BAB-6
Analisis Pengembangan
Wilayah
Daerah berkembang cepat (Growing Region) pada dasarnya adalah daerah yang
memiliki potensi pengembangan sangat besar, tetapi masih belum diolah secara
baik. Oleh karena itu, walaupun tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi namun
tingkat pendapatan per kapitanya, yang mencerminkan tahap pembangunan yang
telah dicapai sebenarnya masih relatif rendah dibandingkan dengan daerah-daerah
lain. Karena di masa mendatang daerah ini diperkirakan akan mampu berkembang
pesat untuk mengejar ketertinggalannya dengan daerah maju
3. Daerah relatif tertinggal (Relatively Backward Region / Kuadran III).
Kemudian daerah relatif tertinggal (Relatively Backward Region) adalah daerah
yang mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita yang berada di
bawah rata-rata dari seluruh daerah. Ini berarti bahwa baik tingkat kemakmuran
masyarakat maupun tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah ini masih relatif
rendah. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa di daerah ini tidak akan berkembang di
masa mendatang. Melalui pengembangan sarana dan prasarana perekonomian
daerah berikut tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat setempat
diperkirakan daerah ini secara bertahap akan dapat pula mengejar
ketertinggalannya (Sjafrizal,1997).
4. Daerah maju tapi tertekan (Retarted region/Kuadran IV)
Daerah maju tapi tertekan (Retarted Region) adalah daerah-daerah yang relatif
maju tetapi dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhannya menurun akibat
tertekannya kegiatan utama daerah yang bersangkutan. Karena itu, walaupun
daerah ini merupakan daerah telah maju tetapi di masa mendatang diperkirakan
pertumbuhannya tidak akan begitu cepat , walaupun potensi pembangunan yang
dimiliki pada dasarnya sangat besar.
Tabel berikut merangkum hasil yang didapatkan dari pengelompokan berdasarkan
Tipologi Klassen Provinsi Kalimantan Utara. Tidak ada kabupaten/kota yang termasuk
kedalam kuadran I, yaitu kabupaten/kota yang memiliki perekonomian sangat baik.
Berdasarkan pengelompokkan, terlihat bahwa kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara
terklasifikasi kedalam Kuadran II, III dan IV. Berikut adalah table tipologi klassen untuk
daerah Kalimantan Utara.
Gi >= G Gi < G
Kuadran I: daerah maju dan tumbuh cepat Kuadran II: daerah maju tapi tertekan
Yi >= Y Kota Tarakan
Kabupaten Bulungan
Gambar 6-1 Diagram PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Kabupaten/Kota
Kontribusi perekonomian di Kalimantan Utara saat ini paling besar berada pada Kota
Tarakan dan paling kecil berada pada Kabupaten Tana Tidung. Pertumbuhan PDRB yang
dilihat 5 tahun terakhir dan analisis proyeksi PDRB untuk 20 tahun yang akan datang,
dimana pertumbuhan ekonomi mencapai 2,43%.
Secara geografis, Provinsi Kalimantan Utara memiliki potensi alam yang melimpah
dan menjadi potensi unggulan daerah. Beberapa potensi tersebut antara lain potensi hutan
tropis, hasil laut dan tambak, sumberdaya mineral, pertanian, perkebunan dan sumberdaya
air yang salah satunya berada di wilayah Ambalat yang diperkirakan kaya sumberdaya
minyak dan gas. Wilayah Provinsi Kalimantan Utara sendiri merupakan wilayah yang
strategis segitiga Indonesia-Malaysia-Filipina. Ketergantungan perekonomian Kalimantan
Utara dari sektor primer seperti pertanian dan pertambangan, belum ditunjang dengan
industri pengolahan. Sehingga produk sektor pertambangan akan langsung dikirimkan ke
luar wilayah dalam bentuk tak terolah. Umumnya sektor pertambangan cenderung bersifat
enclave activity, meningkatkan PDRB tetapi tidak memberikan kontribusi yang berarti
terhadap penyerapan tenaga kerja, apalagi tenaga kerja lokal. Karena sebagian besar
produknya dikirim ke luar, maka nilai tambah yang diperoleh oleh daerah akan lebih kecil
dibandingkan apabila terjadi pengolahan lebih lanjut di wilayah yang bersangkutan atau
sekitarnya.
Tabel 6.2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Prov.
Kalimantan Utara (Juta Rp), 2013-2014
No Sektor 2013 2014
1 Pertanian, kehutanan dan perikanan 7.470.162,6 8.020.794,3
2 Pertambangan dan Penggalian 13.934.181,1 15.251.675,0
3 Industri dan Pengolahan 29.951,2 31.727,3
4 Pengadaan listrik, Gas 4.960.375,5 5.435.772,9
5 Pengadaan Air 4.593.690,6 4.804.997,2
6 Bangunan/Kontruksi 2.518.420,6 2.734.962,4
7 Perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil serta 535.727,3 560.861,4
motor
8 Transportasi dan pergudangan 1.026.246,5 1.123.842,8
9 Penyediaan akomodasi dan makan minum 499.901,4 523.387,1
10 Informasi dan komunikasi 436.049,9 463.145,3
11 Jasa keuangan 132.865,0 144.721,6
12 Real estate 2.154.505,0 2.440.212,6
13 Jasa perusahaan 965.633,9 1.063.204,0
14 Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan social 374.558,4 407.933,7
wajib
15 Jasa pendidikan 209.179,3 223.504,5
Sumber : Kalimantan Utara dalam Angka, 2015
Setiap daerah mempunyai karakteristik wilayah, penduduk, dan sumber daya yang
berbeda-beda. Hal ini membuat potensi masing-masing daerah akan menjadi berbeda dalam
menentukan arah kebijakan pengembangan kegiatan ekonomi di wilayahnya. Pertimbangan
utama dalam penetapan komoditas unggulan di suatu wilayah adalah komoditas yang
diusahan harus efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi serta memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif. Melihat struktur pembentuk PDRB masing-masing
kabupaten/kota di wilayah Kalimantan Utara, setiap kabupaten/kota memiliki sector
dominan yang cenderung tumbuh dan menjadi sector andalan dalam perekonomian
wilayah tersebut.
Melihat konstelasi wilayah Kalimantan Utara dengan negara tetangga serta posisi
strategis yang berdekatan dengan Laut Cina Selatan, maka perlu adanya gebrakan dalam
hal ekonomi wilayah untuk mengangkat daya saing daerah. Propinsi Kalimantan Utara
merupakan pintu gerbang atau outlet strategis ke wilayah Asia Pasifik dan Eropa, karena
berada dijalur pelayaran nasional dan internasional ALKI II. Dengan akan terbentuknya
masyarakat ekonomi Asean dan AFTA 2015 yang akan membuka aliran barang, jasa, dan
orang tanpa hambatan antar negara ASEAN sehingga penting untuk merumuskan fungsi
dan peran Kalimantan Utara dimasa depan dalam kerangka sistem ekonomi geografis dan
politik dimasa yang akan datang.
Saat ini, aglomerasi ekonomi hanya terjadi di Kota Tarakan. Dapat dikatakan bahwa
secara ekonomi Kota Tarakan mampu menghidupi dirinya sendiri. Kota Tarakan
memposisikan dirinya sebagai Little Singapore dan menjadi meeting point bagi para
pendatang, terutama yang berasal dari Sulawesi dan Jawa. Sebagai hub perdagangan, Kota
Tarakan juga memiliki sub sektor perhotelan dan restoran yang kuat, sekaligus menjadi
basis pemukiman. Adanya Pelabuhan Laut Tarakan yang merupakan pelabuhan peti kemas
serta bandara Juwata yang akan diperluas menjadikan Kota Tarakan juga menjadi basis
industri di Provinsi Kalimantan Utara. Perkembangan Kota Tarakan yang sangat signifikan
belum dibarengi oleh kabupaten lain. Hal ini terbukti dengan penetapan status daerah
tertinggal oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal di Kabupaten Malinau dan
Nunukan ke dalam daftar 183 kabupaten/kota tertinggal.
Tabel 6-3
Skenario Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pengembangan Ekonomi
Pola pergerakan wisatawan yang menggunakan jalur udara, yaitu melalui: (a)
Jakarta-Balikpapan-Tarakan; (b) Jakarta-Yogyakarta-Balikpapan-Tarakan; dan (c) Jakarta-
6.1.4 Kependudukan
Jumlah penduduk Kalimantan Utara mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini
ditunjukkan oleh peningkatan positif yang terus berlangsung selama periode tersebut yaitu
sebesar 4.39 persen per tahun. Konsentrasi penduduk tinggal di kawasan pesisir (perkiraan
88,07% atau 462,076 jiwa). Berdasarkan proyeksi, penduduk Kalimantan Utara pada tahun
2036 berjumlah 1.443.970 jiwa (88%). Dengan adanya konsentrasi penduduk di kawasan
pesisir, aglomerasi sosial ekonomi sangat mendominasi kawasan ini. Penduduk di
pedalaman dan perbatasan juga memiliki potensi ekonomi lokal yang belum dikembangkan.
Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan pelayanan sistem logistik ke arah perbatasan
dan pedalaman untuk membawa hasil produksi masyarakat ke pesisir ataupun sebaliknya.
dengan dibukanya kawasan perbatasan, maka isolasi kawasan pedalaman akan berkurang,
sehingga terjadi pergerakan penduduk ke daerah pedalaman dan perbatasan. Kepadatan
Penduduk di Kalimantan Utara didominasi oleh wilayah perkotaan yakni Kota Tarakan
dengan tingkat kepadatan 836 jiwa/km2. Sangat jauh dibandingkan dengan tingkat
kepadatan Provinsi Kalimantan Utara. Sementara Kabupaten Malinau, memiliki tingkat
kepadatan yang paling rendah yakni 2 jiwa/km2.
Penduduk sebagai SDM yang dimiliki suatu wilayah merupakan faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam suatu perencanaan wilayah. Dengan mengetahui
komposisi dan keadaan kependudukan dalam suatu wilayah dapat diketahui dan
diperkirakan banyak permintaan bahan konsumsi yang harus disediakan, serta fasilitas
umum yang diperlukan di suatu wilayah. Untuk kawasan pesisir, rencana distribusi
penduduk di koridor perkotaan Tarakan –Tidung Pale – Tanjung Selor sebagai pusat utama
provinsi pada tahun 2035 diperkirakan mencapai lebih dari 60% (atau sekitar 825.000 jiwa).
Jumlah penduduk tersebut, dapat dianggap sebagai kota besar, oleh karena itu diperlukan
upaya pengembangan infrastruktur dan sarana untuk melayani penduduk yang ada.
Tabel 6-4
Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2036
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No Kabupaten/Kota
2016 2021 2026 2031 2036
1 Malinau 80,265 97,327 118,015 143,101 173,519
2 Bulungan 138,079 167,430 203,019 246,174 298,501
3 Tana Tidung 21,329 25,863 31,361 38,027 46,110
4 Nunukan 182,646 221,470 268,547 325,630 394,847
5 Tarakan 245,624 297,834 361,143 437,909 530,993
Jumlah 667,944 809,924 982,085 1,190,841 1,443,970
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
600000,0
Malinau
Bulungan
500000,0
Tana Tidung
Nunukan
400000,0
Tarakan
300000,0
200000,0
100000,0
,0
2016 2021 2026 2031 2036
Gambar 6-3
Perkembangan Penduduk Kalimantan Utara
Gambar 6-4
Konsep Rantai Nilai Lokal
Distribusi land-based oriented tidak sejalan dengan amanat RPJMN 2015-2019 yang
menjelaskan bahwa transportasi laut ditempatkan sebagai tulang punggung system logistic
nasional melalui pengembangan 24 pelabuhan strategis untuk mendukung tol laut yang
diintegrasikan dengan moda kereta api dan jalan raya. Terobosan terbaru yang sedang
dipersiapkan oleh pemerintah adalah ‘Gerai Maritim’.
Gerai maritim adalah program penyaluran barang pokok yang diselenggarakan
pemerintah dalam menyediakan barang kebutuhan pokok terutama di daerah wilayah timur
dan wilayah terluar/perbatasan Indonesia. Aktivitas transportasi mengacu pada pergerakan
produk dari satu lokasi ke lokasi lain dalam rantai pasokan. Transportasi merupakan
aktivitas yang paling mudah dilihat sebagai kegiatan utama logistic.
Ada tiga varian moda transportasi laut khusus yang tersedia untuk transportasi
barang ke Nunukan, yaitu kapal penumpang (PT.Pelni dan swasta), kapal kargo, dan kapal
kayu pelayaran rakyat (pelra). Secara umum, pemilihan ketiga varian moda transportasi laut
ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu :
i. Lokasi produsen;
ii. Biaya;
iii. Karakteristik barang yang diangkut; dan
iv. Kinerja pelabuhan.
Dari segi lokasi produsen, kapal kargo merupakan moda transportasi perdagangan
antar provinsi yang dominan. Sebagian besar barang dari Surabaya, yang menuju Nunukan
diangkut menggunakan kapal kargo peti kemas.
Tabel 6-5
Faktor-Faktor yang menetukan Pilihan Moda Transportasi Laut
Kapal Penumpang
Deskripsi Kapal Kayu (Pelra) Kapal Khusus (Cargo)
(PT.Pelni)
Biaya Rp 1.024.000 per Rp 400.000 per metric Rp 380.000 per metric
metric ton ton ton
Rute Makassar – Pare-pare – Makassar – Pare-pare- Makassar -Surabaya-
samarinda - Nunukan Nunukan Tarakan-Nunukan
Waktu pengiriman 2-3 hari 5-7 hari 8-9 hari
Jenis barang yang Barang-barang tahan Bahan-bahan tidak Bahan-barang tahan
Kapal Penumpang
Deskripsi Kapal Kayu (Pelra) Kapal Khusus (Cargo)
(PT.Pelni)
diangkut lama, barang tertentu tahan lama lama dan ukuran tidak
yang dari sisi ukuran terbatas
besar dan panjang
Keamanan Relative aman Risiko barang rusak Aman (terutama dalam
(terutama dalam peti atau hilang kecil peti kemas)
kemas) tetapi berisiko
ruska atau hilang jika
diletakkan di atas
kapal, terutama pada
saat kegiatan bongkar
muat.
Sumber : Puska PDN, BP2KP, Kementerian Perdagangan
terlaksana dengan lebih efisien di Provinsi Kalimantan Utara, Kabupaten Bulungan dan
Nunukan dapat menjadi alternatif daerah yang tepat untuk pengembangan sektor basis
tersebut.
1. Kota Tarakan
3. Kabupaten Nunukan
Sumber pangan lokal di Provinsi Kalimantan Utara antara lain tanaman pangan dan
holtikultura, peternakan, perkebunan, dan perikanan. Produksi padi di Provinsi Kalimantan
Utara tahun 2015 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, dan mencapai 119.180
ton. Peningkatan produksi terbesar terdapat di Kabupaten Bulungan yang kemudian disusul
oleh Kabupaten Tana Tidung. Kabupaten Tana Tidung memiliki persentase yang paling
besar diantara kabupaten/ kota yang lain di sektor pertanian dengan jumlah sebesar 32,78%.
Produksi jagung di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2015 mencapai 1.205 ton, turun 30
ton dari tahun 2014 sebesar 1.235 ton. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena
penurunan luas panen, sedangkan produkstivitasnya meningkat terutama di Kabupaten
Bulungan.
khususnya padi terus meningkat sedangkan alih fungsi lahan cukup luas setiap tahunnya.
Untuk mendukung ketahanan pangan di Kalimantan Utara diperlukan pembukaan lahan
pertanian dalam memenuhi target produksi tanaman pangan di tahun 2019.
Sumber daya perikanan di Kalimantan Utara berasal perikanan laut dan perikanan
darat. Jenis perikanan darat adalah perairan umum, tambak, kolam, keramba dan budidaya
pantai/laut. Pada sektor perikanan, jenis perikanan darat masih menjadi yang utama yakni
dari jenis budidaya pantai yang mengalami pertumbuhan jumlah produksi dari tahun ke
tahun. Selain budidaya pantai, jenis perikanan darat yang mengalami pertumbuhan jumlah
produksi adalah dari tambak dan kolam. Wilayah dengan perikanan laut yang dominan
adalah Kota Tarakan. Sedangkan wilayah dengan produksi perikanan darat yang dominan
adalah Kabupaten Nunukan.
Tabel 6-6 Produksi Perikanan Menurut Sub Sektor Perikanan dan Kabupaten/Kota (Ton) di
Provinsi Kalimantan Utara
Produksi Perikanan Darat (ton)
Kabupaten /Kota Perikanan Perairan Budidaya Jumlah
Tambak Kolam Karamba
Laut Umum Pantai Kabupaten
Kabupaten - 329 - 439,7 - - 768.7
Malinau
Kabupaten 2.998,3 194,5 3.693,1 25,1 - 96 7.007
Bulungan
Kabupaten 3.411,6 110,1 3.577 48,4 0,2 146.674 15.3821.3
Nunukan
Kabupaten Tana 897,5 354,4 12.530 - - - 1.3781.9
Tidung
Kota Tarakan 4.518,7 - 725,1 23,7 - 25.551 30.818.5
Tabel 6-7 Potensi Produk Unggulan Industri UMKM di Provinsi Kalimantan Utara
No. Kabupaten/Kota Produk Unggulan Pemasaran
1 Kabupaten Malinau Meubel Rotan Kabupaten Malinau dan luar
Anyaman Rotan kabupaten
Anyaman bambu,
Anyaman pandan
Kopi Bubuk
Batik Malinau
2 Kabupaten Bulungan kue dan roti Kabupaten Bulungan,
Mie kering dan mie basah Kabupaten Malinau,
Kopi bubuk Kabupaten Tana Tidung,
Tahu dan Tempe Kabupaten Berau
Kerupuk dan Amplang (kalimantan Timur), Kota
Anyaman Manik dan Jakarta, Kota Surabaya,
Tidak dapat dipungkiri bahwa Pulau Kalimantan merupakan salah satu aset negara
mengingat potensi sumber daya alamnya yang tinggi terutama minyak, gas, dan mineral.
Tidak terkecuali Provinsi Kalimantan Utara. Terletak di wilayah strategis segitiga Indonesia-
Malaysia- Filipina, potensi laut di wilayah provinsi Kalimantan Utara sangat menjanjikan.
Terlebih lagi, wilayah ini memiliki sebagian kawasan Ambalat yang diperkirakan kaya akan
potensi minyak dan gas. Jika mengacu pada RTRW Propinsi Kalimantan Utara, kawasan
peruntukan pertambangan berada di :
a. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara
Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara terdapat di Kabupaten
Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten
Tana Tidung.
b. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi
Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi terdapat di Kabupaten
Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.
Kalimantan Utara (Tanjung Selor) memiliki infrastruktur yang belum memadai sebagai
ibukota provinsi. Kesenjangan juga terjadi akibat ketergantungan masyarakat perbatasan
terhadap negara lain karena sulitnya memasarkan produk pertanian, perikanan, dan
perkebunan seperti kelapa sawit dan kakao.
Kondisi geografis Kalimantan Utara yang memiliki luas perairan cukup besar
memiliki potensi transportasi laut yang dapat dikembangkan. transportasi laut memegang
peranan yang sangat penting dan strategis dalam sistem mobilisasi penduduk di dalam
wilayah Kalimantan Utara maupun keluar wilayah.
a. keterpaduan intra moda transportasi laut dan antar moda transportasi darat, laut dan
udara;
b. usul dan saran Pemda;
c. kesiapan fasilitas pelabuban;
d. kesiapan fasilitas keselamatan pelayaran;
e. keterpaduan dengan program sektor lain;
f. keutuhan wilayah.
Pelabuhan singgah pada trayek pelayaran perintis ini, dapat berubah-ubah tiap
tahun sesuai dengan perkembangan yang terjadi di daerah tersebut. Dengan
dimungkinkannya perubahan ini, maka pelayaran perintis diharapkan mampu mendukung
program pengembangan daerah terpencil dan belum berkembang. Wilayah kepulauan
seringkali tertinggal dalam proses pembangunan tetapi tidak seharusnya letak geografis
mengganggu proses pembangunan. Apalagi suatu ironi jika kepulauan yang selama ini
banyak menyumbang untuk pendapatan daerah serta memiliki sumber daya alam yang
begitu melimpah, tidak bisa dioptimalkan oleh pemerintah daerah.
Disparitas antar wilayah juga diakibatkan oleh kebijakan pemerintah yang menekankan
pertumbuhan ekonomi dengan membangun pusat - pusat pertumbuhan sehingga menimbulkan
kesenjangan antar wilayah yang ekstrim. Selain itu akibat trickle down effect yang tidak terjadi
secara efektif dan justru backwash effect yang mengakibatkan eksplotasi sumberdaya secara
berlebihan dari wilayah hinterland.
DISPARITAS WILAYAH
Pertumbu
Aspek Infrastrukt
Ekonomi SDA han
Geografis Penduduk ur
Pembangunan
Struktur
infrastruktur di
Ketimpangan ekonomi Pengelolaan
wilayah Kalimantan
pembangunan masih Sumber Daya
Utara terkendala
di wilayah bertumpu Alam masih
dengan ketersediaan
Kalimantan pada sector belum Aglomerasi
anggaran.
Utara lebih primer yang optimal penduduk
Pembangunan jalan
dikarenakan sangat rentan Minimnya mendekati
pusat terkendala oleh
geografis terhadap industry
ekonomi medan yang sulit
wilayah yang penurunan pengolahan
produksi menyebabka Mayoritas Transportasi sungai
luas dan masih
dan laut yang tersedia
sulit dijangkau. Pusat n tidak ada penduduk
berada di saat ini masih belum
pertumbuhan nilai tambah
optimal dari segi
masih Minimnya pesisir dan
sepanjang pelayanan,
terpusat di infrastruktur
aliran dikarenakan biaya
Kota Tarakan penunjang
yang tinggi
Masih untuk sungai
Alur sungai di
didominasi distribusi hasil
beberapa titik
produk luar SDA
memerlukan
negeri
pengerukan untuk
(Malaysia)
memperlancar
pergerakan kapal
yakni menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi
dan berkepribadian dalam kebudayaan. Salah satu poin yang ada dalam “Nawacita”
tersebut adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Beberapa kegiatan yang menjadi fokus utama
dari program tersebut adalah :
Desentralisasi Asemetris;
Pemerataan pembangunan antar wilayah terutama desa, kawasan timur Indonesia, dan
kawasan perbatasan
Penataan daerah otonomi baru untuk kesejahteraan rakyat
Implementasi undang – undang desa.
Gagasan tol laut adalah upaya untuk mewujudkan Nawacita pertama yakni
memperkuat jati diri sebagai negara maritim dan Nawacita ketiga, yaitu membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka
negara kesatuan. Tol laut bertujuan untuk menegaskan kembali Indonesia sebagai negara
maritim. Tol laut yang dimaksud adalah membangun transportasi laut dengan kapal atau
sistem logistik kelautan, yang melayani tanpa henti dari Sabang hingga Merauke. Tujuannya
menggerakkan roda perekonomian secara efisien dan merata. Logikanya sederhana, jika
sistem logistik nasional kuat maka harga kebutuhan pokok menurun dan industri di daerah
meningkat karena biaya transportasi menurun sehingga rakyat dapat sejahtera dan
ekonomi di kawasan Timur Indonesia maju.
Sebagai negara kepulauan, tol laut memang menjadi andalan masyarakat di daerah-
daerah terpencil. Meskipun mempunyai komoditas yang berpotensi, namun karena tak ada
kapal yang melayari banyak potensi daerah-daerah tersebut yang tidak muncul ke
permukaan. Tol laut bakal memunculkan pusat-pusat pertumbuhan baru sebagai sebuah
multiplier effect. Transportasi laut berperan penting dalam dunia perdagangan internasional
maupun domestik. Vallega (2001) dalam perspektif geografis mengingatkan bahwa
tantangan globalisasi yang berkaitan dengan kelautan adalah transportasi laut, sistem
komunikasi, urbanisasi di wilayah pesisir, dan pariwisata bahari. Karena itu diperlukan
kebijakan kelautan (ocean policy) yang mengakomodasi transportasi laut di sebuah negeri
bahari.
Program lain nya adalah Gerai Maritim untuk kawasan perbatasan, seperti
Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau. Hal ini didasarkan pada ketidakseimbangan
perdagangan antara Nunukan dengan wilayah lain disebabkan rasio antara jumlah peti
kemas yang dibongkar lebih kecil dibandingkan dengan yang dimuat, sehingga
menyebabkan peningkatan biaya transportasi untuk setiap satuan berat atau volume
disebabkan karena muatan pada rute balik tidak mencapai skala ekonominya. Implementasi
Gerai Maritim dengan menggunakan kapal PT. Pelni dapat menjadi alternaltif solusi
terhadap pemenuhan barang kebutuhan pokok di perbatasan.