi dan sejahtera dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup demi
keberlanjutan pembangunan. Rencana struktur ruang wilayah Kota Tarakan ditetapkan
sebagai berikut :

A. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berada di :


1) Kelurahan Karang Anyar;
2) Kelurahan Juata Permai.
B. Sub PPk berada di :
1) Karang Anyar Pantai;
2) Mamburungan;
3) Pantai Amal;
4) Juata Laut;

LAPORAN AKHIR 2-36


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

5) Tanjung Simaya;
6) Juata Kerikil.
C. Pusat Lingkungan diarahkan di :
1) Kelurahan Karang Anyar
2) Kelurahan Lingkas Ujung
3) Kampung Amal Lama;
4) Tanjung Selayung;
5) Tanjung Binalatung;
6) Tanjung Juata.
Dalam rencana pengembangan sistem transportasi laut di kota Tarakan
difokuskan pada tatanan kepelabuhan dan alur pelayaran. Tatanan kepelabuhan di Kota
Tarakan terdiri atas:

a) pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Malundung di Kelurahan Lingkas Ujung,


Kecamatan Tarakan Timur;
b) terminal khusus yaitu pelabuhan pengangkut minyak di Kelurahan Lingkas Ujung,
Kecamatan Tarakan Timur.
c) pelabuhan perikanan Pelabuhan Tengkayu II di Kelurahan Karang Rejo, Kecamatan
Tarakan Barat.
Alur pelayaran nasional terdiri dari :
a) Penyeberangan antar provinsi :
 Pulau Tarakan – Pulau Kalimantan;
 Pulau Tarakan – Pulau Sulawesi;
 Pulau Tarakan – Kepulauan NTT;
 Pulau Tarakan – Kepulauan NTB;
 Pulau Tarakan – Pulau Bali;
 Pulau Tarakan – Pulau Jawa;
 Pulau Tarakan – Pulau Sumatera
b) Penyeberangan dalam provinsi :
 Pulau Tarakan – Ancam, Kabupaten Bulungan;
 Pulau Tarakan – Kota Malinau; dan
 Pulau Tarakan – Kota Nunukan;
 Pulau Tarakan – Kabupaten Tana tidung

LAPORAN AKHIR 2-37


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

 Pulau Tarakan – Derawan, Kabupaten Berau


 Pulau Tarakan – Pulau Bunyu;
 Pulau Tarakan – Kota Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan;
 Pulau Tarakan – Kota Sungai Nyamuk, Kabupaten Nunukan

mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara merata dan berkelanjutan sesuai potensi fisiogeografis Provinsi
RTRW Provinsi Kalimantan Utara sebagai pusat pertanian dan perikanan berbasis agro serta pintu gerbang internasional
Kalimantan Utara dengan tetap menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

mewujudkan Kota Tarakan Mewujudkan peningkatan derajat Membangun Malinau mewujudkan Kabupaten
Mewujudkan wilayah
sebagai kota pusat dan mutu kehidupan masyarakat secara terpadu yang sebagai sentra agroindustri,
yang pro rakyat berbasis
perdagangan dan jasa serta melalui pembangunan wilayah
berbasis pertanian pertanian dan perikanan
agroindustri, kelautan dan
pusat pelayanan umum agroindustri dan pemerataan
infrastruktur wilayah konservasi dan perkebunan berbasis masyarakat
yang berkualitas

RTRW Kab.Bulungan RTRW Kab.Nunukan RTRW Kab.Malinau RTRW Kab.Tana Tidung


RTRW Kota Tarakan

Peningkatan akses pelayan pengembangan bidang Pengembangan pusat-pusat pengoptimalan


agroindustri sebagai basis utama pengembangan sentra-sentra kegiatan serta membuka
perkotaan
ekonomi Daerah pertanian, perkebunan, keterisolasian wilayah
pemanfaatan potensi
kehutanan, dan perikanan terkait perbatasanmelalui agroindustri, petanian
pengembangan agroindustri pembangunan jaringan dan perdagangan
parsarana wilayah
peningkatan kualitas dan pengembangan agribisnis
jangkauan pelayanan peternakan berbasis
jaringan prasarana kota pengembangan pertanian dan
sumberdaya lokal pengembangan sistem pusat penataan lahan pertanian
perkebunan serta industri
kegiatan dan sistem pelayanan lahan basah serta
pengolahannya sebagai
sarana dan prasarana wilayah meningkatkan
penghasil utama komoditas
produktivitas pertanian
pengembangan dan unggulan kabupaten
pemanfaatan
peningkatan fungsi
sumberdaya perikanan
kawasan perekonomian
kota yang produktif, efisien,
dan kelautan lebih peningkatan fungsi
dan mampu bersaing dalam optimal dan lestari kawasan kepentingan peningkatan fungsi pengelolaan wilayah
perekonomian nasional dan pertahanan dan kawasan untuk pesisir dan laut dengan
internasional keamanan pertahanan dan pendekatan
keamanan negara keterpaduan ekosistem;
peningkatan dan pemerataan sumberdaya, dan
pembangunan ketersediaan kegiatan pembangunan
pengembangan Pelabuhan
prasarana dan sarana berkelanjutan
Fery, Pelabuhan Tengkayu I,
transportasi secara terpadu
Pelabuhan Tengkayu II, dan
Pelabuhan Malundung

pengembangan sistem
jaringan prasarana
wilayah

Gambar 2-5 Akar Kebijakan Pembangunan Wilayah Kalimantan Utara

LAPORAN AKHIR 2-38


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

2.3 Sistem Transportasi Wilayah

Transportasi merupakan tolok ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan
sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah.
Kemajuan transportasi akan membawa peningkatan mobilitas manusia, mobilitas faktor-
faktor produksi dan mobilitas hasil olahan yang dipasarkan. Makin tinggi mobilitas yang
dilakukan maka semakin cepat gerakan distribusi serta lebih singkat waktu yang diperlukan
dalam mengolah bahan dan memindahkan nya dari tempat dimana bahan tersebut yang
semula kurang bermanfaat ke lokasi dimana manfaatnya lebih besar. Peningkatan
produktivitas, karena transportasi ini merupakan motor utama penggerak kemajuan
ekonomi. Ekonomi yang berkembang akan ditunjukkan oleh adanya mobilitas yang tinggi,
dengan ditunjang transportasi yang memadai dan lancar. Dengan transportasi yang baik,
akan memudahkan terjadinya interaksi antara penduduk lokal dengan dunia luar.
Keterisolasian merupakan masalah pertama yang harus ditangani. Transportasi berfungsi
sebagai jembatan yang menghubungkan produsen dengan konsumen.
Prasarana transportasi berperan sebagai alat bantu untuk mengarahkan
pembangunan dan sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan atau barang akibat
adanya kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Oleh karena itu, kebijakan yang harus
dilakukan adalah menyediakan sistem prasarana transportasi dengan biaya minimal agar
dapat dilalui. Faktor perkembangan wilayah yakni modal, tenaga kerja, perlengkapan SDA
dan pasar merupakan kesatuan yang saling berkaitan dan nantinya menghasilkan interaksi
dan menciptakan kegiatan ekonomi, social maupun politik.
Potensi sumber daya alam yang sangat melimpah di Kalimantan Utara dapat
menjadi sektor penggerak roda perekonomian wilayah dengan ditopang oleh sistem
transportasi yang memadai, baik darat, laut maupun udara. Salah satu kawasan yang
didorong perkembangan nya adalah KPI Bulungan yang didalamnya terdapat proyek Delta
Kayan Food Estate. Beberapa isu strategis terkait jaringan transportasi di Provinsi
Kalimantan Utara antara lain :
1. Transportasi Darat
a. Jaringan transportasi darat di Provinsi Kalimantan Utara, masih berkinerja
BURUK, karena kondisi jaringan jalan yang menghubungkan antar

LAPORAN AKHIR 2-39


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Kabupaten terutama jalur Kabupaten Bulungan-Tana Tidung-Malinau-


Nunukan rata-rata dalam kondisi rusak;
b. Ruas jalan yang berfungsi sebagai lintas batas negara yaitu Malinau-
Mensalong-Sei Manggaris juga masih berkinerja BURUK;
c. Terminal tipe B Tanjung Selor tidak berfungsi, sehingga dapat digolongkan
sebagai terminal dengan kinerja buruk;
d. Pelayanan angkutan AKDP tidak berjalan dengan baik, sehingga layanan
AKDP diambil alih oleh Travel berpelat hitam;
e. Belum terdapat badan layanan umum (BLU) atau badan usaha milik daerah
(BUMD) yang secara khusus menangani pelayanan transportasi di daerah.
2. Transportasi Laut
a. Penyelenggaraan pelayanan angkutan laut antar kabupaten/kota dengan
karakteristik wilayah kabupaten kepulauan seperti Kabupaten Nunukan
dan Kabupaten Tana Tidung, masih berjalan konvensional. Artinya armada
kapal yang digunakan masih menggunakan kapal dengan ukuran kecil,
sehingga masih mengalami kendala kekurangan kapal jika terjadi lonjakan
penumpang.
3. Transportasi Udara
a. Belum semuanya bandara yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Utara
termasuk dalam Tatanan Kebandarudaraan Nasional, walaupun secara
ruten sudah dilayani oleh rute penerbangan perintis lokal, seperti bandara-
bandara yang ada di Kabupaten Malinau. Hal ini disebabkan karena
Kabupaten Malinau merupakan salah satu kabupaten terdepan bersama-
sama dengan Kabupaten Nunukan yang berbatasan langsung dengan
negara Malaysia;
b. Bandara Tanjung Harapan, RA Bessing, dan Nunukan, sudah kurang
optimal dalam melakukan pelayanan karena semakin meningkatnya
demand. Bandara Tanjung Harapan, Tanjung Selor, seiring dengan
penetapan Tanjung Selor sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Utara, perlu
pengembangan karena aktivitas yang memerlukan kecepatan dan
kenyamanan transportasi ke dan dari Tanjung Selor semakin meningkat.

LAPORAN AKHIR 2-40


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Program pengembangan sistem trasnportasi wilayah Kalimantan Utara ditujukan


demi kelancaran distribusi barang dan orang serta mengurangi kesenjangan antar wilayah.
Beberapa program yang akan dikembangkan kedepannya adalah :
1. Revitalisasi lokasi simpul transportasi, dengan berorientasi pada integrasi dan
keterpaduan moda transportasi jalan, laut dan udara di wilayah Provinsi Kalimantan
Utara;
2. Pengembangan bandara Tanjung Harapan di Tanjung Selor Kabupaten Bulungan,
dalam rangka mengantisipasi peningkatan demand, terkait dengan pusat
pemerintahan provinsi Kalimantan Utara di Tanjung Selor;
3. Pengembangan bandara RA Bessing di Malinau dan bandara Nunukan di Nunukan,
dalam rangka mengantisipasi peningkatan demand, yang disebabkan karena
aktivitas pengawasan wilayah perbatasan serta pembangunan kawasan batas
negara, sebagai wilayah terdepan;
4. Peningkatan kapasitas pelayanan transportasi laut tidak lagi diarahkan pada
penambahan kapal, tetapi dengan meningkatkan dimensi kapal;
5. Optimalisasi pemanfaatan sungai-sangai besar yang bisa dilalui oleh kapal, untuk
kepentingan distribusi barang dan orang, dengan membuat pengembangan alur
pelayaran sungai dan pembangunan dermaga-dermaga sungai, terutama dilokasi
perkampungan dan/atau perkotaan yang berada di pinggir sungai;
6. Perbaikan dan peningkatan ruas jalan nasional dan strategis nasional di Provinsi
Kalimantan Utara, terutama ruas jalan yaitu Tanjung Redep-Tanjung Selor dan
Tanjung Selor-Malinau-Tidung Paleserta Malinau-Mensalong-Simpang Tiga Apas-Sei
Manggaris-Serudong (Batas Negara);
7. Menetapkan Bandara Juwata Tarakan, sebagai lokasi simpul transportasi terpadu
dan terintegrasi percontohan, dengan memadukan layanan transportasi udara-laut-
jalan melalui pembangunan terminal transportasi jalan dan pelabuhan laut di
kawasan Bandara Juwata Tarakan;
8. Membentuk badan layanan umum (BLU) atau badan usaha milik daerah (BUMD)
yang khusus menangani penyelenggaraan transportasi.

LAPORAN AKHIR 2-41


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

LAPORAN AKHIR 2-42


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

LAPORAN AKHIR 2-43


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

2.4 Perencanaan Kawasan


2.4.1 Kawasan Industri
Sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Kalimantan Utara, kawasan peruntukan industri diarahkan di seluruh kabupaten/kota.
Namun saat ini yang diprioritaskan adalah kawasan industri yang berada di Kabupaten
Bulungan. Bersamaan dengan program pengembangan Pelabuhan Internasional dan
kawasan sentra produksi beras untuk mendukung program nasional swasembda pangan.
Core industri untuk KIPI Tanah Kuning Kecamatan Tanjung palas Timur Kabupaten Bulungan
adalah sebagai berikut :
1. Kelapa sawit;
2. Kakao/coklat, dan
3. Perikanan.
Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan
produksi sebesar 20,6 juta ton yang menguasai hampir separuh dari pangsa pasar minyak
sawit dunia. Selama tiga puluh tahun terakhir, industri kelapa sawit Indonesia berkembang
cukup pesat, hingga mencapai 7,32 juta ha pada tahun 2009. Dengan luas lahan tersebut,
lebih dari 80% produksi kelapa sawit nasional merupakan komoditas ekspor dengan
berbagai negara tujuan. Masa depan industri kelapa sawit secara umum akan semakin
cerah. Ini dapat ditunjukkan dengan beberapa indikator utama yang menunjukkan
kenaikan, seperti luas lahan, angka produksi, ekspor serta penyerapan tenaga kerja.
Sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomer 24 Tahun
2009 tentang Perumahan dan Permukiman, kawasan industri berdasarkan peraturan
tersebut adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan
Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Secara kasar, dapat kita
katakan bahwa kawasan industri adalah suatu kawasan yang di dalamnya terdiri dari banyak
pabrik yang menandakan bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan industri.

LAPORAN AKHIR 2-44


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Gambar 2-6 Konsep Rencana Penataan Lokasi Lingkungan Industri Kelapa Sawit

Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor dari subsektor perkebunan yang
merupakan komoditas unggulan nasional dan memberikan sumbangan devisa ketiga
terbesar setelah kelapa sawit dan karet. Pengolahan kakao menjadi produk coklat pada
dasarnya merupakan proses yang “relatif sederhana”. Secara umum perhitungan
kebutuhan luasan kawasan industri pengolahan Kakao dapat diperhitungkan sebagai
berikut:
1. Standar luasan lahan kakao/industri : 75-100 ha lahan kakao/1 unit industri
2. Luasan industri kakao : 1-2 ha per 1 unit industri kakao
3. Luasan lahan sawit Kab. Bulungan : ± 9.000 ha
4. Jumlah dan Luasan industri kakao : ± 90-120 unit industri, luasan 90-120 ha
5. Luasan lahan sawit Prov. Kaltara : ± 11.500 ha
6. Jumlah dan Luasan industri kakao : ± 115-160 unit industri, luasan ± 150 ha

LAPORAN AKHIR 2-45


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Gambar 2-7 Konsep Rencana Penataan Lokasi Lingkungan Industri Kakao

Peluang pengembangan usaha kelautan dan perikanan Indonesia masih memiliki


prospek yang baik. Untuk mewujudkan perikanan tangkap nasional berkelanjutan, harus
dipastikan bahwa laju penangkapan sumber daya (stok) ikan tidak melebihi potensi
produksi lestari (maximum sustainable yield/MSY). Total MSY sumber daya ikan laut
Indonesia 6,5 juta ton per tahun. Tahun 2010 total produksi ikan laut 5,1 juta ton. Total MSY
ikan perairan tawar 0,9 juta ton per tahun dan barn dimanfaatkan 0,5 juta ton. Secara
umum perhitungan kebutuhan kawasan industri pengolahan ikan dapat diperhitungkan
sebagai berikut:
1. Standar produksi/industri : 3.000 ton/thn/1 unit industri
2. Luasan industri pengolahan ikan : 2-3 ha/1 unit industri pengolahan ikan
3. Total produksi ikan Kab. Bulungan : ± 3.000 ton/thn
4. Jumlah dan Luasan industri kakao : ± 1 unit industri, luasan 2,5 ha

LAPORAN AKHIR 2-46


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

5. Total produksi ikan Prov. Kaltara : ± 11.800 ton/thn


6. Jumlah dan Luasan industri pengolahan ikan : ± 4 unit industri, luasan ± 10 ha

Gambar 2-8 Konsep Rencana Penataan Lokasi Lingkungan Industri Perikanan

LAPORAN AKHIR 2-47


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Gambar 2-9 Peta Rencana KIPI Tanah Kuning

LAPORAN AKHIR 2-48


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

2.4.2 Delta Kayan Food Estate


Delta Kayan” Food Estate (DeKaFE) merupakan salah satu program sektor
pertanian dalam rangka mendukung program nasional swasembada pangan. Program ini
merupakan moda produksi terobosan yang dicoba untuk diperkenalkan dan
diimplementasikan untuk mengejar pemenuhan kebutuhan pangan provinsi dan sekaligus
kebutuhan nasional yang selanjutnya diharapkan dapat mewujudkan ketahanan pangan di
Indonesia. Peningkatan produktivitas dan intensitas tanam dan memperluas basis produksi
melalui pembukaan lahan baru merupakan solusi yang ditawarkan program DeKaFE.
Konsep DeKaFE ini diharapkan mampu memperbaiki kelemahan dari konsep pola tanam
konvensional yang bersifat jangka pendek, terbatas, dan tidak mampu mengakomodir
perkembangan teknologi pangan mutahir karena penguasahan lahan petani sempit dan
miskin, sehingga solusi ini tidak mampu memecahkan secara permanen permasalahan
pangan ke depan. Oleh karena itu, perluasan basis produksi melalui pembukaan lahan baru
berbasis konsep DeKaFE ini merupakan solusi yang tepat dan sangat sesuai dengan
pemecahan permasalahan pangan ke depan karena merupakan konsep pengembangan
kawasan yang terintegrasi dengan mengakomodasi pemanfaatan teknologi yang
termutakhir, sehingga intensitas tanam dan produktivitas dapat ditingkatkan. Kawasan
Delta Kayan Food Estate direncanakan diatas lahan seluas 15.000 Ha (150 km2), belum
termasuk lokasi tambahan seluas 6.036 Ha.

Gambar 2-10 Peta Penetapan Kawasan Delta Kayan Food Estate

LAPORAN AKHIR 2-49


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Pusat kegiatan utama akan dikembangkan dengan jangkauan (skala) pelayanan


kawasan yang optimal, sehingga dapat melayani kebutuhan pengembangan Delta Kayan
Food Estate secara merata. Untuk mengurangi jarak akses pelayanan yang cukup jauh dari
dan ke pusat kegiatan Kota Tanjung Selor, perlu dikembangkan hirarki pusat pelayanan
dengan penetapan subpusat-subpusat kawasan sebagai pusat orientasi pelayanan lokal.
Struktur hirarki pusat dan subpusat pelayanan yang diusulkan untuk kawasan Delta Kayan
Food Estate adalah sebagai berikut:
 Tanjung Selor sebagai pusat pelayanan Kabupaten
 Karang Agung sebagai sub pusat pelayanan kawasan yang melayani kegiatan pertanian
“upland”,khususnya yang berbasis pangan

Gambar 2-11 Rencana Struktur Ruang Kawasan Delta Kayan Food Estate

 Salim Batu sebagai sub pusat pelayanan kawasan yang melayani kegiatan pertanian
“wetland”, khususnya yang berbasis pangan serta pusat pelayanan kegiatan industri
berbasis pangan

LAPORAN AKHIR 2-50


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

 Tanjung Buka sebagai sub pusat pelayanan kawasan yang melayani kegiatan pertanian
“wetland”,khususnya yang berbasis pangan serta sekaligus sebagai pusat pelayanan
kegiatan perikanan Minapolitan.

Dalam rangka mendukung pengembangan kawasan, baik secara internal maupun


eksternal, kawasan DeKaFe harus dihubungkan oleh jaringan transportasi antar moda yang
terpadu antar moda angkutan jalan dan moda angkutan sungai. Hal ini dikarenakan
kawasan DeKaFe memiliki variasi topografi, terpisah-pisah oleh aliran sungai dan memiliki
tutupan lahan yang berbeda-beda.
Rencana jaringan jalan di dalam kawasan diupayakan semaksimal mungkin
memanfaatkan inrastruktur yang sudah ada. Sebagai contoh, jaringan jalan Tanjung Selor –
Salim Batu dapat memanfaatkan jaringan jalan yang sudah ada. Begitu pula rencana
jaringan jalan Salim Batu- Karang Agung pada umumnya mengembangkan jalur yang sudah
ada. Jaringan koneksi Tanjung Buka – Tanjung Selor dapat memanfaatkan jaringan jalan
transmigrasi yang ditingkatkan menjadi jalur kolektor sekunder.
Dengan demikian, jaringan jalan baru yang diusulkan dalam master plan ini adalah
jalur penghubung Salim Baru dengan subkawasan 3 di sebelah Timur, yang melalui lahan
yang dikelola SHS. Jaringan jalan ini diperkirakan sepanjang 9,0 km dan berpotongan
dengan 2 buah sungai: 1 buah anak sungai dan1 buah sungai besar (S. Bulungan). Pada
perpotongan dengan anak sungai, jembatan dapat direkomendasikan (lebar bentang
diperkirakan sekitar 55m- 60m), namun pada perpotongan dengan sungai besar, sebaiknya
menggunakan fasilitas penyeberangan ferry.
Kawasan Delta Kayan Food Estate dilintasi oleh Sungai Kayan dan anak-anak
sungai Kayan, sehingga sebagian dari wilayah di dalam kawasan memiliki hubungan inter
konektivitas yang dapat ditempuh oleh angkutan darat dan sungai. Sementara itu,
prasarana pelabuhan memiliki peran yang sangat vital dalam memfasilitasi pergerakan
orang dan barang dari dan ke luar kawasan serta hubungan perdagangan dengan lokasi-
lokasi di luar kawasan. Mengingat biaya pembangunan pelabuhan tidaklah murah, maka
usulan rencana pembangunan pelabuhan disesuaikan dengan rencana jangka menengah
dan rencana jangka panjang yang sudah dimiliki oleh dinas terkait, dalam hal ini dinas
Perhubungan. Berdasarkan informasi sementara yang berkembang saat ini, lokasi rencana
pelabuhan adalah di sekitar Tanjung Buka (tentatif).

LAPORAN AKHIR 2-51


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Gambar 2-12 Rencana Pembangunan Pelabuhan di Kawasan DeKaFe (tentatif)

Kawasan Delta Kayan Food Esatate memiliki luas 50.000 ha dengan lebih dari 50%
luasan daerah yang berpotensi untuk dikembangkan bagi budidaya pangan. Dengan luasan
daerah produksi tersebut, kawasan ini memiliki kemampuan pasokan produksi bahan baku
yang sangat signifikan sehingga dapat menjadi daya tarik bagi kegiatan pengembangan
industri hilir berbasis produk pangan. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 24 tahun 2009
tentang Kawasan Industri mengamanatkan agar industri-industri yang baru didirikan untuk
berlokasi di kawasan industri. Berkaitan dengan itu, maka kawasan DeKaFe perlu
mengalokasikan lahan untuk kawasan industri yang memfasilitasi kegiatan industri berbasis
pangan. Manfaat dari adanya kawasan industri salah satunya adalah agar limbah serta
kemungkinan dampak negative yang ditimbulkan dapat dilokalisasikan sehingga mudah
dikendalikan pada satu lokasi. Manfaat lain adalah adanya efek aglomerasi yang dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu kawasan.

LAPORAN AKHIR 2-52

Anda mungkin juga menyukai