Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HIV

Konsep Dasar Kehamilan


A. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau
pertemuan antara ovum dan sperma sehat dan dilanjutkan dengan fertilisasi, nidasi
dan implantasi. Lama kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 10 hari) (Sulistyawati, 2012).
B. Tanda-tanda kehamilan
a. Tanda Tidak Pasti atau Dugaan (Presumptive Sign)
Menurut Sulistyawati, Ari (2009) tanda tidak pasti atau dugaan kehamilan
adalah sebagai berikut :
1) Amenorea ( berhentinya menstruasi )
2) Mual ( nausea ) dan muntah (emesis )
3) Ngidam ( menginginkan makanan tertentu )
4) Syncope ( pingsan )
5) Kelelahan
6) Payudara Tegang
7) Sering Miksi
8) Pigmentasi Kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat
pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini:
a) Sekitar pipi : cloasma gravidarum
b) Sekitar leher : tampak lebih hitam
c) Dinding perut : striae gravidarum dan linea nigra
d) Sekitar payudara : hiperpigmenasi areola mamae
e) Sekitar pantat dan paha atas : terdapat striae akibat pembesaran bagian tersebut.
9) Varises ( penampakan pembuluh darah vena )
b. Tanda Kemungkinan ( Probability Sign )
Menurut Sulistyawati, Ari (2009) tanda kemungkinan (Probability Sign)
kehamilan adalah sebagai beriku :
1) Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan.
Tabel 2.1
Tinggi fundus uteri menurut MC. Donald

No. Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri

1 22-28 minggu 24-25 diatas simpisis

2 28 minggu 24-25 cm diatas simfisis

3 30 minggu 29,5-30 cm diatas simfisis

4 32 minggu 29,5-30 cm diatas simfisis

5 34 minggu 31 cm diatas simfisis

6 36 minggu 32 cm diatas simfisis

7 38 minggu 33 cm diatas simfisis

8 40 minggu 37,7 cm diatas simfisis


Sumber : Sofian, A. 2012

Tabel 2.2
Tinggi Fundus Uteri Menurut Leopold

NO Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


1 28 minggu 2-3 jari diatas pusat
2 32 minggu Pertengahan pusat demgan px
3 36 minggu 3 jari dibawah px atau sampai
setinggi pusat
4 40 minggu Perlengkapan pusat px, tetapi
melebar kesamping
Sumber : Sofian, A. 2012

2) Tanda Hegar (pelunakan dan dapat ditekannya istmus uteri).


3) Tanda Goodel
Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks seperti ujung
hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.
4) Tanda Chadwicks
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga
porsio dan serviks.
5) Tanda Piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum
berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut
berkembang lebih dulu.
6) Kontaksi Braxton Hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin di
dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadic, tidak nyeri, biasanya
timbul pada kehamilan 8 minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan
abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat
frekuensinya, lamanya, dan kekuatannya sampai mendekati persalinan.
7) Teraba janin
8) Pemeriksaan tes biologis kehamilan ( Planotest ) positif

c. Tanda pasti ( Positive Sign )


Menurut Sulistyawati, Ari (2009) tanda pasti (positive sign) kehamilan adalah
sebagai berikut:
1) Teraba Gerakan janin dalam rahim
2) Terdengar Denyut Jantung Janin (DJJ) pada kehamilan 12 minggu
3) Teraba Bagian-bagian janin
4) Kerangka janin bila dilakukan rontge
5) Terlihat kntong janin pada pemeriksaan USG

Konsep Dasar HIV


A. Pengertian AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah singkatan dari AIDS. AIDS adalah
kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem kekebalan tubuh yang timbul
akibat infeksi HIV (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Virus HIV memasuki tubuh seseorang maka tubuh akan terinfeksi dan virus mulai
mereplikasi diri dalam sel orang tersebut (Sel limfosit T CD4 dan Makrofag).
Virus HIV akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan menghasilkan
antibodi untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi dan terbentuknya antibodi
yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium adalah antara 2-12
minggu dan disebut masa jendela (window period). Selama masa jendela, pasien
sangat infeksius sehingga mudah menularkan kepada orang lain meskipun hasil
pemeriksaan laboratorium masih negatif (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2015).
B. Penyebab
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit
AIDS (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
C. Gejala Terinfeksi HIV
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dicurigai bila paling sedikit
mempunyai dua gejala mayor dan satu gejala minor dan tidak terdapat sebab-
sebab penekanan imun yang lain yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat
atau sebab-sebab lain. Gejala mayor meliputi penurunan berat badan > 10% berat
badan, diare kronis lebih dari satu bulan, demam lebih dari satu bulan. Gejala
minornya yaitu batuk-batuk selama lebih dari satu bulan, gatal-gatal atau penyakit
kulit (pruritus/dermatitis) seluruh tubuh, infeksi umum yang berulang seperti
herpes zoster, infeksi jamur pada mulut dan faring, infeksi herpes simpleks yang
lama dan meluas, pembesaran kelenjar limfa secara mnyeluruh. Adanya kanker
kulit (sarkoma kaposi) meluas atau Meningitis cryptococcal sudah cukup untuk
menegakkan AIDS

D. Cara Penularan HIV


Virus HIV dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara yaitu hubungan
seksual;pajanan oleh darah, produk darah atau organ dan jaringan yang terinfeksi
termasuk terpajan jarum suntik yang telah terinfeksi HIV; penularan dari ibu ke
anak (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Perilaku berisiko tertularnya HIV adalah perilaku individu yang memungkinkan
tertular virus HIV. Sejumlah perilaku risiko yang dimaksud adalah berhubungan
seksual yang tidak aman (tidak memakai kondom), berganti-ganti pasangan
seksual, berganti-ganti jarum suntik dan alat lain yang kontak dengan darah dan
cairan tubuh dengan orang lain (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2015).
Cairan tubuh yang tidak menularkan HIV antara lain keringat, air mata, air
liur/ludah dan air kencing. Sedangan menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2015 Human Immunodeficiency virus (HIV) tidak ditularkan melalui
hidup serumah, tidur bersama, bersalaman, berpelukan, bersentuhan, berciuman,
kolam renang, alat makan dan minum secara bersama, ataupun gigitan serangga
seperti nyamuk
E. Cara Pencegahan Penularan HIV
Kita dapat melakukan pencegahan penularan HIV dengan berbagai cara sederhana
antara lain berperilaku seks yang aman (abstinen, saling setia, seks dengan
menggunakan kondom), mencegah penularan melalui alat-alat yang tercemar
dengan prinsip kewaspadaan universal, pencegahan pada transfusi darah dengan
skrining donor dan pencegahan penularan dari ibu ke anak melalui program
PMTCT (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

F. Waktu Dan Risiko Penularan HIV Pada Ibu Hamil


Waktu penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi selama hamil (5-10%),
melahirkan (10 20%) dan saat menyusui (5-20%) (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015).

G. Faktor Yang Berperan Dalam Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak


Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke anak
yaitu:
1. Faktor ibu antara lain jumlah virus dalam tubuh, jumlah sel CD4, status gizi
selama hamil, penyakit infeksi selama hamil dan gangguan pada payudara
2. Faktor bayi antara lain usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir, periode
pemberian ASI, adanya luka di mulut bayi
3. Faktor obstetrik antara lain jenis persalinan, lama persalinan, ketuban pecah dini
dan tindakan episiotomi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

H. Mengapa AIDS Perlu Perhatian Khusus


Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) perlu mendapat perhatian khusus
karena vaksin masih dalan uji coba, AIDS dapat menyerang siapa saja (pria,
wanita, tua, muda, anak-anak, janin dalam kandungan ibu yang terinfeksi,
terutama usia produktif), orang yang terinfeksi HIV menjadi pembawa dan
penular virus HIV selama hidupnya walaupun penderita tampak sehat serta kasus
AIDS merupakan fenomena gunung es (menurut WHO satu kasus HIV,
tersembunyi 100-200 orang) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

I. Pengobatan ARV
Pengobatan ARV jangka panjang, teratur dan disiplin, penularan 1 dari ibu ke
anak bisa diturunkan hingga 2% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2015). ARV sudah terbukti dapat menghambat replikasi virus sehingga kadar
virus dalam darah yang menginfeksi sel kekebalan tubuh atau CD4 menurun dan
akibatnya kekebalan tubuh mulai pulih atau meningkat (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015).
Untuk memulai terapi ARV perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
1. persiapan klien secara fisik/mental untuk menjalani terapi melalui edukasi
prapemberian ARV;
2. bila terdapat infeksi oportunistik, maka infeksi tersebut perlu diobati terlebih
dahulu. Terapi ARV baru bisa diberikan setelah infeksi oportunistik diobati dan
stabil (kira-kira setelah dua minggu sampai dua bulan pengobatan).
3. Profilaksis kotrimoksazol diberikan pada stadium klinis 2, 3, 4 dan atau CD4 <
200. Untuk mencegah PCP, Toksoplasma, infeksi bacterial (pneumonia, diare)
dan berguna juga untuk mencegah malaria pada daerah endemis;
4. pada ibu hamil dengan tuberkulosis: OAT selalu diberikan mendahului ARV
sampai kondisi klinis pasien memungkinkan (kira-kira dua minggu sampai dua
bulan) dengan fungsi hati baik untuk memulai terapi ARV.
Syarat pemberian ARV pada ibu hamil dikenal dengan singkatan SADAR, yaitu
sebagai berikut.
1. Siap: menerima ARV, mengetahui dengan benar efek ARV terhadap infeksi HIV.
2. Adherence: kepatuhan minum obat.
3. Disiplin: minum obat dan kontrol ke dokter.
4. Aktif: menanyakan dan berdiskusi dengan dokter mengenai terapi.
5. Rajin: memeriksakan diri jika timbul keluhan.

J. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Kesadaran sangat penting dinilai dengan melakukan anamnesis Penilaian pada
glasgow coma scale: Compos mentis (sadar penuh) (Potter 2009).
2) Tanda-tanda vital
1) Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah 36 – 37,5 oC. Suhu tubuh lebih dari 37oC perlu
diwaspadai adanya infeksi (Romauli, 2011).
2) Tekanan Darah
Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan darah
meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih, dan atau diastolik 15 mmHg atau
lebih, kelainan ini dapat berlanjut menjadi pre eklampsia dan eklampsia kalau
tidak ditangani dengan tepat (Romauli, 2011).
3) Nadi
Dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60 – 80 x/ menit. Denyut nadi 100
x/ menit atau lebih dalam keadaan santai merupakan pertanda buruk. Jika denyut
nadi ibu 100 x/ menit atau lebih, mungkin ibu mengalami salah satu atau lebih
keluhan seperti tegang, ketakutan atau cemas akibat masalah tertentu, perdarahan
berat, anemia, demam, gangguan tiroid, gangguan jantung (Romauli, 2011).
4) Pernapasan
Untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan. Normalnya 16 – 24 x / menit
(Romauli, 2011).
3) Berat Badan
Berikut ini merupakan kenaikan berat badan yang dianjurkan pada ibu hamil
sesuai dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tabel 2.9
Penambahan Berat Badan Berdasarkan IMT

Kategori IMT Pertambahan BB (Kg)

Rendah <19,8 12,5 – 18

Normal 19,8-26 11,5 – 16

Tinggi 26-29 7 – 11,5

Obesitas >29 ≥7

Gemeli 16 – 20,5

Sumber : Manuaba, 2012.


4) TB
Ibu hamil dengan Tinggi Badan < 145 cm tergolong resiko tinggi. Ibu hamil
tersebut kemungkinan memiliki panggul sempit yang sempit dan memiliki resiko
yang lebih besar mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang kecil
(Romauli 2011).
5) Tafsiran persalinan (TP)
Rumus Naegele terutama untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL, EDC=
expected date of confinement). Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan
siklus 28 hari, sehingga ovulasi terjadi pada hari ke-14. Lama kehamilan rata-rata
dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (HPM) adalah 280 hari atau 40
minggu. Atas dasar ini tercipta rumus Naegele, yang meramalkan HPL, yaitu
tanggal HPHT ditambah 7, bulan dikurangi 3, tahun tetap atau ditambah 1
(Kusmiyati, 2011).
1. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1) Waktu pasien berdiri : skoliosis/kifosis/lordosis
2) Waktu pasien berjalan : Pincang/Kaki O/ kaki X
3) Muka : ucat/tidak, ada kloasma gravidarum/tidak, bengkak/tidak.
4) Mata ; sclera putih/kuning, conjungtiva merah muda/putih.
5) Leher : Kelenjar Gondok : pasien disuruh menengadah kemudian disuruh
menelan. Jika ada benjolan yang ikut bergerak naik turun menandakan adanya
pembesaran, ada pembesaran vena jugularis/ tidak, kelenjar tyroid
membesar/tidak.
6) Payudara : Simetris/tidak, bersih atau tidak, puting susu
menonjol/mendatar/masuk,adabenjolan/tidak,hiperpigmentasi areola mammae
,keluar kolostrum (hamil 4 bulan jernih, hamil 4-8 bulan encer sekali , hamil 8
bulan keatas warna nya kuning seperti susu jolong) (Manuaba, 2012)
7) Abdomen :
Pembesaran ke atas : Primigravida akibat otot dinding abdomen masih tegang,
Tingginya fundus uteri dapat dipergunakan untuk mengukur: -umur kehamilan.
Pigmentasi dinding abdomen : Linea alba karena pigmentasi, Striae gravidarum
livid saat hamil dan striae gravidarun alba sebagai bekas kehamilan sebelumnya.
a) Bekas luka operasi : Bekas seksio/operasi(Manuaba, 2012).
8) Genetalia
a) Pengeluaran fluor : infeksi dengan diagnosis banding trichomonas vaginalis atau
candida albikans, infeksi vaginosis bakterialis.
b) Kondiloma akuminata : infeksi virus, jika ukurannya besar sebaiknya persalinan
melalui SC.
c) Tanda chadwick : Sebagai akibat terjadinya hipervaskularisasi, warna kebiruan
pada vagina.
d) Luka perineum : bekas episiotomy (Manuaba, 2012)
9) Ekstermitas
Adanya oedema pada ekstermitas atas atau bawah dapat dicurigai adanya
hipertensi hingga preeklamsi, diabetes mellitus, jantung, dan kekurangan albumin
(Manuaba 2012).
b. Palpasi
1) Leher
Tidak ada bendungan atau pembesaran vena jugularis. Jika ada hal ini
berpengaruh saat persalinan terutama saat meneran.Hal ini dapat menambah
tekanan pada jantung dan menambah kerja jantung, potensial terjadi gagal
jantung.
Tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid, jika ada potensial terjadi kelahiran
prematur, lahir mati, lahir BBLR, kretinisme dan keguguran.
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe (pembesaran kelenjar limfe
memungkinkan terjadi infeksi oleh berbagai penyakit misalnya TBC, sifilis,
radang akut, di kepala, faring dan kulit.
2) Payudara
Teraba atau tidak benjolan abnormal, kolostrum keluar /belum (kolostrum mulai
diproduksi pada usia kehamilan 12 minggu tapi mulai keluar pada usia kehamilan
20 minggu).
3) Abdomen
a) Leopold I
Normal tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan. Tujuannya adalah untuk
mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang berada di fundus (Romaulli,
2011).
Tinggi fundus yang tidak konsisten dengan usia kehamilan dapat mengindikasikan
Struktur anatomi yang tidak reliable, seperti abdomen yang panjang, tanggal yang
tidak akurat, Janin lebih kecil atau lebih besar dari yang seharusnya, Jumlah
cairan amnion lebih sedikit atau lebih banyak dari yang seharusnya, kehamilan
kembar, letak abnormal, ada massa di uterus seperti kista atau tumor, Teknik yang
salah, IUGR
b) Leopold II
Normal teraba bagian panjang, keras seperti papan(punggung) pada satu sisi
uterus dan pada sissi lain teraba bagian kecil.
Tujuan nya adalah untuk mengetahui batas kiri / kanan pada uterus ibu, yaitu :
punggung pada letak bujur atau kepala pada letak lintang (Romaulli, 2011).
c) Leopold III
Normal pada bagian bawah janin teraba bagian yang bulat, keras, melenting
(kepala janin)
Tujuan : untuk mengetahui presentasi/bagian terbawah janin yang ada di simfisis
ibu.
d) Leopold IV
Leopold IV tidak dilakukan jika kepala masih tinggi. Palpasi secara Leopold
lengkap ini baru dapat dilakukan jika janin sudah cukup besar kira-kira bulan 6
keatas. Sebelum bulan ke-4 biasanya bagian–bagian janin belum jelas, jadi kepala
belum dapat ditentukan begitu pula punggung anak
c. Auskultasi
1) DJJ : +/-
2) Frekuensi normal : 120-160 x/menit
3) Reguler / tidak : jika tidak, tidak terjadi gawat janin <120 x/menit =
menjadi gawat janin >160 x/ menit = menjadi gawat janin (Manuaba 2012).
4) Dada : tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, menandakan pernah terganggu
akibat penyakit pernafasan.
d. Perkusi
Tungkai : Reflek Patella (+) Reflek patella (-) menandakan ibu kurang
vitamin B1 dan mengalami intoksikasi MgSO4
e. Pengukuran panggul luar
Alat yang dipakai adalah jangka panggul dari martin.
Caranya :
1) Distansia spinarum jarak antara spina illiaca anterior superior kanan dan kiri,
normal 23-26 cm.
2) Distansia cristarum jarak terjauh antara crista iliaca kanan dan kiri yang letaknya
kira-kira 5 cm di belakang spina iliaca anterior superior dengan ukuran 26-29 cm.
3) Conjugata eksterna jarak antara tepi atas simphisis dan prosesus spinasusa lombal
V dengan ukuran 18 cm.
4) Lingkar panggul yaitu dengan memakai pita diukur mulai tepi atas simphisis,
dikelilingkan ke belakang melalui pertengahan antara spina iliaca anterior superior
dan trochanter mayor kanan, ke ruas lumbal ke V (prosessus spinasus lumbal ke
V) terus kembali sepihak, ukuran 80-90 cm (Manuaba 2012).
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
1) Glukosa dalam urin : untuk memastikan adanya DM, kemungkinan glukosuria
yang terjadi segera setelah makan, disebabkan intoleransi insulin, tetapi keadaan
ini cepat menjadi normal. Jika pada akhir kehamilan mungkin terdapat laktosa
sehingga tes reduksi mungkin positif sebagai bentuk persiapan untuk gula ASI
(Manuaba, 2012).
2) Protein urin : normal tetap ada protein tetapi jumlahnya kecil. Jumlah yang
makin meningkat terdapat pada preeclampsia, penyakit jantung, nefritis
(Manuaba, 2012).
3) Kadar Hb : ibu hamil normal 10,5 – 15 gr/ dL (Manuaba, 2012).
4) HBSAg : merupakan antigen hepatitis B untuk mendeteksi adanya virus
hepatitis B. Virus hepatitis sangat potensial untuk ditularkan kepada janin di
dalam kandungan, maka pemeriksaan laboratorium penting dilakukan selama
kehamilan
5) Anti HIV : Anti HIV (Antigen Human Immunodeficiency Virus) bertujuan
mendeteksi adanya infeksi virus HIV yang berpotensi menular pada janin. Jika ibu
hamil terinfeksi HIV harus segera diterapi dengan antivirus dan persalinannya
dilakukan secara bedah sesar untuk mencegah bayi tertular virus HIV.
a. Analisa
G . . . P . . . UK . . . minggu , T/H/I , letak . . . punggung . . . dengan kehamilan
normal.
b. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu.
R : Informasi membuat ibu lebih kooperatif dan mengurangi kecemasan ibu
terhadap kondisi kehamilan dan janinnya.
2. Memberikan ibu KIE tentang pola nutrisi
R : sangat kooperatif sehingga ibu mengerti dukungan yang diberikan
3. Menyarankan pada ibu untuk istirahat cukup selama hamil.
R : Kesejahteraan janin ditunjang dari suplai O2 yang cukup pada ibu.
4. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti sakit kepala
hebat, perdarahan pervaginam.
R : Dengan mengetahui yang normal dan abnormal ibu dapat segera mencari
pertolongan yang tepat dan bahaya dapat segera diatasi.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam hamil.
6. Mendiskusikan dengan ibu dalam menentukan jadwal kunjungan selanjutnya.
R : Pemantauan yang rutin dapat mendeteksi secara rutin adanya kelainan pada
kehamilan sehingga dapat dilakukan tindakan segera.

K. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu TD 100/60 S : 37 °𝐶 N : 82
x/,menit P : 24 x/menit, keadaan janin sehat tetapi masih dalam keadaan
melintang, ibu tidak usah cemas janin masih bisa berputar dengan cara ibu sujut
atau menungging dan menggoyangkan badan kedepan dan kebelakang secara
perlahan lakukan dengan rutin sehari sebanyak 2 kali dengan waktu 5-15 menit
E : Informasi membuat ibu lebih kooperatif dan mengurangi kecemasan ibu
terhadap kondisi kehamilan dan janinnya.
2. Memberikan ibu KIE tentang pola nutrisi yang bergizi dan seimbang
E : ibu sangat kooperatif sehingga ibu mengerti dan memahami makanan yang
bernutrisi
3. Menyarankan pada ibu untuk istirahat cukup selama hamil siang maximal 2 jam
malam 6 jam
E : ibu sangat kooperatif sehingga ibu mengerti dan memahami tentang kebutuhan
istirahat yang diperlukan untuk ibu hamil
4. Memberikan dukungan atau support mental kepada ibu secara fisik atau mental
untuk menjalani terapi pemberian ARV.
E: ibu sangat senang dan menerima dukungan yang telah diberikan
5. Mengingatkan ibu untuk tetap minum obat secara teratur dari dokter kandungan.
E : ibu sangat senang dan tetap semangat untuk kesehatan janinnya.
6. Memberitahu ibu untuk mengunakan alat kontrasepsi kondom saat berhubungan
dengan suami.
E : ibu sangat kooperatif sehingga apa yang dijelaskan dapat dimengerti.
7. Mendiskusikan dengan ibu dalam menentukan jadwal kunjungan selanjutnya pada
tanggal 7 Mei 2018
E : ibu bersedia datang kembali sesuai jadwal yang sudah ditentukan
L. DIAGNOSA
1) Kekurangan volume cairan b/d diare berat
2) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d pengeluaran yang
berlebihan(muntah dan diare berat)
3) Nyeri b/d infeksi
4) Kerusakan integritas kulit b/d diare berat
5) Ansietas b/d transmisi dan penularan interpersonal
6) Resiko tinggi isolasisosial b/d persepsi tentang tidak akan diterima oleh
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2015. Pedoman, Pelaksanaan perencaan penularan HIV dan sivilis ibu
dan anak bagi tenaga kesehatan : Kementrian Kesehatan

Manuaba, I.B.G, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: EGC

Pantikawati, Ika & Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yohyakarta:


Muha Medika
Prawiroharjo, sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika

Romauli, Suryati. 2011. Asuhan Kebidanan 1 (Konsep Dasar Asuhan Kehamilan).


Yogyakarta: Nuha Medika

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba
Medika.

Sulistyawati, Ari dan Nugraheny, Esti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin. Jakarta: Salemba MedikaHani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan
paa Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika

Mandriwati, G. A. 2012. Asuhan Kebidanan Antenatal Edisi 2. Jakarta: EGC

Manurung, Santa. 2010. Keperawatan Profesionan. Jakarta: Tim

Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai