Masa Depan Praktek Arsitek PDF
Masa Depan Praktek Arsitek PDF
PENDAHULUAN
Untuk sebuah Komputer diprediksi tentang perkembangan teknologi pada tahun 1960-
an menyatakan bahwa dalam setiap 2 tahun, kemampuan mikrochip komputer akan
berkembang 2 kali lipat. Untuk itu dunia arsitektur harus mampu mengikuti
perkembangan teknologi jika tidak mau dikatakan tertinggal.
1. ARSITEKTUR
Dalam dunia arsitektur. Terobosan terus terjadi hingga pada dekade 80-an, sampai
muncul perangkat lunak yang lebih ramah dengan penggunaan elemen visual sebagai
tampilannya.
- Archicad dll...
Dekade 90-an dalam ranah arsitektur digital merupakan saat-saat terbaik dalam hal
pengembangan perangkat lunak arsitektur.
Dalam dekade yang sama dengan munculnya software penunjang seperti CAD 2
dimensional dan softwaremodeling 3 dimensional, dikembangkan pula perangkat lunak
gabungan dari keduanya. Sebagai generasi berikutnya dari perangkat lunak
arsitektural.Building Information Modeling (BIM) memasukkan unsur informasi ke dalam
sistem software CAD dan 3D modeling secara bersamaan. Berikutnya penggabungan
dari CAD dan BIM, yaitu Algorithm-Aided Design (AAD) dan Algorithm-Aided Building
Information Modelling (AAB) [4]. Basis dari diskusi mengenai AAD dan AAB adalah
bagaimana mengkreasi desain dengan bantuan algoritma dan pemodelan berbasis
parametrik yang memudahkan perancang dalam menghasilkan desain dengan bantuan
komputer.
Merupakan salah satu teknologi di bidang AEC (Arsitektur, Engineering dan Konstruksi)
yang mampu mensimulasikan seluruh informasi di dalam proyek pembangunan ke
dalam model 3 dimensi. Teknologi ini sudah tidak asing lagi bagi industri AEC di dunia,
termasuk di Indonesia. Selama berjalanannya BIM sendiri mendapat respon yang positif
dari masyarakat mengingat keuntungan yang ditawarkan di bidang AEC. Dengan
menerapkan metode BIM, baik developer, konsultan maupun kontraktor mampu
menghemat waktu pengerjaan, biaya yang dikeluarkan serta tenaga kerja yang
dibutuhkan. Perlahan-lahan BIM mulai diaplikasikan di masing-masing sektor.
Penerapan BIM mulai diterapkan oleh aktor besar sektor industri konstruksi di Indonesia
seperti PT. Pembangunan Perumahan yang merupakan perusahaan BUMN dan PT.
Total Bangun Persada yang merupakan perusahaan swasta. Metode BIM juga mulai
diaplikasikan di sektor pengembang/developer seperti PT. Intiland. Setelah itu, mulailah
metode BIM diaplikasikan di konsultan perancangan seperti PT. PDW Architects.
Namun setelah beberapa tahun BIM diaplikasikan di Indonesia, penggunaannya
dirasakan belum maksimal dengan perkembangan yang semakin stagnan. Memang
BIM yang telah diaplikasikan diberbagai sektor tersebut tetap memberikan keuntungan
sesuai dengan ekspektasi masing-masing aktor. Namun penggunaan BIM sendiri di
Indonesia masih hanya sebatas menjawab persoalan bagaimana mengefisiensikan
kebutuhan tenaga kerja, waktu dan uang. Jika kita berkaca pada bagaimana
pengaplikasian metode BIM di Amerika Serikat, potensi yang dicapai dari
pengaplikasian metode BIM di Indonesia masih jauh dari kata maksimal.Mindset
mengenai BIM sendiri perlu diluruskan terlebih dahulu, dimana pertama pengaplikasian
BIM itu bukan hanya sekedar menggunakan perangkat lunak yang mampu
memfasilitasi metode BIM di dalam pengerjaan suatu proyek. Pengaplikasian BIM
tersebut memang membutuhkan perangkat lunak khusus, seperti Autodesk Revit,
ArchiCAD, AECOSim, dan software lainnya, namun sekedar penerapan software
tersebut hanya menjabarkan kulit luar dari pengaplikasian metode BIM itu sendiri.
Secara garis besar,
Teknologi BIM sendiri sudah dikenal dari tahun 2003 di Amerika Serikat Serikat. BIM di
Amerika Serikat dimulai dengan meluncurkan 9 proyek percobaan untuk mempelajari
implementasi BIM di dalam proyek yang dilakukan oleh General Service Administration
(GSA), organisasi pemerintahan utama yang mengimplementasikan BIM di sektor
fasilitas umum. Kemudian di tahun 2006, GSA kembali meluncurkan 3 proyek
percobaan lainnya menggunakan alat pemindai laser terhadap bangunan dan
menggunakan data yang diperoleh untuk membuat model BIM as-built dari bangunan
tersebut. Hasil yang diperoleh digunakan untuk merencanakan pengembangan
kedepannya dari bangunan tersebut.
Dimulai dari inisiasi tersebut, pada tahun 2007 penggunaan BIM di Amerika Serikat
berkembang dengan pesat. Pada tahun 2009, 50% industri di Amerika Serikat sudah
mengaplikasikan BIM. Hal tersebut meningkat sebanyak 75% dari tahun 2007. 42
persen pengguna BIM di Amerika Serikat Serikat berada di level expert dan advanced,
yang jumlahnya berkembang sebanyak 3 kali lipat dari tahun 2007.
GSA juga mengarahkan agar setiap desain bangunan baru yang melalui Public Building
Services (PBS) menggunakan BIM pada proses perancangannya
GSA menuntut adanya standard BIM Nasional untuk Amerika pada tahun 2006, yang
direncanakan akan digabungkan ke dalam standard keseluruhan proses pelaksanaan
proyek bangunan.
GSA menuntut adanya standard BIM Nasional untuk Amerika pada tahun 2006, yang
direncanakan akan digabungkan ke dalam standard keseluruhan proses pelaksanaan
proyek bangunan.
GSA juga bekerja sama dengan organisasi real estate internasional untuk mendukung
standard software dan sistem BIM. Organisasi tersebut termasuk Finland’s Senate
Properties, the Danish Enterprise and Construction Authority, dan Norway’s Directorate
of Public Construction and Property. Tujuannya adalah untuk mempromosikan
interoperabilitas dan kemudahan di dalam pertukaran data bagi masing-masing
pengembang/developer.
GSA membuat demonstrasi pengaplikasian desain hemat enegi pada proyek San
Fransisco Federal Building Project dengan memotong 50% energi yang dibutuhkan
bangunan kantor pada umumnya. Dengan konsep ini, bangunan di desain dengan lebar
yang optimal dengan pencahayaan dan penghawaan alami. Penerapan BIM di proyek
ini mendukung perangkat dasar yang dibutuhkan untuk integrasi desain awal konsultan
perancangan, struktur, mekanikal elektrikal dan plumbing (MEP). Selain itu GSA juga
menerapkan konsep hemat energi di dalam proyek Salt Lake City Federal Courthouse.
GSA juga memanfaatkan BIM untuk mendata penggunaan ruang, manajemen tenant
dan mengevaluasi kesesuaian desain dengan program yang dibutuhkan.
Untuk menanggapi kondisi saat terjadi bencana, GSA mengembangkan teknologi
‘avatar’ yang diadopsi dari industri game untuk menciptakan simulasi perilaku manusia
di dalam model virtual. Melalui simulasi tersebut, model BIM akan diisi oleh manusia
virtual yang memiliki kemampuan untuk berjalan, berlari, beralik, lalu mencari pintu
keluar terdekat. Melalui simulasi tersebut akan didapatkan pola pergerakan dan waktu
yang dibutuhkan pengguna untuk menyelamatkan diri ketika terjadi bencana pada
bangunan yang dirancang.
3. ARSITEK INDONESIA
Arsitek merupakan pekerjaan yang menuntut jenjang hirarki yang tinggi dalam
mengerjakan perancangan suatu proyek konstruksi. Komando dimulai dari arsitek
utama membuat sketsa konsep, lalu dilanjutkan ke arsitek juniornya untuk membuat
gambar 3 dimensional, lalu diturunkan kepada drafter untuk membuat gambar kerja
detailnya, dan seterusnya hingga ke tahap final rencana anggaran biaya, jadwal
konstruksi, dan lain sebagainya. Kita tahu bahwa di era digital ini telah ditemukannya
prinsip Building Information Modeling (BIM) dimana dapat memangkas proses
pekerjaan arsitek menjadi lebih cepat dan efisiensi data untuk banyak dokumen
gambar. Sehingga, di titik tertentu, peran arsitek junior sampai dengan drafter menjadi
hilang. Metode BIM dibanyak penelitian telah terbukti mampu menyelesaikan proses
pengerjaan arsitektur bangunan-bangunan dengan kompleksitas yang tinggi secara
efektif dan efisien. Lantas, yang menjadi pertanyaan, apabila peran arsitek junior dan
drafter sudah dihilangkan dan hanya ada arsitek utama saja apakah peran arsitek
masih seperti dahulu dimana arsitek utama sebagai penentu kebijakan, sedangkan
yang ada sekarang hanyalah arsitek itu sendiri bersama komputernya? Bagaimana
dengan organisasi pekerjaan arsitek yang menuntut suatu kebijakan yang hirarkis
Kesimpulan