Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran
,kemauan ,dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya dapat terwujud.
Undang – undang Dasar 1945 pasal 28 H angka (1 ) Mengamanhkan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin , bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan .Pada pasal 34 angka (3) negara
bertanggungjawab atas pelayanan umum yang layak.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi
dalam mecapai drajat kesehatan yang optimal.dalam pasal 93 dan 94 dinyatakan
bahwa pelayanan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi,pengobatan penyakit
gigi,dan pemulihan kesehatan gigi yang dilakukan secara terpadu,terintegrasi
dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi
perseorangan ,pelayanan kesehatan gigi masyarakat,usaha kesehatan gigi
sekolah serta pemerintah dan pemerintah wajib menjamin ketersediaan tenaga
,fasilitas pelayanan ,alat dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman ,bermutu,dan
terjangkau oleh masyarakat.
Undang – undang nomor 17 tahun 2007 tentang rencana pembangunan
Jangka panjang Nasional , mengamanahkan bahwa pembangunan kesehatan
diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan,pemberdayaan dan
kemandirian ,adil dan merata ,serta pengutamaan dan manfaat dengan
perhatian khusus pada penduduk rentan,antara lain ibu,bayi, anak,manusia usia
lanjut (manula ),dan keluarga miskin.Pelaksanaan kewengan wajib bagi
pemerintah daerah baik di provinsi, kabupaten/kota yang tertuang pada
peraturan pemerintahnomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan
pemerintahan .
Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut pada sebagian
besar penduduk Indonesia, Di banyak negara sebagian besar karis pada anak –
anak masih tidak diobati sehingga mengakibatkan sakit gigi,penyakit
pulpa,ulserasimukosa di jaringan sekitarnya, abses dan fistula.Kondisi ini dapat
berdampak pada kesehatan umum.Di seluruh dunia dunia karies berkontribusi
15 kal lebih tinggi sebagai beban penyakit disability adjusted life year (DALY )
Dibandingkan dengan penyakit periodontai. Keterbatasan (disable )berarti rasa

1
sakit dan ketidaknyamanan serta kurangnya perawatan diri,sering tidak masuk
sekolah,gangguan kognisi,terganggunya kegiatan interpersonal,gangguan tidur
dan berkurangnya energi.
Survei nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebesar 75 % penduduk
indonesia mengalami riwayat karies gigi,dengan rata rata jumlah kerusakan gigi
sebesar 5 gigi setiap orang,diantaranya 4 gigi sudah dicabut atupun sudah tidak
ada sementara angka penumpatan sangat rendah (0,08 gigi perorang ) .Juga
dilaporkan penduduk indonesia yang menyadari bahwa dirinya bermasalah gigi
dan mulut hanya 23 % .hanya 30 % yang menerima perawatan atau pengobatan
dari tenaga profesional gigi. Ini berarti effective demand untuk berobat gigi
rendah, terjadinya keterlambatan perawatan yang tinggi sehingga kerusakan gigi
sebagian besar berakhir dengan pencabutan
Sebetulnya tehnik pencegahan yang selama ini sudah dikenal adalah
menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara baik dan
benar.Survei Nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebagian besar penduduk
berperilaku menyikat gigi setiap hari, namun yang berperilaku benar yaitu
menyikat gigi ssudah makan pagi dan sebelum tidur malam baru mencapai 7 %.
Pemerintah melakukan pelayanan kesehatan dasar (primary Healt Care/
PHC ) di puskesmas dalam sistem pelayanan kesehatan nasional. PHC
dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan kuratif dan preventif mendasar
dengan biaya yang terjangkau bagi negara dan masyarakat. Penyakit gigi dan
mulut terutama karies gigi di usia dini. Dan penyakit penyakit yang paling sering
ditemukan. Karenanya pelayanan kesehatan gigi dan mulut harus enjadi bagian
dari sistem PHC. Sayangnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut tidak
terintegrasi secara adekuat dalam sistem PHC.
Dua halangan utama dalam menggabungkan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut dalam sistem PHC adalah orientasi kedikteran gigi konvensional yang
masih diarahkan pada pelayanan individual,bukan pendekatan komunitas dan
karakter teknisnya sdibandingkan dengan sosial dan perilaku serta filosofi
kedikteran gigi konvensional yang harus dirubah menjadi perawatan yang tidak
terlalu membutuhkan tehnologi ,kontrol,dan pencegahan untuk mengatasi
kebutuhan perawatan kesehatan gigi dan mulut komunitas.
Upaya pelayanan kesehatan gigi di indonesia dilaksankan baik oleh
pemerintah maupun swasta . Upaya pelayanan kesehatan gigi yang
dilaksanakan oleh pemerintah selama ini mengacu pada pendekatan level of
care (kebijakan WHO )yang meliputi tindakan promotif,preventif, deteksi dini,
kuratif dan rehabilitatif yaitu merumuskan pelayan kesehatan berjenjang untuk
memberikan pelayanan yang menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang
ada
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan
dan mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
kesehatan tersebut diatas.

2
Upaya pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di BP gigi Puskesmas merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan di
Puskesmas.
Dalam menjalankan pelayanan Gigi dan mulut di Puskesmas, agar dapat
berjalan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasien maka Puskesmas
Bulukerto menyusun PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN BP GIGI
DI PUSKESMAS BULUKERTO
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk meningkatkan pelayanan di Puskesmas, dan meningkatkan kepuasan
pasien
2. TUJUAN KHUSUS
-Terselenggaranya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yang
aman, bermanfaat, bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
-Mengurangi angka kesakitan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan
perawatan kesehatan gigi secara optimal

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Penyelenggaraan pelayanan BP Gigi di Puskesmas merupakan kegiatan pokok.
Pelayanan yang dilakukan adalah pelayanan dasar pada bp gigi sesuai standart ,
meliputi Pengobatan penyakit gigi dan mulut, Perawatan penambalan gigi,
Peawatan Pencabutan gigi, Pembersihan Karang gigi, Pelayanan rujukan,
Konsultasi, Pelayanan atau pembinaan kesehatan gigi anak sekolah (UKGS ),
Pelayanan atau pembinaan kesehatan gigi di Masyarakat ( UKGMD ).

D. BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan sesuai standart yang ditetapkan sesuai kompetensi petugas ( dokter
gigi , perawat gigi ) untuk perawatan yang dapat diberikan dengan lokasi
operasional di Puskesmas /PPK 1

E. LANDASAN HUKUM
1. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK
02.02/MENKES/62/2015 TENTANG PANDUAN PRAKTEK KLINIK BAGI
DOKTER GIGI.
2. Permenkes no 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
3. Undang –Undang Kesehatan Republik Indonesia no 36 tahun 2009
4. Pedoman paket dasar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas
Kemenkes RI thn 2012

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggara pelayanan di BP
Gigi, dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi baik jumlah maupun
mutunya. Pola ketenagaan minimal harus dimiliki oleh Puskesmas. Adapun
tenaga medis BP GIGI di Puskesmas Bulukerto sebagai berikut :

3
No JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH
1 PENANGGUNG JAWAB KEPALA 1
PUSKESMAS
2 TENAGA TEKNIS DOKTER GIGI 1
PERAWAT GIGI 1
3 TENAGA NON TEKNIS - -

Untuk pembagian kerja masing masing petugas berdasarkan TUPOKSI yang


sesuai kompetensinya.
1. Penanggung jawab BP Gigi di Puskesmas mempunyai tugas
a. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis di BP gigi
b. Bertanggung jawab terhadap mutu di BP Gigi, mengatasi masalah
yang timbul dalam pelayanan BP Gigi
c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan BP
Gigi
d. Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.
2. Tenaga teknis mempunyai tugas
a. Melaksanakan kegiatan teknis operasional Pelayanan BP Gigi sesuai
kompetensi dan kewenangan berdasarkan pedoman pelayanan dan
standar prosedural operasional.
b. Melaksanakan kegiatan mutu BP Gigi
c. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan
d. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja
e. Melaksanan pelayanan rujukan
f. Menyiapkan alat dan bahan
g. Menyiapkan pasien
h. Melaksanakan administrasi

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tenaga teknis bertugas setiap hari sesuai jam kerja di ruang BP Gigi

C. JADUAL KEGIATAN
Buka setiap hari sesuai jam kerja dinas.

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

MODEL BP GIGI PUSKESMAS BULUKERTO


(UKURAN 4 MX 2,5 M)

1. Ukuran ruang 4 x 3 m2
2. Langit-langit berwarna terang
3. Dinding berwarna terang
4. Lantai dari keramik
5. Terdapat pintu
6. Washtafel
7. Pencahayaan cukup
8. Sirkulasi udara cukup
9. Suhu ruangan cukup
10. Tersedia air bersih
11. Tersedia tempat sampah

B. STANDAR FASILITAS

5
1. PERLENGKAPAN DAN PERALATAN BESAR
a. Meja
b. Kursi
c. Washtafel
d. Almari alat dan bahan
e. Meja persiapan bahan
f. Kipas angin
g. Meja alat
h. Almari sterilisasi/sterilisator
i. Dental unit
j. Kompressor

2. PERALATAN KECIL
NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN
ART 1 buah
1
 Eksavator kecil 1 buah

 Eksavator sedang 1 buah

 Eksavator besar 1 buah

 Dobble Ended Applier and 1 buah


Carver

 Spatula Plastik 1 buah

Bein Lurus Besar 1 buah


2
Bein Lurus Kecil 1 buah
3
Bur Intan 1 buah
4
Exkavator Berujung Dua( Besar) 5 buah
5
Exkavator Berujung Dua( Kecil) 5 buah
6
Handpiece Contra Angle 1 buah
7
Handpiece Straight 1 buah
8
Kaca Mulut + Tangkainya 1 buah
9
Set Kursi Gigi Lengkap 1 Set
10
Cryer Distal 1 buah
11
Cryeyer Mesial 1 buah
12
Penumpat plastis 1 buah
13
Penumpat Semen Berujung Dua 1 buah
14
Pinset Gigi Polishing Bur 1 buah
15
Scaler Manual 1 set
16
Scaler Ultrasonik 1 buah
17
Sonde Lengkung 8 buah
18
Sonde Lurus 1 buah
19
Spatula Pengaduk Semen 1 buah
20
Spatula Pengaduk GI 1 buah
21
Set Tang Pencabutan Dewasa 1 buah
22

6
 Tang gigi anterior RA 1 buah

 Tang gigi Premolar RA 1 buah

 Tang gigi molar kanan atas 1 buah

 Tang gigi molar kiri atas 1 buah

 Tang molar 3 atas 1 buah

 Tang sisa akar posterior atas 1 buah

 Tang sisa akar anterior 1 buah

 Tang gigi anterior dan premolar 1 buah


bawah

 Tang gigi molar kanan/kiri bawah 1 buah

 Tang gigi molar 3 RB 1 buah

 Tang sisa akar RB 1 buah

Set Tang Pencabutan gigi anak 1 buah


23
 Tang gigi anterior atas 1 buah

 Tang gigi anterior bawah 1 buah

 Tang Molarbawah 1 buah

 Tang Molar atas 1 buah

 Tang sisa akar RB 1 buah

 Tang sisa akar RA 1 buah

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. ALUR PELAYANAN DI BP GIGI PUSMESMAS BULUKERTO

PENDAFTARAN POLI GIGI KASIR

PULANG OBAT

8
ALUR PELAYANAN DI BP GIGI
PUSMESMAS BULUKERTO

POLI GIGI PENULISAN IDENTITAS


PENDAFTARA
PASIEN DI BUKU REGISTER
N PASIEN
ANAMNESA

PEMERIKSAAN KLINIS

PEMERIKSAAN
LAB BILA TIDAK
DIPERLUKAN INFORM
DIAGNOSA
DALAM (BP UMUM)
CONCEN
TT YA
RUJUK KONSULTASI PEMBERIAN
LUAR (RSUD ) RESEP TINDAKAN
DAN MEDIKASI
TATA USAHA
KASIR

PULANG

OBAT

9
KETERANGAN
1. Pasien datang, mendaftarkan diri di loket pendaftaran Puskesmas.
2. Pasien menunggu di ruang tunggu menunggu panggilan no antrian dari BP gigi
3. Pasien masuk ruang BP Gigi setelah panggilan dari no antrian, dilakukan
pemeriksaan dan anamnesa oleh dokter gigi ditegakkan diagnosa, jika butuh
pemeriksaan penunjang pasien dirujuk ke bagia laboratorium
4. Dilakukan rencana perawatan yang akan dilakukan dan dilakukan inform concent
untuk persetujuan tindakan medik gigi, Jika butuh dilakukan rujukan internal,
eksternal pasien diberikan rujukan
5. Dilakukan tindakan medik dental atau premedikasi jika diperlukan
6. Pasien menuju kasir pembayaran
7. Pasien menyerahkan resep ke bagian obat
8. Pasien pulang

B. KEMAMPUAN PEMERIKSAAN, METODE DAN REAGEN


1. KEMAMPUAN PEMERIKSAAN
Kemampuan pelayanan perawatan kesehatan gigi dan mulut di BP Gigi UPT
Puskesmas Bulukerto meliputi :
a. Bidang Konservasi gigi : Penambalan dengan GIC, Perawatan endodontic
(mummifikasi pulpa ), kegawat daruratan dental ( Pulpitis akut ), trepanasi
b. Bidang Bedah Mulut : Pencabutan gigi Permanen, incisi abses, pre
medikasi
c. Periodontologi : Pembersihan karang gigi ( scaling )
d. Kedokteran Gigi Anak : Pencabutan gigi anak dengan topikal, infiltrasi
atau blok anesthesi,
e. UKGMD dan UKGS
f. Konsultasi
C. RUJUKAN
Rujukan dilakukan kepada pasien yang membutuhkan perawatan di faskes yang
lebih tinggi( RSUD Soediran MS, RS Harjono Ponorogo,RS swasta lain ) .

D. PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. PENCATATAN
Kegiatan – kegiatan yang perlu dicatat oleh tenaga kesehatan gigi
- Penyuluhan
- Pemeriksaan dan pengobatan sederhana
dilakukan pada buku register dan dilakukan rekapitulasi setiap hari,
pencatatan yang dilakukan pada buku pendaftaran pasien.
- Rujukan

2. PELAPORAN
Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berupa laporan bulanan yang merupakan hasil rekapitulasi
pencatan harian dan tahunan sesuai format dan arahan DKK

10
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan logistik untuk pelaksanaan penyelenggaran laboratorium Puskesmas


Bulukerto direncanakan dalam renstra, POA dan lokmin bulanan. Pengadaan
logistik berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan pengadaan sendiri oleh
Puskesmas.

Untuk yang pengadaan yang lewat DKK, Puskesmas setiap tahun membuat
pengajuan logistik yang dibutuhkan. Kemudian Puskesmas tinggal menunggu
logistik datang dari DKK.
Untuk yang pengadaan Puskesmas, tergantung kebutuhan Puskesmas yang
habis logistik yang mana, karena logistik yang datang dari DKK belum bisa
mencukupi kebutuhan Puskesmas, sehingga Puskesmas harus mencukupi
sendiri disesuaikan dengan keuangan Puskesmas.
Daftar logistik yang di Puskesmas Bulukerto
No NAMA
1. GIC
2 CHKM
3 TKF
4 FLETCHER POWDER AND LIQUID
5 SENG POSPHAT CEMENT POWDER AND
LIQUID
6 EUGENOL
7 CALCIDOR
8 DEVITALISASI PULPA
9 PASTA MUMMIFIKASI (MUMIFYNG PASTA )

11
10 IOD GLICERYN
11 LIDOCAIN
12 SPUIT INJEKSI 2,5 ML
13 KASSA DAN KAPAS STERIL
14 MATA BUR LOW SPEED DAN HIGH SPEED
15 HANDSCOON
16 MASKER
17 SPONGOSTAN ( HAEMOSTAT TOPICAL )

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Di BP Gigi perlu


diperhatikan keselamatan pasien dengan melakukan identifikasi resiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan resiko terhadap pasien harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.
Tujuan keselamatan pasien :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan

masyarakat
3. Menurunkan kejadian yang tidak diharapkan ( KTD ) di puskesmas
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan yang tidak diharapkan


Standar keselamatan pasien meliputi :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda – metoda peningkatan kinerja untuk melakukan

evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien


5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik petugas kesehatan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi petugas untuk mencapai

keselamatan pasien
1. Hak pasien
Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi

tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian

tidak diharapkan.

Kriteria :
1. Harus ada dokter penangggung jawab pelayanan
2. Dokter penanggung jawab wajib membuat rencana pelayanan
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan

secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana

12
dan hasil pelayanan , pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk

kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan.


2. Mendidik pasien dan keluarga
Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kwajiban dan

tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien


Kriteria :
Keselamatan dalam memberikan pelayanan dapat ditingkatkan dengan

keterlibatan pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan karena itu

harus ada mekanisme mendididk pasien.


1. Memberikan informasi yang lengkap, benar , dan jujur
2. Mengetahui tanggung jawab pasien dan keluarga
3. Mengajukan pertanyaan untuk hal – hal yang tidak dimengerti
4. Memahami dan menerima kondisi, konskwensi pelayanan
5.mematuhi instruksi dan menghormati peraturan
6. Memperhatikan sikap menghormati tenggang rasa
7. Memenuhi kwajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dan Kesinambungan pelayanan
Standar :
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar

tenaga dan antar unit pelayanan


Kriteria :
1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulaai dari saat

pasien masuk,pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan ,tindakan

pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari puskesmas.


2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan

pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan,shg pada

seluruh tahap pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.


3. Peningkatan komonikasi antara petugas dan pasien serta keluarganya

sehingga diharapkan mendapatka dukungan keluarga akan rencana dan

tindakan yang akan dilakukan.


4. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan dapat

tercapainya koordinasi antar petugas kesehatan.


4.Penggunaan metoda – metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi

dan program peningkatan keselamatan pasien.


Standar :
Petugas mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada ,

memonitor, dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data , menganalisis,

secara intensif kejadian tidak diharapkan dan melakukan perubahan untuk

meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.


Kriteria :
1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perencanaan , design yang

baik, mengacu pada misi dan visi dan tujuan puskesmas, kebutuhan

pasien,petugas pelayanan , kaidah klinis terkini dan nilai kepraktisan

13
2. Pengumpulan data kinerja petugas kesehatan antara lain terkait

pelaporan, insiden dan manajemen resiko.


3. Mengadakan evaluasi secara intensif.
4. Mengadakan perubahan ke arah perbaikan mutu pelayanan sehingga

keselamatan pasien terjamin yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien

dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan pada seluruh

tahap pelayanan.
5.Peran pemimpin (kepala puskesmas )dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar :
1. Kepala puskesmas mendorong dan menjamin implementasi program

keselamatan pasien melalui penerapan tujuh langkah ini.


2. Kepala puskesmas menjamin program proaktif identifikasiresiko keselamatan

pasien dan program mengurangi kejadian yang tidak diinginkan.


3 . Kepala puskesmas mendorong komonikasi dan koordinasi antar unit dan

individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentansumberdayag

keselamatan pasien.
4. Kepala puskesmas mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk

mengukur ,mengkaji,dan meningkatkan kinerja puskesmas


5. Kepala puskesmas mengukur dan mengkaji efektifitas konstribusinya

meningkatkan kinerja puskesmas.


Kriteria :
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2. Tersedinya program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan

program meminimalkan insiden.


3. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan

insiden.
4. Tersedianya prosedur cepat tanggap terhadap insiden,termasuk asuhan

terhadap pasien yang terkena musibah,membatasi resiko pada orang lain dan

penyampaian yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.


5. Tersedianya mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan

insiden.
6. Tersedianya mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden.
7. Tersedianya sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan.
8. Tersedianya sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan

kriteria obyektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja puskesmas dan

keselamatan pasien.
9 . Tersedianya kolaborasi dan komonikasi terbuka secara terbuka antar unit dan

pengelola pelayanan.
6. Mendididk petugas kesehatan tentang keselamatan pasien
Standar :
1.Puskesmas mempunyai proses pendididkan ,pelatihan dan orientasi yang jelas

di setiap jabatan untuk keselamatan pasien.

14
2.Puskesmas mengirim petugasnya untuk pelatihan yang berkelanjutan untuk

meningkatkan dan memelihara kompetensi petugas serta mendukung

pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.


Kriteria :
1. Memiliki program pelatihan dan orientasi bagi petugas baru yang memuat

topik bagi keselamatan pasien.


2. Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice

training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.


3. Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok atau teamwork

guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaborasi dalam rangka melayani

pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi petugas kesehatan untuk mencapai

keselamatan pasien.
Standar :
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen

informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi

internal dan eksternal.


2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
1. Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses

manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait

dengan keselamatan pasien.


2. Tersedianya mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi

untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

Setiap tindakan kedokteran harus memperhatikan keselamatan pasien.

Pasien wajib diberitahukan akan segala hal yang berkaitan dengan penyakitnya

dan tindakan yang akan dilakukan . Segala informasi harus diberikan dengan

jelas termasuk efek samping yang akan ditimbulkan dalam tindakan tersebut .

Pasien harus menandatangani informed concent yang diberikan oleh dokter atau

perawat. Petugas dalam melaksanakan keselamatan pasien ini harus sesuai

prosedur yang ada.

15
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Setiap tindakan medis yang dilakukan di Puskesmas dapat menimbulka


bahaya/resiko terhadap petugas yang berada di dalam BP Gigi maupun
lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi/ mencegah bahaya yang terjadi, setiap
petugas BP Gigi harus melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Kegiatan tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja
BP Gigi :

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :


A. Di tempat kerja dan lingkungan kerja
1. Desain tempat kerja yang menunjang K3
a. Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja .
b. Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja
c. Pencahayaan cukup dan nyaman
d. Ventilasi cukup dan sesuai
e. Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah di jangkau jika
diperlukan.

2. Sanitasi lingkungan
a. Semua ruangan harus bersih
b. Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan
kantong plastik
c. Tata ruang harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/menjadi sarang
serangga atau binatang pengerat.
d. Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan
dibersihkan secara teratur

B. Proses kerja, bahan dan peralatan

16
1. Melaksanakan praktek di bidang kedokteran gigi yang benar setiap
petugas harus mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap
bahaya yang mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap peralatan
kesehatan dan keselamatan kerja dengan benar, serta mengetahui cara
mengatasi apabila terjadi kecelakaan di BP.
2. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas , masker, sarung tangan,
alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.
3. Jas yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja .
4. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus harus diikat ke
belakang dengan rapi
5. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum
dan setelah selesai melakukan perawatan gigi.
6. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
7. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada
penanggungjawab .
8. Tas/ kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang
ditentukan

a. Tempat penampungan sampah sementara


Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak permanen, yang
diletakkan pada lokasi yang mudah dijangkau
Tempat penampungan sampah sementara dikosongkan dan
dibersihkan setiap hari.
b. Tempat pembuangan sampah akhir
1) Sampah infeksius, sampah toksik dan sitotoksik dikelola sesuai
prosedur dan peraturan yang berlaku.
2) Sampah umum (domestik) dibuang ke tempat pembuangan
sampah akhir yang dikelola sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang berlaku.

BAB VIII

17
PENGENDALIAN MUTU

BAKUAN MUTU
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu,
diperlukan bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat
dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksanaan.
1. Tiap pelaksanaan yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa
dan bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga
pelaksanaan baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu
aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang
tertulis akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai
4. Standar operasional prosedur dan instruksikerja dibuat oleh tenaga teknis
dan disahkan oleh penanggungjawab Puskesmas.
DIMENSI MUTU
Ada 8 dimensi mutu yaitu :
1. Dimensi mutu keamanan
2. Dimensi mutu kenyamanan
3. Dimensi mutu efektifitas
4. Dimensi mutu afisiensi
5. Dimensi mutu kontiunitas
6. Dimensi mutu kemudahan
7.Dimensi mutu HAM
8. Dimensi mutu akses

Guna memudahkan pelaksanaan kegiatan dibentuk tim pengendalian

mutu pelayanan yang terdiri dari dua tim yaitu :

1.TPMPP tingkat puskesmas


Tim ini bertugas
 Menetapkan jadwal pertemuan
 Melakukan pertemuan dengan tim unit
 Menginventarisasi usulan dari tim unit pelayanan
 Menentukan dan menetapkan prioritas program
 Menunjuk tim unit yang akan melaksanakan program
 Mendokumentasikan hasil kegiatan
 Mensosialisasikan semua keputusan kepada semua petugas

2. TPMPP tingkat unit pelayanan


Tim ini tugasnya
 Membuat protap pelayanan
 Menginventaris kekurangan di masing masing unit

pelayanan
 Mengadakan pertemuan dengan tim puskesmas untuk

koordinasi
 Menyampaikan usulan kepada tim TMPP puskesmas sesuai

prioritas

Setiap petugas puskesmas akan selalu berusaha mewujudkan misi dan

visi puskesmas yaitu pelayanan prima menjadi budaya kerja dan mencapi

tujuan pelayanan yang bermutu.

18
BAB IX
PENUTUP

A. MONITORING DAN EVALUASI


Komunikasi yang efektif dan berkesinambungan dengan seluruh sektor terkait
merupakan cara untuk mengidentifikasi masalah masalah kecil yang apabila
tidak diatasi dapat mengancam keberhasilan program.
Monitoring berfungsi untuk mengurangi resiko keslahan pengambilan kesimpulan
dari hasil akhir evaluasi. Misalnya kesimpulan bahwa program tersebut tidak
efektif apabila program tidak berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya
Evaluasi dilaksanakan untuk menilai keberhasilan dari tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Berdasarkan tujuan tersebut ,pencapaian dapat
dievaluasi sejalan dengan keberhasilan yang diperoleh berupa
- Penurunan jumlah orang yang sakit gigi
- Pemanfatan pola pelayanan seperti peningkatan jumlah pasien yang
melakukan pemeriksaan reguler dan pasien yang datang untuk menambal
gigi berlubang
- Status kesehatan gigi dan mulut meningkat
- Kepuasan konsumen akan perawatan yang diperoleh
- Kepuasan kerja dari penyedia layanan kerja
- Sumber daya yang terbentuk
- Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor
B. TINDAK LANJUT SETELAH EVALUASI
a. memodifikasi program
pilihan lainnya adalah untuk memodifikasi program guna memecahkan masalah
yang ditemukan selama evaluasi. Misalnya re- orientasi program yang
dibutuhkan.
b. melanjutkan serta mengembangkan progran
keputusan untuk memperluas program ke skala yang lebih luas adalah
tergantung pada pememrintah dan komunitas. Harus didasari aktivitas self
Supprting yang diimplementasikan dengan dana yang ada
pada Akhirnya Pedoman Penyelenggaraanpelayanan BP Gigi Puskesmas
Bulukerto ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan, upaya
pengembangan, dan peningkatan pelayanan serta mutu pelayanan BP Gigi di
Puskesmas.

19
Hal-hal tesebut diatas semaksimal mungkin akan dilaksanakan yang pada akhirnya
tujuan kepuasan pelanggan akan tercapai.

PEDOMAN PELAYANAN BP GIGI


UPT PUSKESMAS BULUKERTO

DINAS KESEHATAN KABUPATEN WONOGIRI


UPT PUSKESMAS BULUKERTO

20

Anda mungkin juga menyukai