Anda di halaman 1dari 7

Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu dari gejalanya adalah pembentukan batu di

dalam saluran kemih. Penyakit ini diduga telah ada sejak peradaban manusia yang tua, karena
ditemukan batu di antara tulang panggul kerangka mummi dari seorang berumur 16 tahun.
Mummi ini diperkirakan sekitar 7000 tahun. Di berbagai tempat lain dilaporkan penemuan
batu kandung kemih.

Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai


hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan
perkembangan kehidupan suatu bangsa. Berdasarkan pembandingan data penyakit batu
saluran kemih di berbagai negara dapat disimpulkan bahwa di negara yang mulai berkembang
terdapat banyak batu bagian bawah, terutama terdapat di kalangan anak. Di negara yang
sedang berkembang terdapat insidensi batu yang relative rendah, baik dari batu saluran kemih
bagian bawah maupun dari batu saluran kemih bagian atas. Di Negara yang telah berkembang
terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di kalangan orang dewasa. Pada
suku bangsa tertentu penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu
di Afrika selatan.

Abad 16 hingga abad 18 tercatat insidensi tertinggi penderita batu kandung kemih yang
ditemukan pada anak di berbagai Negara Eropa. Batu seperti ini sejak abad 18 menghilang
sehingga disebut batu sejarah. Berbeda dengan Eropa, di Negara berkembang penyakit batu
kandung kemih seperti ini masih ditemukan hingga saat ini, misalnya di Indonesia, Thailand,
India, Kamboja, dan Mesir. Karena ditemukan secara endemik, maka penyakit batu kandung
kemih ini disebut batu endemik atau batu primer karena terbentuk langsung di dalam
kandung kemih tanpa sebab yang jelas (2).

Batu kandung kemih dapat juga terbentuk pada usia lanjut yang disebut batu sekunder karena
terjadi sebagai akibat adanya gangguan aliran air kemih, misalnya karena hipertropi
prostate (2).

II.1 Komposisi dan Pembentukan Batu

Komposisi batu yang ditemukan pada seseorang perlu ditentukan, karena komposisi batu
dipakai sebagai landasan untuk menelusuri etiologi penyakit batu saluran kemih. Analisa batu
dapat dilakukan secara kimiawi, yaitu kualitatif, cara kualitatif dengan metode kromatografik
dan autoanalisis. Cara lain ialah optik dengan diseksi mikroskopik binokuler dengan
mikroskop petrografik. Juga cara instrumental melalui kristalografi radiografik, spektroskopi
infra merah, termoanalitik dan mikroskopi elektron. Kristalografi radiografik merupakan cara
yang dianggap paling baik ditinjau dari segi kesederhanaan dan ketepatannya.

Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis asam urat, oksalat,
fosfat, sistein dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu
campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik, diantaranya berkaitan dengan
sindroma alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium kadang disebabkan
hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada
infeksi kronik yang disebabkan bakteri yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi
alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika.
Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah (1,3)

Pada kebanyakan penderita batu kemih ditemukan penyebab yang jelas. Faktor predisposisi
berupa stasis, infeksi dan benda asing. Infeksi, stasis dan litiasis merupakan faktor yang
saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau disebut sirkulus visiosus.

Jaringan abnormal atau mati sepeti pada nekrosis papilla di ginjal dan benda asing mudah
menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu.

Batu idioptik disebabkan oleh pengaruh berbagai faktor. Misalnya batu urat pada anak di
negara yang sedang berkembang. Faktor yang memegang peran kausal ialah dehidrasi dan
gastroenteritis. Faktor ini mengakibatkan oliguria dengan urin yang mengandung kadar tinggi
asam urin dan ikatan kimia lain. Faktor lain ialah imobilisasi lama pada penderita cedera
dengan fraktor multiple atau paraplegi yang menyebabkan dekalsifikasi tulang dengan
peningkatan ekskresi kalsium dan stasis, sehingga presipitasi batu mudah terjadi. Pada
sebagian kecil pemderita batu kemih didapatkan kelainan kausal yang menyebabkan ekskresi
kelebihan bahan dasar batu seperti yang terjadi pada hiperparatiroidisme, hiperkalsiuria,
artritis urika dan sistinuria.

II.2 Gambaran Klinik

Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan
morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria,
baik hematuria makroskopik atau mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi saluran kemih
dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik
lain (2,3)

Berdasarkan jenisnya bibagi dalam :

II.2.1 Batu Pelvis Ginjal

Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati bagian
pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokaliks, sehingga bercabang
menyerupai tanduk rusa. Kadang batu hanya terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih
merupakan akibat dari obstruksi aliran kemih atau infeksi(5).

Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus
menerus dan hebat karena adanya pionefrosis.

Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya
ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.

Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus costa pada sisi ginjal yang
terkena. Sesuai dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat
menyebabkan terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak
memberikan kelainan fisik.

II.2.2 Batu Ureter

Anatomi ureter menunjukkan beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan batu ureter
dapat terhenti, karena adanya peristaltis maka akan terjadi gejala kolik yaitu nyeri yang
hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas.
Selama batu bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu kolik akan datang sampai batu
bergeser dan memberi kesempatan pada air kemih untuk lewat (2).

Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama
kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi
batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan
menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimptomatik. Tidak jarang
terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. Bila keadaan obstruksi terus
berlangsung, lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa hidronefrosis dengan atau tanpa
pielonefritis, sehingga menimbulkan gambaran infeksi umum (2).

II.2.3 Batu Vesika Urinaria

Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka
aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa
nyeri. Pada anak, menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya sehingga tidak
jarang dilihat penis yang agak panjang. Bila pada saat sakit tersebut penderita berubah posisi
maka suatu saat air kemih akan dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila
selanjutnya terjadi infeksi yang sekunder, maka nyeri menetap di suprapubik (1,4).

II.2.4 Batu Prostat

Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograde terdorong ke
dalam saluran prostat dan mengendap, yang akhirnya berupa batu yang kecil. Pada umumnya
batu ini tidak memberikan gejala sama sekali karena tidak menyebabkan gangguan pasase air
kemih (4).

II.2.5 Batu Uretra

Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau vesika urinaria yang oleh
aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar.
Tempat uretra yang agak lebar ini adalah di pars bulbosa dan di fossa navikular. Bukan tidak
mungkin dapat ditemukan di tempat lain.

Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan
terasa nyeri.

Penyulit dapat berupa terjadinya divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena
obstruksi urin (3).
II.3 Diagnosis

Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis,
penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologis, laboratorium, dan penunjang
lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi jalan kemih, infeksi dan gangguan faal
ginjal.

Secara radiologik, batu ada yang radioopak dan ada yang radiolusen. Sifat radioopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu, sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang
dihadapi. Yang radiolusen umumnya adalah dari jenis asam urat murni.

Pada yang radioopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya
batu saluran kemih bila diambil foto dua arah. Pada keadaaan yang istimewa tidak jarang
batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat terhindar dari pengamatan. Karena
itu, foto polos perlu sering ditambah dengan foto pielografi intravena atau yang biasa disebut
foto BNO-IVP (5).

Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum pemeriksaan diberikan kastor
oli (catharsis) atau laksans untuk membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah
ginjal. Sebelumnya pasien juga harus diperiksa kadar ureum dan kreatininnya untuk
mengetahui fungsi ginjal. Untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan, pasien tidak
diberikan cairan (minum) mulai dari jam 10 malam sebelum pemeriksaan. Keesokan harinya
penderita harus puasa. Untuk bayi dan anak diberikan minum yang mengandung karbonat,
tujuannya untuk mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga
bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas. Bahan kontras Conray
(Meglumine Iothalamat 60% atau Hypaque Sodium/Sodium Diatrizoate 50%), Urografin
60% atau 76%.

Sebelum pasien disuntik urografin 60 mg% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan.
Dapat berupa pengujian subkutan atau intravena. Jika penderita alergi terhadap bahan
kontras, pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan.

Dosis Urografin 60 mg% untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu dapat diberikan
dosis rangkap yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film bucky antero-
posterior abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15, 30 menit dan 1 jam. Sebaiknya segera
setelah pasien disuntuk kontras, kedua ureter dibendung, baru dibuat foto 7 menit. Kemudian
bendungan dibuka, langsung dibuat foto dimana diharapkan kedua ureter terisi. Dilanjutkan
dengan foto 15 dan 30 menit. Pada kasus tertentu dibuat foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6, 12
dan 24 jam (15).

Pada batu yang radiolusen foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan terdapatnya defek
pengisian pada tempat batu sehingga memberi gambaran pada daerah batu yang kosong (4).

Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga
kontras tidak muncul. Dalam hal seperti ini perlu dilanjutkan dengan pielografi retrograde
atau anterograd yang dilaksanakan pemasangan kateter ureter melalui sistokop pada ureter
ginjal yang tidak dapat berfungsi untuk memasukkan kontras.
Tehnik urografi retrograde memerlukan prosedur sistokopi. Kateter dimasukkan oleh seorang
ahli urologi. Kerjasama antara ahli urologi dan radiology diperlukan, karena waktu
memasukkan kontras, posisi pasien dapat dipantau (dimonitor) dengan fluoroskopi atau
televise. Udara dalam kateter dikeluarkan, kemudian 25% bahan kontras yang mengandung
jodium disuntikkan, dengan dosis 5-10 ml, ini dibawah pengawasan fluoroskopi. Harus
dicegah pengisian yang berlebihan, sebab resiko ekstravasasi ke dalam sinus renalis atau
intravasasi ke dalam kumpulan saluran-saluran (collecting duct). Ekstravasasi kontras dapat
menutupi bagian-bagian yang halus dekat papilla. Rutin dibuat proyeksi frontal dan oblik.
Kemudian kateter diangkat pada akhir pemeriksaan, lalu dibuat foto polos abdomen. Jika ada
obstruksi dibuat lagi foto 15 menit kemudian (5).

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang
akan adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab
terjadinya batu (4).

Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal setiap ginjal secara terpisah pada batu
ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan
ginjal yang masih mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak
bedah pada ginjal yang sakit.

Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk semua jenis batu tanpa tergantung kepada
radiolusen atau radioopak. Di samping itu dapat ditentukan ruang dan lumen saluran kemih.
Pemeriksaan ini juga dipakai untuk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk
mencegah tertinggalnya batu.

Pada pemeriksaan dengan CT-Scan, kontras dapat diberikan maupun tidak. Pemeriksaan
dengan CT-Scan ini umumnya dilakukan untuk mengetahui batu yang ada di ginjal. Dapat
bersifat informatif tentang morfologi dan kelainan ginjal, beserta morfologi batu (4,5)

II.4 Diagnosis Banding

Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut misalnya distensi usus
dan pionfrosis dengan demam. Oleh karena itu jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun
ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik sakluran cerna,
kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada wanita perlu juga dipertimbangkan
kemungkinan adneksitis.

Bila terjadi hematuria dipertimbangkan keganasan apalagi jika hematuria terjadi tanpa nyeri.
Selain itu batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang
umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi.

Khusus untuk batu ginjal dengan hidrnefrosis perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor
ginjal mulai dari jenis ginjal polikista hingga tumor Grawitz.

Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi bila disertai dengan hematuria
yang tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ureter,
walaupun tumor ini jarang ditemukan.
Dugaan batu vesika urinaria juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan tumor kandung
kemih terutama bila batu yang terdapat dari jenis radioluasen.

Batu prostat yang biasanya tidak sukar didiagnosis karena gambaran radiologiknya yang
khas, yang kecil seperi kumpulan pasir di daerah prostat. Tetapi pada pemeriksaan colok
dubur dapat memberi kesan adanya keganasan, terutama bila terdapat batu yang cukup
banyak sehingga teraba seperti karsinoma prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti seperti itu
perlu dilakukan biopsi prostat (1,2,3)

II.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas, sehingga bukan hanya mengeluarkan batu
saja, tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit
disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini karena batu sendiri hanya merupakan gejala
penyakit batu, sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah merupakan terapi
yang sempurna. Selanjutnya perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu baru diperlukan
bila batu menyebabklan gangguan pada saluran air kemih. Bila batu ternyata tidak memberi
gangguan fungsi ginjal, maka batu tersebut tidak perlu diangkat apalagi misalnya pada batu
ureter diharapkan batu dapat keluar sendiri.

Penanganannya dapat berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan bahan pelarut. Dapat
pula dengan pembedahan atau dengan tindak bedah yang kurang invasif, misalnya nefrostomi
perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali antara lain secara gelombang kejut.

Terapi medik batu saluran kemih berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu.
Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri khususnya kolik yang terjadi menghilang
dengan pemberian simpatolitik. Selain itu terutama untuk batu ureter yang dapat diharapkan
keluar dengan sendirinya, dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum. Dengan
produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong dan mengeluarkan
batu (3).

II.6 Pencegahan

Untuk mencegah pembentukan kristal fosfat, ammonium, magnesium, semua batu yang ada
dalam saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B.Proteus dapat berada di bagian yang
sulit dicapai oleh antibiotic. Karena itu untuk batu struvit mutlak harus dicegah adanya batu
residu agar infeksi dapat dibasmi sempurna. Kristalisasi asam urat sangat tergantung pada pH
urin. Bila pH selalu di atas 6,2 maka tidak akan terbentuk kristal asam urat. Pencegahannya
adalah dengan diit dan pada penyakit asam urat yang tinggi dalam serum dapat diberikan
alopurinol.

Peningkatan saturasi oktokalsium fosfat sama seperti magnesium, ammonium, fosfat, yaitu
tergantung pada pH. Hanya pada nilai pH di atas 6,5 nilai saturasi oktokalsium fosfat akan
berada di atas daerah lewat jenuh.

Kalsium oksalat terdapat pada 75% batu ginjal dan merupakan komposisi yang paling sering
ditemukan pada batu saluran kemih di Negara maju, dalam keadaan normal kalsium oksalat
tidak berada dalam puncak saturasi di air kemih. Faktor utama yang menentukan saturasi
oksalat kalsium adalah kalsium dan oksalat. Oksalat mempunyai potensi jauh lebih besar jika
dibanding dengan kalsium sebagai faktor saturasi di air kemih sehingga untuk menghindari
terjadinya kristalisasi kalsium oksalat yang terpenting adalah mencegah ekskresi oksalat di
air kemih. Ekskresi oksalat di air kemih sebagian berasal dari makanan, tetapi sebagian besar
bersumber dari metabolisme endogen. Dari bahan makanan yang paling banyak mengandung
oksalat adalah bayam, teh, kopi dan coklat. Makanan dengan rendah oksalat merupakan cara
yang bermanfaat untk mengurangi ekskresi okasalat(1,3).

Anda mungkin juga menyukai