Anda di halaman 1dari 6

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No.

2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-289

Analisis Pengendalian Kualitas Tetes PG


Kremboong Sidoarjo Menggunakan Diagram
Kontrol MEWMA dan MEWMV
Dony Mukthar Harianja dan Muhammad Mashuri
Jurusan Statistika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: m_mashuri@statistika.its.ac.id

Abstrak— Gula yang dihasilkan untuk setiap kali proses sehingga menghasilkan gula yang lebih banyak dengan
produksi di PG Kremboong Sidoarjo belum optimal. Hal kualitas yang lebih baik.
ini terjadi karena masih banyaknya kandungan gula PTPN X merupakan perusahaan BUMN yang bergerak
(sukrosa) yang terdapat dalam ampas tebu, blotong dan dalam bidang pengolahan tebu. Perusahaan tersebut
tetes. Kandungan gula terbesar terdapat dalam tetes
karena sudah dekat dengan stasiun akhir proses produksi
memiliki 11 pabrik gula yang tersebar di wilayah Jawa
gula. Tetes atau molases merupakan produk sisa yang tidak Timur. PG Kremboong Sidoarjo merupakan salah satu
dapat dikristalkan lagi dan tidak dapat dikonsumsi dari bagian dari perusahaan tersebut dengan kapasitas giling
hasil sistem puteran LGF. Kadar gula dalam tetes diukur 2400 TCD (Ton Cane per Day). Proses produksi gula di
melalui perhitungan harkat kemurnian tetes berdasarkan PG Kremboong Sidoarjo berlangsung pada bulan Mei –
persentase Pol dan Brix. Batas spesifikasi yang digunakan Oktober.
pada pengukuran Pol dan Brix sangat teliti sehingga Proses pengolahan tebu menjadi gula di PG
terdapat indikasi terjadi pergeseran proses yang kecil. Kremboong Sidoarjo terbagi menjadi tujuh stasiun kerja
Ketelitian batas spesifikasi Pol dan Brix dapat diketahui dan salah satunya adalah stasiun puteran. Pada stasiun ini
dari rentang batas spesifikasi yang kecil dimana
pengamatan yang keluar dari batas spesifikasi dapat
dihasilkan gula berjenis SHS dan hasil samping berupa
dideteksi hingga nilai satu desimal. Hal ini dapat juga tetes. Menurut Juli selaku staff divisi Quality Control,
dilihat dari nilai-nilai pengamatan dengan selisih yang jumlah produksi gula yang dihasilkan untuk setiap kali
kecil. Dalam mengurangi tingkat kehilang-an gula untuk proses produksi belum optimal. Hal ini terjadi karena
setiap kali proses produksi maka dilakukan pengendalian masih banyaknya kandungan gula (sukrosa) yang
kualitas tetes menggunakan diagram kontrol Multi-variate terdapat dalam ampas tebu, blotong dan tetes.
Exponentially Weighted Moving Average (MEWMA) dan Kandungan gula terbesar terdapat dalam tetes karena
Multivariate Exponentially Weighted Moving Variance sudah dekat dengan stasiun akhir proses produksi gula.
(MEWMV). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pengendalian kualitas tetes yang telah dilakukan oleh
variabilitas dan rata-rata proses produksi tetes pada fase 1
bulan September 2015 belum terkendali secara statistik.
pihak QC menunjukkan beberapa nilai pengamatan Pol
Pembobot optimum mendeteksi pergeseran variabilitas dan Brix masih berada diluar batas spesifikasi
proses diperoleh 𝝀 = 𝟎, 𝟕 dan 𝝎 = 𝟎, 𝟏 sedangkan rata-rata perusahaan. Hal ini terjadi karena adanya penyebab
proses sebesar 𝝀 = 𝟎, 𝟖. Selanjutnya, pada fase 2 bulan khusus dalam proses sehinggaa pengamatan karakteristik
Oktober 2015 diketahui variabilitas dan rata-rata proses kualitas Pol dan Brix belum terkendali. Kadar gula dalam
belum terkendali secara statistik. Setelah dilakukan tetes diketahui dari hasil pengukuran harkat kemurnian
perbaikan diagram kontrol pada fase 2 diperoleh tetes berdasarkan persentase Pol dan Brix. Batas
variabilitas dan rata-rata proses produksi tetes sudah spesifikasi yang digunakan pada pengukuran Pol dan
terkendali. Selanjutnya dilakukan perhitungan kapabilitas Brix sangat teliti sehingga terdapat indikasi terjadi
proses dan diperoleh hasil MCP sebesar 0,9230, MCPK
sebesar -0,7610 dan MCPM sebesar 0,2056. Sehingga proses
pergeseran proses yang kecil. Ketelitian batas spesifikasi
produksi tetes PG Kremboong Sidoarjo pada bulan Pol dan Brix dapat diketahui dari rentang batas
Oktober 2015 belum kapabel dari segi akurasi, presisi serta spesifikasi yang kecil dimana pengamatan yang keluar
gabungan akurasi dan presisi karena indeks kapabilitas dari batas spesifikasi dapat dideteksi hingga nilai satu
proses yang lebih kecil dari 1. desimal. Hal ini dapat juga dilihat dari nilai-nilai
pengamatan dengan selisih yang kecil. Sehingga,
Kata Kunci—Tetes, Pol, Brix, Indeks Kapabilitas Proses. pengendalian kualitas tetes dilakukan dengan
menggunakan diagram konttrol MEWMA dan MEWMV
I. PENDAHULUAN pada pengamatan individual. Hal ini bertujuan untuk
menekan tingkat kehilangan gula setiap kali proses
I ndonesia merupakan negara pengimpor gula terbesar
ketiga di dunia pada tahun 2015 [1]. Hal ini terjadi
karena penurunan kuantitas gula yang diproduksi oleh
produksi.
Penelitian yang berkaitan dengan proses produksi gula
masing-masing pabrik gula dan bahan baku tebu yang dilakukan oleh Due N (2009) terkait analisis kualitas
berkurang. Dalam mengatasi masalah ini pemerintah ampas tebu di PG Pesantren Baru Kediri. Diketahui
membuat suatu kebijakan untuk merivitalisasi semua variabilitas dan rata-rata proses produksi ampas pada fase
pabrik gula BUMN dalam negeri [2]. Revitalisasi yang 1 dan fase 2 belum terkendali secara. Pembobot optimum
dimakud adalah memodernisasi proses pengolahan gula dalam mendeteksi pergeseran variabilitas proses yaitu
λ=0,4 dan ω=0,4 serta rata-rata proses λ=0,9 [3].
D-290 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print)

Berdasarkan uraian diatas, dalam tugas akhir ini akan tr (Vt )  tr ( X T QX )  tr (QXX T ) (8)
dilakukan penelitian terhadap pengendalian kualitas Pol bila proses terkendali diperoleh persamaan
dan Brix yang terkandung dalam tetes produksi PG
E[tr (Vt )]  p.tr (Q) (9)
Kremboong Sidoarjo menggunakan diagram kontrol t t
MEWMA dan MEWMV. Penelitian ini diharapkan Var[tr (Vt )]  2 p  qij2 (10)
mampu memberikan informasi bagi pihak PG i 1 j 1

Kremboong Sidoarjo mengenai pengendalian kualitas batas diagram kontrol berdasarkan 𝑡𝑟(𝑉𝑡 ) diberikan oleh
tetes secara statistik pada periode gling bulan September- p tr (Q)  L 2 p t t q 2
Oktober 2015.  (11)
i 1 j 1
ij

nilai L bergantung pada p, ω dan λ yang sudah ditentukan


II. TINJAUAN PUSTAKA
sebelumnya.
Pengujian Korelasi
Diagram Kontrol MEWMA
Pengujian korelasi dalam penelitian ini dilakukan
Diagram kontrol Multivariate Exponentially Weighted
dengan menggunakan metode korelasi perason karena
Moving Average (MEWMA) digunakan untuk
terdapat dua variabel yang diteliti yaitu X1 dan X2.
mendeteksi pergeseran mean proses yang kecil.
Hubungan antara dua variabel dalam populasi diduga
Penerapan diagram kontrol MEWMA dilakukan dengan
dengan koefisien ρ sedangkan dalam sampel diduga
mengakumulai informasi dari pengamatan sebelumnya
dengan koefisien r. Perumusan hipotesis korelasi
sehingga membuat diagram kontrol ini lebih sensitif
didefenisikan sebagai berikut.
dalam mendeteksi pergeseran rata-rata proses yang kecil.
H 0 :   0 (tidak ada korelasi antar variabel) Diagram kontrol ini juga robust terhadap non-normal
H1 :   0 (ada korelasi antar variabel) distribution pada pengamatan individual [6]. Perumusan
statistik uji: diagram kontrol MEWMA didefenisikan sebagai berikut
r n2 (1) [7].
t Zi   X i  (1   ) Z i 1 (12)
1 r2
nilai r diperoleh dari perhitungan berikut Dimana 𝑍0 = 0 dengan i=1,2,..,t
t : banyaknya pengamatan
 X  X  X  X 
t

1i 1 2i 2
λ: besarnya pembobot, 0<λ<1
rX1 X 2  i 1
diperoleh titik yang diplotkan dalam diagram kontrol
 X  X1   X  X2 
t t
2 2

Ti 2  Z iT  Z1Z i (13)
1i 2i
i 1 i 1
i

dimana i = pengamatan sebanyak t dimana matriks kovarian sebagai berikut,


Tolak H0 jika atau thitung > tα,df dimana df = t − 2 [4]. 
Z  [1  (1   )2i ] (14)
Diagram Kontrol MEWMV 2
i

Pada diagram kontrol MEWMA, nilai Batas Kendali


Diagram kontrol Multivariate Exponentially Weighted
Atas (BKA) dinyatakan dalam H yang diperoleh
Moving Variance (MEWMV) digunakan untuk
berdasarkan nilai pembobot λ [8]. Proses dikatakan
mendeteksi pergeseran variabilitas proses yang kecil.
terkendali apabila nilai pengamatan lebih kecil dari batas
Penerapan diagram kontrol MEWMV dilakukan untuk
kendali atau 𝑇𝑖2 > 𝐻.
mendeteksi perubahan matriks kovarian dengan asumsi
bahwa tidak terjadi pergeseran rata-rata proses. Indeks Kapabilitas Proses
Perumusan diagram kontrol MEWMV dibentuk dari Multivariate Proses Capability Indices (MPCI)
persamaan berikut ini [5]. menunjukkan seberapa baik sebuah proses manufaktur
Vt  ( xt  yt )( xt  yt )T  (1  )Vt 1 (2) dapat menemui batas spesifikasi ketika karakteristik
dimana kualitas memiliki korelasi [9]. Suatu proses produksi
𝑉0 = (𝑥1 − 𝑦1 )(𝑥1 − 𝑦1 )𝑇 berjalan secara capable apabila nilai Cp ≥ 1 Berikut ini
𝜔 : pembobot smoothing constant,0<ω<1 merupakan persamaan metode MPCI dengan pendekatan
𝑥𝑡 : estimasi MEWMA ridge regression yang diba-ngun dari masing-masing
yt   xt  (1   ) yt 1 (3) karakteristik kualitas.
X 1  a11 X 2  a13 X 3   a1 p X p  1
dimana 0<λ<1 dan 𝑦0 = 0, untuk mendeteksi perubahan (15)
.................................
matrix kovarian, terlebih dahulu mendefenisikan
X p  a p1 X 1  a p 2 X 2   a p , p 1 X p 1   p
X  [ x1, x2 ...xt ]T ; Y  [ y1, y2 ... yt ]T
ε merupakan kesalahan acak (error random). Bila proses
C  diag ((1   )t 1 ,  (1   )t 2 , ,  (1   ),  ) terkendali secara statistik maka parameter yang diperoleh
Vt  X ( It  M )T C ( It  M ) X dari persamaan (15) digunakan untuk menentukan
 X T QX (6) perkiraan standar deviasi.
ˆ X 2  a122 ˆ X2 2  a132 ˆ X2 3   a12pˆ X2 p
Q  ( It  M )T C ( It  M ), 1  i , j  t (7) 1

It adalah matriks identitas berukuran t × t. 2a12 a13ˆ X 2 X 3   2a1, p 1a1 pˆ X p1 X p
(16)
  0 0
  (1   ) .................................
 0 
M  ˆ X  a 2p1ˆ X2  a 2p 2ˆ X2   a 2p , p 1ˆ X2 p1
  2
p 1 2
 
 (1   )  (1   )  
t 1
2a p1a p 2ˆ X 2 X 3   2a p , p 2 a1 pˆ X p1 X p
diperoleh titik yang diplotkan dalam diagram kontrol
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-291

demikian juga perkiraan untuk rata-rata karakteristik 2. Melakukan pengujian korelasi terhadap Pol dan Brix
kualitas masing-masing dapat dihitung dengan 3. Menganalisis variabilitas dan rata-rata proses
persamaan sebagai berikut. produksi tetes menggunakan diagram kontrol
ˆ X11  a12 ˆ X 2   a1 p ˆ X p MEWMV fase 1 periode giling September 2015
(17) 4. Menganalisis variabilitas dan rata-rata proses
................................. produksi tetes menggunakan diagram kontrol
ˆ X  a p1ˆ X 
1p 1
 a p , p 1ˆ X p1 MEWMV fase 2 periode giling Oktober 2015
Kapabilitas proses secara univariat pada masing- 5. Menghitung indeks kapabilitas proses dari data
masing karakteristik kualitas dihitung dengan indeks pengamatan yang telah terkendali pada fase 2 periode
BSAX i  BSBX i periode Oktober.
Cˆ P ( X i )  6. Memperoleh kesimpulan dan saran dari hasil analisis.
6ˆ X i
(18)
 BSAX i  ˆ X i ˆ X i  BSBX i 
  IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Cˆ PK ( X i )  Min  , 

 3  ˆ Xi 3ˆ Xi 
 Deskripsi Data Tetes
BSAX i  BSBX i Deskripsi karakteristik kualitas tetes merupakan
Cˆ PM ( X i )  , i  1, 2,..., p gambaran umum hasil produksi tetes secara statistik.
6 ˆ X2 i  ( ˆ X i  TX i ) 2
Berikut ini merupakan hasil analisis statistika deskriptif
Besar pembobot yang digunakan untuk karakteristik pada karakteristik kualitas tetes bulan September –
kualitas Brix adalah 0,8 dan Pol sebesar 0,2. Perumusan Oktober 2015.
indeks kapabilitas produk didefenisikan sebagai berikut. TABEL 1. KARAKTERISTIK KUALITAS TETES
P
MCP   Wi CP ( X i ) Bulan
Karakteristik Batas
Spesifikasi
Mean Varians Min Mak
Kualitas
i 1
P September Pol 27,8 – 29,1 30,06 0,539 24,6 35,5
MCPK   Wi CPK ( X i ) (19) September Brix 87,0 – 90,0 90,08 1,385 84,6 93,6
i 1 Oktober Pol 27,8 – 29,1 29,80 0,343 26,4 52,9
P
87,0 – 90,0
MCPMK   Wi CPMK ( X i )
Oktober Brix 89,54 1,783 84,6 92,6

i 1 Karakteristik kualitas pada Tabel 1 menunjukkan rata-


P
rata Pol pada bulan September – Oktober berada diluar
Wi
i  1, i  1, 2,..., p
batas spesifikasi. Rata-rata brix pada bulan Oktober
berada didalam batas spesifikasi sedangkan bulan
III. METODOLOGI PENELITIAN September berada diluar batas spesifikasi. Selanjutnya,
apabila ditinjau dari variansi Pol dan Brix diketahui
Sumber Data dan Variabel Penelitian
bahwa Pol memiliki variansi terbesar pada bulan
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan September yaitu sebesar 0,539 dan Brix pada bulan
data sekunder yang diperoleh dari departemen quality Oktober yaitu sebesar 1,783. Jika dilihat dari nilai
control PG Kremboong Sidoarjo. Unit penelitian adalah minimum dan maksimum Pol dan Brix pada bulan
tetes sedangkan objek yang diteliti adalah Pol dan Brix. September – Oktober, kedua variabel tersebut berada
Pengamatan karakteristik kualitas Pol dan Brix dilakukan diluar batas spesifikasi yang ditetapkan oleh perusahaan.
tiap selang waktu satu jam berdasarkan shift kerja.
Uji Korelasi Krakteristik KualitasTetes
Subgrup dalam penelitian ini adalah perjam karena
sampel yang diteliti menghasilkan pengukuran yang Berdasarkan persamaan (1) diperoleh nilai t hitung
berbeda tiap selang waktu satu jam dimana ukuran sebesar 20,060 dan t0.0027,1342 sebesar 3,006. Nilai t hitung
subgrup adalah satu. Ukuran subgrup ditentukan satu > t0.0027,1342, berarti H0ditolak sehingga disimpulkan
(n=1) karena sampel yang diteliti bersifat homogen. bahwa terdapat korelasi antara karakteristik kualitas Pol
Pengambilan sampel dibagi atas tiga shift kerja. Shift dan Brix. .
kerja pertama bekerja mulai jam 06.00 – 13.00, shift Analisis Variabilitas dan Rata-Rata Fase 1
kerja kedua bekerja mulai jam 14.00 – 21.00 dan shift
kerja ketiga bekerja mulai jam 22.00 – 05.00. Sehingga Analisis variabilitas dan rata-rata pada fase 1
dalam satu hari dilakukan pengambilan sampel sebanyak dilakukan dengan menggunakan diagram kontrol
24. Sampel yang digunakan dalam diagram kontrol fase 1 MEWMV dan MEWMA. Penerapan diagram kontrol
yaitu pada tanggal 1 – 30 September 2015 sebanyak 720 fase 1 bertujuan untuk membangun batas kendali dengan
pengamatan sedangkan pada fase 2 yaitu pada tanggal 1 memilih pembobot yang paling optimum dalam
– 26 Oktober 2015 sebanyak 624 pengamatan. Pemilihan mendeteksi pergeseran proses. Data pengamatan yang
sampel pada fase 1 dan 2 didasarkan pada proses digunakan dalam analisis ini adalah periode giling bulan
produksi gula yang ber-langsung pada bulan Mei – September 2015.
Oktober 2015. Penjumlahan volume produksi gula setiap 1) Penerapan Diagram Kontrol MEWMV Fase 1
bulan akan dijadikan sebagai volume produksi gula pada Diagram kontrol MEWMV digunakan untuk
periode giling tahun 2015. mendeteksi pergeseran variabilitas proses. Penerapan
diagram kontrol ini dilakukan dengan
Langkah Analisis mengkombinasikan nilai pembobot 0<λ<1 dan 0<ω<1.
Berikut ini adalah langkah analisis yang dilakukan Hasil analisis pengendalian variabi-itas proses produksi
pada pengendalian kualitas tetes PG Kremboong tetes menggunakan diagram kontrol MEWMV fase 1
Sidoarjo dengan berbagai nilai pembobot dapat di-lihat sebagai
1. Mendeskripsikan data Pol dan Brix berikut.
D-292 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print)
Diagram Kontrol MEWMV
8
Selanjutnya hasil pengendalian rata-rata proses
6 produksi tetes menggunakan diagram kontrol MEWMA
fase 1 dengan pembobot λ=0,8 dapat dilihat berikut ini.
Diagram Kontrol MEWMA
Trace Vt 4 80

70
2

60

0
50

Ti2
-2 40

30
-4
0 100 200 300 400 500 600 700 800
observasi ke- 20
Gambar 1. Diagram Kontrol MEWMV Fase 1 ω = 0,1; λ =0,1
10

Pengendalian proses pada Gambar 1 menunjukkan 0


0 100 200 300 400 500 600 700 800
variabilitas proses produksi tetes PG Kremboong obsevasi ke-

Sidoarjo pada bulan September 2015 dengan pembobot Gambar 4. Diagram Kontrol MEWMA Fase 1   0,8
belum terkendali secara statistik. Jumlah data yang Hasil analisis pada Gambar 4 menunjukkan rata-rata
berada diluar batas kendali sebanyak 45 pengamatan. proses produksi tetes PG Kremboong Sidoarjo belum
Selanjutnya, analisis pengendalian variabilitas proses terkendali secara statistik. Jumlah data yang berada
produksi tetes dengan pembobot ω=0,9 dan λ=0,9 diluar batas kendali atas sebesar 10,58 sebanyak 19
ditampilkan berikut ini. Diagram Kontrol MEWMV
pengamatan.
0.6

0.5
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan
0.4
berbagai nilai pembobot 0<λ<1 diperoleh hasil yang
sama yaitu rata-rata proses produksi tetes belum
0.3
terkendali secara statistik. Pembobot optimum dalam
Trace Vt

0.2
mendeteksi pergeseran rata-rata proses produksi tetes
0.1
diperoleh λ=0,8.
0
Analisis Variabilitas dan Rata-Rata Fase 2
-0.1

-0.2
Analisis variabilitas dan rata-rata fase 2 bertujuan
0 100 200 300 400
observasi ke-
500 600 700 800
untuk memantau proses produksi tetes pada periode
Gambar 2. Diagram Kontrol MEWMV Fase 1 ω = 0,9; λ =0,9 giling Oktober 2015. Pembobot optimum yang diperoleh
Variabilitas proses produksi tetes PG Kremboong dari diagram kontrol MEWMV dan MEWMA fase 1
Sidoarjo pada periode giling bulan September 2015 akan digunakan pada analisis pengendalian proses
belum terkendali secara statistik seperti yang ditampilkan produksi tetes fase 2.
pada Gambar 2. Hal ini diketahui dari data pengamatan 1) Penerapan Diagram Kontrol MEWMV Fase 2
yang masih berada diluar batas kendali sebanyak 11 Pembobot optimum fase 1 digunakan untuk memantau
pengamatan proses produksi tetes pada fase 2. Hasil monitoring
Berdasarkan hasil analisis variabilitas dengan proses produksi tetes PG Kremboong Sidoarjo pada
kombinasi berbagai nilai pembobot 0<λ<1 dan 0<ω<1 periode giling Oktober 2015 dapat dilihat pada Gambar
maka diperoleh pembobot optimum dalam mendeteksi 5. Hasil analisis tersebut menunjukkan variabilitas proses
pergeseran proses yaitu ω=0,7 dan λ=0,7. Pembobot produksi tetes belum terkendali secara statistik. Proses
tersebut diperoleh dari nilai selisih terkecil hasil tidak terkendali diketahui karena terdapat 2 pengamatan
perhitungan tr(Vt) maksimum dikurangi Batas Kendali yang berada diluar batasDiagram
kendali diagram kontrol.
Kontrol MEWMV
1
Atas (BKA) maksimum pada masing-masing pembobot.
2) Penerapan Diagram Kontrol MEWMA Fase 1 0.8

Diagram kontrol MEWMA digunakan untuk 0.6

mendeteksi pergeseran rata-rata proses. Penerapan 0.4


Trace Vt

diagram kontrol ini dilakukan dengan pembobot 0<λ<1


0.2
dan H sebagai batas kendali atas yang sudah ditetapkan
berdasarkan nilai pembobot λ. Hasil analisis pada 0

Gambar 3 menunjukkan rata-rata proses produksi tetes -0.2

PG Kremboong Sidoarjo pada bulan September 2015 -0.4


0 100 200 300 400 500 600 700
belum terkendali secara statistik. Banyaknya data yang observasi ke-

berada diluar batas kendali atas sebesar 7,35 adalah 294 Gambar 5. Diagram Kontrol MEWMV Fase 2 λ=0,7;ω=0,1
pengamatan. Diagram Kontrol MEWMA 2) Identifikasi Faktor Penyebab Out of Control
60
Faktor penyebab proses out of control diidentfikasi
50 melalui pengamatan yang telah dilakukan di PG
40
Kremboong Sidoarjo. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
kualitas tebu seperti tebu muda dan tebu layu (daduk)
Ti2

30
yang dapat mengakibatkan harkat kemurnian tetes
20 rendah. Selain itu dapat juga disebabkan oleh Sistem
Operasional Pabrik (SOP) tidak dilakukan dengan benar
10
seperti penambahan bahan baku pembantu yang tidak
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
sesuai dengan takaran yang ditentukan. Demikian juga
obsevasi ke-
Gambar 3. Diagram Kontrol MEWMA Fase 1 λ=0,5 dengan ketidakdisiplinan pekerja terutama pada saat shift
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-293

malam yang sudah mulai jenuh dan kantuk. Kemampuan pada tanggal 18 Oktober pukul 08.00 s/d 09.00.
karyawan yang terbatas tidak sesuai harapan, kesalahan Selanjutnya dilakukan identifikasi penyebab proses tidak
pembacaan nilai Pol dan Brix pada alat ukur, cara terkendali kemudian dilanjutkan dengan perbaikan
pengambilan sampel, dan kalibrasi alat. Kemudian faktor proses. Berdasarkan hasil analisis diperoleh rata-rata
penyebab out of control dapat juga disebabkan oleh proses produksi tetes sudah terkendali secara statistik
maintenance dan setting awal mesin yang tidak sesuai. setelah perbaikan pengulangan ketiga seperti yang
Seperti pengaturan kecepatan puteran sekitar 600-800 ditampilkan
12
pada Gambar 9.Kontrol MEWMA
Diagram

rpm dan penggantian saringan tetes yang tersobek di


stasiun puteran. Berdasarkan uraian diatas, diketahui 10

assignable causes terdapat dalam proses sehingga


8
langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan proses.
3) Perbaikan Diagram Kontrol MEWMV Fase 2

Ti2
6

Perbaikan diagram kontrol dilakukan dengan


4
mengeluarkan pengamatan yang berada diluar batas
kendali hingga proses mencapai keadaan in control. 2

Berikut pengendalian variabilitas proses produksi tetes


0
menggunakan diagram kontrol MEWMV fase 2 dengan 0 100 200 300 400
obsevasi ke-
500 600 700

pembobot λ=0,7 dan ω=0,1 setelah dilakukan perbaikan Gambar 9. Diagram Kontrol MEWMA Fase 2 Variabilitas Terkendali
proses. Setelah Perbaikan Pengulangan 3 λ=0,8
Diagram Kontrol MEWMV
1
5) Penerapan Diagram Kontrol MEWMA Fase 2
0.8 Dengan Variabilitas Tidak Terkendali
0.6 Penerapan diagram kontrol MEWMA fase 2 dilakukan
0.4
untuk memonitoring rata-rata proses produksi tetes
Trace Vt

dimana variabilitas proses belum terkendali pada bulan


0.2
Okto-ber 2015. Berikut merupakan pengendalian
0 variabilitas proses produksi tetes menggunakan diagram
-0.2
kontrol MEWMA fase 2 dengan pembobot optimum.
Diagram Kontrol MEWMA
50

-0.4 45
0 100 200 300 400 500 600 700
observasi ke- 40
Gambar 6. Diagram Kontrol MEWMV Fase 2 λ=0,7; ω=0,1 Setelah 35
Perbaikan Pengulangan 1 30

Hasil analisis pada Gambar 6 menunjukkan variabilitas


Ti2

25

proses produksi tetes PG Kremboong Sidoarjo pada 20

periode giling bulan Oktober 2015 sudah terkendali 15

10
setelah dilakukan perbaikan pengulangan 1.
5
4) Penerapan Diagram Kontrol MEWMA Fase 2 0
Dengan Variabilitas Terkendali 0 100 200 300 400
obsevasi ke-
500 600 700

Analisis diagram kontrol MEWMA fase 2 bertujuan Gambar 10. Diagram Kontrol MEWMA Fase 2 Variabilitas Tidak
untuk memonitoring rata-rata proses produksi tetes Terkendali λ=0,8
periode Oktober 2015. Penerapan diagram kontrol ini Hasil analisis pada Gambar 10 mencerminkan
dilakukan dengan menggunakan pembobot optimum variabilitas proses produksi tetes PG Kremboong
yang diperoleh dari fase 1 yaitu λ=0,8. Berikut ini Sidoarjo berada dalam keadaan out of control. Data yang
merupakan pengendalian rata-rata proses produksi tetes berada diluar batas kendali sebanyak 10 pengamatan dan
PG Kremboong Sidoarjo menggunakan diagram kontrol salah satunya adalah pengamatan ke 23. Pengamatan
MEWMA fase 2 dengan pembobot optimum. Diagram Kontrol MEWMA
tersebut merupakan sampel yang diambil oleh pekerja
50
shift pagi pada tanggal 1 Oktober pukul 04.00 s/d 05.00.
45

40
Langkah perbaikan proses dilakukan setelah
35
diidentifikasi assignable causes terdapat dalam proses.
30 Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui rata-
rata proses produksi tetes mencapai in control setelah
Ti2

25

20 dilakukan perbaikan pengulangan ketiga seperti yang


15
ditampilkan pada Gambar 11. Diagram Kontrol MEWMA
10 12

5
10
0
0 100 200 300 400 500 600 700
obsevasi ke-
8
Gambar 8. Diagram Kontrol MEWMA Fase 2 variabilitas Terkendali
λ=0,8
Ti2

Pengendalian proses pada Gambar 8 menunjukkan


4
rata-rata proses produksi tetes PG Kremboong Sidoarjo
periode giling bulan Oktober 2015 belum terkendali 2

secara statistik. Diketahui terdapat 11 pengamatan yang 0


berada diluar batas kendali atas sebesar 10,58 dan salah 0 100 200 300 400
obsevasi ke-
500 600 700

satunya adalah pengamatan ke 435. Apabila Gambar 11. Diagram Kontrol MEWMA Fase 2 Variabilitas tidak
diaplikasikan pada perusahaan makapengamatan ke 435 Terkendali λ=0,8 Setelah Perbaikan Pengulangan 3
merupakan sampel yang diambil oleh pekerja shift pagi
D-294 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print)

Analisis Kapabilitas Proses maksimal dapat menyebabkan ketidaksesuaian proses


Setelah proses terkendali secara statistik baik dalam dengan batas spesifikasi yang ditetapkan oleh
variabilitas dan rata-rata maka langkah berikutnya adalah perusahaan. Demikian juga dengan penentuan batas
mengukur kapabilitas proses produksi tetes. Berdasarkan spesifikasi sangat bergantung pada hasil proses produksi
hasil analisis diperoleh nilai kapabilitas untuk MCP apakah terkendali atau tidak sehingga dibutuhkan
sebesar 0,9230, MCPK sebesar -0,7610 dan MCPM sebesar ketelitian dalam menentuan batas spesifikasi tetes.
0,2056. Sehingga disimpulkan bahwa proses produksi Sedangkan saran untuk penelitian selanjutnya, berkaitan
tetes PG Kremboong Sidoarjo pada bulan Oktober belum dengan penerapan diagram kontrol MEWMA dan
kapabel karena nilai kapabilitas proses lebih kecil dari MEWMV adalah perlu memperhatikan pengaruh
satu. autokorelasi pada setiap karakteristik kualitas sehingga
dapat didekati dengan pemodelan residual time series.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Proses produksi tetes PG Kremboong Sidoarjo belum
terkendali dalam variabilitas dan rata – rata pada periode [1] Prahnoloh, T. Dulu Eksportir Gula Terbesar Dunia Kini
Indonesia Terikat Impor. (28 April 2014). Merdeka [On-line].
giling bulan September 2015. Pembobot optimum dalam
mendeteksi pergeseran variabilitas proses diperoleh [2] Dwi, Kembalikan Indonesia Sebagai Eksportir Gula Terbesar
Dunia. (30 November 2015). Selasar [On-line].
λ=0,7 dan rata-rata proses sebesar ω=0,1. Selanjutnya
proses produksi tetes pada periode giling bulan Oktober [3] Due N (2005). Pengendalian Kualitas Ampas Tebu PG Pesantren
2015 belum terkendali dalam variabilitas dan rata – rata Baru Kediri Menggunakan Diagram Kontrol MEWMA dan
MEWMV. Suarabaya: ITS
menggunakan pembobot optimum. Perbaikan proses
yang telah dilakukan pada periode giling bulan Oktober [4] Walpole,E.,Ronald.(Eds).(2007). Probability and Statistic for
Engineers and Scientist, London:Pearson Education.
membuat variabilitas dan rata-rata proses produksi tetes
terkendali. Setelah proses fase 2 terkendali maka [5] Huwang, L., Yeh, A., dan Wu, Chen. 2007. Monitoring
dilakukan perhitungan kapabilitas proses dan diperoleh Multivariate Process Variability for Individual Observation.
Journal of Quality technology, vol. 39,3, pp.258.
indeks MCP sebesar 0,9230, MCPK sebesar -0,7610 dan
MCPM sebesar 0,2056. Sehingga diketahui proses [6] Stoumbos, Z. G., & Sullivan, J H. (2001). Achieving Robust
produksi gula PG Kremboong Sidoarjo belum kapabel Performance With The MEWMA Control Chart. Journal of
American Statistical Association, Mississippi State University and
dilihat dari segi akurasi, presisi serta gabungan akurasi Rutgers University
dan presisi. Proses dikatakan kapabel apabila nilai MCP,
[7] Montgomery, D.C. (Eds). (2005). Introduction to Statistical
MCPK , MCPM ≥1. Quality Control. Arizona: John Wiley and Son’s.
Saran yang dapat diberikan kepada pihak PG
Kremboong Sidoarjo, pada saat menjalankan proses [8] Prabhu, S. S., and Runger, G. C. (1997). Designing a
Multivariate9EWMA Control Chart. Journal of Quality
produksi gula di PG Kremboong Sidoarjo dibutuhkan Technology, 29, 8-15.
perbaikan proses agar kualitas tetes tetap terkendali
[9] Raissi, S., 2009. Multivariate Process Capability Indices On The
dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab proses Presence Of Priority For Quality Characteristics. Journal of
produksi tetes tidak terkendali. Selain itu, kesalahan Industrial Engineering, Vol 5, No.9, 27-36.
pengukuran dan proses produksi tetes yang belum

Anda mungkin juga menyukai