Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, kebutuhan
akan pelayanan di bidang kesehatan juga meningkat pesat. Tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
paripurna menjadi hal mutlak yang perlu diwujudkan oleh seluruh tim
kesehatan. Paradigma pelayanan kesehatan saat ini adalah berpusat
pada person/pasien dan ditujukan pada pelayanan yang aman dan
nyaman.
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan
merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan
status pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari
sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan
masyarakat seoptimal mungkin.
Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2014 tentang rumah
sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara peripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat.
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun
internasional. Berdasarkan hal tersebut, beberapa dekade terakhir ini
munculah istilah akreditasi untuk menilai kualitas suatu organisasi
termasuk rumah sakit. Secara umum akreditasi berarti pengakuan oleh
suatu jawatan tentang adanya wewenang seseorang untuk
melaksanakan atau menjalankan tugasnya.
Menurut Undang-Undang No 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit, disebutkan bahwa akreditasi bertujuan meningkatkan
keselamatan pasien rumah sakit dan meningkatkan perlindungan bagi
pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit
sebagai institusi.

1
2

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit


mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai
jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan yang beragam
berinteraksi satu sama lain. Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan
kesehatan peorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif di pelayanan rawat inap.
Pelayanan rawat inap adalah suatu bentuk perawatan, dimana
pasien dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu.
Selama pasien dirawat, rumah sakit harus memberikan pelayanan yang
terbaik kepada pasien (Posma, 2001 dalam Anggraini, 2008).
Sedangkan menurut PMK RI No. 560 Tahun 2003 Pelayanan rawat inap
adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan,
rehabilitasi medik atau upaya pelayanan kesehatan lainnya dengan
menginap di rumah sakit.
Rumah sakit dalam menjalankan kegiatannya mempunyai fungsi
dalam penyelenggaraan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik
dan non medik, pelayanan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan,
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta
administrasi umum dan keuangan.
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan
kesehatan, sangatlah penting, karena tuntutan kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan pada era global ini akan terus berubah
seiring dengan masalah kesehatan masyarakat yang terus mengalami
perubahan. Dengan berkembangnya masyarakat dan berbagai bentuk
pelayanan profesional serta kemungkinan adanya perubahan kebijakan
dalam bidang kesehatan, maka manajemen pelayanan harus berjalan
dengan baik untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan.
Dalam mencapai peningkatan mutu pelayanan rumah sakit di
setiap ruang rawat inap akan dipimpin oleh seorang manajer yaitu kepala
ruangan yang mempunyai tugas dalam mengkreasikan berbagai
keadaan lingkungan dan teknik efektif dalam mencapai tujuan
pemenuhan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan terhadap
pasien, serta mampu melaksanakan manajemen operasional
pengelolaan pelayanan keperawatan. Pengelolaan pelayanan yang
3

dilakukan menggunakan pendekatan manajemen keperawatan yaitu


melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan dan pengendalian. Metode proses keperawatan merupakan
suatu pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis dalam
pemberian asuhan keperawatan melalui pengkajian keperawatan,
perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan tindakan keperawatan, evaluasi tindakan keperawatan dan
dokumentasi asuhan keperawatan.
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2002), merupakan
suatu pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan di
kelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara lain :
perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat
fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-
keterampilan teknik, hubungan atara manusia, konseptual yang
mendukung asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan
berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa manajemen
keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam mengembangkan
keperawatan kedepan.
Keperawatan sebagai profesi yang merupakan bagian dari
masyarakat akan terus berubah sejalan dengan masyarakat yang terus
berkembang dan mengalami perubahan. Keperawatan dapat dilihat dari
berbagai aspek, antara lain keperawatan sebagai bentuk asuhan
profesional kepada masyarakat, keperawatan sebagai ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) serta sebagai kelompok masyarakat ilmuwan dan
kelompok masyarakat profesional.
Menurut Nursalam (2014), keperawatan sebagai
pelayanan/asuhan profesional bersifat humanistis, menggunakan
pendekatan holistis, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berorientasi kepada kebutuhan objektif pasien, mengacu pada standar
profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai
tuntutan utama. Keperawatan profesional secara umum merupakan
tanggung jawab seorang perawat, sehingga dituntut untuk selalu
melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional dan
baik atau etis.
4

Asuhan keperawatan bermutu dapat dilaksanakan melalui


pendekatan metodologi keperawatan. Pendekatan ini dapat berupa
pendekatan tim, fungsional, kasus atau keperawatan primer (Grohar
Murray & Docroce, 1997). Penetapan pendekatan ini sangat dipengaruhi
oleh visi, misi dan tujuan rumah sakit dan ruang rawat, ketersediaan
tenaga keperawatan baik jumlah maupun kualifikasi, fasilitas ruangan,
tingkat ketergantungan dan mobilitas klien, tersedianya prosedur dan
standar keperawatan, sifat ruangan dan jenis pelayanan keperawatan
yang diberikan.
Instalasi Rawat Inap menyelenggarakan pelayanan keperawatan
kepada klien dengan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional (SP2KP) dengan model asuhan Metode Pemberian
Keperawatan Profesional (MPKP). Asuhan pelayanan keperawatan
diberikan selama 24 jam terus menerus. Ruang rawat merupakan salah
satu pusat pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang
dilakukan oleh semua tim kesehatan dimana semua tenaga kesehatan
termasuk perawat bertanggung jawab dalam mengatasi masalah
kesehatan klien.
Pada model praktik keperawatan professional harus mampu
memberikan asuhan keperawatan professional, untuk itu diperlukan
penataan 5 komponen utama manajemen pelayanan keperawatan yang
terdiri dari Man, Money, Methode, Material dan Market (Hoffart dan
Woods, 1996 dalam Suarli dan Bahtiar, 2007).
Perawat manajer dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial
yang tangguh, sehingga pelayanan yang di berikan dapat meningkatkan
kualitas dan mutu serta kepuasan pelangggan. Kemampuan manajerial
dapat dimiliki dengan berbagai cara, salah satunya dapat di tempuh
dengan meningkatkan keterampilan melalui pendidikan dan aplikasi di
lahan praktek. Oleh karena itu diperlukan praktek manajemen
keperawatan sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang di peroleh
selama pendidikan. Hal inilah yang menjadi latar belakang di buatnya “
Laporan Analisis Situasi Manajemen Keperawatan di Ruang Zaitun I
RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat “.
5

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah melakukan praktek profesi manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip
manajemen keperawatan dan model asuhan keperawatan profesional
yang sesuai dengan prinsip MPKP yang di jalankan di RSUD Al Ihsan
Provinsi Jawa Barat.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan
diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap 5
dimensi manajemen yaitu Man, Metode, Material, Money dan
Marketing
b. Menghitung kebutuhan tenaga perawat di ruang Zaitun I Medikal
c. Membuat Plan Of Action untuk menjawab masalah-masalah yang
muncul
d. Melakukan implementasi sesuai dengan rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang ada
e. Melakukan peran sesuai dengan model MPKP
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai SAK
g. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang sudah dilaksanakan.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model
MPKP yang di aplikasikan di ruang Zaitun I
c. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT
dan menyusun rencana stategi.
d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
penerapan model MPKP di ruang Zaitun I
6

e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan


model asuhan keperawatan profesional di ruang Zaitun I.
2. Bagi Perawat Ruangan
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat
diidentifikasi masalah-masalah yang ada di ruang zaitun I, yang
berkaitan dengan pelaksanaan MPKP sehingga di peroleh
rencana startegis untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
3. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan
meningkat
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan
dengan menggunakan metode MPKP

Anda mungkin juga menyukai