Anda di halaman 1dari 9

Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut

Propinsi Kalimantan Utara

BAB-5
Potensi dan Permasalahan

5.1 Potensi dan Permasalahan Perkembangan Wilayah

Secara geostrategis, Provinsi Kalimantan Utara merupakan open gates ke Malaysia


(Sabah), Philipina Selatan dan Brunei Darussalam. Secara geopolitik, Provinsi Kalimantan
Utara yang terletak di belahan utara Pulau Kalimantan dan berbatasan langsung dengan
Sabah-Malaysia, sangat berpotensi untuk menjaga kedaulatan dan martabat NKRI yang
termanifestasikan dalam gerak dan tindak semua lapisan masyarakat di wilayah Kalimantan
Utara terutama di daerah-daerah perbatasan dengan Malaysia.

Salah satu faktor penting sebagai penentu kelayakan peningkatan status wilayah
adalah potensi ekonomi. Wilayah perbatasan mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan, baik potensi sumber daya alam maupun potensi di bidang jasa,
perdagangan dan wisata. Sumber daya alam terdapat di Hutan Lindung dan Taman Nasional
Krayan Mentarang yang membentang di sepanjang wilayah perbatasan dengan potensi
pertambangan yang belum optimal pengelolaannya. Wilayah ini juga sangat potensial untuk
jasa dan perdagangan, terutama di kawasan Sebatik dan Nunukan yang letaknya sangat
strategis karena berbatasan dengan Malaysia dan Philipina. Potensi yang terdapat di
wilayah perbatasan antara lain adalah potensi hutan seluas 1.236.836 hektar di Kabupaten
Nunukan dan seluas 4.205.000 hektar di Kabupaten Malinau.

Secara umum, 2 potensi besar yang ada di wilayah Kalimantan Utara adalah
pertambangan dan pertanian. Dua-duanya memiliki sumbangsih yang sangat signifikan
terhadap pendapatan daerah. Sektor pertambangan tersebar di seluruh kabupaten dan
kota di Provinsi Kalimantan Utara dengan dominasi di Kabupaten Malinau dan Kabupaten
Nunukan. Sedangkan sektor pertanian terbesar berada di Kabupaten Tana Tidung.

LAPORAN AKHIR 5-1


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

`
Sumber: Buku Statistik Daerah Kalimantan Utara, 2016

Gambar 5-1 Diagram Struktur Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Provinsi


Kalimantan Utara

Perekonomian Provinsi Kalimantan Utara hingga saat ini masih sangat ditunjang
oleh sektor primer, yaitu sektor pertanian (termasuk sub sektor perkebunan, perikanan,
peternakan dan kehutanan) dan sektor pertambangan dan penggalian, terutama sektor
migas dan batubara. Di antara kedua sektor ini, sektor pertambangan dan penggalian
merupakan sektor yang lebih dominan. Namun, kedua sektor ini belum ditunjang oleh
sektor industri pengolahan. Ini ditunjukkan oleh kontribusi sektor industri pengolahan yang
sangat kecil.

Terwujudnya kedaulatan pangan merupakan salah satu cerminan kemandirian


ekonomi nasional. Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu stabilitas
ekonomi sehingga upaya pemenuhan kecukupan pangan menjadi kerangka pembangunan
yang mampu mendorong pembangunan sektor lainnya. Ketahanan pangan dibangun
atas tiga pilar utama, yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan
pangan. Kemandirian pangan akan mampu menjamin masyarakat memenuhi kebutuhan
pangan yang cukup, mutu yang layak, aman dan tanpa ketergantungan dari pihak luar.

LAPORAN AKHIR 5-2


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

PADI Minyak Bumi

(Padi, Jagung, Kedelai)

Pertambangan & Energi


112.201 TON 2.993.726
Barel

JAGUNG Batu Bara


“PAJALI”

1.032 TON 19.822.440


Ton

KEDELAI
Emas
2.239 TON
2.121.452 Gr

Gambar 5-2 Potensi Unggulan Propinsi Kalimantan Utara

Tercapainya kondisi ketahanan dan kemandirian pangan di Provinsi Kalimantan


Utara juga dipengaruhi adanya inovasi dan adopsi teknologi dalam pengembangan
usaha tani tanaman pangan, usaha tani hortikultura, usaha peternakan, dan usaha
perkebunan yang mampu memberikan dampak bagi peningkatan produksi dan
produktivitas petani dan peternak. Pemerintah daerah mendorong peningkatan jumlah
lahan pertanian dengan memfungsikan kembali lahan sawah untuk ditanam padi, jagung,
dan kedelai sesuai dengan musimnya. Ketersediaan lahan di Kalimantan Utara cukup luas
untuk dimanfaatkan dalam meningkatkan produksi tanaman pertanian dan kebutuhan
pangan lainnya. Untuk perluasan areal tanaman pangan sebagai upaya untuk
mewujudkan kemandirina pangan di Kalimantan Utara, luas lahan potensial untuk
pengembangan tanaman pangan masih tersedia dalam luasan yang cukup besar. Upaya
perluasan areal sawah sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan karena
kebutuhan produksi tanaman pangan khususnya padi terus meningkat sedangkan alih
fungsi lahan cukup luas setiap tahunnya.

Propinsi Kalimantan Utara memang memiliki potensi yang besar, namun dibalik itu
masih banyak terdapat permasalahan dalam pengembangan wilayah. Sebagai propinsi
termuda, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh pemerintah daerah
Kalimantan utara, khususnya di bidang infrastruktur dasar dan transportasi. Salah satu
penyebab terjadinya ketimpangan pembangunan wilayah adalah karena sistem transportasi

LAPORAN AKHIR 5-3


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

yang ada belum menjangkau seluruh wilayah. Distribusi barang masih belum merata,
sehingga harga barang menjadi tinggi. Beberapa permasalahan krusial yang terdapat di
Provinsi Kalimantan Utara terkait pengembangan wilayah antara lain :

1. Belum adanya sektor industri yang mengolah hasil pertambangan. Hasil tambang
hanya di eksploitasi lalu dikirim ke luar daerah. Nilai tambah yang diperoleh oleh daerah
akan lebih kecil dibandingkan apabila terjadi pengolahan lebih lanjut di wilayah yang
bersangkutan atau sekitarnya. Dampak lainnya adalah rendahnya penyerapan tenaga
kerja lokal.
2. terbatasnya jalur jalan darat yang belum dapat dikembangkan secara masif karena
terbatasnya jumlah penduduk sehingga pembukaan jalan darat akan menghadapi
kendala diseconomies of scale. Pengiriman lewat jalur sungai juga terkendala pasang
surut sungai serta kapasitas angkutan;
3. minimnya infrastruktur transportasi dan pasokan energi menyebabkan harga produk
olahan dan manufaktur cenderung mahal, terutama di daerah perdesaan. Sementara
daerah perbatasan lebih sering mendapat pasokan dari negara tetangga (malaysia)
karena biaya nya lebih murah.
4. Masih belum meratanya persebaran jaringan energi dan kelistrikan menjadi salah satu
permasalahan dalam pengembangan kawasan-kawasan di Provinsi Kalimantan Utara.

5.2 Potensi dan Permasalahan Konektivitas Wilayah


5.2.1 Potensi Permasalahan Jalur Distribusi Tarakan – Nunukan
Perbedaan yang mencolok antara Kota Tarakan dan Kabupaten Nunukan adalah
dalam perkembangan ekonomi wilayah serta infrastruktur penunjang. Potensi jalur
distribusi Tarakan – Nunukan sangat lah besar, mengingat peningkatan penduduk dan
kebutuhan penduduk di Kabupaten Nunukan meningkat setiap tahunnya. Kota Tarakan
sebagai kota transit menjadi tempat pemusatan distribusi barang dari luar wilayah
Kalimantan Utara. Selama ini, penduduk Kabupaten Nunukan banyak yang melakukan
perjalanan ke kota Tarakan untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari, baik partai
maupun eceran. Ketersediaan sarana prasarana perhubungan laut serta udara
mempermudah penduduk Kabupaten Nunukan untuk mobilisasi. Mengingat posisi
Kabupaten Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Pelayanan transportasi

LAPORAN AKHIR 5-4


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

laut melalui “speed boat” jurusan Tarakan-Nunukan dan sebaliknya diselenggarakan 7 kali
keberangkatan setiap hari. Sedangkan untuk jurusan Tarakan-Sei Nyamuk (Pulau Sebatik),
dilakukan dengan 2 kali setiap hari. Tarif pelayanan per sekali jalan baik dari Tarakan ke
Nunukan maupun ke Sei Nyamuk sebesar Rp. 200.000,- per sekali jalan.

Tabel 5-1
Operator Pelayanan rute Tarakan - Nunukan
JADWAL KEBERANGKATAN
NO NAMA SPEED BOAT
Tarakan-Nunukan Nunukan-Tarakan
1 Sa dena Expres s 07.15 13.30
2 Si na r Ba ru Expres s 2 08.15 15.00
3 Gunda l a Expres s 08.45 16.00
4 Mena ra Inda h Expres s 10.00 16.30
5 D-10 expres s 12.00 10.30
6 Tri Putri TD IV 13.00 10.00
7 Mi ns en Expres s 14.00 11.00

JADWAL KEBERANGKATAN
NO NAMA SPEED BOAT
Tarakan-Sei Nyamuk Sei Nyamuk-Tarakan
1 Tobar-08 Expres s 09.30 17.00
2 Si nar Baru Expres s - 1 13.30 12.00

Melihat konektivitas antar wilayah di Kalimantan Utara pada umumnya dan


Nunukan Khususnya, permasalahan utama ada pada tingginya biaya untuk pergerakan
orang dan barang sehingga produk olahan dan manufaktur menjadi mahal. Sementara
supply barang dari negara tetangga (malaysia) relatif lebih murah. Ini lah yang menjadi
persoalan utama dalam hal perwilayahan di Kalimantan utara. Sistem transportasi yang
memiliki peran besar dalam pemerataan pembangunan wilayah masih belum bisa berfungsi
optimal. Wilayah – wilayah perbatasan lebih ‘dimanja’ oleh negara tetangga. Jarak antara
Nunukan – Tawau (Malaysia) lebih dekat dibandingkan ke Tarakan. Hanya dengan waktu
tempuh 20-30 menit dan biaya yang relatif murah dibandingkan ke Tarakan.

Eksistensi komoditi asal Malaysia di daerha perbatasan, merupakan hasil bauran


(mix) antara sisi demand dan supply. Dari sisi supply, sebenarnya hampir semua jenis
produk Malaysia telah merambah pelosok Nunukan, dari pasar tradisional sampai toko
swalayan. Manajemen pelabuhan patut menjadi perhatian utama dalam kesenjangan
ketersediaan barang di Nunukan. Reformasi pelabuhan dapat menjadi bagian dari

LAPORAN AKHIR 5-5


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

upaya pengembangan pelabuhan dan pemecahan bagi berbagai masalah yang


disebabkan oleh kondisi pelabuhan-pelabuhan yang memprihatinkan, terutama yang
ada di Pulau Sebatik. Mengingat pelabuhan berkaitan erat dengan pelayaran,
inefisiensi pelabuhan dapat berdampak merugikan usaha pelayaran.
Ketergantungan Nunukan terhadap wilayah lain di Indonesia, terutama Sulawesi
Selatan (Makassar dan Pare-pare) dan Surabaya, sangat besar dengan pola pusat-pinggiran.
Sebagian besar bahan, khususnya kebutuhan pokok, sekunder, dan tersier, berasal dari luar
Nunukan, dengan Makassar sekitarnya (Pare-pare) dan Surabaya sebagai pemasok utama.
Dalam hal ini peran Makassar dan Pare-pare serta Surabaya tidak lepas dari posisi strategis
pelabuhan laut yang mereka miliki, yaitu Soekarno-Hatta (Makassar), pelabuhan
(penumpang) Nusantara dan pelabuhan (cargo) Cappa Ujung (Pare-pare) dan Tanjung
Perak (Surabaya) yang melayani berbagai rute perjalanan penumpang dan barang ke
wilayah Indonesia Timur dalam berbagai cara pengangkutan (peti kemas dan non-
petikemas).

5.2.2 Potensi Permasalahan Jalur Distribusi Tarakan – Tana Tidung – Malinau


Pelayanan transportasi laut melalui “speed boat” jurusan Tarakan-Malinau dan
sebaliknya diselenggarakan 10 kali keberangkatan setiap hari. Adapun tarif pelayanan per
sekali jalan per orang adalah sebesar Rp. 215.000,-. Sedangkan Pelayanan transportasi laut
melalui “speed boat” jurusan Tarakan-Tidung Pala dan sebaliknya diselenggarakan 9 kali
keberangkatan setiap hari. Adapun tarif pelayanan per sekali jalan per orang adalah sebesar
Rp. 180.000,-.

LAPORAN AKHIR 5-6


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Tabel 5-2
Operator Pelayanan rute Tarakan - Malinau
JADWAL KEBERANGKATAN
NO NAMA SPEED BOAT
Tarakan-Malinau Malinau-Tarakan
1 Ma l i na u Expres s III 07.30 15.30
2 Mena ra Ba ru Expres s 08.00 16.30
3 Ma l i na u Expres s IV 08.30 16.00
4 Mena ra Ba ru Expres s 09.00 17.00
5 Ha ra pa n Ba ru Expres s 10.00 15.00
6 Mena ra Ba ru Expres s 11.00 18.00
7 Mena ra Inda h Expres s II 12.00 10.30
8 Ma l i na u Expres s Juni or 13.00 11.00
9 Ma l i na u Expres s II 14.00 12.00
10 Mena ra Ba ru Expres s 14.30 13.00

Tabel 5-3
Operator Pelayanan rute Tarakan – Tana Tidung
JADWAL KEBERANGKATAN
NO NAMA SPEED BOAT
Tarakan-Tidung Pala Tidung Pala-Tarakan
1 Pres i di um Expres s 07.15 14.45
2 Gembi ra Expres s - II 08.15 15.30
3 Mi ns en Expres s 09.15 16.30
4 Mena ra Ba ru Expres s 10.15 18.00
5 Ti deng Pa l e Expres s 11.30 17.30
6 Ses a ya p Expres s 13.15 13.30
7 Ti deng Pa l e Ba ru Expres s 14.15 11.30
8 Pres i di um Expres s 15.15 13.15
9 Ha ra pa n Inda h Expres s 15.45 14.00

Sebagaimana Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung dan Malinau juga


menerima pasokan barang dari Tarakan melalui pergerakan penduduknya. Jarak yang jauh
dan minimnya keterlibatan pemerintah dalam penyelenggaraan transportasi laut menuju
wilayah pedalaman menyebabkan harga yang tinggi untuk distribusi barang. Kabupaten
Tana Tidung sebagai kabupaten termuda di Kalimantan Utara masih mengalami
perlambatan dalam perkembangan ekonomi. Distribusi barang dari Tarakan juga masih
terbatas. Sehingga kedepan, dalam program nasional Kabupaten Tana Tidung akan

LAPORAN AKHIR 5-7


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

direncanakan untuk dibangun Pelabuhan dagang skala nasional untuk mempercepat


pertumbuhan wilayah.
Selain mendapat pasokan barang dari Kota Tarakan, Kabupaten Malinau yang
memiliki pelabuhan bongkar muat barang Kelapis juga menerima pasokan barang dari
Makasar dan Surabaya. Wilayah pedalaman dan terutama perbatasan yang sebagian besar
terpencil dengan kendala fisik alam dan keterbatasan infrastruktur secara umum masih
tertinggal, antara lain akibat perbedaan harga jual berbagai produk yang dihasilkan. Di sisi
lain berbagai bahan kebutuhan pokok yang harus didatangkan ke wilayah
pedalaman/perbatasan selain seringkali sulit diperoleh kalaupun tersedia harganya
melambung tinggi di luar batas daya beli masyarakat setempat.

5.3 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Transportasi


Kalimantan Utara

Karakter Provinsi Kalimantan Utara adalah kawasan frontier. Sebagian wilayah


Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan merupakan kawasan Heart of Borneo yang
berfungsi lindung, dengan jumlah penduduk yang sedikit yang menyebar. Sebagian wilayah
Provinsi Kalimantan Utara merupakan kawasan pesisir, dimana kawasan perkotaan sudah
mengalami perkembangan dan menjadi pintu penghubung bagi luar wilayah provinsi. Selain
itu, Provinsi Kalimantan Utara juga berperan sebagai kawasan perbatasan Negara dengan
Malaysia (Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Malinau) maupun kawasan perbatasan laut
(Pulau Sebatik). Beberapa isu strategis sektor transportasi dalam menunjang
perkembangan wilayah antara lain :
1. Keterbatasan infrastruktur transportasi;
2. Biaya transportasi menjadi mahal, karena keterbatasan moda angkutan;
3. Waktu tempuh perjalanan cukup lama karena faktor jarak, hambatan fisik-geografis,
dan kesulitan sarana prasarana;
4. Penduduk tersebar tidak merata dan berada pada kondisi geografis yang tidak mudah;
5. Sarana dan prasarana untuk efektivitas dan efisiensi pergerakan orang dan barang
tetap dibutuhkan untuk supply logistik kawasan; dan
6. Kekurangan penduduk yang mampu untuk memanfaatkan potensi lokal.

LAPORAN AKHIR 5-8


Studi Perencanaan Master Plan Angkutan Laut
Propinsi Kalimantan Utara

Walaupun memiliki beberapa persoalan, kawasan frontier memiliki beberapa


potensi yang dapat dikembangkan, salah satunya sektor transportasi. Prediksi kedepan,
permintaan jasa transportasi, khususnya sungai dan laut akan meningkat. Seiring dengan
meningkatnya ekonomi wilayah dan program nasional Tol Laut. Kalimantan Utara yang
masuk dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II mempunyai potensi besar untuk
bersaing di dunia internasional. Tiap kabupaten di Kalimantan Utara juga telah memiliki
pelabuhan yang dapat didorong untuk berdaya saing internasional. Beberapa permasalahan
yang harus ditangani terlebih dahulu dalam bidang transportasi antara lain :

 Jaringan jalan nasional yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Timur dengan


Kabupaten Berau, perlu ditingkatkan;
 Ruas jalan nasional Tanjung Selor – Malinau – Tidung Pale, kondisinya masih
memprihatinkan, sehingga perlu ditingkatkan;
 Ruas jalan strategis nasional Malinau-Mensalong-Simpang Tiga Apas-Sei Manggaris-
Serudong (Batas Negara), kondisinya masih rusak parah;
 Terminal tipe B, sebagai simpul transportasi antar kabupaten/kota di wilayah Provinsi
Kalimantan Utara tidak berfungsi;
 Hampir seluruh moda transportasi yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Utara,
seolah berjalan sendiri-sendiri. Artinya belum adanya integrasi dan keterpaduan antar
moda transportasi yang baik, sehingga biaya untuk pindah moda menjadi mahal yang
berimplikasi pada harga komoditi barang.
 Belum terdapat badan layanan umum (BLU) atau badan usaha milik daerah (BUMD)
yang secara khusus menangani pelayanan transportasi di daerah;
 Belum semuanya bandara yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Utara termasuk
dalam Tatanan Kebandarudaraan Nasional
 Bandara Tanjung Harapan, RA Bessing, dan Nunukan, sudah kurang optimal dalam
melakukan pelayanan karena semakin meningkatnya demand.

LAPORAN AKHIR 5-9

Anda mungkin juga menyukai