PENDAHULUAN
1
sakit dan ketidaknyamanan serta kurangnya perawatan diri,sering tidak masuk
sekolah,gangguan kognisi,terganggunya kegiatan interpersonal,gangguan tidur
dan berkurangnya energi.
Survei nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebesar 75 % penduduk
indonesia mengalami riwayat karies gigi,dengan rata rata jumlah kerusakan gigi
sebesar 5 gigi setiap orang,diantaranya 4 gigi sudah dicabut atupun sudah tidak
ada sementara angka penumpatan sangat rendah (0,08 gigi perorang ) .Juga
dilaporkan penduduk indonesia yang menyadari bahwa dirinya bermasalah gigi
dan mulut hanya 23 % .hanya 30 % yang menerima perawatan atau pengobatan
dari tenaga profesional gigi. Ini berarti effective demand untuk berobat gigi
rendah, terjadinya keterlambatan perawatan yang tinggi sehingga kerusakan gigi
sebagian besar berakhir dengan pencabutan
Sebetulnya tehnik pencegahan yang selama ini sudah dikenal adalah
menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara baik dan
benar.Survei Nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebagian besar penduduk
berperilaku menyikat gigi setiap hari, namun yang berperilaku benar yaitu
menyikat gigi ssudah makan pagi dan sebelum tidur malam baru mencapai 7 %.
Pemerintah melakukan pelayanan kesehatan dasar (primary Healt Care/
PHC ) di puskesmas dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. PHC
dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan kuratif dan preventif mendasar
dengan biaya yang terjangkau bagi negara dan masyarakat. Penyakit gigi dan
mulut terutama karies gigi di usia dini. Dan penyakit penyakit yang paling sering
ditemukan. Karenanya pelayanan kesehatan gigi dan mulut harus enjadi bagian
dari sistem PHC. Sayangnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut tidak
terintegrasi secara adekuat dalam sistem PHC.
Dua halangan utama dalam menggabungkan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut dalam sistem PHC adalah orientasi kedikteran gigi konvensional yang
masih diarahkan pada pelayanan individual,bukan pendekatan komunitas dan
karakter teknisnya sdibandingkan dengan sosial dan perilaku serta filosofi
kedikteran gigi konvensional yang harus dirubah menjadi perawatan yang tidak
terlalu membutuhkan tehnologi ,kontrol,dan pencegahan untuk mengatasi
kebutuhan perawatan kesehatan gigi dan mulut komunitas.
Upaya pelayanan kesehatan gigi di indonesia dilaksankan baik oleh
pemerintah maupun swasta . Upaya pelayanan kesehatan gigi yang
dilaksanakan oleh pemerintah selama ini mengacu pada pendekatan level of
care (kebijakan WHO )yang meliputi tindakan promotif,preventif, deteksi dini,
kuratif dan rehabilitatif yaitu merumuskan pelayan kesehatan berjenjang untuk
memberikan pelayanan yang menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang
ada
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan
dan mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
kesehatan tersebut diatas.
2
Upaya pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di BP gigi Puskesmas merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan di
Puskesmas.
Dalam menjalankan pelayanan Gigi dan mulut di Puskesmas, agar dapat
berjalan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasien maka Puskesmas
Bulukerto menyusun PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN BP GIGI
DI PUSKESMAS BULUKERTO
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk meningkatkan pelayanan di Puskesmas, dan meningkatkan kepuasan
pasien
2. TUJUAN KHUSUS
-Terselenggaranya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yang
aman, bermanfaat, bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
-Mengurangi angka kesakitan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan
perawatan kesehatan gigi secara optimal
D. BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan sesuai standart yang ditetapkan sesuai kompetensi petugas ( dokter
gigi , perawat gigi ) untuk perawatan yang dapat diberikan dengan lokasi
operasional di Puskesmas /PPK 1
E. LANDASAN HUKUM
1. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK
02.02/MENKES/62/2015 TENTANG PANDUAN PRAKTEK KLINIK BAGI
DOKTER GIGI.
2. Permenkes no 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
3. Undang –Undang Kesehatan Republik Indonesia no 36 tahun 2009
4. Pedoman paket dasar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas
Kemenkes RI thn 2012
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
3
No JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH
1 PENANGGUNG JAWAB KEPALA 1
PUSKESMAS
2 TENAGA TEKNIS DOKTER GIGI 1
PERAWAT GIGI 1
3 TENAGA NON TEKNIS - -
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tenaga teknis bertugas setiap hari sesuai jam kerja di ruang BP Gigi
C. JADUAL KEGIATAN
Buka setiap hari sesuai jam kerja dinas.
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
1. Ukuran ruang 4 x 3 m2
2. Langit-langit berwarna terang
3. Dinding berwarna terang
4. Lantai dari keramik
5. Terdapat pintu
6. Washtafel
7. Pencahayaan cukup
8. Sirkulasi udara cukup
9. Suhu ruangan cukup
10. Tersedia air bersih
11. Tersedia tempat sampah
B. STANDAR FASILITAS
5
1. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN BESAR
a. Meja
b. Kursi
c. Washtafel
d. Almari alat dan bahan
e. Meja persiapan bahan
f. Kipas angin
g. Meja alat
h. Almari sterilisasi/sterilisator
i. Dental unit
j. Kompressor
2. PERALATAN KECIL
NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN
ART 1 buah
1
Eksavator kecil 1 buah
6
Tang gigi anterior RA 1 buah
7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
PULANG OBAT
8
ALUR PELAYANAN DI BP GIGI
PUSMESMAS BULUKERTO
PEMERIKSAAN KLINIS
PEMERIKSAAN
LAB BILA TIDAK
DIPERLUKAN INFORM
DIAGNOSA
DALAM (BP UMUM)
CONCEN
TT YA
RUJUK KONSULTASI PEMBERIAN
LUAR (RSUD ) RESEP TINDAKAN
DAN MEDIKASI
TATA USAHA
KASIR
PULANG
OBAT
9
KETERANGAN
1. Pasien datang, mendaftarkan diri di loket pendaftaran Puskesmas.
2. Pasien menunggu di ruang tunggu menunggu panggilan no antrian dari BP gigi
3. Pasien masuk ruang BP Gigi setelah panggilan dari no antrian, dilakukan
pemeriksaan dan anamnesa oleh dokter gigi ditegakkan diagnosa, jika butuh
pemeriksaan penunjang pasien dirujuk ke bagia laboratorium
4. Dilakukan rencana perawatan yang akan dilakukan dan dilakukan inform concent
untuk persetujuan tindakan medik gigi, Jika butuh dilakukan rujukan internal,
eksternal pasien diberikan rujukan
5. Dilakukan tindakan medik dental atau premedikasi jika diperlukan
6. Pasien menuju kasir pembayaran
7. Pasien menyerahkan resep ke bagian obat
8. Pasien pulang
2. PELAPORAN
Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berupa laporan bulanan yang merupakan hasil rekapitulasi
pencatan harian dan tahunan sesuai format dan arahan DKK
10
BAB V
LOGISTIK
Untuk yang pengadaan yang lewat DKK, Puskesmas setiap tahun membuat
pengajuan logistik yang dibutuhkan. Kemudian Puskesmas tinggal menunggu
logistik datang dari DKK.
Untuk yang pengadaan Puskesmas, tergantung kebutuhan Puskesmas yang
habis logistik yang mana, karena logistik yang datang dari DKK belum bisa
mencukupi kebutuhan Puskesmas, sehingga Puskesmas harus mencukupi
sendiri disesuaikan dengan keuangan Puskesmas.
Daftar logistik yang di Puskesmas Bulukerto
No NAMA
1. GIC
2 CHKM
3 TKF
4 FLETCHER POWDER AND LIQUID
5 SENG POSPHAT CEMENT POWDER AND
LIQUID
6 EUGENOL
7 CALCIDOR
8 DEVITALISASI PULPA
9 PASTA MUMMIFIKASI (MUMIFYNG PASTA )
11
10 IOD GLICERYN
11 LIDOCAIN
12 SPUIT INJEKSI 2,5 ML
13 KASSA DAN KAPAS STERIL
14 MATA BUR LOW SPEED DAN HIGH SPEED
15 HANDSCOON
16 MASKER
17 SPONGOSTAN ( HAEMOSTAT TOPICAL )
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
masyarakat
3. Menurunkan kejadian yang tidak diharapkan ( KTD ) di puskesmas
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
keselamatan pasien
1. Hak pasien
Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tidak diharapkan.
Kriteria :
1. Harus ada dokter penangggung jawab pelayanan
2. Dokter penanggung jawab wajib membuat rencana pelayanan
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
12
dan hasil pelayanan , pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
keterlibatan pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan karena itu
baik, mengacu pada misi dan visi dan tujuan puskesmas, kebutuhan
13
2. Pengumpulan data kinerja petugas kesehatan antara lain terkait
tahap pelayanan.
5.Peran pemimpin (kepala puskesmas )dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar :
1. Kepala puskesmas mendorong dan menjamin implementasi program
keselamatan pasien.
4. Kepala puskesmas mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk
insiden.
4. Tersedianya prosedur cepat tanggap terhadap insiden,termasuk asuhan
terhadap pasien yang terkena musibah,membatasi resiko pada orang lain dan
insiden.
6. Tersedianya mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden.
7. Tersedianya sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan.
8. Tersedianya sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan
keselamatan pasien.
9 . Tersedianya kolaborasi dan komonikasi terbuka secara terbuka antar unit dan
pengelola pelayanan.
6. Mendididk petugas kesehatan tentang keselamatan pasien
Standar :
1.Puskesmas mempunyai proses pendididkan ,pelatihan dan orientasi yang jelas
14
2.Puskesmas mengirim petugasnya untuk pelatihan yang berkelanjutan untuk
pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi petugas kesehatan untuk mencapai
keselamatan pasien.
Standar :
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
Pasien wajib diberitahukan akan segala hal yang berkaitan dengan penyakitnya
dan tindakan yang akan dilakukan . Segala informasi harus diberikan dengan
jelas termasuk efek samping yang akan ditimbulkan dalam tindakan tersebut .
Pasien harus menandatangani informed concent yang diberikan oleh dokter atau
15
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
2. Sanitasi lingkungan
a. Semua ruangan harus bersih
b. Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan
kantong plastik
c. Tata ruang harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/menjadi sarang
serangga atau binatang pengerat.
d. Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan
dibersihkan secara teratur
16
1. Melaksanakan praktek di bidang kedokteran gigi yang benar setiap
petugas harus mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap
bahaya yang mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap peralatan
kesehatan dan keselamatan kerja dengan benar, serta mengetahui cara
mengatasi apabila terjadi kecelakaan di BP.
2. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas , masker, sarung tangan,
alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.
3. Jas yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja .
4. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus harus diikat ke
belakang dengan rapi
5. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum
dan setelah selesai melakukan perawatan gigi.
6. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
7. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada
penanggungjawab .
8. Tas/ kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang
ditentukan
BAB VIII
17
PENGENDALIAN MUTU
BAKUAN MUTU
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu,
diperlukan bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat
dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksanaan.
1. Tiap pelaksanaan yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa
dan bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga
pelaksanaan baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu
aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang
tertulis akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai
4. Standar operasional prosedur dan instruksikerja dibuat oleh tenaga teknis
dan disahkan oleh penanggungjawab Puskesmas.
DIMENSI MUTU
Ada 8 dimensi mutu yaitu :
1. Dimensi mutu keamanan
2. Dimensi mutu kenyamanan
3. Dimensi mutu efektifitas
4. Dimensi mutu afisiensi
5. Dimensi mutu kontiunitas
6. Dimensi mutu kemudahan
7.Dimensi mutu HAM
8. Dimensi mutu akses
pelayanan
Mengadakan pertemuan dengan tim puskesmas untuk
koordinasi
Menyampaikan usulan kepada tim TMPP puskesmas sesuai
prioritas
visi puskesmas yaitu pelayanan prima menjadi budaya kerja dan mencapi
18
BAB IX
PENUTUP
19
Hal-hal tesebut diatas semaksimal mungkin akan dilaksanakan yang pada akhirnya
tujuan kepuasan pelanggan akan tercapai.
20