Anda di halaman 1dari 7

Rooming in

Dalam melaksanakan rawat gabung, dapat muncul masalah atau kekhawatiran


baik di pihak petugas maupun di pihak ibu dan keluarganya. Masalah dan
kekhawatiran yang tidak segera diatasi dapat menimbulkan pertentangan antara
ibu atau keluarganya dengan petugas, atau antar petugas sendiri dan pada
akhirnya akan menimbulkan resistensi dari petugas untuk melanjutkan
pelaksanaan rawat gabung. Karenanya hal-hal ini harus segera dikenali dan
diatasi. Masalah atau kekhawatiran yang sering timbul adalah:

1. Masalah:
Sulit memantau kondisi bayi yang menjalani rawat gabung. Cukup satu
petugas untuk memantau semua bayi bila dirawat di ruang bayi sehat.
Cara mengatasi:
Yakinkan petugas bahwa bayi akan lebih baik dekat dengan
ibunya, dengan adanya keuntungan tambahan berupa kenyamanan,
kehangatan dan dapat menyusu on demand. Bedding-in (bayi seranjang
dengan ibu), bila sesuai dengan budaya setempat, memberikan situasi
terbaik untuk memperoleh semua keuntungan tadi dan menghilangkan
kebutuhan untuk membeli ranjang bayi. Bila ada masalah pada bayi yang
menjalani rawat gabung atau seranjang dengan ibu, maka ibu dapat segera
memberitahu petugas. Tekankan bahwa tidak diperlukan pengawasan 24
jam. Yang diperlukan hanya pemeriksaan berkala dan kesiapan petugas
menanggapi kebutuhan ibu pada saat dibutuhkan.
2. Masalah:
Ibu perlu istirahat setelah melahirkan, terutama di malam hari, dan bayi
harus minum. Terutama setelah operasi sesar, ibu perlu waktu untuk
pemulihan. Pada saat tersebut bayi
harus diberi pengganti ASI.
Cara mengatasi:
Ajak para petugas untuk meyakinkan ibu bahwa dengan rawat gabung ibu
memberikan yang terbaik untuk bayinya, tidak perlu banyak kerja
tambahan, dan bahwa para petugas siap membantu bila dibutuhkan.
Ajak para petugas untuk membahas dengan ibu bahwa semakin lama bayi
bersama ibu semakin baik mereka akan mengenal mana yang normal dan
mana yang abnormal, dan bagaimana memberikan perawatan yang baik.
Lebih baik berlatih mengurus bayinya saat masih di rumah sakit, karena
banyak petugas yang dapat menolong.
Beri pengertian pada petugas bahwa setelah menyusui dengan baik, ibu
dapat tidur lebih nyenyak bila bayinya bersamanya.
Pastikan bahwa petugas tahu bagaimana menolong ibu yang menjalani
bedah sesar untuk memilih tehnik dan posisi menyusui yang nyaman dan
efektif.
Bila operasi Caesar memakai anestesi regional atau lokal, menyusui dini
kurang menjadi masalah. Walaupun begitu, ibu yang mendapat anestesi
umum pun dapat segera menyusui begitu ibu sadar, bila petugas
mendukung ibu.
3. Masalah:
Tingkat kejadian infeksi lebih tinggi bila ibu dan bayi bersama-sama,
daripada bila bayi di ruang bayi sehat.
Cara mengatasi:
Tekankan bahwa bahaya infeksi lebih sedikit bila bayi bersama ibu
daripada bila di ruang rawat bayi sehat dan terpapar pada lebih banyak
petugas.
Sediakan data untuk petugas yang memperlihatkan bahwa dengan rawat
gabung dan menyusui tingkat infeksi lebih rendah, misalnya diare, sepsis
neonatus, otitis media dan meningitis.
4. Masalah:
Bila pengunjung diperbolehkan memasuki ruang rawat gabung, bahaya
infeksi dan kontaminasi akan meningkat. Sebagian ibu merasa perlu
menerima tamu, dan dapat mengurusi bayinya nanti setelah pulang dari
rumah sakit.
Cara mengatasi:
Tekankan bahwa bayi mendapat kekebalan dari kolostrum terhadap
infeksi, dan penelitian-penelitian memperlihatkan bahwa infeksi lebih
sedikit terjadi di bangsal rawat gabung daripada di ruang bayi sehat.
Untuk membantu ibu merawat bayinya sebaik mungkin, batas jam
berkunjung, jumlah pengunjung, dan larang merokok.
5. Masalah :
Ruang rawat terlalu kecil
Cara mengatasi:
Tidak perlu mengadakan ranjang bayi. Bedding-in tidak memerlukan
ruang tambahan.
6. Masalah :
Bayi bisa jatuh dari tempat tidur ibu
Cara mengatasi:
Tekankan bahwa bayi baru lahir tidak bergerak. Bila ibu masih khawatir,
atur tempat tidur agar berada dekat dinding, atau bila budaya setempat
memungkinkan, rapatkan dua tempat tidur agar dua ibu dapat menaruh
bayi-bayi mereka di tengah.
7. Masalah :
Rawat gabung penuh sulit dilakukan karena ada prosedurprosedur
yang harus dilakukan pada bayi di luar ruang rawat ibu.
Cara mengatasi:
Pelajari betul-betul prosedur-prosedur ini. Beberapa prosedur mungkin
tidak perlu (misalnya menimbang bayi sebelum dan sesudah menyusu).
Prosedur lain dapat dilakukan di kamar ibu.Ulas keuntungan bagi ibu dan
waktu yang dapat dihemat dokter bila dokter memeriksa bayi di hadapan
ibu.
8. Masalah :
Pasien-pasien di ruangan privat merasa punya hak untuk menaruh bayinya
di ruang bayi sehat dan memberi bayinya pengganti ASI, dan
mengharapkan bantuan dari petugas perawat bayi.
Cara mengatasi:
Apa pun yang terbaik untuk pasien umum tentu juga baik untuk pasien
privat.
Pertimbangkan untuk melakukan pilot-project untuk menguji rawat
gabung di kamar privat sebagaimana di bangsal umum.
9. Masalah:
Beberapa rumah sakit swasta mendapat pemasukan dari pemakaian ruang
rawat bayi sehat dan karenanya enggan menutup unit ini.
Cara mengatasi:
Perhitungkan biaya yang dapat dihemat dari rawat gabung karena
berkurangnya pemakaian pengganti ASI, berkurangnya jumlah petugas
yang dibutuhkan untuk menyiapkan botol dan mengurus ruang bayi sehat,
berkurangnya bayi yang menjadi sakit, dsb.
Pertimbangkan untuk tetap menarik biaya dari perawatan bayi di ruang
rawat gabung.
10. Masalah:
Bayi lebih mudah diculik bila dirawat gabung daripada bila dirawat di
ruang rawat bayi sehat.
Cara mengatasi:
Wajibkan petugas untuk memberitahu ibu agar meminta tolong orang lain
(ibu lain, anggota keluarga, petugas) untuk mengawasi bayinya bila ibu
keluar ruangan.
Ibu perlu tahu bahwa tidak ada alasan untuk memindahkan bayi tanpa
sepengetahuan ibu.

Kebijakan rumah sakit

Pada umumnya, rumah sakit yang belum mengadakan rawat gabung akan merasa
khawatir bila akan memulai program rawat gabung di sarananya. Berbagai
penolakan biasanya akan muncul baik dari para petugas rumah sakit, baik medis
maupun non medis, maupun dari para ibu dan anggota keluarganya. Semua
masalah yang timbul sebaiknya segera diidentifikasi dan dicari pemecahannya
agar tidak berlarut-larut yang pada akhirnya akan makin membuat para petugas
enggan melanjutkan program ini. Umumnya masalah dapat diatasi bila ada
komitmen yang kuat di pihak pengelola rumah sakit dan para petugas pelaksana di
ruangan. Perlu diadakan pelatihan tenaga kesehatan, pendampingan dan evaluasi
berkala terhadap program yang berjalan.

Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian utama dari pelayanan


kesehatan yang diberikan kepada klien. Perawat memenuhi jumlah tenaga
kesehatan terbesar di rumah sakit yaitu mencapai 60-65% dari jumlah seluruh
pegawai yang ada. Tenaga keperawatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan
senantiasa memberikan pelayanan secara kontiyu dan konsisten selama 24 jam.
Hal ini harusnya menjadi perhatian yang besar bagi stakeholder,pimpinan rumah
sakit dan manajer keperawatan, mengingat profesi perawat dan peran mereka
dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Banyak keluhan yang diterima oleh pihak rumah sakit tentang ketidakpuasan dari
pasien dan keluarga pasien terhadap pelayanan keperawatan, seperti perawat yang
kurang optimal dalam melakukan asuhan keperawatan, lamanya respon perawat
terhadap bel pasien, ketidaktepatan waktu pemberian obat-obatan dan pemberian
suntikan. Hal ini akan berdampak terhadap ketidakpuasan pelanggan. Perawat
memiliki kontribusi yang unik terhadap kepuasan pasien dan keluraganya (Long
& Green, 1994).

Disisi lain tak jarang manajer keperawatan juga menerima keluhan dari perawat
terhadap meningkatnya beban kerja tambahan non keperawatan yang dilakukan
seperti mengisi kelengkapan alat kesehatan, melengkapi administrasi kepulangan
pasien, pengiriman resep dan pengambilan obat atau alat kesehatan ke farmasi,
pengiriman pasien ke radiologi dan laboratorium, ditambah lagi menemani dokter
kunjungan kepada pasien dan masih banyak lagi lainnnya. Semua itu notabene
bukan merupakan tugas utama perawat, yang mau tidak mau masih menjadi tugas
yang dibebankan kepada perawat di rumah sakit. Hal ini berdampak terabaikannya
tugas utama keperawatan sehingga kinerja perawat menjadi tidak optimal. Namun
seringkali permintaan penambahan tenaga keperawatan yang diajukan ke
pimpinan rumah sakit tidak disetujui karena tidak disertai data-data yang akurat
dan rasional. Implikasinya bagi manajer keperawatan mengajukan pengusulan
kekurangan tenaga perawat dengan menyajikan data-data terkait tugas utama
perawat yang sering diabaikan dan tugas perawat non keperawatan yang menjadi
beban kerja tambahan bagi perawat di rumah sakit.

Apa saja tugas utama perawat yang sering tidak dikerjakan?

Tiga belas tugas keperawatan yang diperlukan namun paling sering tidak
dikerjakan yang berhasil diidentifikasi antara lain: pengawasan/kontrol pasien,
perawatan hygiene, oral hygiene, manajemen nyeri, memberikan
rasanyaman/berbicara dengan pasien, mendidik pasien dan keluarga, perawatan
dan prosedur, pengelolaan obat-obatan tepat waktu, menyiapkan pasien dan
keluarga untuk discharge (discharge planning, liaisonpenghubung dengan multi-
profesional tim dan keluarga), pendokumentasian asuhan keperawatan yang
adekuat, mengembangkan atau memperbarui rencana asuhan keperawatan/care
pathways, rencana perawatan dan mengubah posisi pasien secara berkala
(Sermeus et al. 2011).

Berdasarkan hasil penelitian, tugas keperawatan yang tidak diselesaikan,


contohnya pengkajian pasien, pengembangan rencana perawatan dan pelaksanaan
asuhan keperawatan yang diperlukan untuk perawatan pasien bahwa perawat
profesional tidak dapat menyelesaikan sepenuhnya selama shift kerjanya karena
kendala waktu atau sumber daya (Scott et al. 2012). Penelitian di Afrika Selatan,
menemukan bahwa 46,3% dari waktu perawat profesional dihabiskan untuk tugas-
tugas non-keperawatan dalam sembilan jam shift(N, Coetzee, & Klopper, 2015).

Apa saja tugas non keperawatan yang paling sering menyita waktu perawat?

Tugas-tugas non-keperawatan secara umum dapat dibagi menjadi sembilan


kategori: memberikan dan mengambil nampan makanan; merapikan ruang rawat;
mengangkut pasien; memesan peralatan/persediaan logistik ruangan; mengambil
peralatan/persediaan yang dipesan; mengatur rujukan dan transportasi
(administrasi rutin); phlebotomies rutin; mengisi waktu untuk layanan non-
keperawatan dan tugas administrasi (Van Tonder 1988, Aiken et al. 2001,
Bruyneel et al. 2012). Hasil penelitian, tiga tugas utama non-keperawatan yang
dilakukan adalah tugas administrasi, mengatur/mengarahkan rujukan dan
transportasi pasien, sedangkan tugas utama keperawatan yang terabaikan oleh
perawat adalah memberikan rasa nyaman/bicara dengan pasien, mendidik pasien
dan keluarga dan mengembangkan/memperbaharui rencana asuhan keperawatan
(N, Coetzee, & Klopper, 2015).

Meningkatnya beban kerja perawat nonkeperawatan ini merupakan salah satu


penyebab terabaikannya tugas-tugas utama perawat yang berorientasi pasien.
Berkurangnya waktu perawat untuk melakukan interaksi dengan pasien dan
melakukan asuhan keperawatan.

Dari fenomena diatas, dilakukan penelitian dengan menyediakan tenaga asisten


keperawatan di unit rumah sakit, hasil yang di peroleh didapatkan adanya
perbedaan secara signifikan terhadap ketepatan waktu perawatan, efektifitas
perencanaan asuhan keperawatan dan respon terhadap keluhan pasien (Roche,
Duffield, Friedman, Dimitrelis, & Rowbotham, 2015). Hasil penelitian diatas
dapat dijadikan salah satu solusi terhadap permasalahan yang terjadi di rumah
sakit terkait beban kerja perawat non keperawatan. Hal ini menjadi penting
mengingat dampak yang di timbulkan akibat meningkatnya beban kerja perawat
memiliki keterkaitan dengan keselamatan pasien (patient safety), kepuasan
pelanggan, kinerja perawat dan kepuasan perawat itu sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi belum optimalnya kinerja perawat salah satunya adalah tingginya
beban kerja perawat. Berdasarkan penelitian ada hubungan yang bermakna antara
beban kerja perawat dengan keselamatan pasien (Prawitasari, 2009). Selain itu
dampak lainnya yang mungkin timbul akibat meningkatnya beban kerja adalah
kelelahan kerja. Kelelahan kerja memeberi kontribusi 50% terhadap terjadinya
kecelakaan kerja (Setyawati, 2007). Oleh karena itu perlu dikaji ulang permasalah
beban kerja perawat sehingga tidak menimbulkan masalah keselamatan pasien dan
keselamatan pegawai. Perawat yang memiliki tingkat kelelahan yang tinggi tidak
puas dengan pekerjaan mereka (Zhou et al., 2015). Perawat yang tidak puas dapat
mempengaruhi kinerja perawat tersebut (Vroom, 1960; Strauss, 1968). Kinerja
perawat berhubungan dengan mutu pelayanan keperawatan (Nurhidayat, A, et al,
2015) dan pelayanan keperawatan berpengaruh terhadap kepuasan pasien (
Valentine, 1997). Kepuasan pasien di sini di pengaruhi oleh kualitas pelayanan
yang di berikan oleh perawat dan perilaku perawat selama memberikan pelayanan
keperawatan..

Isu Strategis

Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap rumah sakit untuk menjamin


pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas dan aman bagi pasien serta
tuntutan dari profesi perawat tentang beban kerja mereka yang tidak proporsional
membutuhkan perhatian stakeholder pelayanan kesehatan, untuk dianalisis dan
dicarikan solusinya mengingat pentingnya keselamatan pasien serta keselamatan
pegawai dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Beberapa tuntutan ini
merupakan isu strategis yang harus segera direspon dengan pembuatan kebijakan
agar tidak memperparah permasalahan yang ada.

Kritikan terhadap kebijakan yang ada

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI Nomor 33 tahun 2015 kebijakan


mengenai analisis beban kerja, standar minimal dan analisis kerja sudah sangat
baik kebijakannya, namun belum mengatur tentang beban kerja non keperawatan
yang selama ini menjadi beban kerja tambahan bagi perawat. Sehingg perlu
dibuatkan lagi kebijakan dari rumah sakit atau instansi masing-masing yang
mengatur tentang tugas pokok perawat secara jelas dan bagaimana pelaksanannya.
Sehingga masing-masing tenaga kesehatan mengetahui secara terperinci tentang
tugasnya di instansi rumah sakit.

Permasalahan tentang beban kerja non keperawatan itu sendiri sebisa mungkin di
carikan solusinya misalnya dengan mengajukan penambahan tenaga administrasi
ataupun tenaga asisten perawat yang bertugas mengerjakan tugas non keperawatan
atau bila belum memungkinkan, manajer keperawatan harus dapat
memperhitungkan beban kerja non keperawatan sebagai beban kerja tambahan
yang dimasukkan dalam perhitungan analisis beban kerja yang kemudian dapat
digunakan untuk memperhitungkan kebutuhan jumlah perawat di masing-masing
ruang rawat atau bahkan untuk dimasukkan dalam perhitungan pemberian
rewardterhadap kerja yang sudah dilakukan.

Alternatif Pilihan Kebijakan

Untuk mengatasi hal ini ada beberapa alternatif pilihan kebijakan yang dapat
diambil oleh stakeholder di Rumah Sakit untuk mengoptimalkan kualitas kerja
perawat terkait meningkatnya beban kerja tambahan non keperawatan yang
dilakukan oleh perawat :

Membuat pedoman perencanaan kebutuhan tenaga perawat dan asisten perawat


serta anggaran biaya agar perencanaan sesuai dengan kondisi ideal yang
diharapkan. Kebijakan ini di buat oleh top manajer di lavel internal Rumah Sakit.
Alternatif ini akan lebih cost efektif karena untuk pemenuhan tenaga asisten
perawat itu sendiri kualifikasi pendidikannya non skill,dapat di isi pelamar yang
berpendidikan SLTA/sederajat dan kualifikasi ini sangat banyak tersedia, tentu
saja standar gaji yang dikeluarkan akan lebih murah dibandingkan harus
menambah jumlah perawat dimasing-masing ruangan karena meningkatnya beban
kerja tambahan non keperawatan. Dari segi profesionalitas, perawat akan merasa
lebih puas dan dihargai karena disini sudah jelas dibedakan yang mana tugas
perawat dan mana tugas non keperawatan.

Membuat pedoman penghitungan kebutuhan perawat disetiap ruangan


berdasarkan analisis beban kerja keperawatan dan beban kerja non keperawatan.
Disini semua beban kerja perawat di analisis untuk mendapatkan kebutuhan
jumlah perawat, reward yang akan diberikan dengan mengunakan metode ABK
yang terdapat di dalam Permenkes RI No.33 tahun 2015.

Kelemahannya masih terdapat tumpang tindih antara tugas keperawatan dan non
keerawatan. Apabila semua beban kerja non keperawatan juga di perhitungkan
sebagai beban kerja tambahan bagi perawat, maka akan menyebabkan
meningkatnya alokasi tenaga perawat yang dibutuhkan. Tentu saja pada akhirnya
alokasi anggaran gaji yang lebih besar karena pendidikan profesi perawat sendiri
termasuk kedalam skill profesion.Selain itu di bebarapa daerah tertentu masih
banyak kekurangan tenagaperawat karena terkendala distribusinya yang belum
merata di seluruh daerah di Indonesia.

Rekomendasi Kebijakan

Adapun rekomendasi kebijakan yang disarankan oleh penulis adalah alternatif


kebijakan yang pertama yaitu membuat pedoman perencanaan kebutuhan tenaga
perawat dan asisten perawat serta anggaran biaya agar perencanaan sesuai dengan
kondisi ideal yang diharapkan. Karena sudah saatnya stakeholderyang ada di
rumah sakit mulai melirik kearah peningkatan profesionalisme untuk
mendapatkan kualitas pelayanan yang bermutu. Dengan demikian diharapkan
kepuasan pasien dan kepuasan perawat meningkat sehingga kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit pun meningkat.

Anda mungkin juga menyukai

  • 38953
    38953
    Dokumen5 halaman
    38953
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Skripsi
    Bab 1 Skripsi
    Dokumen4 halaman
    Bab 1 Skripsi
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Halaqah Ke 6 PDF
    Halaqah Ke 6 PDF
    Dokumen1 halaman
    Halaqah Ke 6 PDF
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • IDENTIFIKASI PENERAPAN FCMC
    IDENTIFIKASI PENERAPAN FCMC
    Dokumen64 halaman
    IDENTIFIKASI PENERAPAN FCMC
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Hsi 5
    Hsi 5
    Dokumen3 halaman
    Hsi 5
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • IDENTIFIKASI PENERAPAN FCMC
    IDENTIFIKASI PENERAPAN FCMC
    Dokumen64 halaman
    IDENTIFIKASI PENERAPAN FCMC
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen1 halaman
    Bab Ii
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Fenomena Bab 1
    Fenomena Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Fenomena Bab 1
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen4 halaman
    Bab 5
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Yg Betul
    Bab 2 Yg Betul
    Dokumen2 halaman
    Bab 2 Yg Betul
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Master Tabel
    Master Tabel
    Dokumen22 halaman
    Master Tabel
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • FCMC
    FCMC
    Dokumen6 halaman
    FCMC
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen4 halaman
    Bab 5
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Target KMB
    Target KMB
    Dokumen2 halaman
    Target KMB
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • CXXVXZBZ
    CXXVXZBZ
    Dokumen1 halaman
    CXXVXZBZ
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Contoh Fertilisasi
    Contoh Fertilisasi
    Dokumen8 halaman
    Contoh Fertilisasi
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • PalliativeCareTerminal
    PalliativeCareTerminal
    Dokumen9 halaman
    PalliativeCareTerminal
    Husnawaty Dayu
    100% (1)
  • Manajemen Risk
    Manajemen Risk
    Dokumen10 halaman
    Manajemen Risk
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • KEHAMILAN
    KEHAMILAN
    Dokumen5 halaman
    KEHAMILAN
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • SP Kelompok
    SP Kelompok
    Dokumen16 halaman
    SP Kelompok
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Anyelir Atas
    Anyelir Atas
    Dokumen2 halaman
    Anyelir Atas
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • SP Kelompok Yang Bener
    SP Kelompok Yang Bener
    Dokumen16 halaman
    SP Kelompok Yang Bener
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester 1
    Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester 1
    Dokumen2 halaman
    Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester 1
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen2 halaman
    Analisa Data
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • KEHAMILAN
    KEHAMILAN
    Dokumen5 halaman
    KEHAMILAN
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • MAternitas Minggu 5
    MAternitas Minggu 5
    Dokumen67 halaman
    MAternitas Minggu 5
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Halaqah Yang Ke-14 Dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
    Halaqah Yang Ke-14 Dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
    Dokumen2 halaman
    Halaqah Yang Ke-14 Dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • PKN Klas 11 (Autosaved)
    PKN Klas 11 (Autosaved)
    Dokumen2 halaman
    PKN Klas 11 (Autosaved)
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat
  • Awal Motivasi Kosa Kata
    Awal Motivasi Kosa Kata
    Dokumen1 halaman
    Awal Motivasi Kosa Kata
    Putri Rizki Ananda
    Belum ada peringkat