EPILEPSI
EPILEPSI
Disusun oleh :
Kelompok 1
A. Definisi
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang
berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat
reversible.
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala
yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi.
B. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui
(idiopatik), sering terjadi pada:
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12
bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, apabila defisit
neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang
adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama kecuali
bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan
mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk
terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya
bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan
ulang dalam waktu 6 bulan pertama.
Perubahan bisa terjadi pada awal saat otak janin mulai berkembang, yakni
pada bulan pertama dan kedua kehamilan. Dapat pula diakibatkan adanya
gangguan pada ibu hamil muda seperti infeksi, demam tinggi, kurang gizi
(malnutrisi) yang bisa menimbulkan bekas berupa kerentanan untuk terjadinya
kejang. Proses persalinan yang sulit, persalinan kurang bulan atau telat bulan
(serotinus) mengakibatkan otak janin sempat mengalami kekurangan zat asam
dan ini berpotensi menjadi ''embrio'' epilepsi bahkan bayi yang tidak segera
menangis saat lahir atau adanya gangguan pada otak seperti infeksi/ radang
otak dan selaput otak, cedera karena benturan fisik/ trauma serta adanya tumor
otak atau kelainan pembuluh darah otak juga memberikan kontribusi terjadinya
epilepsi.
Infeksi akut
Malformasi kongenital
Gangguan genetic
Anak (2- 12 th) Idiopatik
Infeksi akut
Trauma
Kejang demam
Remaja (12- 18 th) Idiopatik
Trauma
Malformasi anteriovena
Dewasa Muda (18- 35 th) Trauma
Alkoholisme
Tumor otak
Dewasa lanjut (> 35) Tumor otak
Penyakit serebrovaskular
Alkoholisme
C. Pathway
Terlampir
D. Manifestasi Klinis
1. Kehilangan kesadaran
2. Aktivitas motorik
a. Tonik klonik
b. Gerakan sentakan, tepukan atau menggarau
c. Kontraksi singkat dan mendadak disekelompok otot
d. Kedipan kelopak mata
e. Sentakan wajah
f. Bibir mengecap – ecap
g. Kepala dan mata menyimpang ke satu sisi
3. Fungsi pernafasan
a. Takipnea
b. Apnea
c. Kesulitan bernafas Jalan nafas tersumbat
E. Klasifikasi
Epilepsi diklasifikasikan menjadi dua pokok umum yaitu klasifikasi epilepsi
dengan sindrom epilepsi dan klasifikasi berdasarkan tipe kejang
a. klasifikasi epilepsi dan sindrom epilepsi
Berdasarkan penyebab
1. Fokal motorik tidak menjalar: epilepsi terbatas pada satu bagian tubuh
saja
2. Fokal motorik menjalar: epilepsi dimulai dari satu bagian tubuh dan
menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson.
3. Versif: epilepsi disertai gerakan memutar kepala, mata, tuibuh.
4. Postural: epilepsi disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap
tertentu
5. Disertai gangguan fonasi: epilepsi disertai arus bicara yang terhenti atau
pasien mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu
Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial (epilepsi disertai halusinasi
sederhana yang mengenai kelima panca indera dan bangkitan yang disertai vertigo).
Dapat disertai:
b) Grand Mal
1. Kejang mioklonik
Pada epilepsi mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat
kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau
berulang-ulang. Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur.
2. Kejang klonik
Pada epilepsi ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam,
lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai
terutama sekali pada anak.
3. Kejang tonik
Epilepsi ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal
dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu
tanda-tanda yang mendahului suatu epilepsi. Pasien mendadak jatuh
pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung kira-
kira ¼ – ½ menit diikutti kejang kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan
ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa
saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika kejang meningkat, mulut
menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin pula pasien kencing
ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien tidur
beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih
rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-
pegal, lelah, nyeri kepala.
5. Kejang atonik
G. Pentalaksanaan
1. Atasi penyebab dari kejang
2. Tersedia obat – obat yang dapat mengurangi frekuensi kejang yang
didalam seseorang
a. Anti konvulson
b. Sedatif
c. Barbirorat
Obat yang dapat mencegah serangan epilepsi
a. fenitoin (difenilhidantoin)
b. karbamazepin
c. fenobarbital dan asam valproik
Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat sasaran
pengobatan yang dicapai, yakni:
2. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Pasien sering mangalami kejang.
b. Sesudah serangan
a. Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit,
gangguan bicara
b. Apakah ada perubahan dalam gerakan.
c. Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi
sebelum, selama dan sesudah serangan.
d. Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau
frekuensi denyut jantung.
e. Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.
c. Riwayat sebelum serangan
1) Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi
2) Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.
3) Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik,
olfaktorik maupun visual.
d. Riwayat Penyakit
a. Sejak kapan serangan terjadi.
b. Pada usia berapa serangan pertama.
c. Frekuensi serangan.
d. Apakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam,
kurang tidur, keadaan emosional.
e. Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang
disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang.
f. Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak
g. Apakah makan obat-obat tertentu
h. Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
Pemeriksaan fisik
C. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS: -- Resiko cedera
DO:
DO:
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di
endotrakea, peningkatan sekresi saliva
2. Ketidakefektifan pola napas b.d terganggunya saraf pusat pernafasan
3. Ansietas b.d kurang pengetahuan mengenai penyakit
4. Isolasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk
penyakit epilepsi dalam masyarakat
5. Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan
keseimbangan
E. Intervensi keperawatan
Edukasi
8. Jelaskan tujuan dan prosedur 9. Memberikan ken
klien
pemantauan
9. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Tupan:
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah 1. Mengetahui ting
ansietas teratasi. 2. Identifikasi kemampuan mengambil klien
keputusan 2. Melibatkan klien
Tepen : 3. Monitor tanda-tanda ansietas intervensi
Setelah dilakukan tindakan 3. Mengetahui pen
keperawatan selama 20 menit Terapeutik
ansietas dapat teratasi dengan 4. Ciptakan suasana terapeutik untuk 4. Memberikan hub
kriteria hasil : menumbuhkan kepercayaan percaya diri anta
1. Klien tidak lagi bingung 5. Temani pasien untuk mengurangi perawat
2. Klien tidak lagi tegang kecemasan 5. Memberikan ken
6. Pahami situasi yang membuat ansietas klien
7. Dengarkan dengan penuh perhatian 6. Mengetahui pen
8. Gunakan penndekatan yang tenang dan 7. Memberikan ken
meyakinkan klien
9. Motivikasi mengidentifikasi situasi yang 8. Memberikan ken
memicu kecemasan klien
10. Diskusikan perencanaan realistis 9. Menjalin hubung
tentang perisiwa yang akan datang
10. Menentukan inte
Edukasi
11. Anjurkan untuk tetap bersama pasien
12. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi 11. Untuk menurunk
13. Latih kegiatan pengalihan untuk 12. Memberikan ken
mengurangi ketenangan klien
14. Latih teknik relaksasi 13. Menurunkan ras
DAFTAR PUSTAKA