Anda di halaman 1dari 4

Rangkuman Paper Penggunaan Hidrolik Model Fisik Redesain Bendung Simongan

Penulis paper : Niko Suhendra, Didik Kuswadi, dan Kelik Istanto

Abdan Malaka / 15816006

LATAR BELAKANG

Banjir merupakan masalah yang terus menerus muncul, salah satu kota yang sering terkena bencana
banjir adalah kota Semarang. Untuk menanggulangi masalah banjir ini, pemerintah membangun
bendung Simongan pada Sungai Kali Garang ditahun 1870-an. Namun bendung ini rusak dan harus
direnovasi pada tahun 1976.

Model fisik digunakan untuk membantu mensimulasikan perilaku hidraulik pada prototip bangunan
air (bendung pelimpah). Uji model hidraulik fisik dapat memberikan banyak kemungkinan
penanggunalangan masalah hidraulik sebagai masukan untuk perubahan atau perbaikan terhadap
konstruksi bangunan air yang akan dilaksanakan.

TUJUAN PENELITIAN

1. Menentukan skala model dan meter taraf pada sebagai debit prototype
2. Melakukan uji kalibrasi model fisik bendung

METODE PELAKSANAAN

Tempat dan Waktu

Dilakukan di Laboratorium Balai Bangunan Hidrolik dan Geoteknik Keairan (BHGK),


Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Kementrian Pekerjaan Umum
Bandung, Februari hingga Agustus 2011

Tahapan Pelaksanaan

Dimulai dari pengumpulan data, instalasi software, penentuan skala model,


pembuatan model bendung, penentuan meteran taraf, uji kalibrasi model.
Pembuatan Model Fisik Bendung

Terbagi menjadi 5 tahapan. Seri 0 dan 1 merupakan proses pembuatan model fisik
bendungan sesua dengha kondisi desain rencana. Seri 2 dan 3 merupakan tahapan
perbaikan berdasarkan hasil uji coba bendungan. Seri 4 menghasilkan model fisik bendungan
dengan beberapa perubahan dalam rangka penyempurnaan desain rencana.

Penentuan Meteran Taraf

Meteran taraf berfungsi sebagai pengatur tinggi muka air alat ukur Thomson dan
muka air hilir. Penentuan meteran taraf dimulai dengan menghitung debit rencana yang
digunakan dalam uji kalibrasi model.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Skala Model


Skala model yang digunakan dalam pembuatan model fisik Bendung Simongan
adalah 1:40, berdasarkan skala tersebut, maka skala kecepatan, skala profl aliran, dan skala
Thomson adalah ;

Pembuatan Model Fisik Bendung

Pelaksanaan dari seri 0, seri 1, seri 2, seri 3, dan seri 4. Pada seri 0, model fisik dibuat
sesuai dengan existing design atau desain rencana. Perubahan pada seri 1 meliputi bagian
sebelah kiri hulu bendung bagian lengkung yang r awalnya 5 m diubah menjadi 7,5 m. Seri 2
merupakan seri penyempurnaan dari seri 1, aitu menyempurnakan situasi bawah mercu
Bendung Simongan degan membuat lengkungan r = 0,5 m pada bagian kanan hilir. Seri 3
merupakan penyempurnaan kolam olakan di bangunan terjunan, sekaligus melakukan
penstabilan arus dibagian hilir dengan penambahan elevasi pada dua gundukan yang
berbentuk pulau dibagian kiri dan tengah hilir bendung. Seri 4 adalah penyelesaian dari seri
3, yaitu rangkaian pembuatan pulau-pulau beton dengan elevasi terbaru.

Penentuan Meteran Taraf (MT)

Debit prototype yang digunakan dalam studi penyempurnaan desain hidrolik model
fisik Bendung Simongan adalah 200, 500, 700, dan 850 m3/s.

Hasil perhitungan tinggi elevasi muka air hilir pada berbagai debit prototype adalah :

Uji Kalibrasi Model

Meliputi profil aliran, kecepatan aliran dan arah aliran.

Profil aliran pada seri ketiga menunjukkan muka air di hulu mengalami penurunan,
namun dihilir mengalami kenaikan, hal ini menyebabkan bencana banjir sering melanda
pada model seri 3. Oleh karna itu dilakukan penyempurnaan model agar elevasi muka air
hilir berhurang dan tidak menyebabkan banjir. Pada model seri 4, menunjukkan penurunan
pada daerah hilir, karna itu seri 4 merupakan tahap terakhir dari pembuatan model fisik
Bendung Simongan.
Uji Kalibrasi Kecepatan Aliran

Seri 1 : aliran bagian hilir terlalu deras

Seri 2 : aliran hilir sebelah kanan masih terlalu deras

Seri 3 : aliran hilir bertambah deras

Seri 4 : Kecepatan arus hilir mengalami penurunan

Uji Kalibrasi Arah Aliran

Seri 1 : arah aliran terlalu condong ke kiri sungai (mengganggu keberadaan


jembatan)

Seri 2 : arah aliran bagian tengah bergerak menuju ke kanan hilir sungai (mengarah
ke satu titik)

Seri 3 : arah aliran menuju bagian kiri sungai (mengganggu keberadaan jembatan)

Seri 4 : arah aliran langsung mengarah ke bangunan yang terletak dibagian tengah
hilir bendung (aliran dari terjunan memecah dan membuat pusaran, namun tidak
membahayakan bangunan hidrolik yang ada)

Anda mungkin juga menyukai