PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari
standar usianya. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak
faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya
asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.1,2
WHO mencatat, 60 dari 134 negara masih memiliki tingkat stunting diatas 20%,
dimana ambang batas WHO adalah < 20%. Indonesia adalah negara dengan prevalensi
stunting kelima terbesar. Hasil Riskesdas 2013 menyebutkan stunting di Indonesia 37,2 % ( 9
juta penduduk) dan Riskesdas tahun 2018 sebesar 30,8%. Dari data E-PPGBM angka
stunting di Kalsel 22,2%. Sedangkan dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di tahun
2018 tercatat angka stunting di kalimantan selatan sebesar 33%.2
Stunting adalah indikator kunci kesejahteraan anak secara keseluruhan. Anak yang
mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak
menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya
tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan.3 sehingga WHO menjadikan stunting
sebagai fokus Global Nutrition Targets untuk 2025, juga Sustainable Development Goals
untuk 2030.2,3
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi yang dimulai pada 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) dari anak balita. Intervensi pada stunting dilakukan melalui intervensi gizi
spesifik dan intervensi gizi sensitif. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya
dilakukan pada sektor kesehatan dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Intervensi
dengan sasaran Ibu Hamil seperti pemberian makanan tambahan ibu hamil untuk mengatasi
kekurangan energi protein kronis, mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat, mengatasi
kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.2,3
Salah satu intervensi spesifik adalah mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.
Kekurangan mineral ini pada masa kehamilan bisa mengakibatkan keadaan anemia pada ibu
hamil.
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu faktor risiko yang penting terhadap
morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan bayi. World Health Organization (WHO) menyatakan
bahwa pada tahun 2008 diperkirakan sekitar 41,8% dari ibu hamil di dunia mengalami
anemia dan setengah diantaranya disebabkan oleh defisiensi besi. 4 Zat besi (Fe) merupakan
mikro elemen essensial bagi tubuh yang diperlukandalam sintesa hemoglobin. Konsumsi
tablet Fe sangat berkaitan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Menurut WHO,
kriteria anemia pada ibu hamil ditetapkan jika kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 terdapat 48,9% ibu hamil dengan
anemia, Angka ini meningkat dari tahun 2013 yakni 37,2%. angka prevalensi anemia di
provinsi Kalimantan Selatan yaitu 10,9%.3,4Anemia defesiensi zat besi yang banyak dialami
ibu hamil disebabkan oleh kepatuhan mengonsumsi tablet Fe yang tidak baik ataupun cara
mengonsumsi yang salah sehingga menyebabkan kurangnya penyerapan zat besi pada tubuh
ibu.5
Anemia pada ibu hamil mempunyai risiko melahirkan anak dengan Berat lahir Rendah
( BBLR) sebesar 4,95 kali lebih besar dari pada ibu yang selama kehamilan tidak mengalami
anemia.6 BBLR merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kejadian
stunting pada anak. Anak dengan BBLR mempunyai risiko 5,87 kali untuk mengalami
stunting.8
B. Tujuan
Ada beberapa tujuan pelaksanaan “Kupas Mangga Muda” yakni :
1. Mendukung peraturan menteri kesehatan No 4 tahun 2019 tentang standar tekhnis
pemenuhan mutu pelayanan dasar pada SPM bidang kesehatan tentang pelayanan
kesehatan ibu hamil. Dan peaturan menteri kesehatan No. 65 tahun 2013 tentang
Pemberdayaan Masyarakat.
2. Menurunkan angka anemia pada ibu hamil
3. Menurunkan angka BBLR
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dan kepedulian masyarakat pada kesehatan ibu
dan anak
BAB II
A. Data Umum
1. Wilayah Kerja
Secara geografis Puskesmas Banjarmasin Indah terletak di Kecamatan
Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin yang memiliki luas wilayah 1.13 km2 dari 13.13
km2 luas seluruh wilayah kecamatan yang ada di KotaBanjarmasin, dengan batas
wilayah :
1) Sebelah Utara : Kelurahan Pelambuan
2) Sebelah Selatan : Kelurahan Basirih
3) Sebelah Barat : Sungai Barito
4) Sebelah Timur : Kelurahan Teluk Dalam
Secara administrasi, wilayah kerja Puskesmas Banjarmasin terdiri dari 1 kelurahan dengan
kondisi daerahnya (100%) rawa, dan suhu udara berkisar (27oC) - (29oC).
2. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Banjarmasin Indah tahun 2018 adalah
17.644 Jiwa dengan perincian berdasarkan wilayah kerja Puskesmas sebagai berikut :
Tabel 2.1 Distribusi Jumlah Penduduk menurut kelurahan dan jenis kelamin di wilayahKerja
Puskesmas Banjarmasin Indah tahun 2018
JumlahPenduduk
No Kelurahan Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa)
1 Kelurahan Telaga Biru 8.864 8.780 17.644
(sumber : Profil puskesmas Banjarmasin Indah tahun 2018)7
Visi :
Misi :
Motto :
Tanggung jawab
Petugas bertanggung jawab terhadap tugas pokoknya sesuai dengan standar
kompetensi dan prosedur (SOP)
B. Mudah
Memberikan kemudahan dan kejelasan dlam prosedur pelayanan
BAB III
A. Data masalah
1. Data stunting
Tabel 1.1 Data stunting di kota Banjarmasin dan Puskesmas Banjarmasin Indah pada
kegiatan surveilans Gizi (enumerator) 2018 per tanggal 03 Novemebr 2018
Jumlah balita Status Gizi (TB/U)
instansi
Ada diukur Sangat pendek pendek
Kota Banjarmasin 64.785 30.816 8,79 % 17,76%
(47,57%)
Puskesmas Bnajrmasin Indah 1.709 1.010 5,25% 19,41%
Sumber : Rekapitulasi Global operasi Timbang (OPTIM) pada balita hasil Input aplikasi
e-PPGBM Kota Banjarmasin Tahun 2018
Tabel 1.2. Jumlah balita sangat pendek dan pendek kuartal pertama puskesmas Banjarmasin
Indah tahun 2019
Tabel 2.1 jumlah kasus Berat Badan Lahir Rendah di Puskesmas Banjarmasin
Indah Kota Banjarmasin Tahun 2017- 2018
Tabel 3.1 Data jumlah Ibu hamil dengan Anemia di puskesmas Banjarmasin Indah
tahun 2017-2018
Tahun Sasaran ibu hamil Jumlah ibu hamil persentase
dengan anemia
2017 396 128 34,68%
2018 390 97 24,87%
Sumber : Data Profil kesehatan puskesmas Banjarmasin Indah Tahun 2017-2018
4. Data pengukuran Indikator mutu klinis
Dalam upaya peningkatan mutu layanan klinis di puskesmas Banjarmasin Indah ,
ditetapkanlah indikator layanan klinis. Indikator mutu klinis adalah pengukuran manajemen
klinis dan/atau luaran pelayanan. Pengukuran dilakukan secara berkala (Collopy 2000)
Pada Puskesmas Banjarmasin Indah Indikator Mutu klinis pada unit Kesehatan Ibu
dan Anak adalah pengukuran 10 T pada ibu hamil baru dengan target 100%. Pengukuran ini
berkolabrasi dengan laboratorium, Ahli Gizi dan dokter. Adapun 10 T yang dimaksud
adalah Timbang berat dan Tinggi badan,ukur Tekanan darah,ukur Tinggi Fundus uteri,TT
lengkap,pemberian Tablet tambah darah, Tes Laboratorium, Temu Wicara
(konseling),Tentukan presentasi Janin,Tata Laksana kasus.
2017 2018
April 42,5% Oktober 57,1%
Mei 50% November 36,8%
(sumber : dokumen akreditasi puskesmas
Juni 65% Desember 70,8%
Juli 57% Banjarmasin Indah, target capaian 100%)
Agustus 72%
Dari hasil data indikator mutu klinis
kriteria 10 T tidak mencapai target dan dilakukan monitorng evaluasi. Dari hasil analisis tidak
tercapai adalah kendala pemberian tablet tambah darah yang kurang karena pasien mengaku
selalu mual ( indikator mutu klinis 2017). Pada tahun 2018 dilakukan monitoring evaluasi
melalui PDCA sehingga pasien akan diberikan tablet tambah darah walaupun pasien mual.
namun tindak lanjut ini dirasa masih kurang karena pasien hanya menerima namun tidak
meminumkannya (indikator mutu klinis 2018).
Pada PDCA dilakukan survey terhadap 20 responden ibu hamil. Berdasarkan survei
terhadap 20 responden ibu hamil dengan anemia yang diambil berdasarkan tanya jawab
langsung di Puskesmas Banjarmasin Indah, faktor ketidak patuhan konsumsi TTD adalah
sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor internal yang dapat berpengaruh terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi
tablet tambah darah (TTD) berupa pengetahuan mengenai pentingnya konsumsi tablet tambah
darah, apakah terdapat efek samping saat mengonsumsi tablet tambah darah, serta lupa
ataupun rasa malas pada ibu hamil.
Tabel 5.1 Pengetahuan mengenai Pentingnya Konsumsi TTD pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmasin Indah
Penyebab Baik Buruk Jumlah
Pengetahuan mengenai
16 orang (80%) 4 orang (20%) 20 orang (100%)
pentingnya konsumsi TTD
Tabel 5.2 Perasaan Lupa untuk Konsumsi TTD pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Banjarmasin Indah
Penyebab Ada Tidak Ada Jumlah
Perasaan lupa untuk
0 orang (0%) 20 orang (100%) 20 orang (100%)
mengonsumsi TTD
Tabel 5.3 Perasaan Malas untuk Konsumsi TTD pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Banjarmasin Indah
Penyebab Ada Tidak Ada Jumlah
Perasaan malas untuk
16 orang (80%) 4 orang (20%) 20 rang (100%)
mengonsumsi TTD
b. Faktor Eksternal
Tabel 5.4 Efek Samping yang Muncul Selama Mengonsumsi TTD pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmasin Indah
Penyebab Ada (rasa mual) Tidak Ada Jumlah
Efek samping yang muncul
10 orang (50%) 10 orang (50%) 20 orang (100%)
selama mengonsumsi TTD
Dari hasil survei diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
ketidakpatuhan ibu hamil terhadap konsumsi TTD adalah faktor internal yaitu berupa rasa
malas untuk mengonsumsi (80%) dan efek samping menyebabkan rasa mual (50%).
Dari berbagai data dan permasalahan diatas munculah inovasi untuk melakukan
pengawasan dalam minum tablet tambah darah oleh keluarga minimal 90 tablet selama
kehamilan untuk meningkatkan kepatuhan ibu hamil agar menurunkan angka anemia dan
BBLR yang bisa menyebabkan stunting. Sehingga peran aktif keluarga sangat diperlukan
untuk melakukan pengawasan sejak dalam kandungan melalui kartu kontrol yang dapat
diawasi juga oleh petugas kesehatan. Kartu kontrol disertai dengan data kendala pasien serta
konseling dokter dan praktisi gizi.
B. Karya Inovasi
Karya inovasi “Kupas Mangga muda ibu hamil” singkatan dari kontrol pencegahan
Anak stunting dengan menjadi pengawas keluarga minum tablet tambah darah ibu hamil.
Konsep inovasi ini adalah meningkatkan peran aktif dari pendamping dalam hal ini suami
ataupu kelurga dekat untuk selalu mengawal ibu hamil agar meminum obat tablet tambah
darah. Dalam kartu kotrol juga diserta kendala yang dialami oleh ibu hamil sehingga
pendamping bisa mengetahui dan disertai kontrol oleh petugas kesehatan terkait
Pengambilan Akronim “Kupas Mangga Muda ibu hamil” karena pada ibu hamil terutama
hamil muda sebagian besar mengiginkan mangga muda, dan mangga muda ini memang
identik dengan “ngidam” ibu hamil, sehingga diharapkan dengan inovasi ini ibu hamil akan
dengan senang hati dan semangat dalam minum tablet tambah darah seperti semangat mereka
dalam mengupas dan makan mangga muda.
Inovasi “ Kupas Mangga Muda ibu hamil” adalah bentuk kegiatan yang bersifat preventif,
promotif dan dan kuratif serta meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkat
kepedulian dan pengetahuan masyarkat dalam bidang kesehatan
a. Promotif
Karya Inovasi ini dimulai dengan menyarankan kepada setiap ibu hamil agar berkunjung
disertai pendamping baik suami ataupun keluarga dekat. Kemudian memberikan
penyuluhan kepada ibu hamil dan pendamping baik secara perorangan maupun secara
berkelompok mengenai pentingnya meminum tablet tambah darah serta memberikan
pemahaman kepada pendaming tentang berbagi kendala yang dialami ibu hamil saat
meminum tablet tambah darah sehingga pendamping bisa mensuport ibu hamil dalam
meminum tablet tabah darah.
b. Preventif
Setelah dilakukan berbagai penyuluhan baik perorangan maupun kelompok pada
pendamping dalam hal ini disebut sebagai pengawas minum obat maka pengawas sangat
berperan untuk mencegah kondisi anemia pada ibu hamil yang akan mencegah BBLR.
Sedangkan untuk ibu hamil bisa menghindari berbagai komplikasi kehamilan akibat
anemia.
Adapun tugas dari pengawas untuk mencegah anemia adalah
1. mengingatkan ibu untuk meminum tablet tambah darah,
2. memberikan semangat kepada ibu hamil untuk meminum tablet tambah darah
3. memberikan informasi dan pengetahuan yang benar tentang pentingnya tablet tambah
darah baik untuk ibu maupun untuk bayi
4. mencatat segala keluhan dari ibu hamil dan berapa tablet yang sudah dapat diminum
dimana target jumlah obat yang diminum minimal 90 tablet selama kehamilan.
c. Kuratif
Jika pada saat pengawasan oleh Pengawas Minum obat tambah darah terdapat keluhan
pasien maka ibu hamil bisa dikonsultasikan kepada dokter puskesmas untuk diterapi dan
dikonsultasikan ke bagian gizi untuk menghindari kurang gizi pada ibu hamil serta
berkolaborasi juga dengan unit lain jika mendapati berbagai keluhan dri ibu hamil yang
dipantau oleh pengawas
Pada kegiatan ini tidak hanya dilakukan penyuluhan di pusksmas. Petugas juga melakukan
kunjungan rumah pada ibu hamil untuk melihat kondisi rumah termasuk sumber air bersih
yang didapat.
Inovasi “Kupas mangga muda ibu hamil” ini sudah dilaporkan dan disahkan untuk dijalankan
oleh kepala puskesmas sejak Juli 2018, dengan prosedur sebagai berikut :
1. Setiap kunjungan ibu hamil baru yang berkunjung ke puskesmas, maka setelah ANC oleh
bidan pasien diberikan konseling mengenai anemia yang salah satu akibatnya mnjadi
BBLR dan berakibat pada stunting serta konseling lain yang berhubungan dengan
kehamilannya. Konseling dilakukan juga kepada pendamping.
2. Pasien dimintai data nama pengawas minum obat serta nomor telponnya
3. Pasien diberikan buku Pengawas minum obat
4. Pasien dijelaskan tata cara pengisian
5. Para pengawas dan ibu hamil diberikan juga penyuluhan kelompok di puskesmas untuk
meningkatkan pengetahuan tentang anemia
6. Petugas juga mendatangi ibu hamil di posyandu maupun ke rumah pasien.
7. Pasien dan pengawas diminta kontrol setiap bulan serta memeriksakan Hemoglobin,
pemeriksaan gizi serta konsul dokter jika ada keluhan untuk diterapi.
C. HASIL INOVASI
Setelah dilakukan pengawasan minum tablet tambah darah oleh keluarga dalam inovasi
“Kupas mangga Muda ibu hamil” didapatkan hasil kepatuhan ibu hamil dalam meminum
tabet tambah darah yakni dengan menurunnya angka data ibu hamil dengan anemia di
wilayah kerja puskesmas Banjarmasin Indah
Berikut adalah grafik ibu hamil dengan anemia sejak tahun 2017-2019
30
25
20
15
10
0
i i et ni s r r r
ar ar ar ril ei Ju Ju
li tu be
r
be be eb
a nu bru m ap m
g us m kto m m
J F e A te O ve se
S ep No De
Gambar 1. Grafik jumlah bu hamil dengan anemia tahun 2017-2019 ( sumber : laporan
bulanan program Gizi Puskesmas Banjarmasin Indah)
Tabel 10. Jumlah Ibu hamil dengan Anemia di puskesmas banjarmasin Indah tahun 2017-
2019
Bulan Jlh
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2017 7 31 10 34 1 1 1 0 1 15 19 8 128
2018 5 7 7 10 7 7 3 21 15 5 5 4 96
2019 7 3 2 2 14
(sumber: laporan bulanan program gizi puskesmas Bnajramasin Indah tahun 2017-2019)
E. KENDALA
Kegiatan pengawasan minum obat tablet tambah darah di puskesmas Banjarmasin tentunya
tidak luput dari berbagai kendala, baik itu dari pelaksanaan kegiatan, pembiayaan maupun
kendala dari pasien sendiri. Namun sebagian besar kendala tersebut dapat diatasi, dengan
berbagai catatan usulan kegaitan yang diajukan pada rapat puskesmas, adapun kendala
tersebut adalah :
1. Kegiatan dan anggaran : beberapa kegaiatan masih belum bisa menganggarkan secara
langsung kegiatan : KUPAS MANGGA MUDA. Untuk mengatasinya agar kegaitan
bisa terlaksana adalah dengan ikut kegaiatan lain seperti kegiatan P4K kunjungan K1
pada ibu hamil, sehingga saat kunjungan bukan hanya ibu hamil namun juga
pengawas minum obat.
2. Perlu pendampingan yang lebih intensif kepada pengawas karena berbagai kendala
pengisian dari pengawas. Cara mengatasi adalah dengan rutin memberikan
penyuluhan. Dan dengan membagi alat bantu kepada pengawas.
3. Biaya cetak dan alat bantu, pencetakan kartu kontrol diambil dari dana ATK namun
untuk pencetakan alat bantu masih belum bisa dianggarkan. Cara mengatasi dengan
usulan penambahan anggaran untuk media penyuluhan dan alat bantu.
BAB III
A. KESIMPULAN
Inovasi “ KUPAS MANGGA MUDA IBU HAMIL” adalah kependekan dari
kontrol untuk pencegahan anemia dan Stunting dengan menjadi pengawas keluarga
minum tablet tambah darah ibu hamil. Konsep inovasinya adalah meningkatkan
kepatuhan ibu hamil dalam meminum tablet tambah darah dengan mengikut sertakan
peran aktif dari keluarga. Pengawas diberikan kartu kontrol untuk mencatat jumlah tablet
yang diminum, kendala yang dihadapi, serta pemberian penyuluhan kepada pengawas
untuk meningkatkan pengetahuannya.
Inovasi “ KUPAS MANGGA MUDA “ merupakan bentuk kegiatan promotif,
preventif dan kuratif dan pertamakali di kerjakan bulan juli 2018. Dengan inovasi ini
kepatuhan ibu hamil meningkat dengan menurunnya angka anemia di puskesmas
Banjarmasin Indah.
B. SARAN
Inovasi “KUPAS MANGGA MUDA IBU HAMIL” adalah inovasi awal untuk mencegah
stunting dengan menurunkan angka anemia yang salah satunya mengakibatkan BBLR dan
berpotensi untuk stunting. Setelah bayi lahir diharapan akan dilakukan inovasi lanjutan
untuk pencegahan anak stunting dengan pengawasan pada ASI ekslusif dengan
pembentukan kelompok pemerhati ASI yang terdiri dari suami ataupun kerabat dekat.
BAB IV
PENUTUP
Puji Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
dalam melakukan suatu inovasi di Puskesmas Banjarmasin Indah. Inovasi “KUPAS
MANGGA MUDA IBU HAMIL” adalah inovasi yang melibatkan berbagai unit, tidak hanya
di bagian kesehatan Ibu dan anak tapi juga di bagian gizi serta Masyarakat. Sehingga
terimakasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang mendukung
Inovasi ini. Inovasi “KUPAS MANGGA MUDA IBU HAMIL” merupakan inovasi yang
bertujuan mencegah stunting dari awal kehidupan dengan melibatkan masyarakat. Oleh
karenanya inovasi ini sangatlah penting untuk membantu mewujudkn masyarakat sehat dan
keluarga sehat serta meningkakan kepedulian masyarakat terlebih keluarga dekat untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Penulis berharap inovasi “ KUPAS MANGGA MUDA IBU
HAMIL” bisa di terapkan di berbagai puskesmas kota Banjarmasin.
MAKALAH INOVASI
PENULIS :
dr. HIDAYATI
MAKALAH INOVASI
PENULIS :
dr. HIDAYATI
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Situasi balita pendek (Stunting) di Indonesia. :Buletin Jendela data dan
informasi kesehatan, Pusat data dan Informasi Kesehatan Republik Indonesia. 2018
2. Anonymous. Buku saku ringkasan 100 Kabupaten/kota prioritas untuk anak kerdil
(Stunting): Tim nasional percepatan penanggulangan kemiskinan. 2017
3. Anonymous. Riset Kesehatan dasar Riskesdas 2018. Jakarta : Badan penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2018
4. WHO. Guidline daily Iron and Folic Acid Supplementation in Pregnancy women.
Geneva, World Health Organization, 2012
5. Namchar kautsar, suriah, dan nurhaedah jafar. Kepatuhan ibu hamil dalam
mengomsumsi tablet zat besi (fe) di puskesmas bara-baraya makasar tahun 2013
.FKM universitas Hasanuddin Makasar
8. Atikah R, fahrini Y, Andini OP, dan Fauzi R.Riwayat Berat Badan lahir dengan
kejadian Stunting pada usia anak dibawah dua tahun : Kesmas national public health
journal;vol 10 no 2 November 2015