Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diibaratkan sebagai mata pelajaran yang dianggap terlalu banyak menghafal dan terlalu banyak membaca. Sehingga banyak siswa yang merasa jenuh dengan mata pelajaran ini. Kondisi tersebut sering di perparah oleh keadaan bahwa siswa merasa kurang tertarik, menggangap mudah, dan mengganggap pelajaran yang menjemuhkan. Keberadaan mata pelajaran PKn sering dianggap kurang bermanfaat bagi siswa. Sejak mata pelajaran PKn tidak termasuk mata pelajaran yang di ujikan dalam Ujian Akhir Nasional, maka semakin dianggap tidak berarti bagi siswa. Dan lebih ironis lagi semua pihak juga kurang memperhatikan baik dari lingkungan sekolah, guru dan siswa. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus di pahami, didasari dan dikembangkan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang mempengaruhi ketidakaktifan murid pada saat proses belajar berlangsung antara lain : a. Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran b. Kurangnya konsentrasi dalam belajar c. Kurangnya rasa percaya diri d. Guru kurang persiapan dan tidak menguasai materi pelajaran e. Guru cenderung menggunakan satu metode saja, sehingga siswa merasa bosan f. Siswa takut untuk bertanya tentang sesuatu yang belum dimengerti atau mengemukakan gagasannya Beberapa hal tersebut diatas dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa yang pada gilirannya dapat menyebabkan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh sehingga tidak mencapai hasil yang diinginkan oleh seorang guru. Hamalik (1992:173) menyebutkan tentang motivasi bahwa “Suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat”. Minat belajar anak harus dapat ditumbuhkan dalam setiap proses belajar mengajar. Minat belajar yang tinggi akan sangat berpengaruh terhadap peran serta atau aktifitas anak dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengontrol minat belajar menjadi bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Proses membangkitkan minat belajar, dan mengontrol minat belajar menjadi bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Jadi tanpa motivasi belajar yang memadai, sangat sulit bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang kurang aktif maka seorang guru harus memberikan suatu pendekatan khusus yakni dengan memberikan suatu penguatan. Pemberian penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku. Dengan pemberian penguatan siswa akan lebih bermotivasi dalam belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1.1.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan di MI Abdussalam Bangil, pada pelajaran PKn terlihat siswa tidak semangat, merasa bingung, tidak aktif dan hanya menjadi pendengar yang pasif. Hal ini dikarenakan metode yang dilakukan guru kurang bervariasi dan cenderung monoton. Sehingga hasil yang dicapai siswa tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Maka dari itu kita sebagai harus memahami benar tentang tujuan pengajaran, secara khusus memilih dan menentukan metode sesuai dengan tujuan hendak dicapai, memahami bahan pelajaran sebaik mungkin. Setiap mengajar, guru perlu melaksanakan hal-hal yang bersifat rutin, bertanya kepada siswa, menerangkan pelajaran dengan suara yang baik dan mudah ditangkap serta guru sendiri dapat memahami pertanyaan-pertanyaan atau pendapat siswanya kemudian guru pun bisa memberi penguatan kepada siswanya dengan tujuan supaya lebih meningkatkan motivasi siswanya. 1.1.2 Analisis Masalah Dalam pembelajaran PKn, sebaiknya siswa lebih aktif untuk belajar dan termotivasi dalam pembelajaran. Dengan keaktifan dan termotivasinya siswa dalam pembelajaran PKn, siswa memperoleh konsep atau pemahaman mengenai pembelajaran PKn melalui pembelajaran yang menyenangkan. Jika dalam pembelajaran PKn tersebut diperlukan motivator maka sebaiknya guru harus menjadi motivator yang baik dalam pembelajaran. Oleh karena itu model pembelajaran Contextual Teaching and Learning merupakan model pembelajaran yang cocok dalam mengatasi permasalahan yang dialami siswa MI Abdussalam Bangil dalam pembelajaran PKn. 1.1.3 Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah Berdasarkan uraian masalah di atas, perlu dilakukan alternatif tindakan masalah agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada masalah yang akan diteliti yaitu penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Oleh karena itu masalah penelitian ini diprioritaskan pada Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar PKn pada materi Kebhinekaan Indonesia melalui Model Contextual Teaching and Learning pada siswa kelas III di MI Abdussalam Bangil Tahun Pelajaran 2018/2019. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian tindakan kelas dibuat karena muncul masalah dalam sebuah pembelajaran. Adapun permasalahan yang muncul pada saat peneliti melakukan pembelajaran yakni : a. Bagaimana penerapan pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa? b. Bagaimana pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa? 1.3 Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran Dari rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan peneliti tindakan kelas ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui, apakah pembelajaran PKn dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. 2. Untuk mengetahui, apakah pembelajaran PKn dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. 1.4 Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Siswa : a. Meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn b. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran PKn baik mental maupun fisik c. Siswa termotivasi untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. d. Pengetahun yang telah diperoleh siswa akan mempunyai daya tahan ingatan yang baik dan lama
e. Membuat siswa merasa senang dan tidak bosan ketika belajar PKn
f. Mendorong siswa aktif dan mampu berkreatifitas dalam belajar serta
merasa senang dalam proses pembelajaran. 1.4.2 Guru a. Bagi guru, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi untuk meningkatkan hasil belajar PKn dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. b. Sebagai landasan bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menimbulkan kereatifitas serta motivasi belajar siswa. c. Guru dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya sehingga akan menimbulkan rasa puas karena telah melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. d. Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran. 1.4.3 Sekolah a. Diharapkan dapat membantu proses pembelajaran di Sekolah Dasar yang mencapai kebermaknaan. b. Dapat menjadi bahan pertimbangan dan mendorong bagi para guru agar lebih fokus, berperan aktif, dan professional dalam menyelenggarakan serta memperhatikan proses belajar siswa di sekolah, hingga siswa termotivasi belajar. 1.4.4 Peneliti Sebagai bahan masukan dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning, serta dapat lebih mengembangkan potensinya dalam proses belajar mengajar. .