Anda di halaman 1dari 29

Studi

Perencanaan Master Plan Angkutan Laut


Propinsi Kalimantan Utara

BAB-2
Metodologi Pekerjaan

2.1 Pendekatan Umum

Pendekatan konsep pengembangan wilayah yang berbasis pada kekuatan ekonomi


dan sumber daya lokal, merupakan suatu respon terhadap pendekatan yang bersifat top-
down. Permasalahan juga ditekankan pada kesulitan untuk menstimulate keterkaitan
ekonomi dan sistem moda transportasi di pusat dengan daerah belakangnya, serta
ketimpangan opurtunitas yang dimiliki dalam segi skala ekonomi, potensi perubahan
struktur sumber daya manusia dan teknologi oleh core dan periphery. Sehingga gejala yang
umum terjadi adalah mobilitas kapital, tenaga kerja dan sumber daya terakumulasi di kutub-
kutub pertumbuhan (growth pole) sementara akibat pengaruh linkages eksternal maupun
internal yang terjadi, wilayah periphery makin tertinggal.

Bertolak dari konsepsi pemikiran bahwa linkages atas proses produksi lokal akan
meminimisasi pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut, teori Development From Below
mensyaratkan adanya suatu tahapan dalam internalisasi sumber daya untuk menghasilkan
produk bagi pemenuhan konsumsi masyarakat lokal, misalnya melalui cara pengembangan
industri padat karya skala kecil. Atau secara ekstrem dapat dikatakan melakukan perubahan
di dalam institusi dan keterkaitan hubungan struktur ekonomi. Hal ini didukung pendapat
Hirschman (1957), bahwa pengembangan wilayah atas suatu periphery hanya dapat
dilakukan dengan melindunginya dari pengaruh polarisasi wilayah. Ditinjau dari sudut
pandang ekonomi wilayah, usaha internalisasi yang dilakukan dalam bentuk komponen
elemen-elemen produksi (sumber daya maupun investasi) dimaksudkan untuk
memaksimalkan efek mulitiplier local terhadap sektor-sektor perekonomian wilayah melalui
LAPORAN PENDAHULUAN 2-1
Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

control backwash effects yang terjadi dengan bertumpu pada karakter dasar wilayah
tersebut.

Sebagai suatu produk perencanaan, penyusunan Masterplan sudah seharusnya


dilakukan dengan berpedoman pada tujuan dan sasaran Sistem Transportasi Nasional
(Sistranas). Tujuan Sistranas adalah terwujudnya transportasi yang efektif dan efisien dalam
menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas
manusia, barang dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan
dinamis, serta mendukung pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka perwujudan wawasan
nusantara dan peningkatan hubungan internasional.

Tujuan dan sasaran Sistranas tersebut, bersama dengan elemen kebijakan lain
dalam Tatanan Makro Strategis Perhubungan dan Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, merupakan masukan utama dalam menyusun Tatanan Transportasi Wilayah.
Berpedoman pada tujuan sistranas tersebut, perwujudan Sistranas tentunya perlu
diwujudkan dalam beberapa wujud perencanaan yang lebih rinci dalam skalanya, yaitu
perwujudan Tatanan Transportasi Wilayah (Tatrawil) yang tatarannya adalah wilayah
Provinsi dan perwujudan Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok) dan/atau Rencana Induk
Transportasi yang tatarannya adalah wilayah kabupaten/Kota.

Sistranas dinilai sebagai langkah tepat untuk menciptakan sistem transportasi yang
kompetitif. Hal itu dimungkinkan karena dalam sistranas yang dikedepankan adalah sinergi
dan interkoneksi antar moda transportasi, mulai dari tingkat nasional, provinsi, hingga
kabupaten/kota dengan mengakomodasi tata ruang setempat. Adanya suatu pergeseran,
baik pada kewenangan maupun secara kelembagaan serta perubahan struktur
kewilayahan, sektor transportasi harus tetap memandang suatu daerah sebagai wilayah
fungsional sehingga mengharuskan dilakukannya penerapan kebijakan transportasi secara
khusus yang berada dalam suatu kerangka nasional yang utuh.

Dikaitkan dengan potensi ekonomi wilayah, secara umum transportasi mempunyai


dua fungsi utama, yaitu fungsi pelayanan (servicing function) pada wilayah yang telah
berkembang dan fungsi promosi (promoting function) pada wilayah yang belum
berkembang. Dalam kaitan tersebut, proses pengembangan jaringan transportasi wilayah

LAPORAN PENDAHULUAN 2-2


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

dan lokal perlu mempertimbangkan kondisi potensi daerah yang berada dalam cakupan
Sistranas pada Tatrawil dan cakupan sistranas pada Tatralok/Rencana Induk Transportasi.

Secara hierarki keterkaitan Sistranas pada Masterplan adalah tatanan transportasi


yang terorganisasi secara kesisteman, yang terdiri atas transportasi jalan, transportasi
kereta api, transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasi laut,
dan transportasi udara, baik masing-masing atau semua aspek transportasi, yang masing-
masing terdiri atas sarana dan prasarana yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem
pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu dan harmonis dan berfungsi
melayani perpindahan orang dan atau barang antar simpul atau antar wilayah kecamatan
ke simpul atau kota provinsi atau sebaliknya.

Hubungan tersebut semakin menunjukkan bahwa keterkaitan antara Masterplan


terhadap Sistranas tidak dapat dipisahkan karena pelayanan perpindahan orang dan/atau
barang dari suatu wilayah ke kota provinsi tidak dapat dilakukan dengan salah satu tataran
transportasi saja, melainkan harus terpadu dengan tataran transportasi lainnya. Demikian
sebaliknya, orang dan/atau barang dari kota provinsi menuju kota kecamatan harus dilayani
dengan tataran transportasi tersebut.

Keterpaduan Masterplan terhadap perwujudan Sistranas merupakan tatanan


transportasi yang terorganisasi secara kesisteman dan masing-masing tataran mempunyai
karakteristik fungsional yang saling terkait antarmoda dan antarwilayah, berinteraksi
membentuk sistem pelayanan transportasi yang berinteraksi secara sistemik pada setiap
tahapan perumusan dan perwujudan tiap tataran transportasi, dalam menyediakan
pelayanan transportasi yang efektif dan efisien. Beberapa pokok kebijakan Masterplan yang
diuraikan dalam Sistranas adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan Pelayanan Transportasi Lokal;


b. Pembinaan Keselamatan dan Keamanan Transportasi;
c. Pembinaan Pengusahaan Transportasi;
d. Peningkatan Kualitas SDM dan Iptek;
e. Pemeliharaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Serta Penghematan
Penggunaan Energi;
f. Peningkatan Penyediaan Dana Pembangunan Transportasi; dan
g. Peningkatan Kualitas Administrasi Negara di Sektor Transportasi.

LAPORAN PENDAHULUAN 2-3


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Masterplan yang diuraikan dalam Sistranas adalah tatanan transportasi yang


terorganisasi secara kesisteman, yang terdiri atas transportasi jalan, transportasi kereta api,
transportasi sungai dan danau, transportasi penyeberangan, transportasi laut, transportasi
udara, dan transportasi pipa, yang masing-masing terdiri atas sarana dan prasarana, yang
saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir, membentuk
suatu sistem pelayanan transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani
perpindahan orang dan/atau barang antarsimpul atau kota wilayah, dan dari simpul atau
kota wilayah ke simpul atau kota nasional atau sebaliknya.

Batinggi, Achmad (1999) menjelaskan bahwa semakin lama tuntutan masyarakat


semakin banyak akan bidang-bidang yang memerlukan pelayanan umum dari pemerintah.
Hal ini disebabkan antara lain:

1. Pendidikan masyarakat semakin meningkat, sehingga tuntutan masyarakat terhadap


pelayanan umum juga terus meningkat;
2. Masyarakat semakin mudah mendapatkan informasi tentang perkembangan daerah
lain, sehingga masyarakat menuntut adanya perbaikan pelayanan umum dari
pemerintah; dan
3. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan makin meningkat, sehingga semakin
banyak anggota masyarakat yang merasa perlunya perbaikan pelayanan umum
pemerintah.

Pada hakikatnya, pemerintahan baik pusat maupun daerah mempunyai tiga fungsi
utama:

1. Memberikan pelayanan/services baik perorangan maupun publik/ khalayak,


2. Melakukan pembangunan fasilitas ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi (development for economic growth), dan
3. Memberikan perlindungan/protective kepada masyarakat (Hanif Nurcholis, 2007).

Adapun yang dapat dijadikan indikator kualitas pelayanan meliputi 5 (lima) dimensi
yaitu:

1. Tangibles; kualitas pelayanan berupa sarana fisik kantor, komputerisasi administrasi,


ruang tunggu, tempat informasi dan sebagainya;
2. Realibility; kemampuan dan keandalan dalam menyediakan pelayanan yang terpercaya;

LAPORAN PENDAHULUAN 2-4


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

3. Responsivness; kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara


cepat dan tepat serta tanggap terhadap keinginan konsumen;
4. Assurance; kemampuan dan keramahan dan sopan santun dalam meyakinkan
kepercayaan konsumen;
5. Emphaty; sikap tegas tetapi ramah dalam memberikan layanan kepada konsumen (Amy
Y.S. Rahayu, 1997).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah dalam rangka
meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat dapat ditempuh dengan cara
membentuk daerah otonom baru atau pemekaran wilayah (menumbuh kembangkan
wilayah). Menurut Parr (1999), pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah merupakan
suatu proses kontinyu sebagai hasil dari berbagai pengambilan keputusan di dalam ataupun
yang mempengaruhi suatu wilayah. Proses yang terjadi sangat kompleks, melibatkan aspek
ekonomi, aspek sosial, lingkungan dan politik (pemerintah) sehingga pada hakikatnya
merupakan suatu “sistem” pembangunan wilayah yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Lebih
lanjut Parr (1999), mengemukakan bahwa wilayah tumbuh dan berkembang dapat didekati
melalui teori sektor yang diadopsi dari Fisher dan Clark yang mengemukakan bahwa
berkembangnya wilayah dihubungkan dengan transformasi struktur ekonomi dalam tiga
sektor utama, yakni primer (pertanian, kehutanan, perikananan), sekunder (pertambangan,
manufaktur, konstruksi, utilitas publik) dan tersier (perdangangan, transportasi, keuangan
dan jasa). Perkembangan ditandai oleh penggunaan sumber daya dan manfaatnya – yang
menurun di sektor primer, meningkat di sektor tersier, dan meningkat hingga pada suatu
tingkat tertentu di sektor sekunder.

Konteks perencanaan yang disusun dalam kegiatan ini pada dasarnya adalah
menyusun serangkaian usaha/rencana pengembangan (strategi, kebijakan, program)
sebagai usaha untuk membawa kondisi sistem transportasi laut Provinsi Kalimantan Utara
saat ini (existing condition) menuju kondisi yang diharapkan (desired condition) dalam
kerangka waktu yang ditetapkan. Kondisi yang diharapkan merupakan cerminan dari tujuan
dari penyelenggaraan sistem transportasi laut Provinsi Kalimantan Utara yang diturunkan
dari visi dan misi, ketetapan daerah yang dituangkan dalam RTRW, RPJP/RPJM, termasuk
kegiatan-kegiatan ataupun program yang tercantum dalam dokumen RTRWN/RTRWP,
idealisasi sesuai teori dan perundangan, serta elaborasi dari keinginan publik/stakeholders.

LAPORAN PENDAHULUAN 2-5


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Pada Gambar berikut disampaikan konteks perencanaan yang dilakukan dalam


kegiatan “Masterplan Angkutan Laut Provinsi Kalimantan Utara” ini. Konteks inilah yang
dijadikan sebagai dasar dalam menyusun metodologi kerja dan proses pelaksanaan
kegiatan yang akan dilakukan.

Gambar 2-1
Konsep Perencanaan Transportasi

2.1.1 Pendekatan Prakmatis

Pendekatan studi yang akan dilakukan secara garis besar akan dilaksanakan sama seperti
apa yang tertuang baik dalam pendekatan perencanaan transportasi maupun pendekatan
pemecahan masalah.

• Pendekatan Hirarkis Perencanaan Transportasi


Dalam perencanaan transportasi dikenal suatu hirarkhi dimana perencanaan yang paling
tinggi merupakan pedoman dan acuan bagi perencaan pada hirarkhi di bawahnya.
Hirarkhi tersebut adalah :

1. Perencanaan Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS), merupakan Kebijakan


tertinggi yang menunjang Kebijakan umum pemerintah, meliputi Kebijakan ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan HANKAM. Kebijakan yang dimaksud meliputi
Kebijakan arah pembangunan, pendanaan, peraturan, dan persyaratan untuk
perencanaan lokal.

LAPORAN PENDAHULUAN 2-6


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

2. Rencana Induk Perhubungan, yaitu perencanaan yang mengintegrasikan sistem


transportasi antar wilayah, serta memuat Kebijakan pengembangan jalur utama
transportasi darat, laut maupun udara.
3. Strategi Pola dan Sistem Transportasi Wilayah/Kota, (Tatralok/tatrawil), yaitu
memuat strategi pengembangan sistem tranportasi wilayah, khususnya strategi
jaringan utama di dalam wilayah serta beberapa arahan peningkatan sistem lokal.
4. Strategi Proyek Transportasi, merupakan penurunan strategi sistem jaringan utama
yang telah disusun ke dalam paket-paket pekerjaan proyek transportasi yang
spesifik, diantranya perumusan strategi sub jaringan, pembangunan infrastruktur
transportasi, perubahan pelayanan angkutan, serta rencana pembiayaan
pembangunan transportasi.
5. Perancangan Fasilitas atau Pelayanan, memuat rencana konstruksi, rencana
implementasi, pelayanan angkutan, dan sebagainya.
6. Strategi Sistem Operasi dan Manajemen, memuat tata laksana angkutan,
pengendalian lalu lintas, rute, jadwal, transit, dan tarif.

Diharapkan dengan demikian perencanaan transportasi secara sistematis dapat


menyelesaikan permasalahan transportasi secara terpadu pada berbagai skala, mulai
dari skala makro (Nasional) sampai dengan skala mikro (ruas, persimpangan).
Keterkaitan keenam hirarkhi tersebut dapat diuraikan dalam bentuk diagram seperti
terlihat pada gambar berikut.

LAPORAN PENDAHULUAN 2-7


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

PERENCANAAN NASIONAL (SISTRANAS)

KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN EKONOMI


KEBIJAKSANAAN TRANSPORTASI
PENDANAAN
REGULASI
PERENCANAAN KEBUTUHAN WI LAYAH

STRATEGI WILAYAH KOMPREHENSIF

STRATEGI WILAYAH KOMPREHENSIF


KEBUTUHAN TRANSPORTASI ANTAR WILAYAH
JALUR UTAMA TRANSPORTASI ANTAR WILAYAH

POLA DAN SISTEM TRANSPORTASI WILAYAH/KOTA

PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN


PENDUDUK
RENCANA TATA GUNA LAHAN
STRATEGI JARI NGAN UTAMA WILAYAH
KEBUTUHAN TRANSPORTASI

STRATEGI SUB JARINGAN TRANSPORTASI

RENCANA PROYEK-PROYEK KHUSUS.


FASI LITAS BARU.
PERUBAHAN PELAYANAN (E.G. TRANSIT OR
FREIGHT CARRIER).
RENCANA PEMBIAYAAN.

RANCANGAN FASILITAS DAN PELAYANAN

RENCANA KONSTRUKSI
RENCANA IMPLEMENTASI PELAYANAN BARU

SISTEM OPERASI DAN MANAJEMEN

REGULASI DAN PENGENDALI AN LALU LINTAS


RUTE TRANSI T, JADWAL DAN TARI F

Gambar 2-2
Hirarki Perencanaan Transportasi

• Pendekatan Pemecahan Masalah


Pendekatan Pemecahan masalah dilakukan melalui lima aspek
pengamatan/pertimbangan sebagai berikut :

1. Aspek Jaringan, yaitu pengamatan aspek-aspek berkaitan dengan jaringan


prasarana transportasi, khususnya jaringan jalan, yang mana hasilnya lebih
diarahkan pada pada masalah-masalah berkaitan dengan kualitas pelayanan
(kemacetan, kecelakaan, kenyamanan).

LAPORAN PENDAHULUAN 2-8


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

2. Aspek aktivitas, yaitu pengamatan yang diarahkan pada upaya pengenalan


karakteristik kegiatan penduduknya (jenis kegiatan, intensitas kegiatan, lokasi
kegiatan, dsb), serta peramalan kecenderungan perkembangan kegiatan penduduk
di masa yang akan datang.
3. Aspek Pergerakan, yaitu pengamatan yang diarahkan guna memperoleh gambaran
dan ramalan dengan tujuan pergerakan, intensitas pergerakan, dan moda yang
digunakan dalam melakukan pergerakan.
4. Aspek Lingkungan, yaitu pengamatan terhadap faktor-faktor lingkungan
(perkembangan ekonomi, kondisi sosial, maupun perkembangan politik) yang
berpengaruh terhadap mekanisme sistem transportasi yang terjadi.
5. Aspek Institusi, yaitu pengamatan terhadap kemampuan institusi daerah dalam
mengelola pengembangan sistem jaringan transportasi wilayah kajian.

Adapun permasalahan lain yang dihadapi dalam penyelanggaraan angkutan perintis


saat ini, yaitu:

1. Masih minimnya infrastruktur dan kondisi medan pelayanan sangat berat


mengakibatkan lifetime kendaraan menjadi sangat singkat.
2. Daya beli masyarakat masih rendah, beberapa trayek pembayaran tarif dengan
barter.
3. Penyediaan anggaran keperintisan belum menampung semua kebutuhan
angkutankeperintisan dikarenakan terbatasnya anggaran yang tersedia.
4. Ketersediaan BBM yang masih minim mengakibatkan harga di atas harga pasar.
5. Ketersediaan suku cadang kendaraan.
6. Kontrak pekerjaan tidak multiyears, ada jeda waktu pada saat proses
tender,sedangkan pelayanan harus tetap berjalan.

Adapun permasalahan angkutan perintis di sektor laut yang sering terjadi di indonesia
saat ini yaitu sebagai berikut;

1. Beberapa armada perintis masih menggunakan kapal barang yang dijadikan


sebagaikapal penumpang;
2. Kondisi kapal cenderung tidak terawat oleh operator yang mengoperasikan
sehinggaterkesan kumuh;

LAPORAN PENDAHULUAN 2-9


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

3. Seyogyanya dalam pengoperasian kapal angkutan laut perintis dipilih operator


yangmemiliki standar kompetensi yang baik sehingga mengerti mengenai
manajemen transportasi laut;
4. Keperintisan seyogyanya memiliki dermaga perintis (dermaga low cost
carrier)sehingga biaya kepelabuhannya tidak disamakan dengan ekonomi
komersial.

Adapun permasalahan angkutan perintis di sektor penyeberangan yang sering terjadi di


indonesia saat ini yaitu sebagai berikut;

1. Apabila operator swasta harus menggunakan kapal milik sendiri maka pelaksanaan
subsidi harus jangka panjang (multi years)
2. Lelang seharusnya dilakukan secara terbuka bagi BUMN dan Swasta mendapatkan
perlakuan hak yang sama
3. Pemberlakuan biaya kepelabuhanan (sandar) seharusnya sama antara BUMN dan
swasta dengan tarif kepelabuhanan perintis
4. Untuk investasi swasta wajib diperhitungkan dalam subsidi.

Kapal APBN mestinya bisa dikelola oleh swasta dalam melaksanakan keperintisan sesuai
dengan target pemerintah, seperti di sektor laut, tidak hanya dimonopoli oleh BUMN
(ASDP).


2.1.2 Pendekatan Kewilayahan (Regional)

Pendekatan kewilayahan atau regional dalam pengertian


sempit adalah memperhatikan ruang dengan segala kondisinya.
Setelah melalui analisis diketahui bahwa masih ada ruang yang
belum diperhatikan atau penggunaannya masih belum optimal,
kemudian direncanakan kegiatan apa dan sebaiknya apa yang
diadakan pada lokasi tersebut sehingga penggunaannya ruang menjadi
serasi dan efisien agar member kemakmuran yang optimal bagi masyarakat. Pendekatan
regional dalam pengertian yang lebih luas, selain memperhatikan penggunaan ruang untuk
kegiatan produksi/jasa juga memprediksi arah konsentrasi serta merencanakan jaringan-
jaringan penghubung sehingga berbagai konsentasi kegiatan dapat dihubungkan secara
efisien (john Glasson, 1997). Dari sudut pendekatan regional, pengelompokan dapat

LAPORAN PENDAHULUAN 2-10


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

dilakukan atas dasar batas administrasi pemerintahan, seperti kabupaten/kota, dan


kelurahan/desa atau atas dasar wilayah pengaruh dari suatu pusat pertumbuhan (growth
center). Pendekatan regional semestinya dapat menjawab berbagai pertanyaan yang belum
terjawab apabila hanya menggunakan pendekatan sektoral (john Glasson, 1997) seperti:

1. Lokasi dari berbagai kegiatan ekonomi yang akan berkembang;


2. Penyebaran penduduk dimasa yang akan datang dan kemungkinan munculnya pusat-
pusat permukiman baru;
3. Adanya perubahan pada struktur ruang wilayah, dan prasarana yang perlu dibangun
untuk mendukung perubahan struktur ruang tersebut;
4. Perlu penyediaan berbagai fasilitas social yang seimbang pada pusat-pusat
permukiman dan pusat berbagai kegiatan ekonomi yang berkembang;
5. Perencanaan jaringan penghubung (prasarana dan mode transportasi) yang akan
menghubungkan berbagai pusat kegiatan/permukiman secara efisien.

Segala tindakan pembangunan harus ditujukan untuk melaksanakan spread effect.


Yaitu perluasan aktivitas dari pusat pembangunan ekonomi ke daerah lain (Bintoro
Tjokroamidjojo, 1995).


2.1.3 Pendekatan Dalam Perencanaan Tata Ruang

Rencana tata ruang merupakan penjabaran dari tujuan pembangunan dalam aspek
keruangan. Rencana tata ruang memuat serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mencapai maksud dan tujuan pembangunan ruang, yaitu membentuk wujud struktural dan
pola pemanfaatan ruang yang efektif dan efesien. Suatu produk rencana tata ruang yang
‘baik’ harus operasional, oleh karenanya maksud dan tujuan perencanaan yang ditetapkan
harus realistis, demikian pula dengan langkah-langkah kegiatan yang ditetapkan untuk
mencapai maksud dan tujuan tersebut. Realistis berarti :

• Mengenali secara nyata masalah-masalah pembangunan wilayah.


• Mengenali secara nyata potensi yang dimiliki wilayah.
• Mengenali secara nyata kendala yang dihadapi kota dalam proses pembangunan.
• Memahami tujuan pembangunan secara jelas dan nyata.
• Mengenali aktor-aktor yang berperan dalam pembangunan wilayah.
• Mengenali ‘aturan main’ yang berlaku dalam proses pembangunan wilayah.

LAPORAN PENDAHULUAN 2-11


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Beberapa kelemahan dalam perencanaan ruang berdasarkan pengamatan selama


ini, dapat ditemukenali di Indonesia, sebagai berikut :

• Perencanaan terlalu berorientasi pada pencapaian tujuan ideal berjangka panjang, yang
seringkali meleset akibat banyaknya ketidakpastian. Di sisi lain terdapat jenis-jenis
perencanaan yang disusun dengan landasan pemikiran pemecahan masalah secara ad
hoc yang berjangka pendek dan kurang berwawasan luas. Seyogyanya pendekatan
yang diambil mencakup keduanya.
• Produk akhir berupa rencana tata ruang yang baik tidak selalu menghasilkan penataan
ruang yang baik pula tanpa didukung para pengelola perkotaan dan daerah (urban and
regional managers) yang handal dan dilengkapi dengan mekanisme pengawasan dan
pengendalian pembangunan yang jelas.
• Terlihat kecenderungan yang kuat, bahwa perencanaan tata ruang terlalu berat
ditekankan pada aspek penataan ruang dalam aspek fisik dan visual (umumnya
menyangkut tata guna lahan, sistem jaringan jalan dan prasarana lingkungan). Aspek-
aspek yang berkaitan dengan perencanaan komunitas (sosial budaya) dan perencanaan
sumber daya masih belum memperoleh porsi perhatian sebagaimana mestinya.
• Keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan selama ini belum
secara maksimal dapat terejawantahkan dalam kenyataan.
• Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup
masih sangat terbatas. Seminar perencanaan kota dan daerah yang hanya
diselenggarakan pada tahap akhir sesudah dihasilkannya suatu produk rencana.
• Terlihat adanya kecenderungan bahwa rencana kota disusun secara tidak sistematis.
Dengan kata lain, sesudah tersusunnya rencana kota, mulai dari RDTRK hingga RTRK,
biasanya langsung meloncat ke perancangan arsitektur secara individual. Bahkan
adakalanya RTRW disusun terlebih dahulu sedangkan RTRW atau rencana lingkup
regional lain diatasnya belum tersusun.
• Penekanan perencanaan kota/kabupaten cenderung lebih berat pada aspek lingkungan
binaan dan kurang memperhatikan pendayagunaan atau optimalisasi lingkungan
alamiah.
• Tipisnya wibawa dan kekuatan hukum suatu produk rencana tata ruang. Tata ruang
yang sudah tersusun dapat dengan begitu saja diabaikan oleh para pelaksananya
(penguasa, pejabat atau pengusaha).

LAPORAN PENDAHULUAN 2-12


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Pola pikir perencanaan pada dasarnya merupakan landasan berpikir perencana


sebagai upaya untuk memahami konteks persoalan secara utuh dan menyeluruh guna
memberikan landasan berpikir sebagai masukan pada rancang bangun pendekatan
perencanaan. Ada tujuh hal pokok pemikiran sebagai landasan pola pikir, yakni:

1. Pemahaman terhadap karakter sosial ekonomi kemasyarakatan dan aspirasinya.


Pengembangan suatu wilayah akan sangat berkaitan dengan bagaimana rencana tata
ruang dapat mendukung perikehidupan sosial masyarakat yang beragam.

2. Pemahaman terhadap karaker fisik ruang dan sumber daya lingkungan


pendukung.
Setiap sistem fisik kehidupan mempunyai karakter-karakter khusus yang unik yang
dapat menjadi pendukung maupun kendala perkembangannya, sehingga upaya untuk
mengembangkan fungsi-fungsi kegiatan harus memandang keberlanjutan daya
dukungnya dalam kurun masa datang serta bagaimana memanfaatkannya secara
optimal.

3. Pemahaman terhadap keterkaitan timbal balik antara kinerja aktifitas wilayah dengan
wujud dan perwujudan ruang fisiknya.
Dalam hal ini kinerja aktifitas yang buruk akan mewujudkan kualitas ruang fisik
kehidupan yang buruk, atau sebaliknya ruang fisik yang tidak tertata dengan baik akan
mewujudkan kinerja aktifitas yang buruk pula. Kondisi ini bersifat kumulatif dan saling
memberikan pengaruh negatif dan akan semakin menurunkan kualitas kehidupan
lingkungan fisik, sosial, ekonomi di masa yang akan datang.

4. Pemahaman mengenai bagaimana mewujudkan ruang fisik yang kondusif untuk


menunjang kehidupan wilayah.
Upaya mewujudkan ruang bukan hanya sekedar membuat rencana tata ruang namun
terkait upaya perealisasian serta pengarahannya, dan penciptaan faktor intensif
(menstimulasi) dan disinsentif (mencegah), agar elemen, fungsi dan infrastruktur,
sistem pelayanan sosial ekonomi perkotaan dapat ada dan tumbuh sesuai dengan
harapan.

5. Pemahaman terhadap pelaku dan aktor-aktor pembangunan wilayah dalam


mendukung wujud ruang yang diharapkan.

LAPORAN PENDAHULUAN 2-13


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Setiap rencana pembangunan termasuk rencana tata ruang akan melibatkan setiap
pelakunya sebagai subjek dan harus menjamin adanya mekanisme partisipasi
masyarakat, swasta dan pemerintah dalam mendukung program-program
pembangunan. Upaya untuk mendeseminasikan serta mensosialisasikan rencana perlu
dilakukan untuk menghindari rencana tata ruang menjadi produk yang tidak
dapat/tidak mungkin direalisasikan karena masyarakat tidak tahu, menganggap tidak
perlu atau kepentingannya tidak terakomodasi atau dianggap merugikan
kepentingannya.

6. Pemahaman terhadap aspek kelembagaan, aspek hukum dan manajemen


pembangunan untuk mendukung realisasi wujud ruang yang diharapkan.
Upaya untuk menata ruang wilayah akan tidak terlepas dari persoalan kelembagaan
dan manajemen pembangunan yang terkait dengan upaya mengkonsolidasikan serta
mengintegrasikan berbagai perencanaan yang telah dibuat. Dalam hal lain, upaya
mengelola sumber daya dana, tenaga dan waktu juga menjadi faktor mendukung
penataan ruang wilayah.

7. Pemahaman terhadap aspek eksternal regional/konselas geografis mewilayahan


sebagai faktor pengaruh terhadap eksistensi wilayah.
Perkembangan lingkungan eksternal dapat mempengaruhi eksistensi baik bersifat
positif maupun negatif. Pertumbuhan wilayah sekitar yang pesat dengan fungsi
berbeda, serta pengaruh perkembangan transportasi regional harus dijadikan landasan
makro untuk mengembangkan fungsi mikro/lokal kota secara saling mendukung.

Strategi penanganan penataan kawasan di masa yang akan datang cenderung


diarahkan pada Pembangunan fisik prasarana – sarana yang tidak hanya didasarkan
pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (basic need approach), tetapi
juga didasarkan pada upaya untuk pengembangan ekonomi (development approach).
Sedangkan azas penataan ruang secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Economic productivity
2. Keterbatasan lahan perkotaan, dengan peningkatan efesiensi pemanfaatan lahan
kota.
3. Kompetensi ruang, baik antar kegiatan yang akan dialokasikan maupun antar
penduduk kota (social justification).

LAPORAN PENDAHULUAN 2-14


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

4. Permasalahan lingkungan (harus environmentally sound)


5. Menyaring budaya luar yang masuk supaya dampak negatif yang mungkin
ditimbulkan dapat ditekan, sebagai upaya untuk menciptakan kondisi budaya
masyarakat kota yang mantap (culturally vibrant).
6. Penciptaan kemandirian nasional dengan pelaksanaan program-program secara
terpadu, efektif dan efesien.

2.2 Metodologi

2.2.1 Metodologi Studi

Secara umum, metodologi yang digunakan dalam pengerjaan Perencanaan


Masterplan Angkutan Laut Provinsi Kalimantan Utara ini disajikan pada gambar berikut.

LAPORAN PENDAHULUAN 2-15


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Review Studi
terdahulu Pengumpulan Data Analisis
Karakteristik Opr Kondisi Sistem
Transportasi Transportasi

Review
Aspek Legal
Pengumpulan Data
Prasarana Eksisting

Review
kebijakan
pengembangan Inventarisasi
transportasi .Pengembangan
Sist Transportasi

Analisis Alternatif Pola
Struktur Jaringan Penyelenggaraan
Review Transportasi Transportasi
Metoda Analisis Inventarisasi
& Perencanaan Karakteristik
Pergerakan

Evaluasi &
Analisis Kinerja Analisis dan Penetapan
Review Inventarisasi Transportasi Prediksi Kinerja Pengembangan
RTRW Prop, Pola Pemanfaatan Eksisting Transportasi sist Transportasi
Ruang
RTRW Kab/Kota
& RPJMN

Alternatif Penyusunan
Pengumpulan Identifikasi Pengemb. Sistem tahapan
Data Masalah Transportasi Penegembangan
Kependudukan Eksisting

Penyusunan
Identifikasi Jdwl Pelaksanaan
Pengumpulan Data
Analisis Masalah pada
Pola Aktifitas
Pola pembebanan “Do Nothing Case”
Wilayah
jaringan Eksisting

Penyusunan
Jdwl Pembiayaan

Inventarisasi Analisis dan Peramalan
Data Peramalan Pola Pola pembebanan Penyusunan
OD Matriks Pergerakan (OD) “Do Nothing Case” Dokumen
Masterplan
Angkutan Laut
Kalimantan Utara

Gambar 2-3
Metodologi Pekerjaan

LAPORAN PENDAHULUAN 2-16


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Secara umum dapat dikemukakan bahwa dalam melakukan kegiatan studi ini hasil
yang diharapkan dapat diperoleh adalah konsep penyelenggaraan sistem transportasi
wilayah multi-yuridiksi yang mampu memfasilitasi pergerakan di masa depan, sebagai akibat
dari berbagai kebijakan ekonomi, kebijakan tata ruang maupun kebijakan sektor lainnya.
Pendekatan yang dilakukan pada penyusunan masterplan angkutan laut ini adalah dengan
melakukan pendekatan kesisteman, yaitu menganggap bahwa wilayah kajian merupakan
satu kesatuan wilayah. Seluruh proses perencanaan dilakukan dengan pendekatan ini.
Selanjutnya setelah diperoleh rumusan, maka rumusan dimaksud diuraikan dalam format
sesuai kewilayahannya masing-masing.

Dengan mengacu pada pendekatan umum di atas, maka pendekatan yang dilakukan
pada kegiatan ini adalah pendekatan kesisteman, di mana tinjauan dilakukan pada seluruh
komponen yang ada dalam sistem. Dalam hal ini yang dimaksud dengan sistem dibatasi
hanya pada lingkup wilayah. Dengan dasar ini maka dalam pelaksanaannya, studi ini akan
dilakukan dalam lima tahapan kegiatan, yaitu :

Tahap 1 : Persiapan
Tahap 2 : Pengumpulan data primer (Survai Lapangan) dan Data Sekuder
Tahap 3 : Kajian Perundang-Undangan dan Studi Literatur Terkait
Tahap 4 : Pengolahan Data dan Analisa
Tahap 5 : Penyusunan Masterplan

Kelima tahapan kegiatan ini meskipun merupakan tahapan dengan aspek bahasan
yang berbeda satu dengan lainnya, tetapi dalam pelaksanaannya merupakan aspek yang
terkait secara intens. Akibatnya, dalam melakukan pendekatan pekerjaan, kesemua aspek
itu ditinjau secara menyeluruh, dan pelaksanaannya dilakukan secara mendalam.

Tahapan-tahapan di atas dapat dilihat secara lebih rinci dalam diagram alir yang
diperlihatkan dalam Gambar. Pada diagram tersebut terlihat jelas bahwa keterkaitan antara
setiap aspek kajian sangatlah erat. Untuk masing-masing aspek kejian rinciannya dilakukan
dalam bentuk alir kegiatan dan alir data. Satu kegiatan dihubungkan dengan kegiatan
lainnya dalam bentuk transformasi data ataupun alir data. Karena keterkaitan antara aspek
kajian sangatlah erat, maka pemilahan yang transparan antara satu aspek kajian dengan
aspek kajian lainnya secara diagramatis sangatlah sukar dilakukan. Meskipun demikian
pemilahan aspek kajian dapat dilihat secara mudah.

LAPORAN PENDAHULUAN 2-17


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

• Tahap 1,2 dan 3 : Persiapan, Pengumpulan data primer (Survai Lapangan) dan Data
Sekuder dan Kajian Perundang-Undangan dan Studi Literatur Terkait
Sasaran tahapan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran teoretis dan praktis
yang lebih jelas mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengembangan jaringan
transportasi. Selain itu, sasaran dari desk studi ini juga untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas mengenai segala sesuatu yang telah dilakukan berkaitan dengan hal di
atas. Dengan diperolehnya gambaran yang jelas berkaitan dengan masalah di atas maka
diharapkan rumusan kebijakan pengembangan jaringan transportasi yang dihasilkan
merupakan kelanjutan yang berkesinambungan dan tidak bertentangan dengan
kebijakan yang sudah ada.

Deskripsi lebih lanjut dari masing-masing aktifitas diuraikan dalam tabel berikut, yang
menggambarkan uraian singkat dan output yang diharapkan dapat diperoleh.

Tabel 2-1
Rincian Aktivitas Pada Tahap Persiapan
Nama
Uraian Output
Aktifitas
Persiapan Persiapan administrasi pekerjaan dan penyiapan • Administrasi
Administrasi dan personil yang terlibat dalam pekerjaan • Personil kerja
Personil
Review metoda Telaahan kritis dan review komprehensif dilakukan • Metoda perencanaan
perencanaan terhadap metoda analisis maupun metoda • Model matematis untuk
transportasi perencanaan yang diperlukan dalam proses peramalan kebutuhan
perencanaan transportasi. pergerakan dan pola
Teori-teori tentang hubungan antara pergerakan pergerakan
dan tata guna lahan maupun teori tentang
pergerakan dan jaringan transportasi.
Persiapan alat Penyiapan alat survey dan desain survey sesuai • Desain survey
survey dengan metode pekerjaan yang telah dirumuskan.
Kajian teoritis Kajian terhadap teori perencanaan transportasi • Kajian teori Transportasi
dan penataan ruang serta kajian terkait lainnya.
Review Studi Review dilakukan terhadap semua studi yang Pendekatan studi

Terdahulu pernah dilakukan. Metoda Perencanaan

Hasil perencanaan

Review kebijakan Telaahan dan review dilakukan terhadap • Masukan Terhadap
pengembangan kebijakan-kebijakan terdahulu yang pernah Evaluasi dokumen
sistem dikeluarkan oleh pemerintah provinsi, maupun Tatrawil dan Tatralok
transportasi pemerintah pusat berkaitan dengan •
Masukan Terhadap
wilayah pengembangan sistem transportasi wilayah kajian.
Evaluasi Program
pembangunan prasarana
transportasi
• Masukan Terhadap
Evaluasi terhadap
program pengelolaan
transportasi
Review RTRWN, Kajian dan tinjauan ulang dilakukan terhadap pola • Masukan Terhadap
RTRWP, RTRWK kebijakan tentang pemanfaatan ruang wilayah Rencana tata-ruang
yang telah ditetapkan, baik RUTRWN, RTRWP. Kabupaten, Kota dan Prov

LAPORAN PENDAHULUAN 2-18


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Nama
Uraian Output
Aktifitas
Kajian juga dilakukan terhadap program-program • Usulan Realisasi
yang telah dicanangkan dalam MP3EI atau pemanfaatan ruang
Nawacita, yaitu terhadap penetapan koridor • Masukan Terhadap Pola
ekonomi. pengembangan koridor
ekonomi
Review Aspek Telaahan kritis terhadap apa dan bagaimana • Perbaikan Terhadap
legal bidang pengelolaan sistem transportasi dilakukan dengan Kemungkinan tumpang
transportasi mereview aspek legal formalnya. Untuk itu semua tindih atau ketidak
perda ataupun keputusan sinkronan antara produk
Gubernur/Walikota/Bupati yang pernah hukum;
dikeluarkan berkaitan dengan pengelolaan dan • Penguatan terhadap
pembangunan jaringan jalan dikaji secara cermat. Efektifitas pelaksanaan
UU, PP, Perpres, KM,
Pergub, Perbup dan
Perda.

• Tahap 4 : Pengolahan Data dan Analisa


Sasaran yang diharapkan dari tahapan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan
gambaran aktual dari sistem ataupun daerah yang sedang dikaji. Untuk itu
pengumpulan data akan dilakukan melalui instansi yang terkait ataupun observasi
ataupun pengamatan langsung di lapangan. Selain itu, sasaran dari tahapan kegiatan ini
juga untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi objektif yang ada
berkaitan dengan kondisi fisik sistem transportasi di wilayah studi. Kondisi objektif
dimaksud meliputi: karakteristik fisik prasarana dan sarana angkutan laut. Selain itu
dalam kesempatan ini dikaji pula kondisi topografis, pola pergerakan lalu-lintas,
karakteristik pergerakan, karakteristik prasarana jalan eksisting dan pola pemanfaatan
ruang wilayah.

Tabel 2-2
Rincian Aktivitas Pada Tahap Pengolahan Data
Nama
Uraian Output
Kegiatan
Inventarisasi Inventarisasi akan dilakukan pada sistem • Dimensi dan kapasitas
Prasarana transportasi yang saat ini ada. Sistem prasarana transportasi
transportasi transportasi dikaji meliputi prasarana, • Struktur jaringan
eksisting (dimensi, sarana maupun sistem pengaturan dari Transportasi
kapasitas dan berbagai moda yang ada di wilayah studi. • Karakteristik operasional
kondisi) masing-masing prasarana
transportasi
Pengmpulan Data Pengumpulan data pola pergerakan barang Matriks Asal Tujuan orang dan
Pola Pergerakan dan penumpang direpresentasikan dalam barang
(OD Matriks) bentuk Matriks Asal Tujuan. Di samping itu
akan dilakukan sampling survey sebagai
cross-check.
Inventarisasi Pengumpulan data lalu-lintas pergerakan Volume pergerakan
Karakteristik orang dan barang dilakukan untuk VC ratio

LAPORAN PENDAHULUAN 2-19


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Nama
Uraian Output
Kegiatan
Pergerakan orang mengetahui karakteristik dari sistem
dan barang transportasi yang ada.
Inventarisasi Pola Inventarisasi pola pemanfaatan ruang Pola tata-ruang eksisting
Pemanfaatan Ruang wilayah dilakukan dengan melakukan
pendataan dan inventarisasi data. Sumber
data yang akan digunakan adalah data dari
Kantor Dinas Pertanahan dan juga Badan
Perencanaan Daerah.
Inventarisasi Inventarisasi rencana pengembangan • Rencana pengembangan
Rencana prasarana transportasi dilakukan untuk sistem transportasi
Pengembangan mengetahui rencana-rencana • Realisasi pengembangan
prasarana pengembangan apa saja yang akan dilakukan prasarana transportasi
transportasi oleh pemerintah, baik pemerintah pusat,
maupun pemerintah Provinsi.
Inventarisasi Data Pengumpulan data kependudukan dilakukan Data Populasi
Kependudukan untuk seluruh wilayah studi. Sebaran penduduk

Inventarisasi Pola Data yang berkaitan dengan aspek ini • Data sebaran spasial
Aktifitas Wilayah dikumpulkan dalam usaha untuk aktifitas ekonomi
mendapatkan informasi yang berkaitan • Data sebaran spasial
dengan potensi bangkitan dan tarikan. aktifitas sosial

Segera setelah seluruh pengumpulan data dilakukan maka proses kompilasi data
dilakukan, dengan maksud agar analisis dapat dilakukan segera. Kompilasi dilakukan
dengan cara melakukan validasi maupun cross-check, agar data yang digunakan dalam
analisis benar-benar representatif.

Selanjutnya kajian dan analisis dilakukan berdasarkan data yang dikompilasi


sebelumnya. Tujuan dari pelaksanaan tahapan kajian dan analisis ini adalah untuk
mendapatkan parameter-parameter dasar yang dibutuhkan bagi perumusan konsep
perencanaan. Di samping itu, dari tahapan kegiatan ini juga diharapkan dapat
diidentifikasikan kondisi objektif dari sistem transportasi yang ada. Karena dengan
didasarkan pada kondisi objektif yang ada inilah maka perumusan konsep
pengembangan sistem transportasi dapat dilakukan secara optimal. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan pada tahapan ini adalah :

Tabel 2-3
Rincian Aktivitas Pada Tahap Analisis
Nama
Uraian Output
Kegiatan
Analisis Kinerja makro Kinerja sistem transportasi eksisting dianalisis Kinerja makro sistem
sistem transportasi menggunakan metoda-metoda ataupun teori transportasi
Eksisting standard yang biasa digunakan dalam analisis
pergerakan dan analisis jaringan.
Analisis kondisi Analisis kondisi prasarana transportasi eksisting • Hasil Analisis Kapasitas
prasarana lebih menyoroti kondisi dan kemampuan prasarana transportasi

LAPORAN PENDAHULUAN 2-20


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Nama
Uraian Output
Kegiatan
transportasi eksisting prasarana maupun sarana transportasi dalam • Hasil Analisis Kapasitas
memfasilitasi pergerakan barang dan penumpang jaringan transportasi
Analisis pola Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi Hasil Analisis Tingkat
pembebanan jaringan pembebanan dari jaringan transportasi pelayanan masing-masing
transportasi eksisting berdasarkan data pola pergerakan (O-D matriks) prasarana transportasi
yang dikumpulkan. Kondisi pembebanan
diungkapkan dengan perbandingan antara volume
dengan kapasitas dari masing-masing prasarana
transportasi.
Analisis Struktur Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa • Hasil Analisis
jaringan transportasi baik struktur jaringan transportasi yang ada dalam Kesesuaian konfigurasi
Eksisting memfasilitasi pergerakan. Tinjauannya dilakukan jaringan transportasi
dari sudut konfigurasi jaringan, apakah sesuai dengan tata guna lahan
dengan pola tata guna lahan. Selain itu dikaji pula • Hasil Analisis
hirarki yang ada. Kesesuaian Hirarki
jaringan
Analisis dan Analisis ini dilakukan untuk meramalkan kondisi Matriks asal Tujuan pada
Peramalan Pola pergerakan yang akan terjadi di tahun-tahun tahun rencana
Pergerakan mendatang. Analisis peramalan dilakukan
menggunakan model-model matematik (mis :
model Gravity) didasarkan prediksi tata-guna lahan
di masa mendatang.
Identifikasi masalah Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi • Kondisi pembebanan
pada kondisi pembebanan dari sistem transportasi pada saat eksisting
eksisting matriks asal tujuan di bebankan ke jaringan • Daftar potensi
transportasi pada kondisi eksisting. Tujuannya permasalahan
untuk mengetahui performance sistem transportasi eksisting
transportasi pada kondisi eksisting sehingga dapat
diidentifikasi masalah yang terjadi saat ini.
Pembebanan lalu- Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi • Kinerja masing-masing
lintas pada Skenario pembebanan di masa mendatang dari sistem prasarana transportasi
“Do Nothing Case” transportasi pada saat matriks asal tujuan hasil di masa yang akan
prediksi di bebankan (assignment) pada jaringan datang.
transportasi pada kondisi do nothing. Dari hasil • Kinerja jaringan jalan
analisis dapat diketahui kinerja masing-masing pada kondisi do
prasarana transportasi pada tahun rencana. Selain nothing
itu juga dapat diketahui kinerja sistem jaringan
secara keseluruhan.
Identifikasi masalah Tujuannya untuk mengidentifikasi masalah yang Daftar permasalahan
pada skenario “Do mungkin muncul di masa mendatang jika sistem transportasi yang ada di
Nothing Case” transportasi dibiarkan apa adanya sedangkan pola wilayah studi
dan intensitas pergerakan meningkat akibat
perubahan kegiatan ekonomi.

• Tahap 5 : Penyusunan Masterplan/Pengembangan Rencana
Pada tahapan ini dikembangkan konsep-konsep yang akan digunakan bagi
pengembangan infrastruktur jalan di masa datang. Dalam hal ini konsep pengembangan
sistem transportasi didasarkan identifikasi permasalahan yang timbul pada skenario
“do-nothing”. Dengan demikian, konsep pengembangan sistem transportasi pada
dasarnya adalah usaha antisipatif untuk menghindari kemungkinan permasalahan yang
akan timbul. Hasil yang ingin diperoleh dari tahapan ini adalah rencana strategis

LAPORAN PENDAHULUAN 2-21


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

penyelenggaraan infrastruktur transportasi, yaitu berupa: a) Konfigurasi


pengembangan jaringan transportasi, b) Tahapan pengembangan, dan c) Jadwal
pengembangan. Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada
tahapan ini adalah:

Tabel 2-4
Rincian Aktivitas Pada Tahap Pengembangan Rencana
Nama
Uraian Output
Kegiatan
Alternatif rencana Analisis rencana dan strategi pengembangan Alternatif rencana dan
dan strategi sistem transportasi dilakukan berdasarkan kondisi strategi pengembangan
Pengembangan sistem transportasi eksisting, potensi pergerakan sistem transportasi
sistem transportasi di masa datang dan identifikasi masalah. Dalam
hal ini dikaji kemungkinan beberapa alternatif
pengembangan sistem transportasi.
Analisis dan Prediksi Untuk masing-masing alternatif strategi Hasil Analisis Kinerja jaringan
kinerja sistem pengembangan sistem transportasi dilakukan untuk masing-masing
transportasi pada prediksi pembebanan yang akan terjadi alternatif strategi rencana
“Do something Case” berdasarkan Matriks asal tujuan hasil peramalan. pengembangan sistem
Dari analisis ini dapat diprediksi kinerja sistem transportasi.
transportasi untuk masing-masing alternatif
strategi pengembangan sistem transportasi.
Evaluasi dan Evaluasi untuk menetapkan alternatif strategi Strategi Rencana
Penetapan Strategi rencana pengembangan sistem transportasi pengembangan sistem
rencana terpilih didasarkan pada implikasi yang mungkin transportasi terpilih
Pengembangan timbul jika masing-masing alternatif
Sistem Transportasi diimplementasikan. Dalam hal ini implikasi yang
diperhatikan diungkapkan dalam sekumpulan
komponen dampak yang akan dirasakan oleh
berbagai stakeholder, seperti masyarakat,
ataupun lingkungan buatan manusia (pemukiman,
bangunan dll).
Penyusunan tahapan Tahapan pengembangan sistem transportasi Hasil Penyusunan Tahapan
pengembangan dianalisis dengan memperhatikan rencana strategi rencana
realisasi pemanfaatan ruang dan rencana pengembangan sistem
pengembangan prasarana lainnya. Selain itu transportasi
tahapan pengembangan sistem transportasi juga
dibuat berdasarkan konsistensi struktur jaringan
dan juga kinerja yang akan dihasilkan
Penyusunan Jadwal Pada kegiatan ini ditetapkan proyek dan program Hasil Rincian proyek dan
Pelaksanaan apa saja yang perlu direalisasikan untuk setiap program untuk setiap
perioda waktunya. Dalam hal ini penyusunannya perioda perencanaan
didasarkan pada konsistensi pengembangan dan jadwal pelaksanaan proyek
juga berdasarkan kemampuan sdm maupun & program
kemampuan teknis dari aparat pemerintah
daerah.
Penyusunan Setelah rumusan perencanaan maupun rumusan Dokumen Masterplan untuk
Masterplan pentahapan dilakukan untuk keseluruhan wilayah Provinsi Kalimantan Utara
kajian, maka rumusan dimaksud disusun
berdasarkan kewilayahan administrasi
pemerintahan, yaitu Provinsi Kalimantan Utara

LAPORAN PENDAHULUAN 2-22


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

2.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang diperlukan selama proses
penyelesaian pekerjaan ini. Untuk kegiatan masterplan angkutan laut di wilayah studi dalam
mendukung prioritas pembangunan wilayah, di antaranya:

1. Data penyediaan dan operasional prasarana transportasi yang ada di wilayah studi
sebagai bahan untuk menganalisis kondisi dan kinerja pelayanan eksisting, dan
kebutuhan pengembangan sistem transportasi di masa datang,
2. Data sosial ekonomi dan tata ruang di wilayah studi untuk dijadikan sebagai dasar
dalam analisis pola dan besar permintaan perjalanan serta kecenderungan
pertumbuhannya di masa yang akan datang,
3. Dokumen perencanaan pembangunan (RPJP/RPJM/RKP/Renstra) dan wilayah (RTRW)
di wilayah studi, baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi ataupun yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Dokumen ini diperlukan untuk
mengetahui lokasi simpul yang perlu dihubungkan dan arah serta peranan infrastruktur
jaringan transportasi di wilayah studi.
4. Data pola dan intensitas pergerakan antar zona yang ada di wilayah studi,
5. Data persepsi dan perspektif stakeholders terkait dengan kebutuhan, kriteria, prioritas,
dan tahapan pengembangan penyelenggaraan infratsruktur angkutan laut di wilayah
studi.

Survei Sekunder merupakan metode pengumpulan data dari instansi pemerintah maupun
instansi terkait. Hasil yang diharapkan dari data sekunder ini adalah berupa uraian, data
angka, atau peta mengenai keadaan wilayah studi. Selain itu survei sekunder juga didapat
dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Berikut ini adalah beberapa jenis data sekunder yang ambil dilapangan, yaitu sebagai
berikut :

• Data Sekunder Instansi

ü Data Kondisi dan Kinerja Sistem Jaringan Transportasi Eksisiting (current Transport
System);
ü Data Trend Sosial, Ekonomi & Tata Ruang, yaitu berupa :
1. Data Kependudukan;
2. Data Perekonomian (PDRB);
LAPORAN PENDAHULUAN 2-23
Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

3. Data Struktur dan Pola Ruang Wilayah;


4. Data Rencana Pembangunan Tata Ruang & Transportasi (Data Rencana Struktur
dan Pola Ruang yg ada); dan
5. Data-data pendukung transportasi lainnya.

• Data Peraturan dan Pedoman

Survei Primer merupakan metode pencarian data dan informasi yang dilakukan secara
langsung melalui responden di lapangan. Metode ini dapat berupa observasi dan hasil
kuisioner. Berikut ini adalah beberapa jenis data primer yang ambil dilapangan, yaitu
sebagai berikut :

• Inventarisasi jaringan trayek, dan lintas;


• Inventarisasi fasilitas dan permasalahan angkutan laut;

Dalam rangka mengumpulkan data dan masukan yang dibutuhkan, sebagaimana


disampaikan pada bagian sebelumnya, maka dalam studi ini digunakan sejumlah metoda
survey sbb:

1. Survey instansional: dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder (kondisi dan


operasional sistem transportasi, data sosial ekonomi, dan lain-lain) dan produk
perencanaan pembangunan yang ada di wilayah studi,
2. Survey kuisioner/wawancara: dilakukan kepada stakeholders terkait (Pemda, DPRD,
operator, investor, asosiasi profesi, LSM/masyarakat, akademisi, dll) untuk
mendapatkan perspektif dan aspirasi mengenai kebutuhan, kriteria, prioritas, dan
tahapan penyelenggaraan infrastruktur jalan di wilayah studi.
3. Survey lapangan: jika diperlukan akan dilakukan survey pengamatan, on-board,
wawancara, pencatatan, dan lain sebagainya di lapangan untuk mengkonfirmasi data
dan mendapatkan gambaran kondisi aktual dan permasalahan infrastruktur jalan di
wilayah studi.

Tabel 2-5
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
No Jenis Data Sumber Data Kegunaan Data
1 Sosio ekonomi Provinsi Dalam Angka (BPS) Identifikasi potensi dan
a. Populasi dan Employment kendala pengembangan
b. Ekonomi (PDRB, produksi, dll) wilayah
c. Fisik dan administrasi
2 Jaringan transportasi Bappeda Identifikasi kondisi dan
Kondisi fisik prasarana Dinas Bina Marga kebutuhan penanganan dan

LAPORAN PENDAHULUAN 2-24


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

No Jenis Data Sumber Data Kegunaan Data


transportasi Dinas Perhubungan pengembangan
Pola dan intensitas pergerakan infrastruktur jalan
(OD matriks)
Hirarki fungsi prasarana
transportasi
3 Tata ruang eksisting: RTRW Provinsi Identifikasi potensi dan
Penggunaan ruang kendala pengembangan
Pola dan intensitas kegiatan wilayah

4 Rencana tata ruang mendatang: RTRW Provinsi Prediksi pola dan skala
Alokasi ruang perkembangan wilayah
Wilayah pengembangan Prediksi kebutuhan
Sistem interaksi pengembangan jaringan
5 Rencana pengembangan : Wawancara Masukan skenario
Lokasi dan jenis usulan pengembangan jaringan
Konteks usulan
6 Kriteria penanganan dan UU, SISTRANAS Masukan bagi AMK untuk
pengembangan infrastruktur Dokumen kebijakan menyusun strategi,
jalan : Teori kebijakan, program
a Variabel indikator kinerja Wawancara Penyusunan rekomendasi
b Nilai variabel

2.3 Metodologi Analisis Transportasi

2.3.1 Kajian Aspek Terkait Perencanaan Masterplan

Transportasi adalah kebutuhan turunan dari kegiatan sosial ekonomi dimana akibat
tersebarnya ruang (spatial separation) tidak semua kegiatan manusia dan proses produksi
tidak dapat dilakukan di satu lokasi saja, sehingga dibutuhkan pergerakan melalui sejumlah
moda transportasi. Dengan demikian tata ruang dan perkembangan sosial ekonomi
masyarakat akan sangat mempengaruhi pola dan besarnya permintaan perjalanan, yang
tentu saja akan mempengaruhi kebutuhan penyediaan infrastruktur jalan di wilayah studi.

Memperhatikan eratnya kaitan antara kondisi dan perkembangan kewilayahan


dengan sistem jaringan transportasi maka dalam studi ini diperlukan analisis kewilayahan
khususnya mengenai:

• Pola kecenderungan dan arahan pengembangan tata ruang wilayah yang direncanakan
dalam RTRW;
• Deskripsi mengenai variabel sosial ekonomi wilayah studi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahannya sebagai dasar untuk melakukan prediksi permintaan
perjalanan di masa datang;

LAPORAN PENDAHULUAN 2-25


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

• Identifikasi kebutuhan penanganan dan pengembangan infrastruktur transportasi


terkait dengan rencana pengembangan wilayah dan penepatan lokasi ruang yang
harus dihubungkan oleh jaringan transportasi;
• Identifikasi potensi pengembangan ekonomi wilayah dan rencana investasi dari sektor-
sektor ekonomi dominan (jasa, pariwisata, perdagangan, dll) yang mempengaruhi
interaksi transportasi.

2.3.2 Metoda Pemodelan Transportasi


Biaya perjalanan
Data jaringan dan Trip Generation
sistem zona


Trip ends

Trip Distribution


MAT

Feedback
(optional)
Karakteristik
Modal Split
alternatif moda

MAT per moda

Karakteristik
jaringan trans- Route Choice
portasi


arus, waktu

Gambar 2-4
Bagan Alir Aplikasi Model Transportasi Jalan Empat Tahap (Four Step Model)

Model transportasi diperlukan untuk mengkuantifikasi interaksi antara


pengembangan wilayah dan sistem transportasi sehingga diperoleh perkiraan jumlah dan
pola perjalanan serta beban lalu lintas pada jaringan transportasi pada sejumlah tahun
tinjauan. Dengan informasi tersebut dapat diperkirakan kebutuhan pengembangan
prasarana dan sarana sistem transportasi di wilayah studi. Model yang umumnya digunakan

LAPORAN PENDAHULUAN 2-26


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

dalam analisis permintaan perjalanan adalah model transportasi empat tahap (four stages
transport model) yang alur prosesnya disampaikan pada gambar di bawah ini.

Model bangkitan perjalanan (trip generation model), Pendekatan model dimulai


dengan menetapkan wilayah studi, sistem zona, dan jaringan sistem transportasi, termasuk
di dalamnya adalah karakteristik sosial-ekonomi di tiap zona dan karakteristik suplai jaringan
transportasi di wilayah studi. Dengan menggunakan informasi tersebut kemudian diestimasi
total perjalanan yang dibangkitkan dan/atau yang ditarik oleh suatu zona tertentu (trip
ends) atau disebut dengan proses bangkitan perjalanan (trip generation). Tahap ini
menghasilkan model trip generation yang menghubungkan jumlah perjalanan dengan
karakteristik zona yang bersangkutan.





i d



Pergerakan yang berasal dari zona i Pergerakan yang menuju ke zona d

Gambar 2-5
Bagan Bangkitan dan Tarikan Pergerakan


Model bangkitan perjalanan tergantung dari populasi pada setiap zona dan kondisi
sosial-ekonomi yang terdapat pada zona tersebut serta distribusi pemanfataan lahan yang
terdapat pada wilayah yang dianalisa.

Model distribusi perjalanan (trip distribution model) adalah perkiraan model dalam
bentuk persamaan matematis untuk menghitung distribusi perjalanan yang dibangkitkan
(generated) dari suatu zona dan yang tertarik (attracted) ke zona lainnya kedalam sistem
tata guna lahan yang disediakan. Model yang umum digunakan adalah Gravity Model
berdasarkan prinsip-prinsip hukum Newton dan Fratar Model, pilihan penggunaannya
tergantung dari ukuran dan karakter kota atau kawasan.

Faktor utama untuk mendistribusikan perjalanan ini adalah faktor intensitas


penggunaan lahan dan pemisahan ruang. Makin tinggi tingkat aktivitas suatu tata guna

LAPORAN PENDAHULUAN 2-27


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

lahan, makin tinggi pula tingkat kemampuannya dalam menarik lalu lintas. Daya tarik suatu
tata guna lahan akan berkurang dengan meningkatnya jarak (dampak pemisahan ruang).
Tata guna lahan cenderung menarik pergerakan lalu lintas dari tempat yang lebih dekat
dibandingkan dengan dari tempat yang lebih jauh.

Selanjutnya diprediksi intensitas pergerakan dari/ke mana tujuan perjalanan yang


dibangkitkan atau yang ditarik oleh suatu zona tertentu atau disebut tahap distribusi
perjalanan (trip distribution). Dalam tahap ini akan dihasilkan matriks asal-tujuan (MAT).
Pada tahap pemilihan moda (modal split) MAT tersebut kemudian dialokasikan sesuai
dengan moda transportasi yang digunakan para pelaku perjalanan untuk mencapai tujuan
perjalanannya. Dalam tahap ini dihasilkan MAT per moda.

Terakhir, pada tahap pemilihan rute (trip assignment) MAT didistribusikan ke setiap
ruas/link infrastruktur transportasi yang tersedia di wilayah studi sesuai dengan kondisi ruas
yang ada. Tahap ini menghasilkan estimasi beban arus lalu lintas dan waktu/biaya
perjalanan. Hasil inilah yang digunakan sebagai dasar analisis dalam mengevaluasi
kebutuhan penyelenggaraan infrastruktur transportasi di wilayah studi dalam beberapa
tahun ke depan.

Model pemilihan moda (modal split model) adalah model dalam bentuk persamaan
matematis untuk menghitung kuantitas perjalanan menurut moda transportasi yang dipilih.

Model traffic asignment adalah model dalam bentuk persamaan matematis untuk
menghitung pembebanan perjalanan kedalam rute-rute perjalanan di dalam jaringan jalan
yang disediakan. Faktor utama untuk menentukan tingkat arus lalulintas yang
menggunakan suatu rangkaian ruas jalan adalah tingkat pelayanan dari rangkaian ruas jalan
tersebut. Tingkat pelayanan ini terutama diukur oleh jarak perjalanan dan waktu perjalanan.

LAPORAN PENDAHULUAN 2-28


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

BAB-2 METODOLOGI PEKERJAAN ................................................................................ 2-1


2.1 Pendekatan Umum ..................................................................................... 2-1
2.1.1 Pendekatan Prakmatis ...................................................................... 2-6
2.1.2 Pendekatan Kewilayahan (Regional) ................................................. 2-10
2.1.3 Pendekatan Dalam Perencanaan Tata Ruang ..................................... 2-11
2.2 Metodologi.............................................................................................. 2-15
2.2.1 Metodologi Studi ........................................................................... 2-15
2.2.2 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 2-23
2.3 Metodologi Analisis Transportasi ................................................................ 2-25
2.3.1 Kajian Aspek Terkait Perencanaan Masterplan ................................... 2-25
2.3.2 Metoda Pemodelan Transportasi ..................................................... 2-26

Tabel 2-1 Rincian Aktivitas Pada Tahap Persiapan .................................................................. 2-18


Tabel 2-2 Rincian Aktivitas Pada Tahap Pengolahan Data ....................................................... 2-19
Tabel 2-3 Rincian Aktivitas Pada Tahap Analisis ..................................................................... 2-20
Tabel 2-4 Rincian Aktivitas Pada Tahap Pengembangan Rencana ............................................ 2-22
Tabel 2-5 Jenis dan Metode Pengumpulan Data .................................................................... 2-24

Gambar 2-1 Konsep Perencanaan Transportasi ....................................................................... 2-6


Gambar 2-2 Hirarki Perencanaan Transportasi ........................................................................ 2-8
Gambar 2-3 Metodologi Pekerjaan ..................................................................................... 2-16
Gambar 2-4 Bagan Alir Aplikasi Model Transportasi Jalan Empat Tahap (Four Step Model) ........... 2-26
Gambar 2-5 Bagan Bangkitan dan Tarikan Pergerakan ........................................................... 2-27

LAPORAN PENDAHULUAN 2-29

Anda mungkin juga menyukai