Anda di halaman 1dari 18

ETIKA 2 Konsep Dasar Etika Umum

Disusun oleh :

Kelompok 2

Desti Elza Muslimah (04111003023)

Tiara Septi Arini (04111003031)

Lia Apriliani (04111003034)

Desi Mentari (04111003043)

Yesica Tria Enggriani (04111003050)

Esa Zahirah (04111003053)

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2011 / 2012

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt. Karena berkat rahmat-Nya penulis dapat

menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Etika Umum”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak menghadapi masalah- masalah. Namun,

atas bantuan pihak lain maka permasalahan itu dapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu, hingga selesainya makalah ini.
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan, mengingat keterbatasan kemampuan pengatahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh

karena itu, penulis menerima saran, tanggapan dan kritik yang bersifat membangun demi kebaikan,

kesempurnaan dan kualitas dari makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga Allah swt. Berkenan melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya kepada kita

semua. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Indralaya, Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................................1

1.2 Tujuan.............................................................................................................................................................2
2
1.3 Rumusan masalah.........................................................................................................................................2

1.4 Manfaat..........................................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................................3

2.1 Pengertian Etik...............................................................................................................................................3

2.2 Etika sebagai Cabang Filsafat.......................................................................................................................5

2.2.1 Teori Pengetahuan..................................................................................................................................7

2.2.2 Teori Hakikat...........................................................................................................................................7

2.2.3 Teori Nilai................................................................................................................................................8

2.3 Peranan Etika Dalam Kehidupan Modern

2.4. Moral dan agama.........................................................................................................................................11

2.4.1. Rumusan Pertama...............................................................................................................................11

2.4.2. rumusan Kedua....................................................................................................................................11

2.5. Moral dan Hukum........................................................................................................................................12

BAB III PENUTUP..................................................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................iv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap masyarakat mengenal nilai-nilai dan norma-norma etis. Dalam masyarakat


yang homogeny dan agak tertutup seperti masyarakat tradisional. Tidak pernah
mempersoalkan nilai-nilai dan norma-norma itu praktis. Dalam keadaan seperti ini orang-
orang akan secara otomatis menerima norma dan nilai yang berlaku. Individu-individu dalam
masyarakat itu tidak berfikir lebih jauh. Tapi nilai-nilai dan norma-norma etis yang ada dalam
masyarakat. Tradisional umumnya tinggal implicit saja setiap saat bias menjadi ekspilit.

3
Terutama bila nilai-nilai itu ditantang atau norma-norma etis dilanggar Karena perkembangan
baru. Kita melihat bahwa nilai atau norma yang tadinya terpendam dalam hidup rutin, dengan
agak mendadak tampil ke permukaan. Banyak nilai dan norma yang etis berasal dari agama.
Tidak bisa diragukan, agama merupakan salah satu sumber nilai dan dan norma yang paling
penting. Kebudayaan merupakan suatu sumber yang lain, walaupun perlu dicatat bahwa
dalam hal ini kebudayaan seringkali tidak bias dilepaskan dari agama. Juga nasionalisme
atau kerangka hidup bersama dalam satu Negara mudah menjadi sumber nilai serta norma.
Bila Negara dalam bahaya atau merasa dihina oleh Negara lain. Nilai-nilai itu bisa sampai
bergejolak. Demikian halnya. Kalau dilihat dalam konteks social. Kalau kita melihat hal yang
sama dari segi individual . bisa saja terjadi bahwa nilai-nilai dan norma-norma itu disadari oleh
seorang tertentu. Karena ia pindah kedaerah lain. Di Indonesia pun sudah sejak dulu terdapat
variasi kecil-kecilan diberbagai daerah. Sejauh menyangkut nilai dan norma. Misalnya dalam
bidang pergaulan antara muda-mudi dan hubungan antara anak dan orang tua. Bila seorang
muda menjadi mahasiswa dank arena itu untuk pertama kali dalam hidupnya kelua dari
naungan keluarga serta ketertutupan daerahnya. Ia dapat merasakan perbedaan itu.
Perbedaan biosa di rasakan lebih tajam lagi .
Berbeda dengan masyarakat tradisional, belakangan ini, Etika sering menjadi
perbincangan, khususnya bagi praktisi professional dan tenaga kesehatan lainnya. Pada
setiap professi biasanya ada etka keprofesian/kode etik professi. Etika penting bagi sebuah
professi karena bisa dijadikan acuan tindakan atau standar tindakan yang akan dilakukan.
Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang yang pengguna
yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu/kajian formal tentang
moralitas. Moralitas adalah hal-hal yang menyangkut moral dan moral adalah sistem tentang
motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. Sedangkan bagi
tenaga kesehatan etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan professi
dan masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang professional.
Etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi
dan penerima jasa professi secara wajar, jujur, adil, professional dan terhormat. Etika juga
diartikan sebagai kesepakatan bersama dan pedoman untuk diterapkan dan dipatuhi semua
anggota assosiasi tentang apa yang dinilai baik dan buruk dalam pelaksanaan dan
pelayanan professi itu.
Jadi, pada intinya etika memiliki arti yang berbeda-beda sesuai sudut pandang
dilihatnya, oleh karena itu makalah mengenai konsep dasar etika umum ini dibuat untuk
memahami etika secara umum.

1.2 Tujuan

1.2.1 Untuk mengetahui apa itu etika


1.2.2 Untuk mengetahui hubungan etika sebagai cabang filsafat
1.2.3 Untuk mengetahui perkembangan etika dalam dunia modern
4
1.2.4 Untuk mengetahui hubungan etika dengan moral dan agama
1.2.5 Untuk mengetahui hubungan etika dengan moral dan hukum

1.3 Rumusan masalah


1.3.1 Apa itu Etika?
1.3.2 Bagaimana hubungannya etika sebagai cabang filsafat?
1.3.3 Bagaimana perkembangan etika dalam dunia modern ?
1.3.4 Bagaiman hubungannya moral dan agama?
1.3.5 Bagaimana hubungannya moral dan hukum?

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Mahasiswa


Dapat memperoleh wawasan atau pengetahuan tentang etika khususnya etika
dalam dunia keperawatan.
1.4.2 Bagi Intuisi Pendidikan
dapat membantu siswa/ mahaisiwa memahami dan menerapkan etika dalam
kehidupan sehari-hari

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika


Menurut bahasa (etimologi) istilah etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ethos
yang berarti adat-istiadat ( kebiasaan), perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan
perbuatan. Dalam kajian filsafat etika merupakan bagian dari filsafat yang mencakup
metafisika, kosmologi, psikologi, logika, hukum, sosiologi, ilmu sejarah, dan etistika. Etika
juga mengajarkan tentang keluhuran budi baik buruk..Sedangkan menurut kamus Webster,
Etik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik atau buruk secara moral.
Banyak istilah yang menyangkut etika, dalam bentuk tunggal mempunyai banyak
arti, yaitu tempat tinggal yang biasa, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara
berpikir. Dalam bentuk jamak kata ta-etha artinya kebiasaan. Arti, ini menjadi bentuk dalam
penjelasan etika yang oleh Aristoteles sudah dipakai menunjukkan istilah etika. Jadi, jika
dibatasi asal usul kata ini, etika berarti ilmu tentang apa yang bias dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan. Akan tetapi menelusuri arti etimologis ini saja belum menunjukkan
arti yang mendalam.

Kata Ethos dalam bahasa Indonesia ternyata juga cukup banyak dipakai, misalnya
dalam kombinasi etos kerja, etos profesi, etos imajinasi, etos dedikasi, etos kinerja dan masih

5
banyak istilah lainnya. Etika termasuk ilmu pengetahuan tentang asas-asas tingkah laku yang
berarti juga :
1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, tentang hak-hak kewajiban ;
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan tingkah laku manusia ;
3. Nilai mengenai benar-salah, halal-haram, sah-batal, baik-buruk, dan kebiasaan-
kebiasaan yang dianut suatu golongan masyarakat.
Menurut Jan Hendrik Rapar, etika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang segala soal kebaikan dalam hidup manusia semuanya, mengfenai gerak-gerik pikiran
dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan perasaan sampai mengenai tujuannya yang
dapat merupakan perbuatan. Ilmu etika ini tidak membahas kebiasaan semata-mata yang
berdasarkan tata adab melainkan membahas tata sifat dasar atau adat istiadat yang terkait
tentang baik dan buruk dalam tingkah laku manusia. Jadi, etika menggunakan refleksi dan
metode pada tugas manusia untuk menemukan nilai-nilai itu sendiri kedalam etika dan
menerapkan pada situasi kehidupan konkret. (M.Yatimin Abdullah : 2006)
Menurut Hj. Nila Ismani, SKM dalam bukunya “Etika Keperawatan”, pengertian etika
adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai peraturan atau norma yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan
yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan
tanggung jawab moral.

Setelah mempelajari etika dalam pelajaran kamus, ditetapkan etika memiliki tiga arti
yaitu:

 Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya: Jika seseorang
berbicara tentang “etika suku-suku Indian”, “etika agama islam”, dan
sebagainya.
 Kumpulan asaz atau nilai moral. Misalnya kode etik
 Ilmu tentang yang baik dan buruk.

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan
oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.

Ada berbagai cara untuk mempelajari moralitas atau berbagai pendekatan ilmiah
tentang tingkah laku moral. Etika dibagi atas dua pendekatan, yaitu:

2.1.1 Etika Deskriptif

6
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku normal dalam arti luas. Misalnya:
adat, kebiasaan, anggapan-anggapan kemungkinan baik dan buruk,
tindakan-tindakan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.
2.1.2 Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang dimana
berlangsung diskusi-diskusi yang sangat menarik tentang masalah-masalah
moral. Dalam etika normatif dikemukakan penilaian tentang perilaku
manusia.
Etika Normatif dibagi menjadi dua:
 Etika umum
Memandang tema-tema umum seperti: apa itu norma etis ?
Jika ada banyak norma etis bagaiman hubungannya satu sama
lain? Tema-tema seperti itulah yang menjadi objek penyelidikan
etika umum.
 Etika Khusus
Berusaha menerapkan prinsip-prisip etis yang umum atas wilayah
perilaku manusia yang khusus.

2.2 Etika sebagai Cabang Filsafat

Filsafat berasal dari kata philio yang berarti cintaa dan kata shopos yang berarti ilmu
atau hikmah. Secara bahasa (etimologi) filsafat berarti cinta terhadap ilmu dan hikmah.
Dalam hubungan ini alsyibani dalam yatimin Abdullah (2006:427) berpendapat bahwa
filsafat bukan lah hikma melainkan cinta dan berusaha mendapatkannya, memusatkan
perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Untuk itu ia mengatakan
bahwa filsafat berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab-akibat, dan
berusaha menafsirkan pengalaman- pengalaman manusia.
Menurut istila (terminologi) filsafat adalah cinta terhadap hikmah dan berusaha
mendapatkan penjernihan akal budi, memusatkan perhatian pada alam pikiran dan
menciptakan sikap positif terhadap filsafat. Filsafat merupakan medan pemikiran yang
terus berkembang dan berubah. Dalam kaitan ini diperlukan pendekatan historis
terhadap filsafat tidak hanya menekankan pada studi tokoh, tetapi yang lebih penting lagi
adalah memahami proses dialetik pemikiran yang berkembang melalui kajian-kajian
tematik atas persoalan-persoalan yang terjadi pada setiap jaman. Istilah filsafat dapat
ditinjau dari 2 segi :
1. Segi Semantik : Filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu Falsafah. Dari bahasa Yunani yaitu
Philo Sophia yaitu pengetahuan ilmiah yang berarti Wisdom. Jadi Philo Sophia berarti cinta
pengetahuan,kebijaksanaan dan kebenaran . Maksudnya oranng menjadikan pengetahuan
sebagai tujuan hidupnya dan mengabdikan dirinya kepada pengetahuan
.

7
2. Segi praktis,filsafat yaitu alam pikiran artinya berfilsafat itu berfikir . Orang yang
berfikir tentang filsafat disebut filosof,yaitu rang yang memikirkan hakikat segala sesuatu
dengan sungguh-sungguh di dalam tugasnya. Filsafat merupakan hasil akal manusia yang
mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi filsafat adalah
ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Menurut M. Ahmad Syadalim, dalam arti yang luas Philo berarti ingin dan berusaha mencapai
yang diinginkan itu, sedangkan Sophia dalam arti luas berarti pandai dan berusaha untuk mendalami
suatu bidang kepandaian itu dengan sungguh-sungguh. Jadi, menurut namanya filsafat boleh diartikan
ingin mencapai pandai, cinta kepada kebijakan. (M.Yatimin Abdullah : 2006)
Beberapa cirri-ciri filsafat adalah sebagai berikut :
1. Persoalan filsafat bercorak sangat umum.
2. Persoalan filsafat tidak bersifat empiris.
3. Menyangkut masalah-masalah asasi.

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala sesuatu yang ada
dengan menggunakan pikiran. Filsafat memliki bidang-bidang kajiannya mencakup berbagai
disiplin ilmu antara lain:
1. Metafisika yaitu penyelidikan dibalik alam yang nyata.penyelidikan tentang alam
2. Kosmologi yaitu penyelidikan tentang alam.
3. Logika yaitu pembahasan tentang cara berfikir cepat.
4. Etika yaitu pembahasan tentang tingkah laku manusia .
5. Teologika yaitu pembahasan tentang ketuhanan.
6. Antropologi yaitu pembahasan tentang manusia.

Etika termasuk salah satu komponen dalam filsafat. Banyak ilmu-ilmu pada
mulanya merupakan bagian dari filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan
berkembang dan akhirnya membentuk disiplin ilmu tersendiri terlepas dari filsafat.
Demikian juga etika,dalam proses perkembangannya, sekalipun masih diakui
sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah menjadi ilmu yang mempunyai
identitas tersendiri.
Diantara objek pemikiran filsafat yang erat kaitannya dengan ilmu etika
adalah tentang manusia. Para filosof Muslim seperti Ibnu Sina dan Al-Ghazali
memiliki pemikiran tentang manusia sebagaimana terlihat dalam pemikirannya
tentang jiwa. Ibnu Sina misalnya mengatakan bahwa jiwa manusia merupakan satu
unit tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan
tercipta tiap kali ada badan, yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir di dunia ini.
Walaupun jiwa manusia tidak mempunyai fungsi-fungsi fisik, tidak berhajat pada
badan ,tetapi untuk menjalankan tugasnya sebagai daya fikir yang berikir,jiwa masih
berhajat pada badan. Karena pada permulaan wujudnya badanlah yang menolong
jiwa manusia untuk dapat berfikir.
Hubungan etika dengan ilmu filsafat menurut Ibnu Sina seperti inder
bersama , estimasi dan rekoleksasi yang menolongg jiwa manusia untuk

8
memperoleh konsep-konsep dan ide-ide dari alam sekelilingnya. Jika manusia telah
mencapai kesempurnaan sebelum ia berpisah dengan badan, maka ia selamanya
akan berada dalam kesenangan. Jika ia berpisah dengan badan dalam keadaan
tidak sempurna, ia selalu dipengaruhi leh haewa naafsu. Ia hidup dalam keadaan
menyesal dan terkutuk untuk selama-lamanya di akhirat. (M. Yatimin Abdullah :
2006)
Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibnu Sina member
petunjuk bahwa dalam pemikiran filsafat terdapat bahan-bahan atau sumber yang
dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep ilmu etika.
Ibn Khaldun dalam melihat manusia mendasarkan pada asumsi-asumsi
kemanusian yang sebelumya lewat pengetahuan yang ia peroleh dalam ajaran
islam.Ia melihat manusia sebagai makhluk berfikir. Oleh karena itu, manusia mampu
melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki
oleh makhluk-makhluk lainnya. Lewat kemampuan berpikirnya itu, kemampuan
manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian pada
berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses-proses semacam ini
melahirkan peradaban. (M.Yatimin Abdullah:2006)
Dalam pemikiran ilmu, Ibn Khaldun tamapak bahwa manusia adalah
makhluk budaya yang kesempurnaanya baru akan terwujud manakala ia
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ini menunjukan tentang perlunya
pembinaan manusia, termasuk dalam membina etika. Gambaran tentang manusia
yang terdapat dalam filosofis itu akan memberikan masukan yang amat berguna
dalam merancang dan merencanakan tentang cara-cara membina manusia,
memperlakukannya, dan berkomunikasi dengannya. Dengan cara demikian akan
tercipta pola hubungan yang dapat dilakukan dalam menciptkan kehidupan yang
aman dan damai.

Etika secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan
berfilsafat atau berfikir. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filasat. Pada
pokoknya struktur filsafat berkisar pada tiga cabang filsafat, yaitu: cabang-cabang baru.

2.2.1 Teori Pengetahuan


Cabang filsafat ini membahas norma-norma atau teori tentang cara mendapatkan
pengetahuan dan membicarakan pula tentang bagaimana cara mengatur pengetahuan itu
sendiri sehinga menjadi pengetahuan yang benar dan berarti. Posisi terpenting dan utama
dari teori pengetahuan ialah membicarakan tentang apa sebenarnya hakikat pengetahuan
itu, cara berpikir dan hukum berpikir mana harus dipergunakan agar kita mendapatkan

9
hasil pemikiran yang kemungkinan benarnya paling besar. Dalam teori pengetahuan,
filsafat dibagi lagi menjadi cabang-cabang lainnya, yaitu:
 Epistemologi
 Logika

2.2.2 Teori Hakikat

Hakikat sebenarnya adalah keadaan yang sebenarnya. Hakikat merupakan keadaan


yang sebenarnya dari sesuatu itu,bukan keadaan sementara yang selalu berubah.
Teori hakikat merupakan cabang filsafat yang membicarakan hakikat sesuatu. Teori
hakikat memiliki cabang sebagai berikut:
o Ontologi
o Kosmologi
o Antropologi
o Theodecia
o Filsafat agama
o Filsafat hukum
o Filsafat pendidikan, dll

2.2.3 Teori Nilai


Nilai artinya harga, sesuati mempunyai nilai bagi seseorang karena ia berharga bagi
dirnya. Pada umumnya orang mengatakan bahwa nilai sesuatu melekat pada benda dan
bukan diluar benda. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa nilai itu ada diluar benda.
Teori nilai mencakup dua cabang filsafat yang cukup terkenal, yaitu: Etika dan Estetika.
Yang pertama membicarakan soal baik-buruk perbuatan manusia . Baik etika maupun
estetika membicarakan tentang nilai.

2.3 Peranan Etika dalam Dunia Modern

Setiap masyarakat mengenal nilai-nilai dan norma-norma etis. Dalam masyarakat yang
homogeny dan agak tertutup seperti masyarakat yang homogeny dan agak tertutup seperti
masyarakat tradisional. Tidak pernah mempersoalkan nilai-nilai dan norma-norma itu praktis.
Dalam keadaan seperti ini orang-orang akan secara otomatis menerima norma dan nilai yang
berlaku. Individu-individu dalam masyarakat itu tidak berfikir lebih jauh. Tapi nilai-nilai dan norma-
norma etis yang ada dalam masyarakat. Tradisional umumnya tinggal implicit saja setiap saat
bias menjadi ekspilit. Terutama bila nilai-nilai itu ditantang atau norma-norma etis dilanggar
Karena perkembangan baru. Kita melihat bahwa nilai atau norma yang tadinya terpendam dalam
hidup rutin, dengan agak mendadak tampil ke permukaan. Banyak nilai dan norma yang etis
berasal dari agama. Tidak bisa diragukan, agama merupakan salah satu sumber nilai dan dan
norma yang paling penting. Kebudayaan merupakan suatu sumber yang lain, walaupun perlu
10
dicatat bahwa dalam hal ini kebudayaan seringkali tidak bias dilepaskan dari agama. Juga
nasionalisme atau kerangka hidup bersama dalam satu Negara mudah menjadi sumber nilai
serta norma. Bila Negara dalam bahaya atau merasa dihina oleh Negara lain. Nilai-nilai itu bisa
sampai bergejolak. Demikian halnya. Kalau dilihat dalam konteks social. Kalau kita melihat hal
yang sama dari segi individual . bisa saja terjadi bahwa nilai-nilai dan norma-norma itu disadari
oleh seorang tertentu. Karenna ia pindah kedaerah lain. Di Indonesia pun sudah sejak dulu
terdapat variasi kecil-kecilan diberbagai daerah. Sejauh menyangkut nilai dan norma. Misalnya
dalam bidang pergaulan antara muda-mudi dan hubungan antara anak dan orang tua. Bila
seorang muda menjadi mahasiswa dank arena itu untuk pertama kali dalam hidupnya kelua dari
naungan keluarga serta ketertutupan daerahnya. Ia dapat merasakan perbedaan itu. Perbedaan
biosa di rasakan lebih tajam lagi . bila perpindahan itu bukan saja dari satu daerah jke daerah
lain. Tapi sekaligus juga dan dari daerah pedesaan kekota besar. Apalagi bila seorang muda
disekolahkan keluar neegri. Bisa sampai terkena cultural shock yaitu keterkejutan yang terjadi
ketika seseorang dihadapkan pada suatu budaya yang berbeda dengan budaya yang dia anut
selama ini. Menjadi filter dari pluralisme moral. Era komunikasi mengakibatkan berbagai macam
informasi dari segala penjuru masuk ke rumah kita tanpa adanya batasan, disini peran etika,
sebagai filter dari pluralisme moral yang kita peroleh. Mengatasi masalah-masalah etis,
contohnya adanya donor organ. Kepedulian etis yang tampak diseluruh dunia, contohnya
Peperangan dalam merebutkan jalus gaza.

Pengalaman-pengalaman serupa itu selalu sudah terjadi dan tidak merupakan sesuatu
yang baru. Dalam masyarakat tradisional pun berlangsung hal-hal sedemikian. Tapi sekarang ini
keadaan masyarakat tradisional itu hampir tidak ada lagi. Praktis tidak terdapat lagi masyarakat
yang homogen dan tertutup. Suatu contoh bagus tentang perubahan seperti ini adalah kebiasaan
di banyak masyarakat tradisional bahwa orang tua memilih jodoh bagi anaknya. Menurut Ajib
Rosidi, di Indonesia pun kebiasaan ini pernah tersebar luas. Dalam sastra Indonesia gejala itu
tampak dengan jelas. Antara tahun 1920 dan 1940 banyak novel bertenakan kawin paksa dan
campur tangan orang tua dalam pernikahan anaknya (M. Yatimin Abdullah :2006). Sekarang
diakui secara umum hak seorang muda untuk memilih teman hidupnya sendiri. Perjuangan hak
yang tercermin dalam sastra Indonesia ini menandai peralihan peralihan dari masyarakat
tradisional ke masyarakat modern.

Jika kita memandang situasi etis dalam dunia modern terutama tiga ciri yang menonjol,
yaitu:

 Kita menyaksikan adanya pluralisme moral. Dalam masyarakat-masyarakat yang


berbeda sering erlihat nilai dan norma yang berbeda pula. Bahkan masyarakat
yang sama bisa ditandai oleh pluralisme moral.
11
 Sekarang timbul banyak masalah etis baru yang dulu tidak terduga.

 Dalam dunia modern tampak semakin jelas juga suatu kepedulian etis yang
universal.

Pluralisme moral terutama dirasakan karena sekarang kita hidup dalam era komunikasi.
Konon, ketika Christoper Columbus menemukan benua Amerika (1492), bosnya di Eropa – raja
Spanyol – baru mendengar tentang kejadian itu sesudah 5 bulan. Ketika Presiden Amerika
Serikat, Abraham Lincoln, dibunuh (1865), kabar itu baru sampai di Eropa sesudah 12 hari. Kini
melalui media komunikasi modern informasi dan seluruh dunia langsung memasuki rumah-rumah
kita, sebagaimana juga kejadian-kejadian di dalam masyarakat kiat segera tersiar ke segala
pelosok dunia. Dalam hal ini perkembangan mutakhir adalah internet. Suka tidak suka, bersama
dengan menerima informasi sebanyak itu kita berkenalan pula dengan norma dan nilai dari
masyarakat lain, yang tidak selalu sejalan dengan norma dan nilai yang dianut dalam masyarakat
kita sendiri. Seperti diketahui, beberapa negara komunis yang sejak Perang Dunia II telah
berusaha menutup diriterhadap segala pengaruh dan luar, dalam hal ini hanya sebagian berhasil.
Lagi pula, sarana pengangkutan modern seperti perawat terbang, kereta api dan kendaraan
bermotor telah mengakibatkan suatu mobilitas yang belum pernah disaksikan sepanjang sejarah
umat manusia. Ratusan juta manusia setiap tahun melewati perbatasan negara mereka. Dan kita
lihat, mereka pergi semakin jauh, karena sarana pengangkutan semaikn cepat dan pelayanan
kewistaan semakin ditingkatkan. Pariwisata sudah menjadi sebuah industri yang dengan sengaja
digalakkan untuk menarik sebanyak mungkin devisa. Dunia usaha juga sudah hampir tidak
mengenal perbatsan negara, sehingga banyak sekali manajer, konsultan dan teknisi berkeliling
dari satu negara ke negara lain, sebagai karyawan salah satu multinational corporation. Atau kita
lihat saja betapa banyak orang Indonesia pernah menuntut ilmu diluar negeri atau sekarang
sedang menjalani studi di luar negeri. Tidak dapat disangkal, masyarakat kita yang sudah sejak
dulu diwarnai “kebhinekaan” sekarang berjumpa dengan kemajemukan norma dan nlai seperti
hampir semua masyarakat di dunia. Kemajemukan itu menyangkut nilai dan norma dalam
praktek-praktek bisnis, umpamanya, tapi juga dalam bidang yang sama sekali lain seperti
seksualitas serta perkawinan. Kita lihat, ada beberapa masyarakat yang lebih liberal dan permisif
daripada masyarakat lain tentang hubungan seksual sebelum perkawinan, hubungan
homoseksualm pornografi, dan sebagainya.

Ciri lain yang menandai situasi etis di zaman kita adalah timbulnya masalah-masalah etis
baru, yang terutama disebabkan perkembangan pesatdalam ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya ilmu-ilmu biomedis. Di antara masalah-masalah paling berat dapat disebut apa yang
harus kita pikirkan tentang manipulasi genetis, khususnya manipulasi dengan gen-gen manusia,
apa yang bisa dikatakan tentang reproduksi artifisial seperti fertilasi ini vitro, entah dengan donor
12
atau tanpa donor, entah dengan ib yang “menyewakan” rahimnya atau tidak, apakah kita bisa
menerima eksperimen dengan jaringan embrio untuk menyembuhkan penyakit Alzheimer-
umpamanya, entah jaringan itu diperoleh melalui abortus yang disengaja atau abortus spontan?
Masalah-masalah etis yang timbul berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, akan
dibicarakan lagi secara khusus dalam Bab yang lain.

Ciri ketiga adalah suatu kepedulian etis yang tampak diseluruh dunia dengan melewati
perbatasan negara. Globalisasi tidak saja merupakan gejala di bidang ekonomi, tapi juga
dibidang moral. Kita menyaksikan adanya gerakan-gerakan perjuangan moral yang aktif pada
taraf internasional. Bisa dalam bentuk kerjasama antara lembaga-lembaga swadaya masyarakat,
bisa juga dalam bentuk kerja sama antara DPR dari beberapa negara atau serikat-serikat buruh
dan sebagainya

2.4. Moral dan agama


Ada dua rumusan agama menurut ensiklopedi Indonesia (1990, 104) tentang berbagai
macam pengertian agama. Akan tetapi hanya ada dua rumusan yang dianggap kebenaran, yaitu:

2.4.1 Rumusan Pertama

Dalam bahasa Belanda, religie artinya agama sedangkan dalam bahasa Inggris Religion.
Pada umumnya hubungan antara manusia yang dianggap paling penting adalah pengertian
yang dianggap palingpenting adalah bagian dari pengertian yang dianggap “suci” yang
mendatangkan rasa tunduk manusia Kepada-Nya dan memperlakukannya dengan penuh
khidmat, yang sebaliknya menarik manusia kepada-Nya dan manusia itu mencintai-Nya. Agama
mempunyai unsur-unsur wahyu, rasul, risalah dan kitab suci,.

2.4.2 rumusan Kedua


Agama merupakan apa yang diisyaratkan Allah dengan perantara Nabi-Nabi – Nya
berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia didunia dan akhirat.

Ciri-ciri umum agama:

 Percaya pada Yang Maha Gaib.


 Mengadakan hubungan dengan Yang Maha Gaib dengan melakukan upacara.
 Ajaran tentang Yang Maha Gaib.

Sikap hidup y6ang ditimbulkan oleh ke-3 hal tersebut antara lain adanya kesadaran
yang meningkat diseluruh dunia, karena ditengah-tengah perkembangan IPTEK saat sekarang
ini, etika dan agama memiliki sumbangsih yang kuat bagi konservasi.

13
Moral berasal dari bahasa latin, yaitu Mos yang artinya adab atau cara hidup. Pada taraf
kehidupan yang etis manusia meningkatkan kehidupan etetis ke taraf manusiawi dalam bentuk
perbuatan bebas dan bertanggung jawab. Moral merupakan tindakan manusia sesuai dengan
ide-ide umum (masyarakat) yang baik dan wajar. Sebenarnya moral dan etika memiliki kesamaan
dalam hal yang baik dan wajar. Sebenarnya moral dan etika memiliki kesamaan dalam hal baik
dan buruk. Bedanya moral bersifat praktis sedangkan etika bersifat teoritis.

Pada taraf kehidupan religius manusia menghayati pertemuannya pada Tuhan


penciptaanya dalam bentuk takwa dimana makin dekat manusia dengan Tuhannya maka makin
dekat pula manusia denmgan kesempurnaan hidup dan semakin jauh dari kegelisahan dan
keraguan.

Terdapat hubungan kuat antara agama dengan moral, karena nilai-nilai moral
merupakan pengendalian diri dari sikap dan perilaku manusia dalam mengimplementasikan
ajaran agama dan kekuatan ilmu dalam kehidupan nyata.

2.5. Moral dan Hukum


Etimologi kata “Moral” sama dengan etimologi kata “ etika” karena keduanya berasal
dari kata adab kebiasaan. Untuk melindungi kepentingan masyarakat, perilaku individu sebagai
anggota masyarakat tidak cukup hanya diatur dan dilindungi oleh kaidah-kaidah etika dan moral
tetapi juga diperlukan adanya kaidah-kaidah hukum. Dengan kaidah hukum yang mempunyai
sanksi tegas dan konkret maka kepentingan yang diatur serta dilindungi oleh kaidah etika itu data
berlaku secara efektif.

 Perbedaan Etika dengan Hukum:

 Pada dasarnya tuntutan hukum itu lebih menitikberatkan pada pengertian hukum itu lebih
menitikberatkan pada pengaturan perilaku seseorang demi ketertinban masyarakat.
Sedangkan tuntutan moral lebih menitikberatkan pada pengaturan perilaku seseorang agar
menjadi manusia yang berbudi.
 Etika ditujukan pada sikap batin manusia, membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban
dan sanksinya dari kelompok masyarakat itu sendiri. Sedangkan hukum ditujukan pada sikap
lahir manusia dengan hak dan kewajiban. Bersifat memaksa, sanksinya tegas, dan konkret
yang dilaksanakan dengan wewenang pemerintah. Lingkungan etika lebih luas dari hukum
dan lebih mengandalkan itikad baik, kesadaran etis dan nilai-nilai moral para pelakunya.

 Persaam Etika dan Hukum:

14
 Persamaan Etika dengan hukum terdapat dalam tujuan sosialnya yaitu menghendaki
manusia melakukan perbuatan yang baik dan benar dalam anggapan masyarakat. Itulah
sebabnya dikatakan bahawa pelanggaran hukum merupakan perbuatan yang tidak etis.
 Kedua-duanya mempunyai sanksi,

Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali. Ada pepatah roma yang
mengatakan “ quid leges sine moribus “ (apa artinya undang-undang jika tidak disertai
moralitas?). dengan demikian hukum tidak akan berarti tanpa disertai moralitas. Oleh karena itu
kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral, perundang-undangan yang immoral
harus diganti. Disisi lain moral juga membutuhkan hukum, sebab moral tanpa hukum hanya
angan-angan saja kalu tidak diundangkan atau dilembagakan dalamn masyarakat.

Meskipun hubunganm hukum dan moral begitu erat, namun hukum moral tetap berbeda
sebab dalam kenyataanya mungkin ada hukum yang bertentanagan dengan moral atau undang-
undang yang immoral. Yang berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dan moral. Untuk itu
dalam konteks ketatanegaraan Indonesia dibawah ini. Apalagi dalam konteks membutuhkan
hukum.

Kualitas hukum terletak pada bobot moral yang menjiwainya. Tanpa moralitas hukum
tampak kosong dan hampa (Dahlan Thaib, h.6). Namun demikian perbedaan antara moral dan
hukum sangat jelas.

Perbedaan antara hukum dan moral menurut K. Berten:

1. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dibutuhkan secara sistematis dalam
kitab perundang-undangan. Oleh karena itu norma hukum lebih memiliki kepastian dan
objektif disbanding dengan norma moral. Sedangkan norma moral lebih subjektif dan
akibatnya lebih banyak diganggu oleh diskusi yang mencari kejelasan tentang yang harus
dianggap utis dan tidak etis.
2. Meski moral dan hukum mengatur tingkah laku manusia namun hukum membatasi diri
sebatas lahiriah saja. Sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang.
3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan dengan sanksi
yang berkaitan dengan moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat dipaksakan
pelanggaran akan terkena hukuman. Tapi norma etis tidak bias dipaksakan sebab paksaan
hanya menyentuh bagian luar sedangkan perbuatan etis tidak bias dipaksakan sebab
paksaan hanya menyentuh bagian luar. Sedangkan perbuatan etis justru berasal dari dalam.
Satu-satunya sanksi dibidang moralitas hanya hati yang tidak tenang.
4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya ats kehendak Negara. Meskipun
hukum tidak langsung berasal dari Negara seperti hukum adat, namun hukum itu harus diakui
oleh Negara supaya berlaku sebagai hukum moralitas berdasarkan norma-norma moral yang

15
melebihi pada individu dan masyarakat. Dengan cara demokratis atau dengan cara lain
masyarakat dapat mengubah hukum. Tapi masyarakat tidak dapat mengubah atau
membatalkan suatu norma moral. Moral menilai hukum dan tidak sebaliknya.

Sedangkan Gunawan Setiardja membedakan hukum dan moral:

1. Dilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar Yuridis. Consensus dan hukum alam sedangkan
moral berdasarkan hukum alam.
2. Dilihat dari otonominya hukum bersifat heteronom (dating dari luar diri manusia). Sedangkan
moral bersifat otonom (dating dari diri sendiri).
3. Dilihat dari pelaksanaannya hukum secara lahiriah dapat dipaksakan.
4. Dilihat dari sanksinya hukum bersifat yuridis. Moral berbentuk sanksi kodrati, batiniah,
menyesal, malu terhadap diri sendiri.
5. Dilihat dari tujuannya. Hukum mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan bernegara
sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sebagai manusia.
6. Dilihat dari waktu dan tempat. Hukum tergantung pada waktu dan tempat, sedangkan moral
secara objektif tidak tergantung pada tempat dan waktu (1990, 119).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etik atau ethics berasal dari dua kata yunani yang hampir sama bunyinya namun
berbeda artinya. Ethos yang berarti “kebiasaan” atau “adat” dan Ethos atau Ethikos yang artinya
perasaan batin atau kecenderungan batin yang mendorong manusia dalam perilakunya.

etika memiliki tiga arti yaitu:

 Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya: Jika seseorang

16
berbicara tentang “etika suku-suku Indian”, “etika agama islam”, dan
sebagainya.
 Kumpulan asaz atau nilai moral. Misalnya kode etik
 Ilmu tentang yang baik dan buruk.

Etika lahir dari filsafat dan Etika termasuk filsafat yang disifatkan sebagai filsafat
moral namun etika tidak sama dengan cabang-cabang filsafat yang lainnya.
Peranan etika dalam dunia modern adalah dengan mempelajari etika merupakan
salah satu cara untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi ditengah perkembangan
dunia modern ini, salah satunya dengan menggunakan rasio untuk meletakkan fundamental
bagi norma-norma etis.
Hubungan antara agama dan moral, adalah agama membentuk pribadi seseorang
menjadi moral, dan moral merupakan pengendali diri, sikap, dan perilaku manusia dalam
mengimplementasikan ajaran agamanya.
Hubungan antara moral dan hukum sangatlah kuat, karena moral tanpa hukum
hanyalah angan-angan saja. Oleh karena itu hukum dibutuhkan untuk memeprkuat semua
aturan moral yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,M.Yati.2005.Pengantar Studi Etika.Jakarta:Pt Raja Grafindo Persada

Wiranata, I Gede AB..2005. Dasar-Dasar Etika Dan Moral.Bandung:PT Citra Aditya Bakti

Diktat Mahasiswa.Univesitas Sriwijaya.Indralaya

17
18

Anda mungkin juga menyukai