Anda di halaman 1dari 13

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA


KELAS VI SD NEGERI DUKUHMAJA 03
TAHUN AJARAN 2016/2017

SUKONO, S.Pd. SD

ABSTRAK

Kata kunci: Hasil Belajar ,Matematika, Tutor Sebaya, siswa Sekolah Dasar.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika menggunakan
metode tutor sebaya siswa kelas VI SD Negeri Dukuhmaja 03 Kecamatan Songgom
Kabupaten Brebes . Pada mata pelajaran matematika siswa kelas VI belum bisa mencapai
KKM yang telah ditentukan oleh guru.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas berkolaborasi dengan guru kelas VI
SD Negeri Dukuhmaja 03 Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes. Subjek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Dukuhmaja 03 Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes
yang berjumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes evaluasi
dan observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Validitas instrumen menggunakan
expert judgment. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kwalitatif untuk
memaparkan lembar observasi dan kuantitatif untuk memaparkan hasil nilai yang diperoleh
siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menerapkan
pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri
Dukuhmaja 03 Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes. Peningkatan hasil belajar siswa
terjadi setelah melaksanakan metode tutor sebaya yaitu, siswa yang pandai membantu siswa
yang kurang pandai untuk memahami pelajaran matematika. Hasil belajar matematika
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Presentase ketuntasan hasil belajar siswa
meningkat dari 75% menjadi 90%. Siswa yang kurang berpartisipasi dalam kelompok
didekati oleh guru dan diarahkan agar bertanya kepada tutor atau menanggapi pernyataan
tutor sehingga seluruh siswa bisa memahami materinya. Dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI
sekolah dasar.

PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat
memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat
di dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat. Karenanya
diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini
membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis, logis, kritis yang dikembangkan
melalui pembelajaran matematika. Mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang pada
umumnya ditakuti peserta didik. Apalagi pemahaman tentang pecahan inipun siswa masih
mengalami kesulitan dalam cara menghitung maupun pengurangan pecahan biasa.
Dalam Ruseefendi (1989:16) disebutkan bahwa, matematika bagi anak-anak pada
umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran yang paling
dibenci. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dalam penyusunan kurikulum ada empat hal
yang harus diperhatikan. Pertama, bagi siswa yang tidak mempunyai bakat atau kemampuan
dalam pelajaran matematika perlu mendapat perhatian khusus. Untuk mengatasi masalah
tersebut dapat membentuk kelompok-kelompok heterogen. Kedua, siswa akan bertambah
senang kepada matematika bila pendekatan/cara lama kita ganti dengan cara baru.
Diantaranya ialah dengan diaktifkannya anak- anak menyelesaikan permasalahan-
permasalahan dalam kelompok- kelompok, salah satunya dengan model pembelajaran tutor
sebaya.
Sekarang ini, matematika masih menjadi mata pelajaran yang dianggap sulit bagi
sebagian besar siswa di Indonesia termasuk di dalamnya siswa Sekolah Dasar (SD).
Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, cenderung sulit diterima dan
dipahami oleh peserta didik. Apabila peserta didik dihadapkan pada suatu materi tertentu
sedangkan dia belum siap memahaminya, maka dia tidak saja akan gagal dalam belajar tetapi
belajar menakuti, membenci dan menghindari pelajaran tersebut.
Pemahaman siswa terhadap pokok bahasan pecahan masih cukup memperihatinkan.
Sebutan pembilang dan penyebut saja masih bingung. Penjumlahan pada pecahan penyebut
yang sudah sama tinggal dijumlah antara pembilang dengan pembilang akan ketemu
hasilnya, adapun penyebutnya tetap saja. Sebaliknya penjumlahan yang penyebutnya
berbeda/tidak sama, maka operasi hitungnya adalah bilangan penyebutnya disamakan terlebih
dahulu dengan menggunakan kelipatan persekutuan terkecil.
Berdasarkan data yang diperoleh dari guru kelas V SD Negeri Dukuhmaja 03, pada
mata pelajaran matematika belum semua siswa bisa mencapai criteria ketuntasan minimal
yang telah ditentukan oleh guru yaitu 65. Hasil belajar siswa terlihat bahwa dari 20 siswa,
baru 7 siswa yang bisa mencapai nilai KKM. Sedangkan 13 siswa lain kesulitan untuk
mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Metode Tutor Sebaya pada siswa
kelas VI SD Negeri Dukuhmaja 03 Tahun ajaran 2016/2017”
Permasalahan-permasalahan di atas dapat diidentifikasikan beberapa permaslahan yang
terjadi pada siswa kelas VI di SD Negeri Dukuhmaja 03, yaitu:1) Minimnya kerjasama siswa
dalam kegiatan belajar di kelas. 2) Dalam proses pembelajaran guru kurang melibatkan
partisipasi siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa pasif dalam pembelajaran matematika.
3) Sebagian siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. 4) Masih
banyak siswa di kelas VI yang belum mencapai KKM
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, serta keterbatasan
dari peneliti, permasalahan yang ada dalam penelitian dibatasi pada rendahnya hasil belajar
metematika siswa kelas VI di SD Negeri Dukuhmaja 03
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VI SD Negeri
Dukuhmaja 03 dalam pokok bahasan pecahan melalui pembentukan tutor sebaya.
Manfaat Penelitian: 1) Manfaat bagi siswa: a) Mendapat pengetahuan secara luas
tentang pecahan. b) Agar siswa berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan soal
matematika. c) Dapat menghitung hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian
pecahan. d) Untuk digunakan dalam kegiatan hidup sehari-hari. 2) Manfaat bagi guru: a)
Siswa yang cerdas dapat membantu dalam menghitung hasil operasi pada bilangan pecahan.
b) Mudah mengawasi dan mengarahkan sistem pembelajaran secara kelompok-kelompok
kecil. c) Dapat mengetahui dengan dekat kelemahan atau kelebihan kemampuan
berpikir siswa secara individu. d) Dapat mengembangkan siswa yang cerdas untuk menjadi
tutor sebaya. 3) Manfaat bagi sekolah: a) Mudah memilih siswa-siswa yang cerdas untuk
persiapan lomba mata pelajaran/kreativitas siswa. b) Menginventarisasikan data prestasi
terbaik pada mata pelajaran matematika. c) Tersedianya tenaga guru yang profesional. d)
Prestasi siswa meningkat.
LANDASAN TEORI
Pengertian Belajar
Beberapa ahli pendidikan telah merumuskan dan menafsirkan pengertian belajar.
Adanya perbedaan pengertian belajar justru menjadi khasanah pengetahuan tentang belajar.
Fontana (1981:147) menuliskan definisi belajar adalah proses perubahan yang relatif
dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Definisi tersebut memusatkan
perhatian kepada hal-hal sebagai berikut. 1) Bahwa belajar harus memungkinkan perubahan
perilaku individu. 2) Bahwa perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman.
Menurut Herman Hudoyo (1990:17) belajar adalah suatu proses mendapat pengetahuan
atau pengalaman sehingga mengubah tingkah laku. Dengan belajar maka seseorang
mengalami perubahan tingkah laku baik pengetahuan, sikap, ketrampilan maupun kecakapan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Dimyati (1999:228) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
adalah sebagai berikut. a) Faktor Internal: 1) Sikap terhadap belajar, 2) Motivasi belajar, 3)
Konsentrasi belajar, 4) Mengolah bahan belajar, 5) Menyimpan perolehan hasil belajar, 6)
Rasa percaya diri, 7) Inteligensi dan keberhasilan belajar, 8) Kebiasaan belajar. b) Faktor
Eksternal: 1) Guru sebagai pembina siswa belajar, 2) Sarana dan Prasarana, 3) Kebijaksanaan
Penilaian, 4) Lingkungan sosial siswa di sekolah.
Pengertian Hasil Belajar
Menurut Munandar (dalam Sugeng Hariyadi, 1993:46) perwujudan dari bakat dan
kemampuan adalah prestasi. Bakat dan kemampuan menentukan prestasi seseorang. Orang
yang memiliki bakat matematika dapat diperkirakan atau diharapkan untuk mencapai prestasi
menonjol di bidang matematika, dan prestasi yang menonjol di suatu bidang dapat
merupakan cerminan dari bakat yang dimiliki untuk bidang tersebut. Tetapi karena bakat
masih merupakan potensi, orang yang berbakat belum tentu mampu mencapai prestasi yang
tinggi dalam bidangnya.
Dengan demikian prestasi belajar dapat diartikan kemampuan dan bakat seseorang yang
menonjol di bidang tertentu. Sehingga diperoleh perubahan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Maka akan diperoleh pengetahuan baru yaitu penguasaan, penggunaan,
maupun penilaian mengenai sikap dan kecakapan yang merupakan perilaku dari berbagai
keadaan sebelumnya.
Matematika Sekolah
Menurut Kurikulum 1994 (1994:110) dijelaskan bahwa yang di maksud matematika
sekolah adalah “Matematika yang diajarkan di pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Berarti matematika SD adalah matematika sekolah yang diajarkan di tingkat SD, matematika
SLTP adalah matematika yang diajarkan di tingkat SLTP, matematika SMA adalah
matematika yang diajarkan di SMA.
Menurut Kurikulum 1994 (1994:110), “Matematika sekolah mempunyai fungsi
instumental, yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran konsistensi,
dalam sistem proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Metode Tutor Sebaya
Made Wena (2009:2) mengartikan strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk
menggunakan semua sumber dalam upaya membelajarkan siswa. Sebagai suatu cara, strategi
pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidan tertentu sehingga membentuk suatu
bidang pengetahuan tersendiri. Sebagai suatu bidang pengetahuan, strategi pembelajaran
kadang-kadang secara implisit dimiliki oleh seorang tanpa pernah belajar secara formal
tentang ilmu strategi pembelajaran.
Simanjuntak dan Pasaribu (1983:28) Tutor (guru/pengawas) suatu kelompok belajar
dalam kelas diawali oleh seorang istruktur baik untuk seorang peserta atau lebih. Berbeda
halnya dengan seminar karena dalam metode ini selain peserta sedikit, istrukturnya berperan
lebih aktif dalam membantu pesertanya mempelajari topik yang diberikan. Secara singkat
pengertian tutor dapat diartikan sebagai orang yang memberikan tutorial atau tutoring,
sedangkan tutorial atau tutoring adalah bimbingan yang dapat berupa bantuan, petunjuk,
arahan ataupun motivasi baik secara individu maupun kelompok dengan tujuan agar siswa
dapat lebih efisien dan efektif dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dalam kegiatan
pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.
Kata sebaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti sama umurnya
(tuanya). Istilah tutor sebaya karena yang menjadi tutor adalah siswa yang mempunyai umur
atau usia yang hampir sama atau sebaya. Istilah ini untuk membedakan “tutor serumah” yaitu
pengajaran yang dilakukan oleh orang tua, kakak atau anggota keluarga yang lain yang
bertempat tinggal serumah dengan siswa tersebut. Selain itu dapat juga untuk membedakan
dengan tutor yang dilakukan oleh staf pengajar yang lain bukan dari siswa.
Pengertian Pecahan
Menurut Amin Suyitno (2004:43) dijelaskan bahwa bilangan cacah diadakan untuk
menggambarkan salah satu sifat himpunan. Banyaknya anggota setiap himpunan adalah
bilangan cacah. Pecahan diadakan untuk menggambarkan satu atau beberapa bagian dari satu
benda.
Sedangkan menurut Dedi Junaedi dan kawan-kawan (1999:40) suatu pecahan adalah
𝑎
bilangan yang dinyatakan 𝑏 dalam bentuk dengan a dan b bilangan bulat, b bukan faktor dari

a, dan b ≠ 0, a disebut pembilang, dan b disebut penyebut.


Berdasarkan kajian teori di atas, hipotesis tindakan yang dapat peneliti rumuskan
adalah sebagai berikut. Melalui metode pembelajaran tutor sebaya maka hasil belajar siswa
kelas VI SD Negeri Dukuhmaja 03 dalam pokok bahasan pecahan dapat ditingkatkan.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SD Negeri Dukuhmaja 03.
Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes tepatnya di Desa Dukuhmaja Kecamatan Songgom
Kabupaten Brebes. Penelitian tindakan kelas difokuskan pada siswa kelas VI (enam ).
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang diadakan di SD Negeri Dukuhmaja 03.terdiri dari
dua siklus atau dua tahapan, tahapan pertama yaitu pada siklus I hari Rabu tanggal 7
September 2016 dan tahap kedua yaitu pada siklus II hari Rabu tanggal 28 September
2016. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas diikuti oleh 20 siswa.
Subjek Penelitian
Perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan di SD
Negeri Dukuhmaja 03. Kecamatan Songgom Kabupaten Brebes kelas VI pada semester 1
tahun pelajaran 2016/2017. Perbaikan pembelajaran dilaksanakan karena mengalami
permaslahan pembelajaran pada mata pelajaran matematika tentang kompetensi bilangan
pecahan.
Sumber Data
1) Siswa: Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi yang diperoleh secara
sistematik selama pelaksanaan siklus pertama sampai siklus kedua dan hasil evaluasi. 2)
Guru: Sumber data guru berasal dari lembar observasi kemampuan atau kinerja guru dan
kualitas pembelajaran matematika dengan menggunakan metode demontrsi. 3) Data
dokumen: Sumber data dokumen berupa data awal nilai pra siklus, sebelum dilakukan
tindakan.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data. Dalam rangka pengumpulan data yang tepat, maka
penulis memerlukan alat pengumpul data antara lain : 1) Studi Dokumentasi, 2) Observasi
dan 3) Tes.
Validasi Data
Data dapat dikatakan valid atau sah apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa
yang seharusnya diukur atau diinginkan. Pada penelitian ini, instrumen diuji validitasnya
dengan menggunakan validitas isi dan validitas konstrak. Validitas isi yaitu isi atau bahan
yang diuji atau dites relevan dengan materi pelajaran dan kajian teori mengenai pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode tutor sebaya.
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif .
Data kuantitatif diperoleh melalui tes yang dilaksanakan setiap akhir pertemuan. Data dari
lembar observasi guru dan siswa adalah tampilan centangan yang terdapat dalam lembar
observasi sesudah pengamat selesai melakukan pengamatan. Centangan pada kolom yang
sama dijumlahkan dan dicari persentasenya. Setelah itu peneliti membuat interpretasi dari
data yang diperoleh dan dideskripsikan secara jelas sehingga menjadi suatu kesimpulan.
Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan persentase ketuntasan belajar
dihitung dengan cara sebagai berikut :
𝑆𝑡
Pk = x 100 %
𝑠
Indikator Kinerja
Perbaikan pembelajaran dapat dinyatakan berhasil apabila dalam pembelajaran tentang
materi pecahan dengan memanfaatkan metode tutor sebaya dapat meningkatkan jumlah
siswa yang tuntas berdasarkan KKM mencapai sekurang-kurangnya 20% dari kondisi awal
atau sebelum diadakan PTK.
Peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VI SD Negeri Dukuhmaja 03 juga dapat
dilihat dari ketercapaian indikator-indikatornya seperti : rata-rata keaktifan siswa yang
mencapai lebih dari 85%, ketuntasan belajar siswa lebih dari 85% dan rerata secara klasikal
minimal 80.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal atau pra siklus, merupakan kondisi siswa sebelum dilaksanakannya
pembelajaran matematika dengan menerapkan metode tutor sebaya pada materi pecahan .
Sebelum dilakukan tindakan kelas siswa diberi pretes (tes awal) untuk mengetahui tingkat
kemampuan pemahaman siswa tentang fungsi organ manusia. Tes dilakukan dengan memberi
10 butir soal. Kemudian dinilai dan diperoleh hasil seperti tertuang pada tabel berikut.
Tabel 4.1
Analisis Data Kuantitatif Prasiklus (Kondisi Awal)
Banyaknya Frekwensi
N0 Nilai Ketuntasan
Siswa relatif
1 85 1 5% Tuntas
2 80 - - -
3 75 2 10% Tuntas
4 70 3 15,00% Tuntas
5 65 1 5% Tuntas
6 60 1 5% Belum Tuntas
7 55 2 10% Belum Tuntas
8 50 5 25,00% Belum Tuntas
9 45 1 5% Belum Tuntas
10 40 4 20,00% Belum Tuntas
Jumlah siswa 20 100%
Jumlah nilai 1135
Rata-rata 57

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil dari tes awal menujukkan bahwa 13
anak atau 65% dibawah ketuntasan, nilai rata-rata 57 dan prosentase ketuntasan hanya 35%
atau 7 anak.
Gambar 4.1. Grafik Batang hasil Pra Siklus

70 31
60
50
Axis Title

40
30
20 Column1
10
0 Belum Tuntas

Tuntas Tuntas
Belum Tuntas
Axis Title

Diskripsi Siklus I
Perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas pada siklus I merupakan
bentuk usaha perbaikan pembelajaran seorang guru dari hasil pembelajaran sebelumnya. Pada
perbaikan pembelajarn siklus I guru sudah menerapkan pembelajaran secara berkelompok
dengan menerapkan metode tutor sebaya.
Dengan ditemukannya permasalahan dalam pembelajaran siklus I, maka seorang guru
harus mencari solusi untuk mengatasinya dalam siklus selanjutnya. Akan tetapi pada siklus I
juga diperoleh beberapa kemajuan-kemajuan siswa selama pembelajaran, anatara lain : 1)
Adanya repon siswa, mereka merespon pertanyaan-pertanyaan dari guru dan jawaban yang
disampaikan pun cukup baik. 2) Adanya peningkatan nilai belajar oleh siswa dan ketuntasan
nilai pun bertambah, meski ada sebagian siswa yang belum tuntas.
Tabel 4.2 Tabel Hasil Belajar Matematika Siklus I

Banyaknya Frekwensi
N0 Nilai Siswa relatif Ketuntasan
1 95 1 5% Tuntas
2 90 1 5% Tuntas
3 85 1 5% Tuntas
4 80 2 10% Tuntas
5 75 3 15% Tuntas
6 70 5 25,% Tuntas
7 65 2 10% Tuntas
8 60 3 15% Belum Tuntas
9 55 2 10% Belum Tuntas
10 50 Belum Tuntas
Jumlah siswa 20 100%
Jumlah nilai 1425
Rata-rata 71 -
Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 65 maka data dari tabel di atas
disimpulkan bahwa : 1) Peserta didik tuntas berdasarkan KKM sejumlah 15 dari 20 siswa
(75 %), 2) Peserta didik belum tuntas berdasarkan KKM sejumlah 5 dari 20 siswa (25%), 3)
Rata-rata nilai secara klasikal adalah 71
Adapun tingkat keaktifan peserta didik selama kegiatan pembelajaran pada siklus I
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel. 4.3 Kategori hasil belajar siklus I

No Katagori interval Frekwensi Persen


1 Sangat baik 85 - 100 3 15%
2 Baik 75 - 80 5 25%
3 Cukup 65 - 70 7 35%
4 Kurang 0 - 60 5 25%
33 100 %

Menurut data tabel 4.3 di atas menunjukkan perolehan hasil belajar matematika
materi pecahan dengan menggunakan metode tutor sebaya, bahwa dari 20 siswa mengalami
ketuntasan belajar sebanyak 75%, sedangkan 25% siswa belum tuntas dalam belajar, hal ini
menunjukkan bahwa 15 siswa mengalami ketuntasan belajar, dan 5 siswa belum tuntas.
Rerata 71 nilai tertinggi 95, dan nilai terendah 55.
Gambar 4.2. Grafik Batang hasil Siklus I

80%

60%

40% 75%

20%
25%
0%
Tuntas
Belum tuntas
Series 3 Series 2 Series 1

Melihat tabel dan grifik batang data keaktifan siswa diatas, maka tingkat keaktifan
peserta didik dalam siklus I cukup meningkat. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan
pembelajaran sudah ada alat peraga gambar sehingga peserta didik termotivasi untuk
memahami materi yang disampaikan oleh guru
Diskripsi Siklus II
Seperti tahapan pada pra siklus dan siklus I, pada siklus II juga seorang guru
melakukan sebuah perencanaan yang disusun secara sistematik dan terarah guna mencapai
sebuah keberhasilan pembelajaran. Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran
(RP) dan alat peraga sesuai dengan materi yang akan disampaikan pada siklus II dengan
menerapkan motode tutor sebaya
Seorang guru harus mempunyai inisiatif dan tindakan untuk mengatasi segala
kekurangan dalam pembelajaran. Seorang guru juga perlu melakukan inovasi dan perubahan-
perubahan guna memperoleh sebuah cara yang dapat digunakan untuk mengatasi segala
permasalahan yang ada di dalam suatu pembelajaran tersebut. Perbaikan-perbaikan harus
terfokus pada kekurangan atau kelemahan siswa yang mengalami kendala dalam belajar.
Fokus itu sendiri harus dibarengi dengan pemberian motivasi dan menumbuhkan minat
belajar terhadap para siswa sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
Tabel 4.3 Tabel Hasil Belajar Matematika Siklus II

Banyaknya Frekwensi
No Nilai Siswa relatif Ketuntasan
2 100 2 10% Tuntas
3 95 1 5% Tuntas
4 90 2 10% Tuntas
5 85 2 10% Tuntas
6 80 7 35% Tuntas
7 75 1 5% Tuntas
8 70 3 15% Tuntas
9 65 - - -
10 60 2 10% Belum Tuntas
Jumlah siswa 20 100%
Jumlah nilai 1610
Rata-rata 81 -

Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 65 maka data dari tabel di atas
disimpulkan bahwa : 1) Peserta didik tuntas berdasarkan KKM sejumlah 18 dari 20 siswa
(90%), 2) Peserta didik belum tuntas berdasarkan KKM sejumlah 2 dari 20 siswa (10 %), 3)
Rata-rata nilai secara klasikal adalah 81
Adapun tingkat keaktifan peserta didik selama kegiatan pembelajaran pada siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel. 4.5 Kategori hasil belajar siklus II

No Katagori interval Frekwensi Persen


1 Sangat baik 85 - 100 7 35%
2 Baik 75 - 80 8 40%
3 Cukup 65 - 70 3 15%
4 Kurang 0 - 60 2 10%
Jumlah 33 100 %

Gambar 4.3.Grafik Persentase Ketuntasan Belajar matematika Siklus II

100
80
60 90
40
20 10
0
Tuntas Belum Tuntas

Series 1 Series 2 Series 3

Diagram di atas terlihat bahwa telah diadakan tindakan siklus I dan siklus II tes siswa
mengalami peningkatan Nilai tertinggi pada pra siklus 85, nilai tertinggi pada siklus I adalah
95 dan pada siklus II, 100 ini berarti ada peningkatan nilai sebesar 5 poin, nilai terendah pada
pra siklus 40, nilai terendah pada siklus I sebesar 55 poin dan pada siklus II adalah 60. Rata-
rata nilai siswa pada pra siklus 57 dan pada siklus I nilai rata-rata menjadi 71 ini berarti ada
peningkatan sebesar 14. Pada siklus II menjadi 81 ada peningkatan dari siklus I sebesar 10

100
95
100 85 81
80
71
60 57
55
60
40
40

20

0
Nilai TertinggiSeries
Nilai
1 Terendah
Series 2 Rata-rata
Series 3

Gambar 4.4. Grafik Rekap Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Menuru data gambar di atas menunjukan perolehan hasil belajar matematika pada
materi pecahan dengan menggunakan metode tutor sebaya bahwa dari 20 siswa mengalami
ketuntasan belajar sebesar 35 % dan yang belum tuntas sebesar 65% pada prasiklus,
pembelajaran pada siklus I ketuntasan secara klasikal sebesar 75% sedang yang belum tuntas
sebesar 25% dan pada pelaksanaan siklus II ketuntasan secara klasikal sebesar 90%
sedangkan yang belum tuntas sebesar 10%. Hal ini menunjukan bahwa 18 siswa mengalami
ketuntasan belajar, dan 2 belum tuntas
Kentutasan belajar matematika tersebut sudah mencapai target yang diinginkan seperti
pada indikator keberhasilan yaitu 80 % siswa mengalami ketuntasan belajar individu dengan
nilai ≥ 65.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di kelas VI SD Negeri Dukuhmaja
03, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya, hasil
belajar siswa dalam menyelesaikan soal pecahan dan lambangnya, mengubah suatu pecahan
ke bentuk pecahan lain yang senilai, menyederhanakan pecahan, operasi hitung pada
pecahan, pecahan sebagai perbandingan bilangan desimal dapat ditingkatkan.
SARAN – SARAN
Dalam pembelajaran cara menyelesaikan soal bilangan pecahan dengan menggunakan
metode pembelajaran tutor sebaya, disarankan agar dalam membentuk suatu kelompok,
anggota kelompok tidak terlalu banyak serta cermat pada saat memilih tutor sebaya, lebih
sabar dalam membimbing siswa, khususnya siswa yang mengalami kesulitan belajar dan
menelaah soal - soal yang ada agar siswa benar-benar dapat memahami dan dapat belajar
dengan sebaik mungkin sehingga dapat tercapai tujuan yang dikehendaki yaitu dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pokok bahasan bilangan pecahan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Amin Suyitno. 2004. Matematika Sekolah I. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA
UNNES.
Depdiknas. 1994. Kurikulum standar Kompetensi SD/MI, Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Kelas VI SD. Jakarta: Depdikbud.
Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Fontana. 1981. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: PT. Bumi Aksara. Herman Hudoyo. 1990.
Belajar Strategi Mangajar Matematika. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Herman Hudoyo. 1990. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi.

Hisyam Zaini. 2002. Strategi pembelajaran di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD


(Center For Teaching Staff Development).
Made Wana. (2009). Strategi pembelajaran inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara
Sugeng Hariyadi dan Kawan-Kawan. 1993. Perkembangan Peserta Didik. Semarang: CV.
IKIP Semarang Press
Simanjuntak, B. Dan Pasaribu. 1983. Proses Belajar . Tarsito. Bandung

Anda mungkin juga menyukai