Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diibaratkan sebagai
mata pelajaran yang dianggap terlalu banyak menghafal dan terlalu banyak
membaca. Sehingga banyak siswa yang merasa jenuh dengan mata pelajaran
ini. Kondisi tersebut sering di perparah oleh keadaan bahwa siswa merasa
kurang tertarik, menggangap mudah, dan mengganggap pelajaran yang
menjemuhkan.
Keberadaan mata pelajaran PKn sering dianggap kurang bermanfaat
bagi siswa. Sejak mata pelajaran PKn tidak termasuk mata pelajaran yang di
ujikan dalam Ujian Akhir Nasional, maka semakin dianggap tidak berarti bagi
siswa. Dan lebih ironis lagi semua pihak juga kurang memperhatikan baik
dari lingkungan sekolah, guru dan siswa.
Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan
mendasar yang harus di pahami, didasari dan dikembangkan oleh setiap guru
dalam proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang mempengaruhi
ketidakaktifan murid pada saat proses belajar berlangsung antara lain :
a. Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran
b. Kurangnya konsentrasi dalam belajar
c. Kurangnya rasa percaya diri
d. Guru kurang persiapan dan tidak menguasai materi pelajaran
e. Guru cenderung menggunakan satu metode saja, sehingga siswa merasa
bosan
f. Siswa takut untuk bertanya tentang sesuatu yang belum dimengerti atau
mengemukakan gagasannya
Beberapa hal tersebut diatas dapat mempengaruhi aktivitas belajar
siswa yang pada gilirannya dapat menyebabkan rendahnya prestasi belajar
yang diperoleh sehingga tidak mencapai hasil yang diinginkan oleh seorang
guru.
Hamalik (1992:173) menyebutkan tentang motivasi bahwa “Suatu
masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan,
mempertahankan, dan mengontrol minat-minat”. Minat belajar anak harus
dapat ditumbuhkan dalam setiap proses belajar mengajar. Minat belajar yang
tinggi akan sangat berpengaruh terhadap peran serta atau aktifitas anak dalam
mengikuti kegiatan belajar dan mengontrol minat belajar menjadi bagian yang
sangat penting dalam proses belajar mengajar. Proses membangkitkan minat
belajar, dan mengontrol minat belajar menjadi bagian yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar. Jadi tanpa motivasi belajar yang memadai,
sangat sulit bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran untuk dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang kurang aktif maka
seorang guru harus memberikan suatu pendekatan khusus yakni dengan
memberikan suatu penguatan. Pemberian penguatan (reinforcement)
merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat
mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku. Dengan pemberian
penguatan siswa akan lebih bermotivasi dalam belajar dan dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.
1.1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan di MI Abdussalam
Bangil, pada pelajaran PKn terlihat siswa tidak semangat, merasa bingung,
tidak aktif dan hanya menjadi pendengar yang pasif. Hal ini dikarenakan
metode yang dilakukan guru kurang bervariasi dan cenderung monoton.
Sehingga hasil yang dicapai siswa tidak mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
Maka dari itu kita sebagai harus memahami benar tentang tujuan
pengajaran, secara khusus memilih dan menentukan metode sesuai dengan
tujuan hendak dicapai, memahami bahan pelajaran sebaik mungkin. Setiap
mengajar, guru perlu melaksanakan hal-hal yang bersifat rutin, bertanya
kepada siswa, menerangkan pelajaran dengan suara yang baik dan mudah
ditangkap serta guru sendiri dapat memahami pertanyaan-pertanyaan atau
pendapat siswanya kemudian guru pun bisa memberi penguatan kepada
siswanya dengan tujuan supaya lebih meningkatkan motivasi siswanya.
1.1.2 Analisis Masalah
Dalam pembelajaran PKn, sebaiknya siswa lebih aktif untuk belajar
dan termotivasi dalam pembelajaran. Dengan keaktifan dan termotivasinya
siswa dalam pembelajaran PKn, siswa memperoleh konsep atau pemahaman
mengenai pembelajaran PKn melalui pembelajaran yang menyenangkan. Jika
dalam pembelajaran PKn tersebut diperlukan motivator maka sebaiknya guru
harus menjadi motivator yang baik dalam pembelajaran.
Oleh karena itu model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning merupakan model pembelajaran yang cocok dalam mengatasi
permasalahan yang dialami siswa MI Abdussalam Bangil dalam pembelajaran
PKn.
1.1.3 Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan uraian masalah di atas, perlu dilakukan alternatif
tindakan masalah agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada masalah
yang akan diteliti yaitu penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning. Oleh karena itu masalah penelitian ini diprioritaskan pada
Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar PKn pada materi Kebhinekaan
Indonesia melalui Model Contextual Teaching and Learning pada siswa kelas
III di MI Abdussalam Bangil Tahun Pelajaran 2018/2019.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian tindakan kelas dibuat karena muncul masalah dalam sebuah
pembelajaran. Adapun permasalahan yang muncul pada saat peneliti
melakukan pembelajaran yakni :
a. Bagaimana penerapan pembelajaran PKn dengan menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa?
b. Bagaimana pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar
siswa?
1.3 Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan peneliti
tindakan kelas ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui, apakah pembelajaran PKn dengan menggunakan
metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik.
2. Untuk mengetahui, apakah pembelajaran PKn dengan menggunakan
metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
1.4 Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.4.1 Siswa :
a. Meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa dalam pelajaran
PKn
b. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran PKn baik mental maupun fisik
c. Siswa termotivasi untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
d. Pengetahun yang telah diperoleh siswa akan
mempunyai daya tahan ingatan yang baik dan lama

e. Membuat siswa merasa senang dan tidak bosan ketika belajar PKn

f. Mendorong siswa aktif dan mampu berkreatifitas dalam belajar serta


merasa senang dalam proses pembelajaran.
1.4.2 Guru
a. Bagi guru, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi untuk
meningkatkan hasil belajar PKn dengan menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning.
b. Sebagai landasan bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran
yang lebih menyenangkan dan menimbulkan kereatifitas serta
motivasi belajar siswa.
c. Guru dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya sehingga
akan menimbulkan rasa puas karena telah melakukan sesuatu untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
d. Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan
ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran.
1.4.3 Sekolah
a. Diharapkan dapat membantu proses pembelajaran di Sekolah Dasar
yang mencapai kebermaknaan.
b. Dapat menjadi bahan pertimbangan dan mendorong bagi para guru
agar lebih fokus, berperan aktif, dan professional dalam
menyelenggarakan serta memperhatikan proses belajar siswa di
sekolah, hingga siswa termotivasi belajar.
1.4.4 Peneliti
Sebagai bahan masukan dalam menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning,
serta dapat lebih mengembangkan potensinya dalam proses belajar
mengajar.
.

Anda mungkin juga menyukai