KHASANAH, S.Pd.SD
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pendidikan dasar merupakan awal untuk jenjang pendidikan selanjutnya, dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan sistem pendidikan nasional.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah mencanangkan pendidikan dasar 9
tahun, 6 tahun di tingkat Sekolah Dasar dan 3 tahun di tingkat SLTP. Pendidikan dasar
memberikan bekal dasar kepada siswa agar mampu mengembangkan kehidupannya dan siap
mengikuti pendidikan selanjutnya. Dengan bekal ini diharapkan anak mampu mewujudkan
dirinya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia dalam
mengembangkan kehidupan disekitarnya.
Menurut H.M. Surya (2008:3.4) tujuan pendidikan dasar dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu : 1) Menanamkan kemampuan baca – tulis – hitung ( calistung ). Kemampuan baca tulis
hitung ( calistung ) merupakan prasyarat utama bagi setiap orang untuk mampu hidup secara
wajar dalam masyarakat yang selalu berkembang. 2) Memberikan / menanamkan
pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan
perkembangannya. Tekanan utama dalam tujuan ini adalah pengetahuan dan ketrampilan
dasar. 3) Mempersiapkan anak untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Kegiatan yang
berkaitan dengan tujuan ini dilaksanakan di kelas tinggi, terutama kelas VI.
Mata pelajaran matematika, merupakan mata pelajaran yang membahas masalah
tentang kemampuan menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, mengukur dan
memahami bentuk geometri, perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari jenjang sekolah
dasar guna membekali siswa agar mampu berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif
serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi di era globalisasi ini.
Agar siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dalam pelajaran matematika,
penulis dituntut mempunyai kompetensi terhadap tugasnya.Salah satunya adalah penulis
harus mampu menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran agar siswa tidak menjadi
bosan. Mengajak dan menjaga agar siswa tetap belajar adalah tugas penulis dalam rangka
menjaga semangat belajar siswa. Tidak hanya terbatas pada seberapa materi yang
dikuasainya, hal yang tidak kalah penting untuk dikuasainya yaitu bagimana menggunakan
suatu pendekatan tertentu dalam proses pembelajaran. Memilih pendekatan pembelajaran
yang tepat dalam suatu proses belajar berarti penulis sedang mengatur strategi pembelajaran.
Mengenai rendahnya hasil pembelajaran Matematika tentang pengukuran
penjumlahan dan pengurangan yang kami lakukan, setelah dikoreksi hasil tes tertulis dari 11
siswa kelas I yang mengikuti tes, 11 siswa (76%) belum memperoleh hasil yang diharapkan
(tuntas). Di SD penulis, Kriterira Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk mata
pelajaran Matematika adalah 65. Sehingga kalau nilai anak kuranng dari 65 dinyatakan belum
tuntas. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari penulis.Penulis sebagai pelaku
pendidikan harus bertanggung jawab untuk memperbaiki agar pembelajaran dapat mencapai
tujuan dengan baik.
Oleh sebab itu penulis melakukan refleksi, apa yang telah terjadi selama
pembelajaran. Sebab materi ini sebagai dasar untuk materi selanjutnya, sehingga bila tidak
segera dipecahkan akan semakin tidak baik hasil pembelajaran selanjutnya
Berdasarkan masalah tersebut di atas, penulis melakukan refleksi dan kolaborasi
dengan teman sejawat, untuk mencari akar permasalahan. Dari kegiatan tersebut ,
teridentifikasi permasalahan sebagai berikut : (a) Prestasi belajar rendah, karena siswa kurang
bersemangat mengikuti pembelajaran. (b)Siswa kurang lancar baca tulis, sehingga kesulitan
waktu mengerjakan.(c) Siswa masih sering bermain sendiri.( d) Masih banyak siswa yang
tidak memperhatikan.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa masih banyak
kendala-kendala dalam pembelajaran kompetensi penjumlahan dan pengurangan . Hal ini
disebabkan karena guru masih menggunakan metode, pendekatan, dan teknik yang tidak
menarik dan kurang tepat, sehingga peserta didik menjadi pasif dan sulit memahami materi
yang diajarkan oleh guru. Oleh karena itu, peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian
ini pada pembahasan mengenai pemanfaatan metode demontrasi, untuk meningkatkan materi
tentang penjumlahan dan pengurangan .
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan adalah: 1) Bagaimana metode demonstrasi dalam pembelajaran
matematika tentang penjumlahan dan pengurangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas I SD Negeri Kemakmuran 02 ?. 2) Bagaimana peningkatan pembelajaran matematika
tentang penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri Kemakmuran 02
setelah memanfaatkan Metode demontrasi ? 3) Bagaimana perubahan perilaku peserta didik
kelas 1 SD Negeri Kemakmuran 02 semester 2 setelah mengikuti pembelajaran dengan
memanfaatkan Metode demontrasi ?
Perbaikan dalam pembelajaran Matematika kelas I SD Negeri Kemakmuran 02
bertujuan :1) Mendeskripsikan cara yang paling efektif dalam pembelajaran Matematika
tentang satuan waktu. 2) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran Matematika 3)
Membangkitkan motivasi siswa dalam pelajaran Matematika
Hasil dari perbaikan pembelajaran ini dimaksudkan bermanfaat bagi : 1) Penulis. (a)
Membantu penulismemperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. (b) Meningkatkan
profesionalisme penulis (c) Meningkatkan rasa percaya diri. (d) Mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan serta sebagai sarana untuk menampilkan pembaharuan
pembelajaran. 2) Sekolah, (a) sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah. ( b)
memiliki iklim pendidikan yang senantiasa kondusif. (c) mempunyai kesempatan besar untuk
berubah secara komprehensif dan menyeluruh. 2) Lembaga, (a) Dengan adanya PTK
kesalahan dalam proses pembelajaran, akan cepat dapat dianalisis dan diperbaiki, sehingga
dapat dijadikan acuan untuk pedoman dalam proses pembelajaran selanjutnya. (b) Penulis
yang terampil melkasanakan PTK akan selalu kritis terhadap hasil belajar siswa, sehingga
merasa diperhatikan penulis terutama hasil belajarnya.
KAJIAN PUSTAKA
Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk
memudahkan berpikir. Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logik. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat,
lebih berupa bahasa simbol mengenai ide darmatematika da mengenai bunyi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika sebagai
bahasa simbolis dan universal yang berhubungan dengan kuantitas. Matematika itu
bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
matematika itu untuk membantu anusia dalam memahami dan mengatasi permasalahannya.
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah
dasar untuk terbentuknya matematika.
Pembelajaran matematika harus memberikan siswa situasi masalah yang dapat
mereka bayangkan atau memiliki hubungan dengan dunia nyata. Mathematics is beautiful
and useful creation of the human mind and spirit “ Matematika adalah sebuah kreasi yang
indah dan berguna dalam pikiran dan jiwa manusia”.
Dalam pembelajaran matematika kegiatan berhitung merupakan bagian pokok dari
matematika awal, hal ini akan mempengaruhi pengembangan kognitif siswa, kegiatan ini
dapat dijumpai di kehidupan sehari-hari. Begitu dekatnya kegiatan berhitung dengan
kehidupan,membuat pengembangan berhitung untuk siswa Sekolah Dasar kelas awal menjadi
hal yang signifikan dalam perkembangan kemampuan matematika, siswa diharuskan
menguasai konsep bilangan dan lambang, yaitu angka-angka yang merupakan dasar ilmu
matematika.
Ada beberapa operasi hitung yang dapat dikenakan pada bilangan. Operasi-operasi
tersebut adalah: (1) penjumlahan; (2) pengurangan; (3) perkalian; (4) pembagian. Operasi-
operasi tersebut memiliki kaitan yang sangat erat sehingga pemahaman konsep dan
keterampilan melakukan operasi yang satu akan mempengaruhi pemahaman konsep dan
keterampilan operasi yang lain.
Operasi penjumlahan di dalam bilangan bulat sering disebut sebagai penjumlahan
bilangan bulat saja. Di dalam mengoperasikan penjumlahan bilangan bulat itu maka kita akan
ssering menggunakan notasi atau tanda tambah (+) dan ta nda kurang (-). Sebagaimana telah
dikenal, tanda (+) atau (-) pada suatu bilangan adalah merupakan petunjuk akan kedudukan
dari bilangan tadi pada suatu garis bilangan terhadap 0 atau titik pangkal. Seme ntara tanda
(+) dan (-) pada operasi dua atau lebih bilangan-bilangan merupakan petunjuk akan bentuk
operasi dari bilangan-bilangan tadi
Operasi penjumlahan pada dasarnya merupakan suatu aturan yang mengaitkan setiap
pasang bilangan dengan bilangan yang lain. Pada operasi penjumlahan bilangan bulat,
terdapat sifat-sifat penting yang perlu diketahui. Sifat-sifat pada operasi hitung penjumlahan
adalah: (a) Sifat tertutup ,(b) Sifat pertukaran (Komutatif), (c) Sifat pengelompokan
(Asosiatif) ,(d)Sifat bilangan nol (sebagai unsur identitas penjumlahan), (e) Sifat invers
penjumlahan (lawan suatu bilangan) (f) Sifat bilangan nol (sebagai unsur identitas
penjumlahan)
Sebagian orang beranggapan belajar hanya mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta
dari informasi/materi pelajaran. Menurut Sanjaya (2008:87) belajar dapat diartikan dalam
dua pengertian yaitu: (1) usaha menambah sejumlah pengetahuan untuk mengembangkan
kemampuan intelektual diukur dari hasil yang diperoleh bukan pada prosesnya; (2) proses
perubahan perilaku akibat pengalaman dan latihan yang memiliki kriteria antara lain: (a)
merupakan aktivitas yang dirancang; (b) bertujuan memperoleh perubahan perilaku secara
utuh; (c) mengembangkan hasil dan proses; (d) merupakan proses pemecahan masalah.
Prinsip belajar merupakan ketentuan atau hukum sebagai acuan pelaksanaan kegiatan
belajar. Menurut Dalyono (2009:51) prinsip belajar meliputi: (1) kematangan jasmani rohani
artinya telah mencapai batas minimal umur, kondisi fisik serta berkemampuan secara
psikologis; (2) memiliki kesiapan artinya kemampuan awal yang cukup meliputi fisik, mental
maupun perlengkapan belajar; (3) memahami tujuan, prinsip ini penting dimiliki agar proses
belajar cepat selesai dengan hasil maksimal; (4) berkesungguhan, agar penggunaan waktu
dalam pembelajaran lebih efektif dan efisien; (5) ulangan dan latihan artinya pengetahuan
yang dipelajari perlu diulang dan dilatih agar dapat dikuasai sehingga sukar dilupakan.
Definisi lain tentang pembelajaran adalah proses pengaturan lingkungan yang
diarahkan untuk mengubah perilaku siswa menjadi lebih baik sesuai potensi dan perbedaan
karakteristiknya. Adapun karakteristik pembelajaran antara lain: (1) bertujuan membelajarkan
siswa; (2) berlangsung dimana saja; dan (3) berorientasi pada pencapaian tujuan (Sanjaya,
2008:78).
Dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses untuk membelajarkan siswa
dirancang sesuai lingkungan belajar tertentu agar terjadi interaksi antara siswa, guru, sumber
belajar sehingga membentuk pengetahuan dengan lebih bermakna
Pembelajaran kelas rendah ( 1, 2, 3 ) dilaksanakan berdasarkan rencana yang yang
dikembangkan oleh penulis. Proses pembelajaran dapat diarahkan supaya siswa melakukan
kegiatan kreativitas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Karakteristik siswa kelas
rendah ( 1, 2, 3 ) adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok
serta senang melaksanakan sesuatu secara langsung. Karena itu penulis dituntut mampu
melaksanakan pembelajaran yang bermuatan permainan. Untuk itu dipilih metode
demonstrasi, di mana siswa diajak keluar kelas dengan membentuk lingkaran besar. Langkah-
langkahnya adalah :1) Penulis menyampaikan beberapa kartu yang berisikan beberapa konsep
atau topik yang cocok untuk sesi review. Sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.2) Setiap siswa mandapat satu buah kartu. 3) Tiap siswa memikirkan
jawaban/ soal dari kartu yang dipegang 4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai
kartu yang cocokdengan kartunya ( soal jawaban) 5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya diberi poin.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut: Melalui penerapan model Problem Based Learning dengan media Puzzle
maka keterampilan guru, aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika di
kelas 1 SD Negeri Kemakmuran 02 meningkat.
METODE PENELITIAN
80
60
40
72.73
20 27.27
0
Tuntas
Belum Tuntas
Banyaknya Frekwensi
N0 Nilai Siswa relatif Ketuntasan
2 100 - - -
3 95 - - -
4 90 - - -
5 85 - - -
6 80 3 27,28% Tuntas
7 75 - - -
8 70 3 27,28% Tuntas
9 65 1 9,08% Tuntas
10 60 2 18,18% Belum Tuntas
11 55 2 18,18% Belum Tuntas
12 50 Belum Tuntas
Jumlah siswa 11 100% -
Jumlah nilai 745 - -
Rata-rata 68 -
Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 65 maka data dari tabel di
atas disimpulkan bahwa :1) Peserta didik tuntas berdasarkan KKM sejumlah 7 dari 11 siswa
(63,64%). 2) Peserta didik belum tuntas berdasarkan KKM sejumlah 4 dari 11 siswa
(36,36%). 3) Rata-rata nilai secara klasikal adalah 69,55
Pada pembelajaran Siklus I penulis menitik beratkan pada pemanfaatan alat peraga
matematika dalam pembelajaran. Dengan penggunaan alat peraga matematika. Pada awal
pembelajaran guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa dengan tujuan agar
siswa lebih fokus dalam pembelajaran, selanjutnya memberikan tugas kelompok dengan
penggunaan media gambar setelah itu masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kelompoknya di depan kelas, setelah pemberian tugas kelompok dilanjutkan evaluasi
terhadap materi yang telah dipelajari.
Adapun tingkat keaktifan peserta didik selama kegiatan pembelajaran pada siklus I
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel. 4.3 Kategori hasil belajar siklus I
No Katagori interval Frekwensi Persen
1 Sangat baik 85 - 100 - -
2 Baik 75 - 80 3 27,28%
3 Cukup 65 - 70 4 36,36%
4 Kurang 0 - 60 4 36,36%
11 100 %
Menurut data tabel 4.3 di atas menunjukkan perolehan hasil belajar matematika
materi penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan metode demontrasi, bahwa dari
11 siswa mengalami ketuntasan belajar sebanyak 63,64%, sedangkan 36,36% siswa belum
tuntas dalam belajar, hal ini menunjukkan bahwa 7 siswa mengalami ketuntasan belajar, dan
4 siswa belum tuntas. Rerata 68, nilai tertinggi 80, dan nilai terendah 55
Gambar 4.2. Grafik Batang hasil Siklus I
100.00%
50.00%
63.64%
36.36%
0.00%
Tuntas
Belum
tuntas
Melihat tabel dan grifik batang data keaktifan siswa diatas, maka tingkat keaktifan
peserta didik dalam siklus I cukup meningkat. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan
pembelajaran sudah ada alat peraga gambar sehingga peserta didik termotivasi untuk
memahami materi yang disampaikan oleh guru
Seperti tahapan pada pra siklus dan siklus I, pada siklus II juga seorang guru
melakukan sebuah perencanaan yang disusun secara sistematik dan terarah guna mencapai
sebuah keberhasilan pembelajaran. Ada beberapa hal yang harus diubah dan diperbaiki dalam
suatu pelaksanaan pembelajaran agar perbaikan pembelajaran selanjutnya dapat berhasil.
Pada siklus 2 hasilpembelajaran dapat dilihat pad tebel 4.4. :
Tabel 4.4 Tabel Hasil Belajar Matematika Siklus II
Banyaknya Frekwensi
N0 Nilai Siswa relatif Ketuntasan
2 100 1 9,09% Tuntas
3 95 - - -
4 90 1 9,09% Tuntas
5 85 - - -
6 80 3 27,28% Tuntas
7 75 - - -
8 70 4 36,36% Tuntas
9 65 1 9,09% Tuntas
10 60 1 9,09% Belum Tuntas
11 55 - - -
Jumlah siswa 11 100% -
Jumlah nilai 1755 - -
Rata-rata 76 -
Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 65 maka data dari tabel di atas
disimpulkan bahwa : 1) Peserta didik tuntas berdasarkan KKM sejumlah 10 dari 11 siswa
(90,91%). 2) Peserta didik belum tuntas berdasarkan KKM sejumlah 1 dari 11 siswa (9,09
%). 3) Rata-rata nilai secara klasikal adalah 76
Adapun tingkat keaktifan peserta didik selama kegiatan pembelajaran pada siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut ini
.
Tabel. 4.5 Kategori hasil belajar siklus II
90.91%
9.09%
PENUTUP
Berdasarkan hal-hal yang ditemukan selama proses pembelajaran, selanjutnya ditarik
kesimpulan sebagai berikut :1) Metode pembelajaran demostrasi merupakan metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya.3) Dengan menggunakan metode demonstrasi, hasil
belajar siswa setiap siklusnya mengalami perubahan dan peningkatan. Hal ini terbukti dengan
dicapainya hasil tes pra siklus rata-rata prosentasi hanya 18,18% dan di akhir siklus II
mencapai 93,94%. 4) Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan kompetensi siswa
kelas 1 SD Negeri Kemakmuran 02 Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes.
Saran Dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan
berfikir siswa. Dan meningkatkan hasil belajar siswa, sebaiknya menggunakan metode yang
sesuai karakteristik mata pelajaran. Penggunaan metode demonstrasi ternyata dapat
meningkatkan kompetensi siswa.
DAFTAR PUSTAKA