Anda di halaman 1dari 10

SKRIPSI

PENGARUH APLIKASI DISTRAKSI NYERI “NYERIKU”


TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST SECTIO
CAESAREA SPINAL ANESTESI DI RS KIA SADEWA

M NAUFAL ZAIN
P07120216076

PRODI D-IV KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi

tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu Intensitas bervariasi mulai dari

nyeri ringan sampai nyeri berat namun menurun sejalan dengan proses

penyembuhan (Astuti, 2016). Manajemen nyeri yang tepat haruslah mencakup

penanganan secara keseluruhan, tidak hanya terbatas pada pendekatan

farmakologi saja, karena nyeri juga dipengaruhi oleh emosi dan tanggapan

individu terhadap dirinya. Secara garis besar ada dua manajemen untuk

mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi

(Pinandita, 2012). Manajemen nyeri non farmakologi perlu dilakukan oleh

perawat di ruang bedah ataupun di ruangan perawatan bedah meskipun sering

ditemui kendala beban kerja yang tinggi. Intervensi manajemen nyeri

nonfarmakologi hasil dari beberapa banyak sekali yang bisa dilakukan

terutama keluarga seperti dengan memberikan pelukan, dukungan, distraksi

dan lain-lain (Ilmiasih, 2013).

Nyeri atau rasa sakit merupakan respon yang paling dipahami oleh

individu ketika mengalami cidera. Hal ini juga merupakan pengalaman pribadi

yang diekspresikan secara berbeda oleh masing-masing individu dan nyeri

termasuk sensasi ketidaknyaman yang bersifat individual. Rasa sakit melekat

pada sistem syaraf manusia dan merupakan pengalaman individual yang

berlangsung lama. The International Associaton for The Study of Pain (2010)

memberikan definisi yang paling banyak dijadikan acuan yaitu berdasarkan

faktor yang berkaitan dengan waktu dan kesesuaian dengan penyakit. Nyeri
merupakan sensasi yang rumit, unik, dan universal. Dalam banyak literatur

menyebutkan bahwa adanya definisi nyeri yang berbeda-beda dan hal ini

merefleksikan bahwa sifat nyeri yang subjektif sehingga ada keragaman dalam

cara memahami dan mengkategorikan pengalaman manusia yang kompleks ini.

Keluhan adanya rasa nyeri atau sakit sering kali merupakan alasan

individu untuk mendapatkan perawatan medis.Berdasarkan American

Pain Society (APS) 50 juta warga Amerika lumpuh sebagian atau total karena

nyeri dan 45% dari warga Amerika membutuhkan perawatan nyeri yang

persisten seumur hidup mereka. Kira-kira 50-80% pasien di rumah sakit

mengalami nyeri disamping keluhan lain yang menyebabkan pasien masuk

rumah sakit (Ivan, 2013).

World Health Organization (WHO) tahun 2011, melaporkan bahwa

sekitar 80% orang yang menderita LBP. Low Back Pain menjadi perhatian

dan dianggap sebagai salah satu masalah yang cukup besar karena

mempengaruhi sektor industri sehingga berpengaruh besar pada pertumbuhan

ekonomi negara terutama di negara barat (Dagenais, 2008). Kasus LBP

pada usia 18-56 tahun terdapat lebih dari 500.000 di Amerika, persentase

LBP mengalami kenaikan sebanyak 59% dalam kurun waktu 5 tahun. Sekitar

80%– 90% kasus LBP dapat sembuh dengan spontan dalam waktu sekitar 2

minggu (Wheeler, 2013).

Data epidemiologi Jawa Tengah melaporkan dari kunjungan pasien di

beberapa rumah sakit terdapat sekitar 40% orang mengalami LBP dan ini juga

dialami oleh pasien post SC yang mengalami nyeri pada daerah punggung

(Purnamasari, 2010).
Sectio Caesarea (SC) merupakan tindakan bedah untuk melahirkan

bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO,

2010). Sebanyak 18.5 juta SC dilakukan setiap tahunnya di seluruh dunia dan

sekitar 10 % dari negara-negara di dunia memiliki tingkat SC 10-15 % (WHO,

2010). Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2010 menunjukkan tingkat

persalinan sectio caesarea sebanyak 15,3% dari sampel 20.591 ibu yang

melahirkan dalam 5 tahun terakhir pada 33 provinsi di Indonesia. Nyeri pada

klien dengan SC diakibatkan dari rahim yang sering berkontraksi karena masih

dalam proses kembali ke bentuk semula dan juga rasa nyeri yang muncul dari

daerah insisi operasi.

Ibu dengan persalinan SC mengalami nyeri skala tinggi selama 24 jam

pertama (Kalstrom, 2007). Berdasarkan penelitian tentang nyeri di Brazil,

menggunakan Numeric Category Scale didapatkan hasil nyeri ringan pada ibu

post SC dengan rata-rata skala 4 dirasakan ketika dalam keadaan istirahat, pada

saat berjalan merasakan nyeri rata-rata skala 6, duduk kemudian berdiri

menunjukkan rata-rata skala nyeri tertinggi yaitu 7. Sebanyak 75% lokasi nyeri

berada pada sekitar luka dan responden mengatakan mengalami kendala

beraktivitas akibat nyeri (Sousa et al, 2009). Nyeri yang dapat ditolerir oleh

pasien adalah rentang 1-3 atau nyeri ringan. Nyeri ringan dapat mudah

ditoleransi setelah diberikan analgesik. Apabila nyeri yang dirasakan adalah

level 4 atau lebih dari 4, pasien masih merasakan nyeri setelah diberikan obat

analgesik sehingga membutuhkan tindakan non-farmakologi yang efektif.

Pasien dengan nyeri skala 4 atau lebih dari 4 akan mengalami perubahan

suasana hati dan terhambatnya aktifitas fisik (Gerbershagen, Rothaug,

Kalkman, & Meissner, 2011).


Manajemen nyeri yang buruk akan mengakibatkan menurunnya

kualitas hidup dan memperpanjang waktu hospitalisasi, yaitu lebih dari 4 hari

(Sariyem, 2013). Berdasarkan survei yang dilakukan di RSUP Dr. Karyadi, 80%

dari ibu post SC takut terjadi sesuatu dengan jahitannya ditambah dengan nyeri

pada area insisi yang masih terasa sehingga takut untuk melakukan mobilisasi

dini 10 jam post SC (Dwijayanti, Sumarni dan Ariyanti, 2014). Nyeri juga

berdampak pada menurunnya kualitas tidur, stres, ansietas, dan takut apabila

dilakukan tindakan bedah kembali (Arora, Hurley, Murthy, Sharma, 2010).

Nyeri post SC tentunya juga mengganggu berlangsungnya laktasi sehingga akan

berakibat berkurangnya nutrisi pada bayi, dan berkurangnya bonding

attachment antara ibu dan bayi (Alexander et al, 2010).

Penanganan nyeri dilakukan secara farmakologi dan non-farmakologi

dengan tujuan untuk mengobati nyeri tersebut dengan cara menghilangkan

gejala yang muncul. Pasien masih merasa nyeri dan tidak mampu beradaptasi

dengan nyeri yang dirasakan apabila efek dari analgetik hilang sehingga

dibutuhkan terapi non-farmakologis (Sujatmiko, 2013). Teknik relaksasi nafas

dalam, terapi musik, guided imagery dengan aromaterapi dan terapi Benson

merupakan terapi non-farmakologi yang telah terbukti mampu menurunskala

nyeri pasien post SC karena klien menjadi relax dan dapat beradaptasi dengan

nyerinya (Irmawati dan Ratilasari, 2013; Lestari, 2011; Lukman, 2014; Patasik,

Tangka dan Rottie, 2013; Sujatmiko, 2013).

Penggunaan terapi farmakologis bersama dengan non-farmakologis

akan membantu pasien dalam mengurangi nyerinya. Penelitian menunjukkan

bahwa penggunaan terapi farmakologi bersama dengan terapi non-farmakologi

membantu pasien dalam beradaptasi dengan nyerinya sehingga dapat


meningkatkan quality of life, berkurangnya penggunaan analgesic, pasien dapat

segera kembali bekerja, dan memberikan pandangan yang berbeda tentang

nyeri dan dampaknya dalam kehidupan pasien (Jorgensen, 2014).

Berkurangnya nyeri juga berdampak secara ekonomi, yaitu pasien dapat

menghemat pengeluaran untuk kunjungan ke tenaga medis dan pembelian

obat-obatan anti nyeri (Courtenay dan Carey, 2008) .

Saat ini telah dikembangkan terapi non-farmakologi berdasarkan Islam.

Beberapa terapi seperti murrotal telah diteliti mampu mengurangi nyeri haid,

dan dzikir khafi telah diteliti mampu mengurangi nyeri kaki osteoartritis

(Ihsan, Tafwidhah & Adiningsih, 2013 ; Hidayat, 2014). Selain itu terdapat

penelitian lain tentang kombinasi edukasi nyeri dan meditasi dzikir, yang juga

dapat mengurangi nyeri pada pasien pasca operasi fraktur (Nasriati, 2015).

Juz Amma atau juz 30 dalam al-quran merupakan juz terakhir yang

banyak berisi surat pendek dan dihafalkan oleh umat muslim. Biasanya surat

dalam juz 30 banyak dihafalkan sebagai bacaan dalam shalat, serta usaha untuk

selalu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya

(Winarko, 2014). Secara fisiologis, membaca al-qur’an akan menghasilkan

beberapa efek medis dan psikologis yaitu akan membuat seimbang kadar

serotonin dan norepineprin di dalam tubuh. Hal tersebut merupakan morfin

alami yang bekerja di dalam otak yang dapat membuat hati dan pikiran merasa

tenang setelah membaca juz amma (Hidayat, 2014). Juz Amma akan membuat

seseorang merasa tenang sehingga kemudian menekan kerja sistem saraf

simpatis dan mengaktifkan kerja sistem saraf parasimpatis. Allah berfirman

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan


mengingat Allah SWT (dzikrullah). Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah

hati menjadi tentram” (QS. Ar-Ra’du: 29)

Semakin meningkatnya ilmu pengetahuan di era globalisasi

mendorong semua bidang untuk mengikuti perkembangan ilmu dan

teknologi, tidak ketinggalan juga bidang pelayanan kesehatan. Pelayanan

kesehatan dibidang anestesi juga mengikuti perkembangan yang ada yaitu

memberikan pelayanan yang optimal, aman, ekonomis, praktis dan efek

samping minimal. Kemajuan teknik dan peralatan anestesi maupun penggunaan

obat-obatan anestesi bertujuan untuk menghilangkan dan mengurangi penyulit

yang terjadi pasca tindakan anestesi maupun bedah. (Mangku, 2010)

Kebutuhan masyarakat terhadap layanan teknologi berbasis IT sangat

bervariatif, salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan suatu aplikasi informasi

berbasis mobile. Untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan diatas peneliti

mencoba membuat program aplikasi “Nyeriku” menjadi program aplikasi

untuk smartphone berbasis Android yang dapat dengan mudah dipakai oleh

para pengguna smartphone. Aplikasi ini dibuat untuk mempermudah pasien

post operasi mengurangi nyeri, dengan berbagai menu yang ada, seperti menu

pengukuran intensitas nyeri dan menu distraksi nyeri yang didalamnya terdapat

juz amma disertai ayat qur’an sehingga pasien dapat mendengarkan dan

membaca ayat qur’an untuk mengalihkan rasa nyeri.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut PENGARUH APLIKASI DISTRAKSI NYERI

“NYERIKU” TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST

SECTIO CAESAREA SPINAL ANESTESI DI RS KIA SADEWA

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh aplikasi distraksi nyeri “nyeriku” terhadap intensita

nyeri pada pasien post SC di RS KIA

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya intensitas nyeri responden sebelum dan setelah diberikan

intervensi pemberian aplikasi distraksi nyeri pada kelompok intervensi di

RS KIA

b. Diketahuinya intensitas nyeri responden sebelum dan setelah diberikan

intervensi pemberian aplikasi distraksi nyeri pada kelompok kontrol di Unit

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah pada keperawatan anestesi.

Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah pasien dewasa yang akan

menjalani tindakan pembedahan dengan spinal anestesi di RS KIA


E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih dalam literatur

keperawatan, khususnya tentang pemberian aplikasi distraksi nyeri sebagai

salah satu cara untuk mengurangi intensitas nyeri pasien post SC di RS KIA

2. Manfaat praktis

a. Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu pertimbangan dan data untuk memberikan program
yang tepat terkait dengan pemberian aplikasi distraksi nyeri sehingga
dapat menguragi intensitas nyeri pasien di RS KIA
d. Manfaat bagi peneliti

Menambah pengetahuan peneliti untuk mengembangkan aplkasi

android distraksi nyeri

e. Manfaat bagi peneliti lain

Dapat menjadi ilmu yang berharga dan pengalaman nyata yang dilihat

serta diterapkan di lapangan secara langsung khususnya pada cabang

ilmu keperawatan anestesi


F. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan dan penelusuran peneliti, penelitian tentang pengaruh

aplikasi android distraksi nyeri “nyeriku” terhadap intensitas nyeri pasien post

SC di RS KIA. belum pernah dilakukan, akan tetapi ada penelitian yang

hampir sama yang dilakukan oleh :

1. Karyati (2015) dengan judul “APLIKASI TERAPI MUSIK RELIGI


SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN SKALA NYERI PERSALINAN
DI KAB. KUDUS TAHUN 2015”
Perbedaan pada penelitian ini yaitu subjek pada penelitian Karyati adalah
intervensi yang diberikan Karyati adalah terapi music religi. Kesamaan
pada penelitian ini yaitu mengukur intensitas nyeri post op

2. Puji (2017) dengan judul “Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap

Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Delima RSUD

Kertosono”. Yang membedakan pada penelitian Puji yaitu Intervensi yang

diberikan oleh Puji adalah genggam jari untuk mengurangi intensitas. .

Kesamaan pada penelitian ini yaitu intensitas nyeri post OP

3. Akbar (2014) “HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN PRE-

OPERASI DENGAN DERAJAT NYERI PADA PASIEN POST SECTIO

CAESAREA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2014” yang membedakan pada penelitian Akbar yaitu hubungan

antara kecemasan pasien dengan intensitas nyeri pasien . Kesamaan pada

penelitian ini yaitu mengukur intensitas nyeri

Anda mungkin juga menyukai