Anda di halaman 1dari 12

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi Open Fraktur Radius -Ulna

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2010).
Patah tulang terbuka disebut juga dengan compound fracture tersebur memiliki
beberapa definisi dari masing-masing literatur. Salah satu pengertian yang dikemukakan
tersebut adalah keadaan patah tulang yang terjadi dengan adanya hubungan antara jaringan
tulang yang patah tersebut dengan lingkungan eksternal dari kulit, sehingga dapat
mengakibatkan infeksi (Sjamsuhidajat, 2004).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan
bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2010).
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong,
2010).
1.1.2 Anatomi Fisiologi
Lengan atas tersusun dari tulang lengan atas, tulang lengan bawah, dan tulang tangan
(Sloane 2012). Fungsi tulang adalah sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi
bentuk tubuh,untuk memberikan suatu sistem pengungkit, yang digerakan oleh kerja otot-otot
yang melekat pada tulang tersebut, sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium dan elemen-
elemen lain, untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum
merah tulang tertentu. (Watson, 2012).
1. Tulang - tulang lengan bawah:
Adalah ulna sisi medial dan tulang radius disisi lateral (sisi ibu jari) yang di
hubungkan dengan suatu jaringan ikat fleksibel, membrane interoseus.
a. Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah tulang panjang berbentuk prisma yang terletak
sebelah medial lengan bawah, sejajar dengan jari kelingking arah ke siku
mempunyai taju yang disebut  prosesus olekrani, gunanya ialah tempat
melekatnya otot dan menjaga agar siku tidak membengkok kebelakang. Terdapat
dua ekstremitas.
Ekstremitas proksima ulnaris, mempunyai insisura semilunaris, persendian
dengan trokhlea humeri, dibelakang ujung terdapat benjolan yang disebut
olekranon.Pada tepi distal dari insisura semilunaris ulna terdapat prosesus
koroideus ulna, bagian distal terdapat tuberositas ulna tempat melekatnya M.
brakialis, bagian lateral terdapat insisura radialis ulna yang berhubungan dengan
karpi ulnaris.
Ekstremitas distalis ulna, yaitu kapitulum ulna yang mempunyai prosessus
stiloideus ulnae.Pada permukaan dorsalis tempat melekatnya tendo M. ekstensor
karpi ulnaris yaitu sulkus M. ekstensor karpi ulnaris.
b. Radius
Radius atau tulang pengumpil, letaknya bagian lateral, sejajar dengan ibu
jari. Di bagian yang berhubungan humerus dataran sendinya berbentuk bundar
yang memungkinkan lengan bawah dapat berputar atau telungkup.Terdapat dua
ujung (ekstremitas).
Ekstremitas proksilis, yang lebih kecil, terdapat pada kaput radii yang
terletak melintang sebelah atas dan mempunyai persendian dengan
humeri.Sirkumferensia artikularis yang merupakan lingkaran yang menjadi tepi
kapitulum radii dipisahkan dengan insisura radialis ulna.Kapitulum radii
dipisahkan oleh kolumna radii dari korpus radii, bagian medial kolumna radii
terdapat tuberositas radii tempat melekatnya M. biseps brakhii.Korpus radii
berbentuk prisma mempunyai tiga permukaan (fasies).
Ekstremitas distalis radii, yang lebih besar dan agak rata daripada bagian
dorsalis, terdapat alur (sulkus) M. ekstensor karpi radialis.Di sebelah lateral sulkus
M. ekstensor kommunis dan diatara kedua sulkus ini terdapat sulkus M. ekstensor
polisis longus.Sebelah lateralis ekstremitas lateralis radii terdapat tonjolan yang
disebut prosesus stiloideus radii, bagian medial ditemukan insisura ulnaris radii
untuk persendian dengan kapitulum.

1.1.3 Etiologi
Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat tekanan yang
diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu ditanggungnya. Jumlah
gaya pasti yang diperlukan untuk menimbulkan suatu fraktur dapat bervariasi, sebagian
bergantung pada karakteristik tulang itu
sendiri.
Fraktur dapat terjadi karena gaya secara langsung, seperti saat sebuah
benda bergerak menghantam suatu area tubuh di atas tulang.
Menurut Nampira (2014) fraktur batang radius dan ulna biasanya terjadi karena
cedera langsung pada lengan bawah, kecelakaan lalu lintas, atau jatuh
dengan lengan teregang.
Fraktur radius dan ulna biasanya merupakan akibat cedera hebat. Cedera langsung
biasanya menyebabkan fraktur transversa pada tinggi yang sama, biasanya di sepertiga
tengah tulang (Hartanto, 2013).
Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya jatuh, cidera, penganiayaan;
terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau memiliki riwayat fraktur saat yang tidak
meyakinkan; atau diakibatkan oleh beberapa fraktur ringan karena kelemahan tulang,
osteoporosis, individu yang mengalami tumor tulang bagian antebrachii, infeksi atau penyakit
lainnya, hal ini dinamakan fraktur patologis; atau bisa juga diakibatkan oleh fraktur stress
yaitu terjadi pada tulang yang normal akibat stress tingkat rendah yang berkepanjangan atau
berulang misalnya pada atlet-atlet olahraga, karena kekuatan otot meningkat lebih cepat
daripada kekuatan tulang, individu mampu melakukan aktifitas melebihi tingkat sebelumnya
walaupun mungkin tulang tidak mampu menunjang peningkatan tekanan (Corwin, 2009).

1.1.4 Klasifikasi
fraktur terbuka menurut Stanley (2011), meliputi:
1. Grade I Luka kecil kurang dan 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak
terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak, biasanya bersifat simpel,
tranversal, oblik pendek atau komunitif.
2. Grade II Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang
hebat atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dan jaringan.
3. Grade III Terdapat kerusakan yang hebat pada jaringan lunak termasuk otot, kulit dan
struktur neovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. Dibagi dalam 3 sub tipe:
a. Tipe IIIA yaitu jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah,
b. Tipe IIIB disertai dengan kerusakan dan kehilangan jaringan lunak, tulang tidak
dapat di cover soft tissue,
c. Tipe IIIC disertai cidera arteri yang memerlukan repair segera.
1.1.5 Pathofisiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002), menerangkan bahwasanya patofisiologi fraktur
radius ulna terjadi karena adanya trauma langsung, trauma tidak langsung dan kondisi
patologis. Fraktur radioulnar dapat mengakibatkan kerusakan jaringan tulang sehingga ujung
saraf terbuka terjadi pelepasan bradikinin, histamin, prostlagandin yang merangsang saraf dan
menimbulkan nyeri.
Jika tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga akan rusak, periosteum
terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah dapat terbentuk
pada daerah tersebut, bekuan darah tersebut kemudian membentuk jaringan granulasi, dimana
sel-sel pembentuk tulang primitif berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas.
Kondroblas akan mensekresi fosfat yang merangsang deposisi kalsium sehingga
terbentuk lapisan tebal disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas,
bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen satunya dan menyatu sehingga terjadi
penyambungan tulang.
Menurut Muttaqin & Sari (2009), fraktur membutuhkan penanganan secara optimal
untuk meminimalkan kerusakan intregitas tubuh dimana dapat terjadi kecacatan akibat
kerusakan jaringan dan laserasi pada kulit. Kerusakan fragmen tulang memberikan
manifestasi pada kerusakan mobilitas fisik dan diikuti dengan adanya spasme otot yang
memberikan manifestasi deformitas.
1.1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari fraktur antara lain (Smeltzer & Bare, 2010):
1. Nyeri hebat di tempat fraktur
Nyeri akan timbul selama fragmen tulang belum diimobilisasi. Nyeri ini timbul
karena ketika tulang tersebut patah, otot akan mengalami spasme.
2. Adanya pemendekan tulang
Hal ini diakibatkan oleh kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah fraktur.
3. Pembengkakan dan Perubahan Warna
Hal ini terjadi karena adanya respon inflamasi. Saat terjadi fraktur, fragmen tulang
yang patah akan turut melukai jaringan sekitarnya sehingga terjadi respon inflamasi
yang diawali dengan vasodilatasi pembuluh darah dan pelepasan mediator-mediator.
4. Hilangnya fungsi radius-ulna
5. Deformitas
6. Krepitasi

1.1.7 Komplikasi
a. Komplikasi Awal
1. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa di tandai dengan tidak adanya nadi, CRT
(capillary refil time) menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2. Kompartment Sindrom
Kompartment sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu
kuat. Tanda-tanda sindrom kompartemen (5P) sebagai berikut: (1) Pain (nyeri
lokal), (2) Pallor (pucat bagian distal), (3) Pulsessness (tidak ada denyut nadi,
perubahan nadi, perfusi yang tidak baik dan CRT>3 detik pada bagian distal kaki),
(4) Paraestesia (tidak ada sensasi), (5) Paralysis (kelumpuhan tungkai).
3. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrome (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan
bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen
dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi,
hipertensi, tachypnea, demam.
4. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
osthopedic infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan
lain dalam pembedahan sperti pin dan plat.
5. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman Ischemia (Helmi, 2013).
b. Komplikasi Dalam Waktu Lama
1. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
(bergabung) sesuai dengan waktu yang di butuhkan tulang untuk
menyambung.
2. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9
bulan.
3. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang di tandai dengan
perubahan bentuk (deformitas).

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat
kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius.
Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah :
1. Pemeriksaan rontgen
2. Scan CT/MRI
3. Kreatinin
4. Hitung darah lengkap
5. Arteriogram
1.1.9 Penatalaksanaan medis
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.Fraktur radius
dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil sehingga umumnya
membutuhkan terapi operatif.Fraktur yang tidak disertai perubahan posisi ekstra artikular dari
distal radius dan fraktur tertutup dari ulnadapat diatasi secara efektif dengan primary care
provider.Fraktur distal radius umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja, serta mudah
sembuh pada kebanyakan kasus.
Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,
terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisis atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar
sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya
dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen fraktur
semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak
normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan
fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur
tersebut dapat kembali normal.

1.2 Menejemen asuhan keperawatan


1.2.1 Pengkajian
I. . PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik
2. Nyeri pada lokasi fraktur terutama pada saat digerakkan
3. Pembengkakan
4. Pemendekan ekstremitas yang sakit
5. Paralysis
6. Angulasi ekstremitas yang sakit
7. Krepitasi
8. vii.Spasme otot
9. Parestesia
10. Tidak ada denyut nadi pada bagian distal pada lokasi fraktur bila aliran darah arteri
terganggu oleh fraktur
11. Kulit terbuka atau utuh
12. Perdarahan, hematoma
13. Pemeriksaan Diagnostik
14. Foto sinar X dari ekstremitas yang sakit dan lokasi fraktur
15. Pengkajian kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
I.2.2 Diagnosa Keperawtan
a. Nyeri berhubungan dengan fraktur tulang, spasme otot, edema, kerusakan jaringan
lunak
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan, imobilisasi
c. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
imobilisasi, penurunan sirkulasi, fraktur terbuka
d. Ansietas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan dan hasil akhir
pembedahan
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
primer, kerusakan kulit, trauma jaringan

I.2.3 Intervensi Keperawatan


Dx Intervensi Rasional
1 Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri Untuk menentukan tindakan keperawatan
yang tepat
Imobilisasi bagian yang sakit Untuk mempertahankan posisi fungsional
tulang
Tingikan dan dukung ekstremitas yang Untuk memperlancar arus balik vena
terkena
Dorong menggunakan teknik manajemen Agar klien rileks
relaksasi
Berikan obat analgetik sesuai indikasi Untuk mengurangi nyeri
2 Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan Untuk menentukan tindakan keperawatan
oleh cedera yang tepat
Dorong partisipasi pada aktivitas Melatih kekuatan otot klien
terapeutik
Bantu dalam rentang gerak pasif/aktif yang Melatih rentang gerak aktif/pasif klie
sesuai secara bertahap
Ubah posisi secara periodik Untuk mencegah terjadinya dekubitus
K Melatih rentang gerak aktif/pasif klien
olaborasi dengan ahli terapis/okupasi dan secara bertahap
atau rehabilitasi medic
3 Kaji kulit untuk luka terbuka terhadap Memberikan informasi mengenai
benda asing, kemerahan, perdarahan, keadaan kulit klien saat ini
perubahan warna
Massage kulit, pertahankan tempat tidur
kering dan bebas kerutan Menurunkan tekanan pada area yang
Ubah posisi dengan sering peka dan berisiko rusak
Bersihkan kulit dengan air hangat/NaCl Untuk mencegah terjadinya dekubitus
Mengurangi kontaminasi dengan agen
Lakukan perawatan luka secara steril luar
Untuk mengurangi resiko gangguan
integritas kulit
4 Kaji tingkat kecemasan klien (ringan, Untuk mengetahui tingkat kecemasaan
sedang, berat, panik) klien
Dampingi klien Agar klien merasa aman dan nyaman
Beri support system dan motivasi klien Meningkatkan pola koping yang efektif
Beri dorongan spiritual Agar klien dapat menerima kondisinya
saat ini
Jelaskan jenis prosedur dan tindakan Informasi dapat menurunkan ansietas
pengobatan
5 Inspeksi kulit adanya iritasi atau robekan Untuk mengkaji adanya iritasi atau
kontinuitas robekan kontinuitas
Kaji kulit yang terbuka terhadap Untuk mengetahui ada/tidaknya tanda-
peningkatan nyeri, rasa terbakar, edema, tanda infeksi
eritema dan drainase/bau tak sedap
Berikan perawatan kulit dengan steril dan Untuk mengurangi resiko infeksi
antiseptik
Tutup dan ganti balutan dengan prinsip
steril setiap hari Untuk mengurangi resiko penyebaran
Berikan obat antibiotic sesuai indikasi infeksi
Untuk mencegah terjadinya infeksi

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimana
rencana keperawatan dilaksanakan yaitu untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien. Agar implementasi
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama harus
mengidentidikasi prioritas keperawatan klien kemudian bila perawatan telah
dilaksanakan perawat mencatat dan memantau respon klien terhadap setiap intervensi
dan mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya.
1.2.5 Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti
penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
1. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
2. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
3. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tepat.
4. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
5. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fraktur yang sering terjadi pada orang dewasa biasanya melibatkan tulang panjang. Salah satu
contohnya adalah kasus fraktur lengan bawah. Fraktur lengan bawah yang paling sering adalah fraktur
pada radius distal seperti fraktur Colles, fraktur Smith atau fraktur Barton. Kemudian diikuti dengan
fraktur pada midshaft tulang radius-ulna seperti fraktur Galeazzi, fraktur Monteggia, atau fraktur
radius ulna, maupun fraktur pada olecranon dan kepala radius.

Mekanisme terjadinya fraktur adalah melalui mekanisme rudapaksa baik akibat trauma
langsung atau terjatuh. Pemahaman mekanisme trauma ini akan membantu dalam menegakkan
diagnosis. Selain dari mekanisme trauma, diagnosis juga dapat ditegakkan melalui gambaran klinis
yang khas pada masing-masing fraktur selain dari gejala umum fraktur seperti pembengkakan,
deformitas, nyeri gerak, nyeri tekan. Pemeriksaan fisik yang teliti diperlukan terutama menilai
neurovaskular dari daerah yang terlibat.

Pemeriksaan radiografi X-ray sangat membantu dan berperan penting dalam menegakkan
diagnosis. Beragam posisi diperlukan untuk menentukan arah serta fragmen-fragmen kecil yang tidak
tampak hanya pada satu tampilan, sehingga diperlukan minimal dua tampilan foto X-ray yaitu AP dan
Lateral.

Penatalaksanaan yang cepat dengan reposisi tertutup sebisa mungkin dilakukan untuk
mencegah komplikasi, tentunya dengan memberikan terlebih dahulu anestesi umum. Jika reposisi
tertutup gagal dilakukan, diperlukan tindakan operasi seperti pemasangan internal fiksasi.
Immobilisasi daerah yang terkait sangat diperlukan mulai dari kejadian hingga reposisi dilakukan
sekitar 4-8 minggu bergantung jenis frakturnya.
DAFTAR PUSTAKA

Carwin, 2009. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.


Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, A. dkk . 2010 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta: Media
Aesculopius
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnosis : Definition and
Classification 2011-2012. NANDA International. Philadelphia.
Smeltze. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. EGC: Jakarta.
Suratun. 2012. Anatomi Muskuloskeletal, Program Studi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga / RSUD. dr. Soetomo
Watson. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai