Januari 2020
MIOPIA
OLEH :
Dinah Kusuma Wardani (G1A219017)
PEMBIMBING:
dr.Djarizal, Sp.M.,MPH
1
LEMBAR PENGESAHAN
Referat
MIOPIA
OLEH :
Dinah Kusuma Wardani (G1A219017)
Pembimbing
dr.Djarizal, Sp.M.,MPH
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Referat yang berjudul “Miopia” untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Jambi di RSUD Raden Mattaher.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada
dr.Djarizal, Sp.M.,MPH selaku konsulen ilmu mata yang telah membimbing dalam
mengerjakan Referat ini sehingga dapat diselesaikan tepat waktu.
Dengan laporan kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis
dan orang banyak yang membacanya terutama mengenai masalah Glaukoma
Kongenital. Saya menyadari bahwa Referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saya harapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan yang
akan datang.
Penulis
3
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI ...............................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN .....................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA ........................................................................................................
BAB 3
KESIMPULAN ................................................................................................
30
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................
31 ......................................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit mata sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia,
terutama yang menyebabkan kebutaan. Kelainan refraksi (0,14%) merupakan
penyebab utama kebutaan ketiga setelah katarak (0,78%) dan glaukoma (0,20%).
Dari 153 juta orang di dunia yang mengalami kelainan refraksi, delapan juta orang
diantaranya mengalami kebutaan.(1)
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina,
dimana terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi
dapat di depan atau di belakang retina dan/ atau tidak terletak pada satu titik fokus.
Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan
lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.(1)
Salah satu jenis kelainan refraksi, yaitu miopia. Miopia adalah suatu
kelainan refraksi di mana sinar cahaya paralel yang memasuki mata secara
keseluruhan dibawa menuju fokus di depan retina. Miopia, yang umum disebut
sebagai kabur jauh (nearsightedness), merupakan salah satu dari lima besar
5
penyebab kebutaan di seluruh dunia. Dikatakan bahwa pada penderita miopia,
tekanan intraokular mempunyai keterkaitan yang cenderung meninggi pada tingkat
keparahan miopia.(1)
Miopia dapat menjadi masalah serius jika tidak cepat ditanggulangi. Oleh
karena itu pengetahuan mengenai myopia sangat diperlukan untuk pemeriksaan dan
penatalksanaan miopia secara dini.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
proses yang terjadi dalam mata. Pada penglihatan terdapat proses yang cukup rumit
oleh jaringan yang dilalui seperti membelokkan sinar, memfokuskan sinar dan
Berikut adalah bagian mata yang memegang peranan pembiasan sinar pada
mata :
a. Kornea
Kornea merupakan jendela paling depan dari mata dimana sinar masuk dan
difokuskan ke dalam pupil. Bentuk kornea yang cembung dan sifatnya yang
masuk 80% atau dengan kekuatan 40 dioptri dilakukan atau dibiaskan oleh
7
kornea ini. Indeks bias kornea adalah 1,38. Kelengkungan kornea mempunyai
b. Iris
Iris atau selaput pelangi merupakan bagian yang berwarna pada mata. Iris
menghalangi sinar masuk ke dalam mata dengan cara mengatur jumlah sinar
c. Pupil
Pupil yang berwarna hitam pekat pada sentral iris mengatur jumlah sinar masuk
ke dalam bola mata. Seluruh sinar yang masuk melalui pupil diserap sempurna
oleh jaringan dalam mata. Tidak ada sinar yang keluar melalui pupil sehingga
pupil akan berwarna hitam. Ukuran pupil dapat mengatur refleks mengecil atau
dalam pupil diatur secara refleks. Pada penerangan yang cerah pupil akan
mengecil untuk mengurangi rasa silau. Pada tepi pupil terdapat m.sfingter pupil
yang bila berkontraksi akan mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis). Hal ini
terjadi ketika melihat dekat atau merasa silau dan pada saat berakomodasi.
Selain itu, secara radier terdapat m.dilator pupil yang bila berkontraksi akan
d. Badan siliar
Badan siliar merupakan bagian khusus uvea yang memegang peranan untuk
otot akomodasi dan mengatur besar ruang intertrabekula melalui insersi otot
8
e. Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbenruk lensa di dalam
mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris Yng
terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang menebal dan
menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa yang jernih ini mengambil
peranan membiaskan sinar 20% atau 10 dioptri. Peranan lensa yang terbesar
f. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima
rangsangan
di belakang
meneruskan
rangsangan
yang diterimanya
berupa bayangan
g. Saraf optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut
bayangannya.
9
Gambar 2.1. Anatomi Dasar Mata
2.2.Fisiologi Mata
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi. Mata
mempunyai sistem lensa, sistem apertura yang dapat berubah-ubah (pupil), dan
retina yang dapat disamakan dengan film. Sistem lensa mata terdiri atas empat
perbatasan refraksi, yaitu: perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara;
antara humor aquosus dan permukaan anterior lensa mata; dan perbatasan antara
permukaan posterior lensa dan humor vitreous. Indeks internal udara adalah 1;
kornea 1,38; humor aquosus 1,33; lensa kristalina (rata-rata) 1,40; dan humor
vitreous 1,34.(3)
cahaya berpindah dari satu medium dengan tingkat kepadatan tertentu ke medium
dengan tingkat kepadatan yang berbeda. Dikenal beberapa titik di dalam bidang
masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum Remotum adalah titik terjauh dimana
seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang
10
yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat. Pada emetropia,
Derajat refraksi ditentukan oleh dua faktor, yaitu: rasio indeks bias dari
kedua media transparan dan derajat kemiringan antara bidang peralihan dan
lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin
km/detik, tetapi perambatannya melalui benda padat dan cairan yang transparan
jauh lebih lambat. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke sebuah medium yang lebih
cahaya mengubah arah perjalanannya ketika melalui permukaan medium baru pada
Proses melihat bermula dari masuknya seberkas cahaya dari benda yang
diamati ke dalam mata melaui lensa yang kemudian dibiaskan pada retina (makula).
Terjadi perubahan proses sensasi cahaya menjadi impuls listrik yang diteruskan ke
untuk melihat tajam (fokus) atau disebut juga tajam penglihatan (acies visus)
11
Sistem lensa mata membentuk bayangan di retina. Bayangan yang terbentuk
di retina terbalik dari benda aslinya. Namun demikian, persepsi otak terhadap benda
tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang terjadi di retina,
karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan
normal.(3)
pembiasan sinar/ cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang
lensa, dan humor vitreous. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi
cembung atau cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu dekat atau jauh.
Ketiga, konstriksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di
retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang
terlalu terang memasukinya atau melewatinya. Hal ini penting untuk melindungi
mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan,
yaitu pergerakan kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata
depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai
daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang
peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau melihat
benda yang dekat. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar,
mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola
12
Kemampuan akomodasi lensa membuat cahaya tidak berhingga akan
terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka benda pada
jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina atau makula lutea. Akibat
sesuai dengan kebutuhan, semakin dekat benda makin kuat mata harus
meningkat bila mata melihat kabur dan pada waktu konvergensi atau melihat dekat.
Pada saat seseorang melihat suatu objek pada jarak dekat, maka terjadi trias
akomodasi yaitu: (i) kontraksi dari otot siliaris yang berguna agar zonula Zinii
difokuskan ke retina; (ii) konstriksi dari otot rektus internus, sehingga timbul
konvergensi dan mata tertuju pada benda itu, (iii) konstriksi otot konstriksi pupil
dan timbullah miosis, supaya cahaya yang masuk tak berlebih, dan terlihat dengan
jelas.(3)
Miopia adalah keadaan pada mata dimana cahaya atau benda yang jauh
letaknya jatuh atau difokuskan didepan retina. Supaya objek atau benda jauh
tersebut dapat terlihat jelas atau jatuh tepat di retina diperlukan kaca mata minus.(4)
Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata
13
yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan
kornea yang terlalu cekung.(5)
2.4. Epidemiologi
14
Diperkirakan bahwa 2,3 miliar orang di seluruh dunia mengalami kelainan
refraksi. Sebagian besar memiliki kelainan refraksi yang dapat dikoreksi dengan
kacamata, tetapi hanya 1,8 miliar orang yang melakukan pemeriksaan dan koreksi
yang terjangkau. Hal ini menyisakan kira -kira 500 juta orang, sebagian besar di
negara berkembang (1/3 bagian adalah orang afrika) dan anak -anak dengan
kelainan refraksi yang tidak dikoreksi y ang menyebabkan kebutaan dan gangguan
penglihatan. Miopia merupakan salah satu kelainan refraksi yang memiliki tingkat
prevalensi yang tinggi. Saat ini, myopia masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang utama terutama di negara negara Asia, seperti Taiwan, Jepang,
Hongkong dan Singapura. Prevalensi dari miopia dipengaruhi oleh usia dan
beberapa faktor lain. Di Amerika Serikat dan negara berkembang, angka kejadian
myopia (minimal 0,5 D) pada anak usia 5 tahun diketahui sekitar 5%. Angka
kejadian ini meningkat pada usia sekolah dan dewasa muda, dimana pada remaja
diketahui memiliki prevalensi 20-25% sedangkan pada dewasa muda memiliki
prevalensi 25-35%. Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa wanita secara
signifikan memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya miopia dibandingkan pria.(5)
2.5. Etiologi
15
Tabel 2.1. Jenis-jenis Miopia dan Etiologinya
Faktor Keturunan
Faktor Perkembangan
Bukti yang ada menunjukan bahwa faktor prenatal dan perinatal turut
berperan serta menyebabkan miopia. Penyakit ibu yang dikaitkan dengan penderita
myopia kongenital adalah hipertensi sistemik, toksemia dan penyakit retina. Faktor
lain yang dianggap berhubungan dengan miopia adalah kelahiran prematur yakni
berat badan lahir kurang dari 2.500 gr. Brain menyebutkan bahwa hal ini berkaitan
dengan defek mesodermal yang berkaitan dengan prematuritas.(7)
2.6. Patofisiologi
16
Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang
dan disebut sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media refraktif
yang tinggi atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat. Dalam
hal ini disebut sebagai miopia refraktif (8).
Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya apabila miopia lebih dari
- 6 dioptri(D) disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata
sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil
disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina terjadi kemudian setelah terjadinya
atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat
menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopia
dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan,
atropi lapis sensoris retina luar dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik
(6).
17
ekuatorial. Bidang sklera anterior merupakan area potong lintang yang kurang dapat
diperluas perunitnya dari pada bidang lain. Pada test bidang ini ditekan sampai 7,5
g/mm2.
Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas terendah dari stress
ekstensi pada sklera posterior ditemukan empat kali daripada bidang anterior dan
equator. Pada batas lebih tinggi sklera posterior kira-kira dua kali lebih
diperluas.Perbedaan tekanan diantara bidang sklera normal tampak berhubungan
dengan hilangnya luasnya serat sudut jala yang terlihat pada sklera posterior.
Struktur serat kolagen abnormal terlihat pada kulit pasien dengan Ehlers-Danlos
yang merupakan penyakit kalogen sistematik yang berhubungan dengan miopia.
Vogt awalnya memperluas konsep bahwa miopia adalah hasil
ketidakharmonian pertumbuhan jaringan mata dimana pertumbuhan retina yang
berlebihan dengan bersamaan ketinggian perkembangan baik koroid maupun sklera
menghasilkan peregangan pasif jaringan. Meski alasan Vogt pada umumnya tidak
dapat diterima, telah diteliti ulang dalam hubungannya dengan miopia bahwa
pertumbuhan koroid dan pembentukan sklera dibawah pengaruh epitel pigmen
retina. Pandangan baru ini menyatakan bahwa epitel pigmen abnormal menginduksi
pembentukan koroid dan sklera subnormal. Hal ini yang mungkin menimbulkan
defek ektodermal–mesodermal umum pada segmen posterior terutama zona
oraekuatorial atau satu yang terlokalisir pada daerah tertentu dari posterior mata,
dimana dapat dilihat pada miopia patologis (tipe stafiloma posterior).
Meningkatnya suatu kekuatan yang luas terhadap tekanan intraokular basal.
Contoh klasik miopia skunder terhadap peningkatan tekanan basal terlihat pada
glaukoma juvenil dimana bahwa peningkatan tekanan berperan besar pada
peningkatan pemanjangan sumbu bola mata (8).
Untuk melihat sesuatu objek dengan jelas, mata perlu berakomodasi.
Akomodasi berlaku apabila kita melihat objek dalam jarak jauh atau terlalu dekat.
Menurut Dr. Hemlholtz, otot siliari mata melakukan akomodasi mata. Teori
Helmholtz mengatakan akomodasi adalah akibat daripada ekspansi dan kontraksi
lensa, hasil daripada kontraksi otot siliari. Teori Helmholtz merupakan teori yang
sekarang sering digunakan oleh dokter.
18
Menurut Dr. Bates, dua otot oblik mata yang melakukan akomodasi mata
dengan mengkompresi bola mata di tengah hingga memanjangkan mata secara
melintang. Dr. Bates telah melakukan eksperimen pada kelinci, Dr. Bates
memotong dua otot oblik dan mendapati mata kelinci tersebut tidak bias
berakomodasi. Dr. Bates juga menginjeksi obat paralisis pada otot oblik kelinci,
mata tidak dapat berakomodasi. Apabila obat disingkirkan daripada otot oblik, mata
kelinci dapat berakomodasi kembali. Akibat daripada kelelahan mata menyebabkan
kelelahan pada otot mata. Otot mata berhubungan dengan bola mata hingga
menyebabkan bentuk mata menjadi tidak normal.Kejadian ini adalah akibat
akomodasi yang tidak efektif hasil dari otot mata yang lemah dan tidak stabil. Pada
mata miopia, bola mata terfiksasi pada posisi memanjang menyulitkan untuk
melihat objek jauh (8).
2.6. Klasifikasi
19
Menurut American Optometric Association, miopia terbagi dalam :
20
2.7. Faktor Risiko
21
perkembangan miopia pada sekelompok orang yang menghabiskan banyak waktu
untuk bekerja terutama pada pekerjaan dengan jarak pandang yang dekat secara
intensive. Beberapa pekerjaan telah dibuktikan dapat mempengaruhi terjadinya
miopia termasuk diantaranya peneliti, pembuat karpet, penjahit, guru, manager, dan
pekerjaan-pekerjaan lain.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan telekomunikasi seperti televisi,
komputer, video game dan lain -lain, secara langsung maupun tidak langsung akan
meningkatkan aktivitas melihat dekat.
Konsumsi sayuran dan buah juga dapat mempengaruhi terjadinya miopia.
Adapun sayuran dan buah yang diketahui mempengaruhi, yaitu wortel, pisang,
pepaya, jeruk, buah merica dan cabai. Hal ini dikarenakan pada sayuran dan buah
tersebut memiliki kandungan beta karoten yang tinggi, yang nantinya akan
dikonversikan menjadi vitamin A (retinol) untuk tubuh.
2.8.2. Tanda-tanda
1. Status refraksi
Curtin melaporkan bahwa 55% penderita miopia kongenital akan
berkembang menjadi miopia progresif, 30% tetap stabil dan 15% akan menjadi
regresif. Francois dan Goes menunjukan bahwa semakin awal onsetnya semakin
besar pula progresivitasnya.
2. Status okulomotor
22
Banyak penderita dengan miopia patologi mengalami strabismus atau
nistagmus. Nistagmus biasanya menetap walaupun dilakukan koreksi kesalahan
refraksinya.
3. Segmen anterior
Pada sebagian besar penderita, mata akan menjadi lebih besar, kornea akan
lebih datar dan tipis, pupil akan mengalami dilatasi, bilik mata depan akan lebih
dalam. Banyak penderita akan mengalami sklera yang transfusen dan tampak biru.
Badan siliaris biasanya terletak lebih posterior, lebih panjang, datar dan atrofi.
4. Lensa
Prevalensi katarak pada miopia adalah dua kali lipat dari populasi normal,
dan terjadi pada usia-usia awal, umumnya nuklear a tau subkapsuler.
5. Vitreus
Vitreus mengalami degenerasi dan pencairan. Semakin tua penderita, semakin
tinggi derajat miopia, semakin besar derajat keparahan degenerasi vitreus. Degenerasi
vitreus ini menghasilkan filamen -filamen vitreus yang tampak sebagai vitreus floaters.
Pencairan vitreus menyebabkan terjadinya posterior vitreus detachment (PVD).
Perubahan-perubahan pada vitreus ini meningkatkan prevalensi terjadinya retinal
tears, retinal haemorrhages, retinal detachment. Kelainan-kelainan ini sering
terjadi di area supero temporal retina.
6. Perubahan pada diskus optikus
Ukuran dan bentuk diskus optikus meningkat, menjadi lebih besar dan
bentuknya oval vertikal. Rasio mangkok pada diskus (CD ratio) meningkat, tapi
kedalamannya normal. Terdapat tarikan pada permukaan nervus optikus nasal sehingga
akan mengangkat bagian -bagian nasal dari diskus optikus. Perubahan ini disebut
supertraksinasal.
7. Perubahan pada retina perifer
Elemen-elemen retina mengalami proses peregangan dan menurut suplai darah,
arteri vena retina. Tampak lebih lurus, retina akan mengalami penipisan. Epitel pigmen
retina, akan mengalami penipisan, pigmen -pigmen menggumpal dan bergerak ke
innerlayer retina. Semua perubahan tersebut disebut lattice degeneration.
8. Sklera
Karena sklera tidak memberikan dukungan yang memadai bagi bola mata
pada miopia, mata memanjang kearah posterior dan semua lapisan bola mata pada
kutub posterior mengalami perubahan degeneratif yang semakin bertambah seiring
23
berjalannya waktu, salah satu yang terjadi adalah staf iloma posterior. Ini biasanya
berkembang antara usia 9 sampai dengan 26 tahun.
9. Koroid
Perubahan pada koroid terutama terjadi pada fase lanjut. Proses yang pasti
dari degenerasi dan atrofi koroid masih belum diketahui, tetapi hal ini terkait
dengan
pemanjangan aksial mata.
10. Perubahan pada area makula
Terdapat penipisan pada retina, kehilangan sel -sel rods dan sel-sel cones
serta area makula lebih datar. Terjadi degenerasi kistik serta atrofi. Perubahan yang
sering terjadi pada area makula adalah bintik Fuch s, bintik ini merupakan
degenerasi terlokalisir, terkait dengan pertumbuhan jaringan neovaskuler koroid
menjadi ruang epitel pigmen subretina dan proliferasi epithelium pigmen retina
pada jaringan. Pemunculan bintik biasanya terkait dengan pendarahan dari jaringan
neovaskuler (Widodo dan Prillia, 2007).
2.8.1. Diagnosis
24
yang jauh dengan pencahayaan yang redup. Pasien mungkin mengeluhkan sulit
untuk melihat rambu-rambu lalu lintas saat berkendara pada malam hari.
- Pseudomiopia
Pandangan kabur yang bersifat sementara, terutama setelah bekerja dalam
jarak dekat, mungkin di indikasikan adanya daya akomodasi yang tidak adekuat
atau pseudomiopia.
- Miopia degeneratif
Dalam miopia degeneratif, didapati pandangan kabur yang dipengaruhi oleh
jarak karena derajat miopia biasanya signifikan. Pasien harus menahan “nearpoint-
objects” sangat dekat dengan mata, karena myopia yang tidak terkoreksi.
- Miopia yang didapat
Pasien dengan miopia yang didapat juga melaporkan pandangan kabur.
Gejala lain yang mungkin dikeluhkan oleh pasien tergantung pada penyebab
terjadinya miopia tersebut. Misalnya, pupil yang konstriksi ketika penyebab dari
miopia didapat adalah terpapar oleh agen agonis kolinergik (American Optometric
Association, 2006).
25
sejauh 5 atau 6 pasien yang akan diperiksa karena pada jarak 5 meter sinar –sinar
datang dianggap merupakan sinar sejajar dan pasien yang diperiksa matanya dalam
keadaan istirahat atau tidak berakomodasi. Keadaan penerangan dalam ruang
pemeriksaan tidak terlalu cerah. Dilihat kontra s kartu Snellen cukup baik. Mata
yang biasa diperiksa terlebih dahulu adalah mata kanan.
a. Letakkan bingkai uji coba ( trial frame) pada posisi yang tepat
b. Dilihat apakah titik tengah terletak tepat di depan mata
c. Pasang penutup (occluder) pada mata yang tidak diperiksa (mata kiri)
d. Catat tajam penglihatan mata yang dibuka
Untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan khusus untuk miopia.
Pada mata miopia dilakukan pemeriksaan berikut :
1. Bila penglihatan kurang dari 6/6 diletakan lensa pada bagian kacamata coba
dengan kekuatan S +0,5 atau S -0,5.
2. Ditanyakan dengan lensa mana yang terlihat lebih jelas. Tajam penglihatan dapat
lebih kurang dari 6/10 sehingga penambahan lensa diberikan yang lebih berat.
3. Penambahan lensa lanjut, bila lebih terang de ngan lensa S - 0,5 maka
pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan lensa S – yang dinaikan perlahan
sehingga terdapat penglihatan yang paling jelas.
4. Lensa ditambahkan perlahan sampai tajam penglihatan maksimal.
Resep kaca mata yang diberikan adalah lensa negatif yang paling tidak berat.
26
4. Koreksi lebih (over correction) dapat dilakukan untuk memperbaiki
deviasi juling ke dalam (esotropia).
5. Pada anak dengan miopia tinggi dan anisometropia yang mengakibatkan
aniseikonia dapat dipertimbangkan (Ilyas, 2006).
Pemeriksaan Tambahan
2.1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan miopia terdiri dari :
i. Koreksi refraksi
Langkah pertama yang dilakukan adalah koreksi dengan lensa oftalmik atau lensa
kontak.
ii. Modifikasi lingkungan
Beberapa penelitian mendukung efektivitas diet dalam pengelolaan miopia,
dianjurkan pada penderita miopia yang terpapar secara genetic untuk meningkatkan
konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat dan gula. Duke Elder
menyarankan diet kay a vitamin D dan kalsium untuk penderita miopia ini.
Aktivitas yang dianjurkan adalah olahraga luar ruang misalnya jogging, namun
aktivitas lain yang cenderung meningkatkan tekanan intra kranial dan stress
sebaiknya dihindari, misal angkat berat.
iii. Tindakan operatif
Tindakan operatif kornea tidak disarankan pada penderita miopia patologi,
misal tindakan LASIK, namun implantasi IOL merupakan tindakan bedah
refraksi yang disarankan.
iv. Fotokoagulasi laser
27
Bila terdapat choroidal neovascularization membran dilakukan argon laser
photokoagulasi, tetapi harap dipertimbangkan bahwa pada miopia patologi ini
terdapat pemanjangan dan peregangan bola mata sehingga sikatrik yang
diakibatkan oleh laser akan menambah peregangan bola mata
tersebut.
v. Pengawasan Tekanan Intra Okule r (TIO)
Tekanan intra okuler (TIO) harus dipantau secara cermat. Curtin
melaporkan bahwa TIO ini berperan secara mekanik dalam pemanjangan aksial
bola mata. Black merekomendasikan bahwa TIO dibawah 20 mmHg
vi. Pendidikan penderita
Penderita dengan miopia patologi cenderung mengalami koroid yang tipis
dan rapuh sehingga trauma pada mata atau bahkan gosokan keras pada membran
Bruch dan mengakibatkan perdarahan. Penderita harus disarankan untuk
memeriksakan mata jika mengalami kilatan cahaya terang, berbentuk seperti busur
atau peningkatan jumlah floaters. Faktor pendidikan penderita lainnya adalah
konseling genetik. Penderita dengan miopia memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk memiliki anak dengan miopia pula. Jika kedua orang tua menderita
miopia terdapat kemungkinan yang lebih besar anak -anaknya akan menderita
myopia (8).
2.1.9.1. Prognosis
28
koreksi tersebut telah menghilangkan gejala-gejala sulit melihat saat gelap dan
kesulitan berken dara pada malam hari.
Prognosis pada miopia nokturnal adalah baik. Prognosis untuk
pseudomiopia biasanya baik tapi biasanya waktu yang dibutuhkan untuk koreksi
lebih lama. Prognosis pada pasien dengan miopia degeneratif bervariasi tergantung
pada perubahan retina dan okuler. Pada kasus miopia didapat, baik prognosis
maupun pemeriksaan berkala dilakukan berdasarkan ada atau tidaknya kondisi yang
menjadi pemicu terjadinya miopia (9).
2.9.2. Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada miopia adalah akibat dari proses degenerasi,
yaitu :
a) Floaters
Kekeruhan badan kaca yang disebabkan proses pengenceran dan organisasi,
sehingga menimbulkan bayangan pada penglihatan.
b) Skotoma
Defek pada lapang-pandangan yang diakibatkan oleh atrofi retina.
c) Trombosis koroid dan perdarahan koroid
Sering terjadi pada obliterasi dini pembuluh darah kecil. Biasanya terjadi
di daerah sentral, sehingga timbul jaringan parut yang mengakibatkan penurunan
tajam penglihatan.
d) Ablasio retina
Merupakan komplikasi yang tersering. Biasanya disebabkan karena
didahului dengan timbulnya hole pada daerah perifer retina akibat proses -
proses degenerasi di daerah ini.
e) Glaukoma sederhana
Komplikasi ini merupakan akibat atrofi menyeluruh dari koroid.
f) Katarak
Merupakan komplikasi selanjutnya dari miopia degeneratif, terjadi setelah
usia 40 tahun. Biasanya adalah tipe pole posterior. Sering dihubungkan pula dengan
adanya degenerasi koroid (9)
29
BAB III
KESIMPULAN
depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Miopia dapat
diakibatkan terjadinya perubahan indeks bias dan kelainan panjang sumbu bola
mata.
pemberian kaca mata. Namun demikian miopia menjadi masalah serius jika tidak
cepat ditanggulangi. Oleh karena itu setiap pasien wajib dilakukan pemeriksaan
30
DAFTAR PUSTAKA
4. Curtin, B.J, 2012, The Myopia, The Philadelphia Harper & Row: pp 348
5. Ilyas, S, 2006, Kelainan Refraksi dan Kacamata, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
7. Sloane, A.E, 2008, Manual of Refraction, USA: Brown and Company, pp 39-47
31
32