Ars99270201 PDF
Ars99270201 PDF
Aditjipto)
M.I. Aditjipto
Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur – Universitas Kristen Petra
ABSTRAK
Tiap perancang memiliki pendekatannya sendiri-sendiri yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Perbedaan ini disebabkan oleh ‘ideologi’ yang terbentuk dalam diri si perancang yang dipengaruhi oleh
perbedaan kepribadian, latar belakang budaya, perbedaan pelatihan dan perbedaan proses berpikir. Perbedaan ini
pada hakekatnya juga disebabkan oleh gaya koknitif yang dimiliki oleh seseorang.
Di lain pihak, jenis masalah perancangan juga berbeda-beda, yang nampaknya ada jenis-jenis bangunan
yang lebih cocok dipecahkan dengan suatu jenis pendekatan atau proses perancangan tertentu.
ABSTRACT
Each designer has his own approach in designing, different from the other. The difference is caused by the
‘ideology’ formed inside the designer’s mind, which was influenced by the differences of personality, cultural
background, training and thinking process. Essentially, this difference is also caused by the cognitive styles
owned by each designer.
On the other hand, there is also a range of different types of design problem, and it seems that there are
certain building types that can be handle more easily by a certain design approach.
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 1
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR VOL. 27, NO. 2, DESEMBER 1999: 1 - 5
Oleh karena itu, meskipun hakekat dasar pengalaman-pengalaman masa lampau, imaji-
dari proses mental dalam menghasilkan bentuk nasi, kilatan-kilatan pemikiran yang berupa
tidaklah berbeda antara orang yang satu dengan gambaran mental si perancang yang oleh
yang lain, pada kenyataan yang nampak, terdapat Jones(1973) disebut metoda black box. Pada
perbedaan dari seseorang dengan yang lain yang kedua, lebih bersifat analitis, pendekatan-
dalam prosedur atau proses dalam dia pendekatan pada kelompok design methods yang
merancang, yang disebabkan oleh ‘ideologi’ populer pada tahun 70 an termasuk dalam
yang terbentuk. Peran terbesar dalam pendekatan ini. Di sini banyak sekali prosedur-
pembentukan ‘ideologi’ ini adalah kepribadian prosedur yang ditawarkan.
dan proses berpikir seseorang yang berbeda
antara seseorang dengan lainnya. Perbedaan
kepribadian dan proses berpikir dan cara JENIS BANGUNAN DAN JENIS
seseorang menghadapi permasalahan menurut PENDEKATAN PERANCANGAN
Nigel Cross (1983) karena perbedaan peran
fungsi belahan otak kanan dan kiri dari Permasalahan perancangan arsitektur tentu
seseorang. saja berkaitan dengan bangunan. Permasalahan
Dalam tulisan lain (Aditjipto,1994) telah perancangan tidaklah sama dengan permasalahan
diketengahkan bahwa tiap arsitek atau perancang dalam bidang-bidang lainnya, misalnya sains.
mendekati permasalahan perancangan dengan Banyak ahli mengatakan bahwa permasalahan
cara yang berbeda satu dengan lainnya. Hal ini perancangan adalah permasalahan yang miskin
disebabkan oleh perbedaan dari tiap orang dalam penjelasan, atau didefinisikan secara kurang
menghadapi masalah, atau adanya perbedaan dari memadai. Istilah mereka adalah ill-defined
tiap orang dalam mempelajari dan menghayati problems. Juga tidak terstruktur dengan baik, ill-
suatu masalah baru, atau seperti dikatakan Nigel structured problems. Problema yang kita terima
Cross (1983), tiap orang memiliki gaya koknitif dari klien selalu masih perlu untuk diperjelas
sendiri. lebih lanjut. Tetapi, bagaimanapun kita mencoba
Secara lebih rinci Cross mengetengahkan untuk menafsirkan suatu permintaan dari klien,
pasangan-pasangan gaya dalam bertindak yang terutama yang menyangkut hal-hal yang
saling bertentangan yang diakibatkan oleh subyektif, perancang lainnya akan menaf-
perbedaan fungsi berpikir dari belahan otak sirkannya secara berbeda. Hakekat permasalahan
kanan dan kiri. Dalam ilmu psikologi gaya-gaya seperti inilah yang akan kita hadapi.
ini dinamakan cognitive styles. Cross Diagram dari Holahan (1978) pada gambar
membedakan empat pasangan gaya koknitif ini, 1 memberikan suatu ukuran umum dari
yaitu: (1) konvergen/divergen, (2) reflektif/ hubungan proporsional antara manusia dan
impulsif, (3) tergantung medan/bebas medan, benda-benda dalam bangunan, dan menunjukkan
dan (4) serialistik/holistik. Pembagian ini lintas permasalahan dilihat dari kaitan peralatan
bukanlah berarti bahwa terdapat pribadi-pribadi di dalam bangunan dan unsur manusia yang
yang secara exklusif memiliki salah satu gaya terlibat. Dalam bangunan seperti pembangkit
dalam pasangan tersebut, tidak ada seorangpun tenaga, gudang atau reservoir - pada kotak paling
yang memiliki gaya yang konvergen ataupun kiri - benda-benda seperti mesin atau instalasi
divergen saja. Seseorang mungkin lebih baik adalah elemen yang lebih dominan dibandingkan
dengan cara yang satu ketimbang dengan cara kegiatan manusia dalam alasan untuk mem-
yang lain, atau sama baiknya pada kedua gaya. bangun. Sebaliknya, pada kotak yang paling
Perbedaan gaya koknitif dari tiap orang ini kanan, alasan untuk membangun lebih banyak
akan mempengaruhi ‘ideologi’ dari seseorang, didasarkan pada unsur manusia, dan benda-benda
yang kemudian akan mempengaruhi pula cara yang ada hanyalah membantu manusia dalam
seseorang dalam memecahkan atau mendekati melakukan kegiatannya. Dalam kotak tengah,
permasalahan perancangan. Ada yang memulai unsur manusia dan benda sama pentingnya dalam
dengan melakukan dugaan-dugaan pemecahan pengambilan keputusan untuk membangun.
terlebih dahulu, dan kemudian memilih dan Tom Heath (1984) mengetengahkan
menguji dugaan pemecahan yang dipilih; ada pengelompokan bangunan berdasarkan jenis
pula yang mulai dengan melakukan analisa aktivitasnya:
terlebih dahulu, baru kemudian mencoba (1) Bangunan Komoditi, bangunan yang
memecahkannya. Pada yang pertama dugaan mudah untuk diadaptasikan bagi aktivitas
atau penemuan bentuk dilakukan berdasarkan atau pola kegunaan yang berbeda, dimana
2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
JENIS MASALAH PERANCANGAN DAN JENIS PENDEKATANNYA (M.I. Aditjipto)
batas antara sistim fisik dan sistim aktivitas Handler (1970). Disini kwalitas analitisnya juga
tidak begitu jelas. Bangunan ini memiliki menonjol, dimana permasalahan dipecah-pecah
sifat yang dekat dengan produk-produk menjadi bagian-bagian atau sub-sistim yang
industri, dihasilkan dalam jumlah banyak tertangani. Kelompok 3, bangunan simbolik,
seperti rumah-rumah yang dibangun masal, menyangkut banyak perasaan manusia, sebaik-
perkantoran, apartemen dan sejenisnya. nya bangunan jenis ini terlebih dahulu dipikirkan
atau dipecahkan secara utuh terlebih dahulu,
dengan melakukan dugaan-dugaan perancangan.
Dalam hal ini peran berfikir non-verbal dari otak
kanan akan sangat berperan.
Bagaimanapun, akhirnya dalam semua
pendekatan perancangan tersebut diatas, si
perancang cepat atau lambat akan melakukan
dugaan-dugaan perancangan. Dengan adanya
perbedaan-perbedaan dalam masalah perancang-
an ini dan adanya perbedaan gaya koknitif dari
pribadi-pribadi perancang, akan terdapat jenis
permasalahan perancangan atau jenis kelompok
Gambar 1. Diagram Hubungan Proporsional bangunan yang menjadi favorit bagi perancang
(Holahan, 1978) tertentu, dan kurang disuka oleh perancang
lainnya. Hal ini menimbulkan pengkhususan
(2) Bangunan Sistim, bangunan dengan sistim jenis bangunan yang akan ditangani si
aktivitas yang majemuk dengan banyak sub- perancang.
sistim, dimana pengaturan dari bagian- Dengan demikian, jenis permasalahan yang
bagiannya dan kaitannya satu dengan yang berbeda memerlukan cara pemecahan yang
lain sangat kritis. berbeda pula. Hal ini diperkuat dengan pendapat
(3) Bangunan Simbolik , bangunan yang yang dikemukakan oleh Gero dan kawan-kawan
dibangun dengan salah satu tujuan utamanya dari University of Sydney, yang dikutip oleh
adalah melambangkan kepentingan sosial Schmitt et al (1991), yang mengusulkan untuk
dari aktivitas-aktivitas yang diketengahkan, membedakan perancangan dalam tiga kelas:
dimana perancangannya cenderung rutin, inovatif dan kreatif. Pengelompokannya
diarahkan pada alasan estetika, atau paling didasarkan pada jenis permasalahannya.
tidak untuk memastikan kwalitas konsepsi
dan pelaksanaan yang akan memberi Perancangan Rutin
bangunan tersebut suatu status sosial atau Perancangan rutin menganggap bahwa
prestise. permasalahan perancangan cukup jelas dan
kebutuhan klien cukup dimengerti; bahwa
Memang kenyataannya bukanlah berarti bila
tersedia suatu prototipe yang dianggap sebagai
bangunan termasuk kelompok 1 tidak memiliki
parameter bagi perancangan dan suatu dasar data
unsur-unsur sistim ataupun simbolik, tetapi unsur
bagi variasi parameter; dan bahwa perancangan
dari kelompoknya itulah yang lebih menonjol.
final dapat dihasilkan dengan memperhalus,
Misalnya gedung perkantoran sewa kadang-
tetapi tidak secara fundamental merubah proto-
kadang dibangun dengan tujuan selain untuk
tipe. Parameter-parameter itu, biasanya bahan-
dipersewakan, juga diharapkan melambangkan
bahan geometris, dimanipulasi baik di dalam
bonafiditas dari pemilik bangunan yang meng-
memori perancang maupun dengan sistim
huni sebagian dari gedung tersebut. Pendekatan
modeling yang maju.
perancangan yang digunakan untuk menghadapi
permasalahan perancangan bangunan-bangunan
Perancangan Inovatif
dari masing-masing kelompok akan agak
berbeda. Kelompok 1, melihat sifatnya yang Perancangan inovatif, juga dirujuk sebagai
mirip dengan produk industri, dapat meng- pengadaptasian prototipe dan pengkombinasian
gunakan strategi yang banyak digunakan dalam prototipe, digunakan jika penghalusan dari suatu
design methods, dimana kwalitas analitisnya prototipe akan mengarah pada hasil yang kurang
sangat menonjol, dengan strateginya thinking memuaskan. Perancangan rutin tak dapat
before drawing. Kelompok 2 mengingatkan kita digunakan disini karena diskripsi fungsional atau
pada strategi system approach dari Benjamin sifat obyek tak dapat dicapai dengan meng-
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 3
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR VOL. 27, NO. 2, DESEMBER 1999: 1 - 5
gunakan prototipe yang tersedia. Karenanya, komputer, yang dikatakannya bahwa tidaklah
diperlukan suatu kombinasi dari dua atau lebih realistik bahwa satu alat bantu rancang dengan
prototipe dimana masing-masing memiliki bebe- komputer akan dapat mendukung semua jenis
rapa dari sifat yang diinginkan. proses perancangan. Mereka membagi-bagi alat
bantu rancang ini berupa jenis-jenis program
Perancangan Kreatif komputer yang dapat membantu perancangan.
Menurut mereka program-program CAD
Perancangan ini mengembangkan suatu (Computer Aided Design) komersial yang ada
pemecahan baru yang hanya dapat ditentukan saat ini, dan yang dikembangkan oleh
secara parsial sebelumnya. Baik kebutuhan laboratorium CAD sangat membantu didalam
fungsional maupun sifat-sifat obyek tidak perancangan rutin. Dan sebagian dari program-
diketahui secara lengkap dan rancangan akhirnya program itu dapat membantu dalam perancangan
kenyataannya dapat mempengaruhi definisi inovatif. Sedangkan untuk perancangan kreatif,
permasalahan aslinya, atau bahkan menyatakan- tidak terdapat suatu kaitan exklusif dengan
nya sebagian dari permasalahan tidaklah relevan. program-program CAD.
Meskipun perancangan kreatif mungkin adalah Kalau kita membagi perancangan sesuai
kelas perancangan yang paling penting, usaha- dengan pengelompokan ini, maka menjadi jelas
usaha untuk memformalkannya selama ini tidak pula bahwa dua kelas yang diatas akan lebih
berhasil. banyak menggunakan pemikiran yang vertikal,
Ketiga definisi diatas sudah berbicara analitis, sedangkan perancangan kreatif lebih
sendiri bahwa ada tiga jenis perancangan yang banyak menggunakan pemikiran yang non-
mengelompokkan permasalahan perancangan verbal, kreatif dari otak kanan atau sintetik.
menjadi tiga bagian. Schmitt et al (1991) me-
nyebutkan ada tiga jenis metoda, masing-masing
sesuai dengan ketiga jenis perancangan tersebut, PETA JENIS BANGUNAN DAN
yaitu: (1) metoda penghalusan puncak ke dasar PERANCANGAN
(top-down ), (2) komposisi dasar ke puncak
Meminjam istilah dari Owen (1998),
(bottom-up), dan (3) penalaran didasarkan kasus rentang jenis bangunan atau permasalahan
(case-based). perancangan dapat berkisar antara yang ‘nyata’
Yang pertama, dimana protipe merupakan
sampai ke yang ‘simbolik’, sedangkan jenis
suatu abstraksi yang penting, berarti sudah pendekatan perancangan berkisar dari yang
adanya suatu gambaran utuh dari pemecahan, ‘analitik’ sampai ke yang ‘sintetik’. Gambar 2
hanya tinggal melakukan penghalusan. Metoda
dibawah ini mencoba memetakan permasalahan
ini sesuai untuk memecahkan masalah dalam perancangan arsitektur terhadap jenis pendekat-
perancangan rutin. Yang kedua, adanya data-data
annya.
yang lengkap dan bentuk-bentuk yang tersedia Sumbu ‘nyata’– ‘simbolik’ adalah mengenai
yang dikomposisikan menjadi pemecahan. jenis bangunan, dimana kearah ‘simbolik’ adalah
Metoda ini cocok bagi perancangan inovatif,
bangunan-bangunan simbolik sesuai pengertian
karena memberikan peluang yang besar bagi dari Tom Heath di atas, sedangkan ke arah
experimentasi sambil memiliki suatu gambaran ‘nyata’ adalah bangunan-bangunan komoditi,
yang jelas mengenai sasaran. Yang terakhir,
yang mendekati produk industri. Sedangkan
mengandalkan kasus sebelumnya bagi suatu sumbu ‘analitis’ – ‘sintetik’ adalah mengenai
problema baru. Kasusnya bisa berupa bangunan
jenis pendekatan perancangan. Ke arah ‘analitis’
secara utuh, yang kemudian digeneralisasikan,
adalah pendekatan-pendekatan yang glass box,
sebagai masukan bagi pemecahan baru. Metoda yang bisa di-externalkan, perancangan rutin dan
ini sesuai untuk perancangan inovatif.
inovatif, yang menghasilkan sesuatu yang baru
Dari hal-hal diatas nampak bahwa dengan memperhalus atau mengkombinasikan
perancangan kreatif, yang tidak bisa diformal- bentuk-bentuk yang sudah ada; sedangkan ke
kan, tidak bisa dipecahkan dengan metoda-
arah ‘sintetik’ adalah perancangan kreatif,
metoda diatas. Nampaknya pemecahan peran- membuat dan menghasilkan sesuatu yang sama
cangannya dilakukan dengan yang dinamakan
sekali baru, pendekatan black box
Jones (1973) dengan metoda black-box, proses
yang terjadi tak nampak, berlangsung dalam otak
si pemecah masalah berupa kilatan-kilatan idee.
Sebenarnya dalam tulisannya ini Schmitt
dan kawan-kawan lebih menekankan pada
pembahasan mengenai alat bantu perancangan
4 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/
JENIS MASALAH PERANCANGAN DAN JENIS PENDEKATANNYA (M.I. Aditjipto)
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra 5
http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/