Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PENGISIAN FORMAT ASUHAN


KEPERAWATAN KELUARGA KASUS KARIES GIGI
Dosen Pengajar : Karmitasari Yanra Katimenta, Ns., M.Kep

Kelompok 4 :

1. Antoni Fandefitson 7. Winda Aprilia


2. Aprilia Wahyunita 8. Wini Wahidawati
3. Friska Amelia 9. Yulia Tikai
4. Nola Cristina 10. Lastri Lestari
5. Oski Ria Anggraini 11. Saftian S.R
6. Rosyanus Pakpahan

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya sehingg
kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Di makalah ini memaparkan
beberapa hal terkait “Asuhan Keperawatan Keluarga Pengisian Format Asuhan
Keperawatan Keluarga Kasus Karies Gigi”. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak telah memberikan motivasi baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini
ke depannya.

Palangka Raya, 23 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keluarga 4
2.1.1 Definisi Keluarga 4
2.1.2 Tipe Keluarga 4
2.1.3 Peran dan Fungsi Keluarga5
2.1.4 Tahap dan Tugas Perkembangan keluarga 6
2.1.5 Struktur Keluarga 9
2.1.6 Keluarga Sejahtera 10
2.1.7 Tugas Kesehatan Keluarga 11
2.2 Konsep Dasar Karies 12
2.2.1 Pengertian Karies Gigi 12
2.2.2 Etiologi 13
2.2.3 Manifestasi Klinis 15
2.2.4 Patofisiologi 16
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang 19
2.2.6 Penatalaksanaan Medis 19
2.2.7 Konsep dasar Asuhan Keperawatan 20
2.2.8 Analisa Data 21
2.2.9 Rumusan Masalah 21
2.2.10 Diagnosa Keperawatan 22
2.2.11 Intervensi 22
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga 23
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan 48
3.2 Saran 49
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karies gigi merupakan kerusakan gigi akibat bakteri yang bersifat progresif
karena gigi terpajan lingkungan rongga mulut (Hartono dan Enny, 2010). Karies
gigi merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan tersebar luas di
sebagian penduduk dunia.
Data Depkes RI tahun 2010, prevalensi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia
terhadap tingkat karies sebesar 70% dan 50% diantaranya adalah golongan
umur balita mengingat penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 240 juta jiwa dan
masih akan terus meningkat.
Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang dibiarkan menempel
di gigi, yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran pada gigi. Gigi jadi
keropos dan akhirnya berlubang atau patah. Anak-anak yang giginya
mengalami karies gigi akan kehilangan daya kunyah, sehingga pencernaanya
terganggu.
Gigi yang terkena karies dan tidak terawat dengan baik akan berdampak buruk
dengan gigi sehat yang lainnya dan akan menjadi gigi karies yang sebelumnya akan
menjadi lebih parah. Komplikasi dari gigi berlubang bisa terjadi bila kuman yang
sudah masuk melewati saraf dan masuk ke akar gigi. Peradangan tersebut
menyebabkan keluarnya eksudat (nanah) sebagai produk peradangan yang
dikeluarkan oleh tubuh ke permukaan gusi melalui saluran yang disebut fistel
(fistula). Infeksi kronis (menahun) pada satu atau lebih gigi primer, bisa
menyebabkan kerusakan gigi permanen yang sedang berkembang dibawahnya
2
(Sumawinata, 2008).
Anak prasekolah masih memiliki kebiasaan makan yang khas pada masa todler,
seperti makanan ringan dan pemilih makanan yang berasa kuat (Wong, 2009).
Anak prasekolah sangat wajar untuk mencoba makanan baru, terutama makanan
manis. Mereka tidak tahu sedikitpun tentang kesehatan gigi maupun gigi mereka

1
yang sudah keropos. Akan sangat dikhawatirkan jika mereka akan menuju ke
komplikasi karies gigi dan merasa minder dengan gambaran dirinya. Orang tua
seharusnya menjadi peran perlindungan kesehatan gigi anaknya. Mereka harus
mengetahui dan paham tentang karies gigi anaknya.
Kelalaian orang tua karena kurang mengerti akan perawatan karies gigi anaknya
mengakibatkan gigi susu anak telat untuk tanggal sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk gigi tetap dibawahnya tumbuh di tempat yang tidak
semestinya. Gigi yang tidak beraturan akan mengakibatkan anak menjadi kurang
percaya diri, pemalu, dan kurang aktif dalam lingkungan sosial. Infeksi pada gigi
dan gusi akan terjadi bila karies gigi sama sekali tidak dirawat dan tidak
diperhatikan benar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Konsep Dasar Keluarga?
2. Bagaimana Peran Dan Fungsi Keluarga?
3. Bagaimana Tahap Dan Perkembangan Keluarga ?
4. Bagaimana Struktur Keluarga ?
5. Bagaimana Keluarga Sejahtera?
6. Bagaimana Tugas Kesehatan Keluarga?
7. Apa yang dimaksud Konsep Dasar Karies?
8. Apa Pengertian Karies Gigi?
9. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan?
10.Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Keluarga
2. Untuk mengetahui Peran Dan Fungsi Keluarga
3. Untuk mengetahui Tahap Dan Perkembangan Keluarga
4. Untuk mengetahui Struktur Keluarga
5. Untuk mengetahui Keluarga Sejahtera
6. Untuk mengetahui Tugas Kesehatan Keluarga
7. Untuk mengetahui Konsep Dasar Karies
8. Untuk mengetahui Pengertian Karies Gigi 3
9. Untuk mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Keluarga

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu memiliki peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedmandalam Hernilawati, 2013) Sedangkan
menurut pakar konseling keluarga, Sayektidalam Hernilawati (2013) menulis bahwa
keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
prempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak baik anaknya sendiri atau
adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul serta
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Herlinawati, 2013).
2.1.2 Tipe Keluarga
Menurut Friedman, 1998 dalam Ali, Zaidin (2010) pembagian tipe keluarga
bergantung pada konteks kelimuan dan orang yang mengelompokkan. Secara
tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua yaitu :
3 Keluarga inti ( nucler family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang di peroleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
4 Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti yang ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek,bibi,
paman).
Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain dua diatas berkembang sebagai
5
berikut :
1) Keluarga bentukan kembali (dyatic family) adalah keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
4
2) Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya.
3) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4) Orang dewasa (laki-laki atau prempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult livingalone)
5) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital
heterosexual cohabiting family).
6) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama(gay and
lesbian family).
2.1.3 Peran dan Fungsi Keluarga
Menurut Ali, Z (2010) keluarga memiliki peran formal dalam keluarga tersebut,
yaitu:
1. Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, prlindung, dan pemberi rasa aman.
Juga sebagai kepala keluarga, anggota kelompok social, serta anggota
masyarakat dan lingkungan.
2. Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dari suami dan sebagai ibu dari anak-
anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok social,
serta sebagai anggota kelompok masyarakat dan lingkungan disamping dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
3. Peran sebagai anak. Anak melaksanakan peran psikososial sesuai tingkat
perkembangan, baik fisik,social, dan spiritual. Adapun fungsi keluarga
menurut Friedman, 1998 dalam Hernilawati (2013) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain.
6

b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melihat anak


untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkat
kemampuan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemilihan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
f. Fungsi pendidikan adalah keluarga mempunyai peran dan tanggung jawan
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
dewasanya.
g. Fungsi religious adalah keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran agama.
h. Fungsi rekreasi adalah keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan
yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada diluar rumah.
2.1.4 Tahap dan Tugas Perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada
system keluarga meliputi : perubahan pola interaksi dan berhubungan antara
anggotanya sepanjang waktu. Adapun tahapan perkembangan keluarga menurut
Mubarrak, dkk (2011), yaitu:
1. Tahap I Pasangan baru atau keluarga baru Keluarga baru dimuali pada saat
masing-masing individu yaitu suami dan istri membentu keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, dalam artian
secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru. Adapun
tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Membina hubungan intim dan Kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, atau kelompok social.
7

d. Merencanakan anak KB.


e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi
orangtua.
2. Tahap II keluarga kelahiran anak pertamaKeluarga yang menantikan kelahiran
dimulai dengan kelahiran sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
anak pertama berusia 30 bulan (3,2 tahun). Adapun tugas perkembangan pada
tahap ini :
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Membagi peran dan tanggungjawab.
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan.
d. Mempersiapkan biaya untuk kelahiran anak pertama.
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
3. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah Tahap ini dimuali saat kelahiran
anak berusia 2tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun.Adapun tugas
perkembangan pada tahap ini :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anank
yang juga harus dipenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar
keluarga.
e. Dapat membagi waktu antara individu, pasangan dan anak.
f. Pembagian keluarga tangguang jawab anggota
g. Kegiatan dan waktu untuk simulasi tumbuh dan berkembang.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah Tahap ini dimulai saat anak tertua
mulai memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
Tugas perkembangan pada tahap ini :
8

a. Memberikan perhatikan tentang kegiatansocial anak, pendidikan, dan


semangat belajar.
b. Mempertahankan keharmonisan keluarga
c. Mendorong anak untuk mencapaipengembangan daya intelektual.
d. Menyediakan aktifitas untuk anak.
e. Menyesuaikan dengan aktifitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja Tahap ini dimulai pada dasar anak
pertama mulai berusia 13 tahun dan berakhir pada usia 19/20 tahun. Adapun
tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja sudah tumbuh dewasa.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi yang terbuka dengan anak dan orgtua.
d. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang anak.
6. Tahap VI dengan Anak Dewasa atau Pelepasan Tahap ini dimulai pada saat
anak terkhir meninggalkan rumah.Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah
anak pada keluarga atau jika anak belum memiliki keluarga atau tetap tinggal
bersama orang tua. Tugas perkembangantahap ini :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan. Membantu orangtua suami dan
istri yang sedang sakit dan memasuki usia tua.
c. Mempersiapkan anak untuk mandiri dan menerima kepergian anaknya.
d. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
e. Berperan suami-istri atau kakek-nenek
f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan Tahap ini dimulai saat anak yang terakhir
meninggalkan tumah dan berakhir pada saat pensiun atau salah satu pasangan
9
meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempunyai lebih banyak waktu kebebasan dalam artian mengelolah
minat social dan waktu santai.
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
d. Keakraban dalam pasangan.
e. Memelihara hubungan dengan anak dan keluarga.
f. Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban pasangan.
8. Tahap VIII Keluarga Lanjut Usia Tahap ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai keduanya
meninggal. Tugas perkembangan pada tahap ini :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
pendapatan.
c. Mempetahankan keakraban pasangan suamiistri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat.
e. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
2.1.5 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi
keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam (Hernilawati,
2013), yaitu :
a) Patrilineal Adalah keluarga sedarahyang terdiri dari sanak saudara yang
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun dari jalur garis
keturunan ayah.
b) Matrilineal Adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak saudara yang
sedarah dalam beberapa generasi, dimanahubungan itu disusun dari jalur garis
keturunan ibu.
c) Matrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan
keluarga sedarah istri.
d) Patrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan keluarga sedarah
suami.
10

e) Keluarga Kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan


keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.1.6 Keluarga Sejahtera
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan yang
sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak. Tahapan
keluarga sejahtera (Mubarrak, 2011) adalah sebagai berikut :
1. Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, yaitu kebutuhan pengajaran, agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhisalah satu atau lebih
indicator keluarga sejahtera tahap I.
2. Keluarga sejahtera tahap II
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan social psikologinya, yaitu
kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga,
interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
3. Keluarga sejahtera tahap III
Adalah keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal serta telah dapat memenuhi kebutuhan social
psikologinya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya,
seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4. Keluarga sejahtera tahap III
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
social psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat
secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk : material dan keuangan
untuksocial kemasyarakatan, dan juga berperan aktif dalamkegiatan
kemasyarakatan.
11

5. Keluarga sejahtera tahap III plus


Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
social psikologis dan pengembangan telah terpenuhi serta memiliki
keperdulian yang tinggi pada masyarakat.
2.1.7 Tugas Kesehatan Keluarga
Adapun tugas keluarga menurut Bailon dan Maglaya, 1998 dalam Muhlisin
(2012), yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang
tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang di alami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua.
2. Membantu keputusan tindakan kesehatan yangtepat. Sebelum keluarga dapat
membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya.
Perawat harus mampu mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Ketika memberikan
perawatan pada anggota keluarganya yang sakit, keluarga harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : keadaan penyakitnya, sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, dan sikap keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. Ketika
memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut : sumbersumber keluarga
yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, upaya
12
pencegahan penyakit, dan kekompakan antar anggota keluarga.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat. Ketika merujuk anggota
keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut : keberadaan fasilitas keluarga, keuntungan-keuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada terjangkau
oleh keluarga.
2.2 Konsep Dasar Karies
2.2.1 Pengertian Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan demineralisasi
progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar (Angela, 2005). Karies
disebabkan oleh adanya interaksi antara bakteri plak, diet, dan gigi. Plak gigi
merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme dan
berkembang biak dalam suatu matriks. Plak gigi melekat erat pada permukaan gigi
yang tidak dibersihkan dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut
(Soesilo dkk, 2005). Karies adalah penghancuran lokal dari jaringan gigi oleh aksi
bakteri. Baik email atau sementum yang didemineralisasi oleh asam produk
mikroorganisme. Lesi primer yang secara klinis terdeteksi dikenal sebagai white spot
dan dapat dicegah dengan remineralisasi atau pengembalian kristal hidroksiapatit
pada email gigi.
Proses remineralisasi dapat ditingkatkan dengan fluoride. Kavitas akibat karies
dapat berkembang menembus dentin dan ke ruang pulpa yang pada akhirnya dapat
menyebabkan nekrosis dan abses periapikal (Samaranayake, 2012). Karies gigi
merupakan proses kerusakan gigi yang dimulai dari email yang berlanjut ke dentin.
Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors) di dalam rongga
mulut yang berinteraksi satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor
gigi, mikroorganisme, substrat dan waktu (Chemiawan dkk, 2004). Saat ini,
Streptococcus mutans dianggap mikroorganisme etiologi utama dalam proses karies,
dengan Lactobacillus dan mikroorganisme lain yang berpartisipasi dalam
perkembangan penyakit. Bukti terbaru juga mendukung peran ragi (Candida albicans)
sebagai mikrobiota yang terlibat dalam proses karies (Klinke et al, 2009).
13

2.2.2 Etiologi
Ada yang membedakan faktor etiologi dengan faktor risiko karies. Etiologi
adalah faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis
normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva). Faktor risiko karies adalah
faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm dan dapat
mempermudah terjadinya karies. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu
kejadian saja seperti penyakit menular lain, tetapi disebabkan serangkaian proses
yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies dinyatakan sebagai penyakit
multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya
karies (Chemiawan dkk, 2004).
Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan
rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang
digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih (Gambar 1.1). Karies
akan terjadi jika kondisi setiap faktor tersebut saling mendukung yaitu tuan rumah
(host) yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu
yang lama (Chemiawan dkk, 2004).

Gambar 1.1. Karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor


host, agen, substrat dan waktu (Chemiawan dkk, 2004).
14

1) Faktor Host Atau Tuan Rumah Ada beberapa faktor yang dihubungkan
dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi, struktur
email, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior terutama yang
dalam, sangat rentanterhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di
daerah tersebut. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah
melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Email merupakan jaringan tubuh
dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat,
karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar email mengalami
mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat, sedikit
karbonat serta air. Kepadatan kristal email sangat menentukan kelarutannya. Semakin
banyak email mengandung mineral maka kristalnya semakin padat dan akan semakin
resisten. Gigi pada anak lebih mudah terserang karies dibanding gigi orang dewasa.
Hal ini disebabkan karena email gigi mengandung lebih banyak bahan organik dan air
sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit. Selain itu, secara kristalografis kristal-
kristal gigi pada anak-anak tidak sepadat gigi orang dewasa. Mungkin alasan ini
menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak (Chemiawan
dkk, 2004).

2) Faktor Agen Atau Mikroorganisme Plak gigi memegang peranan penting


dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak terdiri atas
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks dimana
matriks tersebut terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak
dibersihkan. Mikroorganisme yang menyebabkan karies gigi adalah kokus gram
positif, merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans,
Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis dan Streptococcus salivarius serta
beberapa strain lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya
laktobacillus pada plak gigi. Pada penderita karies, jumlah laktobacillus pada plak
gigi berkisar 10.000- 100.000 sel/mg plak (Chemiawan dkk, 2004). 15

3) Faktor Substrat Atau Diet Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi
pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi
mikroorganisme yang ada pada permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi
metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan
untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya
karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi
karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya
pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit
atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan
bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies gigi
(Chemiawan dkk, 2004).

4) Faktor Waktu Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada
manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu
yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan (Chemiawan dkk, 2004).

2.2.3 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis karies email yaitu: Lesi dini atau lesi bercak putih/coklat
(karies insipien) y Lesi lanjut (lesi yang telah mengalami kavitasi) Gejala paling dini
karies email secara makroskopik adalah suatu µbercak putih. Bercak ini jelas terlihat
pada gigi cabutan yang kering yang tampak sebagai suatu lesi kecil., opak dan
merupakan daerah berwarna putih, terletak sedikit kearah serviks dan titik kontak.
Warna tampak berbeda dibandingkan email di sekitarnya yang masih sehat. Pada
tahap ini, deteksi dengan sonde tidak dapat dilakukan karena email yang
mengelilinginya masih keras dan mengkilap.
Kadang-kadang lesi tampak coklat karena materi yang terserap kedalam pori-
porinya. Baik bercak putih maupun coklat bisa bertahan bertahuntahun lamanya
karena perkembangan lesi tersebut dapat dicegah. Jika lesi email sempat berkembang,
permukaan yang semula utuh akan pecah (kavitasi) dan akan terbentuk lubang
(kavitas). Pada saat pemeriksaan diperlukan pencahayaan yang baik. Gigi harus
bersih dan kering, sehingga kotoran dan karang gigi harus dibersihkan dahulu.
16

Gigi yang sudah kering harus diisolasi dengan gulungan kapas sehingga tidak
basah oleh saliva. Gigi harus betul-betul kering dan pengeringan biasanya dengan
penyemprotan secara perlahan-lahan. Untuk menemukan tanda awal karies
diperlukan penglihatan yang tajam. Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan sonde
tajam sampai terasa menyangkut. Sebaiknya hal ini jangan dilakukan karena sonde
tajam akan merusak lesi karies yang masih baru dan bakteri akan terbawa dalam lesi
sehingga kariesnya menyebar

2.2.4 Patofisiologi
Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi, substrat,
mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa
dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan akan membentuk asam,
sehingga pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit.
Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi (Kidd dan Bechal, 2012). Proses terjadinya karies
dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi.
Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-
sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak
merupakan tempat tumbuh bakteri (Suryawati, 2010). Karies gigi juga disebabkan
oleh sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu
tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi
kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi
karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi akan menyerang ke arah dentin
tetapi belum sampai terjadi pembentukan lubang (kavitas). Kavitasi baru timbul bila
dentin terlibat dalam proses tersebut (Suryawati, 2010). 17

Patofisiologi karies gigi pada awalnya asam (H+ ) terbentuk karena adanya gula
(sukrosa) dan bakteri dalam plak (kokus). Gula (sukrosa) akan mengalami fermentasi
oleh bakteri dalam plak hingga akan terbentuk asam dan dextran. Dextran akan
melekatkan asam (H+ ) yang terbentuk pada permukaan email gigi. Apabila hanya
satu kali makan gula (sukrosa), maka asam (H+ ) yang terbentuk hanya sedikit. Tapi
bila konsumsi gula (sukrosa) dilakukan berkali-kali atau sering maka akan terbentuk
asam hingga pH mulut menjadi ±5 (Chemiawan dkk, 2004). Asam dengan pH ±5 ini
dapat masuk ke dalam email melalui enamel port (port d’entre). Permukaan email
lebih banyak mengandung kristal fluorapatit yang tahan terhadap serangan asam
sehingga asam hanya dapat melewati permukaan email dan akan masuk ke bagian
bawah permukaan email. Asam yang masuk ke bagian bawah permukaan email akan
melarutkan kristal hidroksiapatit yang ada (Chemiawan dkk, 2004). Apabila asam
yang masuk ke permukaan email sudah banyak, maka reaksi akan terjadi berulang
kali. Jumlah Ca2+ yang lepas bertambah banyak yang lama kelamaan Ca2+ akan
keluar dari email. Proses ini disebut dekalsifikasi yang terjadi pada bagian bawah
email maka biasa disebut dekalsifikasi bagian bawah email (Chemiawan dkk, 2004).
18

WOC

Host (gigi) Mikroogranisme Karbohidrat waktu


(sukrosa&glukosa
)

Penurunan PH,mulut menjadi kritis (5,5)

Demineralisasi Email

Karies Gigi

Infeksi pada mukosa oral, gigi,


gusi

Timbul rasa sakit pada gigi Gangguan Pola Tidur

Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri) Intake inadekuat

Perubahan Nutrisi Kurang Dari


Kebutuhan Tubuh

Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Buku Pertama. Bandung : Refika


19

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang


Radiograf bite wing diperlukan dalam menegakkan diagnosis. Pada teknik ini
sinar diarahkan tegak lurus terhadap sumbu gigi dan menyinggung titik kontak. Film
diletakkan di sebelah lingual gigi posterior. Pasien menahan posisi tersebut dengan
menggigit pegangan filmnya. Tiap daerah yang mungkin diserang karies harus dinilai
secara tersendiri.

2.2.6 Penatalaksanaan Medis


Menurut Margareta, 2012. Perawatan karies yang harus dilakukan apabila
sudah terjadi lesi karies, mayoritas melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Penambalan gigi Gigi mengalami dua fase pertumbuhan, gigi susu dan
permanen. Maka ketika gigi seorang anak berlubang maka bisa diganti dengan gigi
baru yang akan tumbuh. Tetapi walaupun digantikan dengan gigi tetap bukan berarti
gigi susu tidak boleh 25 dilakukan penambalan, karena penambalan gigi terutama gigi
susu harus dilakukan guna menjalankan fungsi gigi susu sebelum gigi permanen
tumbuh. Hal ini bertujuan mengurangi rusaknya dan melindungi gigi dari berbagai
kuman sehingga berbagai bakteri tidak masuk ke dalam lubang gigi tersebut. Dalam
proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah pembersihan gigi yang
terkena karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak dan jaringan gigi
sekelilignya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies telah masuk ke bagian
– bagian gigi yang dalam. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan
kemungkinan terjadinya infeksi ulang.

b. Mencabut gigi Apabila gigi sudah sangat rusak dan bagian yang tersisa
hanya sedikit akibat karies, maka gigi harus segera dicabut. Sebab jika melakukan
penambalan, maka akan menambah rasa sakit. Dalam proses pencabutan, pasien akan
dibius, dimana biasanya pembiasan dilakukan lokal yaitu hanya pada gigi yang dibius
saja yang mati rasa dan pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat
pasien tidak merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan.
20

Usaha-usaha pencegahan yang dilakukan berkaitan dengan peran karbohidrat


diantaranya adalah:
1. Menurunkan konsumsi sukrosa
2. Mengubah bentuk fisik makanan yang dikonsumsi, misalnya dengan
menghindari makanan yang lengket. Tidak lupa pula dengan cara
pencegahan lain yang bersifat umum seperti
3. Kebiasaan menggosok gigi secara tepat dan benar tentang tata cara dan
secara konsisten atau teratur
4. Selalu memeriksakan kesehatan gigi setidak-tidaknya tiap 6 bulan
2.2.7 Konsep dasar Asuhan Keperawatan
2.2.7.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar
data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah :
1) Data Umum :
a. Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan status imunisasi
masing-masing keluarga serta genogram.
b. Type keluarga.
c. Suku bangsa.
d. Agama.
e. Status sosial ekonomi keluarga.
f. Aktivitas rekreasi keluarga.
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan pada tahap ini.
b. Tahap keluarga yang belum dipenuhi.
c. Riwayat keluarga inti.
3) Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah.
b. Karakteristik tetangga.
c. Mobilitas geografis keluarga.
21

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.


e. Sistem pendukung keluarga.
4) Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga.
c. Struktur peran.
d. Nilai dan norma keluarga.
5) Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif.
b. Fungsi sosialisasi.
c. Fungsi reproduksi.
d. Fungsi ekonomi.
e. Fungsi perawatan kesehatan.
6) Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor.
c. Strategi koping yang digunakan.
d. Strategi adaptasi disfungsional.
e. Harapan keluarga.
7) Pemeriksaan fisik. (Mubarrak, 2011)
2.2.8 Analisa Data
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari
informasi yang terkumpul, di dapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang
dihadapi oleh klien.Selanjutnya data dasar itu digunakan untukl menetukan diagnosis
keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah-masalah klien (Mubarrak, 2011).
22
2.2.9 Rumusan Masalah
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap
adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga baik yang bersifat actual, resiko
maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan
kemampuan dan sumber daya keluarga. Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan
berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis
keperawatan meliputi :
1. Problem atau masalah (P)
2. Etiologi atau penyebab (E)
3. Sign atau tanda (S) Tipologi dan diagnosis keperawatan
2.2.10 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis actual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan). Dari hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan
dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk
segara ditangani dengan cepat.Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan). Sudah
ada data yang menujang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut menjadi
masalah actual apabila tidak segara mendapatkan bantuan pemecahan dari tim
kesehatan atau keperawatan.Diagnosis potensial (keadaan sejahtera “wellness”).
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan.
1.Resiko kerusakan pertumbuhan gigi berhubungan dengan kurang motivasi     
keluarga mengenai perawatan gigi.
2.Nyeri berhubungan dengan kerusakan gigi.
3.Gangguan Konsep diri berhubungan dengan bau nafas tidak sedap.
2.2.11 Intervensi
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindakan yang direncanakan
oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah
kesehatan/masalah keperawatan yang telah diidentifikasi (Mubarrak, 2011).
1. Resiko kerusakan pertumbuhan gigi berhubungan dengan kurang
motivasi keluarga mengenai perawatan gigi.
Tujuan : kerusakan pertumbuhan gigi tidak terjadi.
23

Kriteria hasil : - Keluarga lebih memperhatikan kesehatan gigi dan dapat


melakukan perawatan gigi dengan benar.
Intervensi : Jelaskan kepada keluarga tentang pentingnya perawatan gigi
Jelaskan tentang makanan yang dapat merusak gigi
Ajarkan perawatan gigi dan cara menggosok gigi dengan benar
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan gigi.
Tujuan : klien tidak mengeluh nyeri pada area mulutnya.
Kriteria Hasil : - klien mendapatkan gigi yang sehat.
- klien tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan pada area mulut.
- klien bisa mengkonsumsi segala jenis makanan tanpa mengeluh sakit pada
gigi.
Intervensi : Observasi tingkat kerusakan
- Jelaskan kepada keluarga tentang upaya perawatan gigi yang benar.
- Jelaskan tentang pentingnya menggosok gigi minimal 2 kali sehari.
- Anjurkan keluarga untuk memeriksakan gigi anak setidak-tidaknya 6
bulan sekali
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tanggal pengkajian 29 Januari 2020
A. Identitas klien / keluarga
Nama KK : Tn.B
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl.Kalibata
No.Telp : 0896-3844-2635
24

Komposisi Keluraga

Hubunga
Nama Gender Pendidika
No Umur n Pekerjaan
(Inisial) (L / P) n
Dg KK
1 Ny.Y 41 P Istri SMA IRT
2 An.S 19 P Anak Mahasiswa Mahasiswa

Tipe Keluarga :
Keluarga Inti √ Terdiri dari Ayah,anak dan Ibu
Keluarga Besar
Keluarga Campuran
Single Parent
Lain-lain
B. Riwayat Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan (8 tahap perkembangan) keluarga saat ini :

Keterangan
No Tahap perkembangan keluarga
Terpenuhi Sebagian Tidak
1 Pasangan baru atau keluarga baru
(berginning family), meliputi :
a. Membina hubungan intim dan
kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan
keluarga lain, teman dan kelompok
social.
d. Merencanakan anak ( KB).
e. Menyesuaikan diri dengan
kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.
2 Keluarga dengan kelahiran anak
pertama (child bearing family)
25

a. Persiapan menjadi orang tua


b. Membagi peran dan tanggung
jawab
c. Menata ruangan untuk anak atau
mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan
d. Mempersiapakan biaya atau dana
child bearing.
e. Memfasilitasi role learning anggota
keluarga
f. Mengadakan kebiasaan keagamaan
secara rutin
3 Keluarga dengan anak prasekolah
family with preschool)
a. Memenuhi kebutuhan anggota
keluarga seperti tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk
bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir sementara kebutuhan anak
yang lain harus dipenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang
sehat, baik di dalam maupun diluar
keluarga.
e. Pembagian waktu untuk individu
pasangan dan anak
f. Pembagian tanggungjawab
g. Kegiatan dan waktu stimulasi
untuk tumbuh dan kembang anak.
26

4 Keluarga dengan anak usia sekolah


(family with school children)
a. Memberikan perhatian tentang
kegiatan social anak, pendidikan,
dan semangat belajar
b. Tetap mempertahankan hubungan
yang harmonis dalam perkawainan
c. Mendorong anak untuk mencapai
pengembangan daya intelektual
d. Menyediakan aktivitas untuk anak
e. Menyesuaikan pada aktivitas
komunitas dengan
mengikutsertakan anak
5 Keluarga dengan anak remaja (family
with teenagers)
a. Memberikan kebebasan yang
seimbang dengan tanggungjawab
mengingat remaja yang sudah
bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang
intim dengan keluarga
c. Mempertahankan komunikasi yang
terbuka antara anak dan orangtua,
hindari perdebatan, kecurigaan, dan
permusuhan.
6 Keluarga dengan anak dewasa atau √
pelepasan
a. Memperluas keluarga inti menjadi √ 27

keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman √
keluarga
c. Membantu orang tua suami atau

istri yang sakit memasuki masa tua
d. Mempersiapakan anak untuk hidup √
mandiri dan menerima kepergian
anaknya √
e. Menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada pada keluarga
f. Berperan suami, istri, kakek dan
nenek
7 Keluarga usia pertengahan (middle age
family)
a. Pertahankan kesehatan
b. Mempunyailebih banyak waktu
dan kebebasan dalam arti
mengelola minat social dan waktu
santai
c. Memulihkan hubungan antar
generasi muda dengan generasi tua
d. Keakraban dengan pasangan
e. Memelihara hubungan/kontak
dengan keluarga dengan anak
f. Persiapkan masa tua atau pensiun
dan meningkan keakraban
pasangan
8 Kelurga usia lanjut
a. Mempertahnkan suasana rumah
yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan
28

kehilangan pasangan, teman,


kekuatan fisik dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban
suamiistri dan salingmerawat
d. Mempertahankan hubungan
dengan anak dansosialmasyarakat
e. Menerimakematian pasangan,
kawan, dan mempersiapkan
kematian
Tugas Perkembangan Keluarga :

Dapat dijalankan sebagian dapat dijalankan Tidak dapat dijalankan


Jelaskan:
Suami dan istri mampu mempertahankan hubungan dan memperkokoh
hubungan perkawinan

*Genogram (3 generasi):

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan

: Pasien

: Hubungan Keluarga

------ : Tinggal serumah

X : Meninggal
29
C. Struktur Keluarga
Pola Komunikasi: Baik √ Disfungsional

Peran dalam keluarga : Tidak Ada masalah



Ada masalah

Nilai / norma keluarga : Tidak ada konflik nilai



Ada

D. Fungsi Keluarga
Fungsi afektif : Berfungsi Tidak berfungsi

Fungsi Sosial : Berfungsi Tidak berfungsi

Fungsi Ekonomi : Baik Kurang Baik

Fungsi Perawatan Kesehatan :
 Pengetahuan Tentang Masalah Kesehatan:Baik Tidak
 Pencegahan Penyakit Baik Tidak
 Perawatan Penyakit Baik Tidak

 Pemanfaatan Layanan Kesehata Baik Tidak

E. Pola Koping Keluarga


Efektif Tidak efektif 30

Stressor yang dihadapi keluarga : tidak ada masalah

F. Spiritual


Taat beribadah: Ya Tidak
Kepercayaan yang berlawanan dengan kesehatan Ya / Tidak ( Tidak )
Distress Spiritual Ya / Tidak ( Tidak )

G. Pola Aktivitas sehari-hari


Pola makan Baik / Kurang ( Baik )
Pola Minum Baik / Kurang( Baik )
Istirahat Baik / Kurang ( Baik )
Pola BAK Baik / Kurang ( Baik )
Pola BAB Baik / Kurang ( Baik )
Pola Kebersihan diri Baik / Kurang ( Baik )
Olahraga Baik / Kurang ( Baik )
Tingkat kemandirian Baik / Kurang ( Baik )

H. Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:

Keadaan emosi Ya/ Tidak Keterangan (siapa, mengapa)


 Marah Tidak
 Sedih Tidak

 Ketakutan Tidak

 Putus asa Tidak


Tidak
 Stress
Kurang interaksi dengan orang lain Ya / Tidak ( Tidak)
Menarik diri dengan lingkungan Ya / Tidak ( Tidak)
Penurunan harga diri Ya / Tidak ( Tidak)
Gangguan gambaran diri Ya / Tidak ( Tidak)
31

I. Faktor resiko masalah kesehatan


Tidak pernah / jarang periksa kes. Ya / Tidak ( Tidak)
Social ekonomi kurang Ya / Tidak ( Tidak)
Total pendapatan kelurga per bulan:
Di bawah Rp. 600.000,-
Rp. 600.000,- s/d 1.000.000,-

√ Rp. 1.000.000,- s/d 2.000.000,-


Diatas 2.000.000,-
Rumah / lingkungan tidak sehat Ya / Tidak ( Tidak)
Hubungan klg tidak harmonis Ya / Tidak ( Tidak)
Obesitas Ya / Tidak ( Tidak)
Status gizi kurang Ya / Tidak ( Tidak)
VITAL SIGN
Tanggal
Nama BB/TB
pemeriksaa Lain- lain
(Inisial)
n
TD N RR S

Tn.B 110/80 86 20 36,0˚ 60kg 29/1/2020


mmHg x/ x/m C /160
m cm
Ny.Y 110/90 88 20 36,0˚ 47kg / 29/1/2020
mmHg x/ x/m C 150 cm
m
An.S 120/80 80 19 36,0˚ 50 kg/ 29/1/2020
mmHg x/ x/m C 155
m

32

J. Pemeriksaan Fisik
33

Status mental:
Bingung ( Tidak ada )
Cemas ( Tidak ada )
Disorientasi ( Tidak ada )
Depresi ( Tidak ada )
Menarik diri ( Tidak ada )
(Centang status mental keluarga sesuai yang diamati.)
Sistem Kardiovaskuler :
Aritmia ( Tidak ada )
Nyeri dada ( Tidak ada )
Distensi vena jugularis ( Tidak ada )
Jantung berdebar ( Tidak ada )
(Centang sistem kardiovaskular keluarga sesuai yang ditanyakan.)
Nyeri spesifik :
Lokasi : ( Tidak ada )
Tipe : ( Tidak ada )
Durasi : ( Tidak ada )
Intensitas : ( Tidak ada )

(Tentukan nyeri sfesifik yang dialami keluarga.)


Sistem pernafasan :
Stridor ( Tidak ada )
Wheezing ( Tidak ada )
Ronchi ( Tidak ada )
Akumulasi Sputum ( Tidak ada )

(Centang sistem pernafasan sesuai hasil pemeriksaan yang


dilakukan.)

Sistem Integumen :

Ciasonis ( Tidak ada )


Akral Dingin ( ( Tidak ada )
Diaporesis ( Tidak ada )
34
Juandice ( Tidak ada )
Luka ( Tidak ada )

Mukosa Mulut : Baik


Kapiler refil time :
Lebih 2 detik
Kurang dari 2 detik √
(Centang sistem integument sesuai hasil pemeriksaan yang
dilakukan.)

Sistem Muskuloskeletal :
Tonus otot kurang Tidak ada
Paralisis Tidak ada
Hemiparesis Tidak ada
ROM kurang Tidak ada
Gangguan keseimbangan Tidak ada
(Centang sistem musculoskeletal sesuai hasil pemeriksaan.)
Sistem Persarafan :
Nyeri kepala Tidak ada
Pusing tidak ada
Tremor tidak ada
Reflek pupil anisokor
Paralisis : lengan kiri/ lengan kanan/ kaki kiri/ kaki kanan

Anestesi daerah perifer

Sistem Perkemihan :
Disuria
Hematuria
Frekuensi
Retensi
Inkontinensia
(Centang sistem perkemihan sesuai yang ditanyakan pada
keluarga.)

35

Sistem Pencernaan :
Intakecairan kurangMual/ munah
Nyeri perut
Muntah darah
Flatus
Distensi abdomen………
Colostomy
Diare
Konstipasi
Bising usus
Terpasang sonde

Riwayat Pengobatan :
Alergi obat Sebutkan : Tidak ada
Jenis obat yang dikonsumsi :

K. Pengkajian Lingkungan:
1. Ventilasi : (1) < 10% luas lantai (2) 10% luas lantai
 2. Pencahayaan : (1) Baik (2) kurang
3. Lantai : (1) semen (2) tegel (3) keramik
(4) tanah (5) lainnya,(kayu)
4. Kebersihan rumah : (1) baik (2) kurang

5. Jenis bangunan : (1) permanen (2) semi permanen


(3) nonpermanen

6. Air untuk keperluan sehari-hari


1) Sumber air untuk keperluan minum:
PDAM sumur
Sungai Air mineral

36

2) Sumber air untuk keperluan mandi dan cuci:


PDAM Sumur
Sungai Air mineral

3) Jarak sumber air dengan pembuangan limbah keluarga/septic tank:


<10 meter >10 meter

4) Tempat penampungan air sementara:


Bak Ember
Gentong Lain-lain..........

5) Kondisi tempat penampungan air:


Tertutup Terbuka
(
6) Kondisi air:
Berasa Berwarna
Berbau Ada endapan
Tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna

7. Sampah Keluarga
1) Pembuangan sampah:
TPU Sungai Ditimbun
Dibakar
Sembarang tempat

2) Apakah rumah memiliki tempat penampungan sampah sementara ?


Ya Tidak
3) Bila ya bagaiman kondisisnya ?
Tertutup Terbuka
\
37

4) jarak tempat penampungan sampah dengan rumah ?


<5 meter >5meter
(Amati jarak rumah dengan penampungan sampah dan centang.)

8. Sistem pembuangan kotoran :


1) Tempat Keluarga buang hajat(BAK/BAB) :
Jamban(WC) Sungai
Sembarang tempat

2) Apabila memiliki jamban,jenisnya apa :


Cemplung Leher angsa Plengseran

3) Pembuangan air limbah :


Resapan Got
Sembarang tempat

9. Hewan peliharaan / ternak


1) Apakah memiliki hewan peliharan/ ternak ?
Ya Tidak tidak

2) apabila memiliki ,apakah termasuk hewan ternak/ peliharaan ?


Ya Tidak

3) bila ya, apakah hewan ternak ada kandangnya ?


Ada Tidak ada

4) bila ada, dimana letaknya ?


Didalam rumah Diluar rumah
5) bila diluar rumah, berapa jauh jaraknya ?
<1meter >1 meter tetapi< 10 meter

38
6) kondisi kandang :
Terawat Tidak terawatt
Perawat yang mengkaji

Nama : Amelia Excoelsa Tgl : 29 Januari 2020 Pkl : 10 : 30 WIB

Catatan Keperawatan Keluarga

II. Analisa Data


N Data Penunjang Masalah Penyebab
o
1 Ds. Ny.Y mengatakan Ketidakmampuan Kurangnya
mengalami nyeri pada gigi keluarga Ny.Y terpapar
bagian atas, tetapi Ny.Y tidak mengenal masalah informasi tentang
tau bagaimana cara menajemen nyeri manajemen nyeri
nyeri. pada keluarga
Ny.Y
Do Ny.Y tampak memegang
bagian wajah dibagian atas
gigi.
Ny.Y tampak bingung
Ny.Y tampak bertanya-tanya
TTV :
TD: 110/90 mmHg
N : 88x/m
S : 36,0
RR : 20x/m

DS : Ny.Y mengatakan Ketidak mampuan Kurangnya


jarang sekalimemeriksakan kes keluarga Tn.B dalam pengetahuankelua
ehatannya ke pelayanan memanfaatkan rga Tn.B tentang
kesehatan, Ny.Y hanya datang pelayanan kesehatan. informasi 39
ke puskesmas saat merasa kesehatan,Jarak
sakit. pelayanan,dan
Dalam 1 tahun Ny.Y hanya jaminan
datang ke puskesmas sebanyak kesehatan,
2 kali untuk meminta obat Kesehatan.
DO : - Ny.Y tampak bingung
-Ny.Y tampak bingung ketika
perawat bertanya kepadanya
tentang apakah Ny.Y sering
memanfaatkan fasilitas
kesehatan di daerah
rumhanya,Ny. Y tampak
bingung saat perawat
menanyakan faslitas kesehatan
apa saja yang dapat
dimanfaatkan oleh Ny.Y.

III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

Kriteria Skore Pembenaran


Sifat Masalah (Bobot 1) Ny.Y tidak mengetahui
Skala: 3/3x1=1 tentang cara manajemen
3 : Aktual nyeri
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah Ny.Y sering memakan
Dapat Diubah (Bobot 2) makanan yang manis-
Skala: manis.
2 : Mudah 2/2x2=2
1 : Sebagian
40
0 : Rendah
Pontensial Masalah Masalah sudah terjadi
Untuk Dicegah (Bobot 1) dan kemungkinan
Skala: masalah untuk di cegah
3 : Tinggi 3/3x1=1 rendah
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah Masalah karies Ny.Y
(Bobot 1) tidak perlu segera
2 : Berat, Segera 2/2x1=1 ditangani.
ditangani
1 : Tidak Perlu Segera
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 5

Kriteria Skore Pembenaran


Sifat Masalah (Bobot 1)  Ny. Y  tidak
Skala: mengetahui tentang
3 : Aktual 3/3x1=1 pentingnya ketempat
2 : Resiko pelayanan kesehatan
1 : Sejahtera
Kemungkinan Masalah Kondisi klien dengan usia
Dapat Diubah (Bobot 2) produktif dengan
Skala: pedidikan
2 : Mudah 2/2x2=2 SMA mempengaruhi
1 : Sebagian penyerapan informasi
0 : Rendah
Pontensial Masalah Keluarga Ny.Y mau
Untuk Dicegah (Bobot diajak kerja sama.
1) (keoperatif)
41

Skala: 3/3x1=1
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya Masalah Bila tidak segera
(Bobot 1) ditanganai kemungkinan
2 :  Berat, Segera 2/2x1=1 penyembuhan lama dan
ditangani terjadi kompikasi yang
1 : Tidak Perlu Segera lebih lanjut.
ditangani
0 : Tidak Dirasakan
TOTAL 5

IV. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga


Prioritas Diagnosa Keperawatan Skore
Ketidakmampuan keluarga
I Ny.Y mengenal masalah 5
nyeri berhubungan dengan
Kurangnya terpapar
informasi tentang
manajemen nyeri pada
keluarga Ny.Y

Ketidakmampuan keluarga
Tn.B dalam memanfaatkan 5
pelayana kesehatan
II berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan
keuarga Tn.B tentang
informasi kesehatan,Jarak
pelayanan, dan jaminan
kesehatan Kesehatan.
42

V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Diagnosa Keperawatan : Ketidakmampuan keluarga Ny.Y mengenal
masalah nyeri berhubungan dengan Kurangnya terpapar informasi tentang
manajemen nyeri pada keluarga Ny.Y
Tujuan Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan
Khusus
Setelah Verbal 1) Ny.Y mengetahui 1) Observasi
dilakukan 1x pengetahu apa itu pengertian pengetahuan keluarga
kunjunga an dan manajemen nyeri 2) Anjurkan keluarga
rumah psikomoto 2) Ny. Y untuk melakukan
diharapkan : r mengetahui tanda teknik relaksasi nafas
keluarga dan gejala nyeri dalam ketika merasa
Ny.Y dapat 3) Ny.Y mengetahui nyeri
melakukan cara manajemen 3) Beri pendidikan
manajemen nyeri kesehatan tentang 43
nyeri 4) Ny.Y mampu manajemen nyeri
mempraktekkan
cara manjemen
nyeri dengan
teknik relaksasi
nafas dalam
2.Diagnosa Keperawatan :Ketidakmampuan keluarga Tn.B dalam
memanfaatkan pelayana kesehatan berhubungan dengan Kurangnya
pengetahuan keluarga Tn.B tentang informasi kesehatan,Jarak pelayanan,
dan jaminan kesehatan Kesehatan.

Tujuan Kriteria Standart Hasil Intervensi Keperawatan


Khusus
Setelah Respon 1. Keluarga 1. Diskusikan dengan
dilakukan 1 Verbal menyebutkan keluarga fasilitas
kali fasilitas kesehatan kesehatan yang dapat
kunjungan yang biasa digunakan
keluarga digunakan
mampu 2. Diskusikan dengan
memanfaatka 2. Keluarga mampu keluarga jarak rumah
n Fasilitas menyebutkan lokasi dengan fasilitas kesehatan
Pelayanan dan waktu pelayanan
Kesehatan fasilitas kesehatan 3.Jelaskan Manfaat
yang ada. fasilitas kesehatan
3. Keluarga mampu 44
Memanfaatkan 4.Jelaskan cara
pelayanan kesehatan pemanfaatan fasilitas
kesehatan

5. Motivasi keluarga untuk


memanfaatkan pelayanan
kesehatan

VI. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga


Hari/Tangga Pukul Implementasi Evaluasi
l
Rabu, 29 10 : 30 1.   Mengobservasi S: Ny. Y mengatkan
Januari 2020 WIB pengetahuan keluarga tau cara manajemen
2. Mengnjurkan keluarga nyeri setelah
untuk melakukan teknik dilakukan pendidikan
relaksasi nafas dalam kesehatan.
ketika merasa nyeri O : Ny.Y tampak
3.Memberi pendidikan mengerti tentang cara
kesehatan tentang manajemen nyeri
manajemen nyeri Ny. Bersedia 
perawat melakukan
kunjungan rumah
TD: 120/90mmHg
N : 88 x/menit
RR: 20 x/menit
S : 36,0 ºC
A : Masalah teratasi
P : lanjutkan
kunjungan rumah 45

Hari/Tanggal Pukul Implementasi Evaluasi


Rabu, 29 10 : 30 1.Membina S : Ny.Y mengatakan jarang
januari 2020 WIB hubungan saling sekali memeriksakan
percaya kesehatannya ke pelayanan
-perkenalan kesehatan, Ny.Y hanya
2. mengkaji fisik datang ke puskesmas saat
keluarga yang merasa sakit.
sakit Ny.Y ,nyeri Dalam 1 tahun Ny.Y hanya
pada bagian gigi, , datang ke puskesmas
RR ; 19x/m , suhu sebanyak 2 kali untuk
36,0˚C N : 80 x/m meminta obat.
TD : 110/80
mmHg DO : - Ny.Y tampak bingung
3. Mengkaji -Ny.Y tampak bingung ketika
pengetahuan perawat bertanya kepadanya
keluarga Ny.Y tentang apakah Ny.Y sering
tentang fasilitas memanfaatkanfasilitas
pelayanan kesehatan di daerah
kesehatan. rumhanya,Ny. Y tampak
4.Mengkaji bingung saat perawat
pengetahuan menanyakan faslitas
keluarga Ny.Y kesehatan apa saja yang dapat
tentang fasilitas dimanfaatkan oleh Ny.Y.
pelayanan A : Masalah belum teratasi
kesehatan lokasi P : lanjutkan intervensi
dan waktu diagnosa Ketidakmampuan
pelayanan keluarga Tn.B dalam
kesehatan. memanfaatkan pelayana
kesehatan berhubungan
dengan Ketidakmampuan
keluarga Tn.B dalam
memanfaatkan pelayana
kesehatan berhubungan
dengan Kurangnya
pengetahuan keuarga Tn.B
tentang informasi
kesehatan,Jarak pelayanan,
dan jaminan kesehatan 46
Kesehatan.

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga


Hari/Tanggal Pukul Implementasi Evaluasi
Rabu, 29 13 : 00 1.Mengkaji data S : Ny.Y mengatakan
Januari 2020 WIB umum keluarga sudah mengerti tentang
(Kujungan Tn.H fasilitas kesehatan yang
rumah ) 2.Mendiskusikan dapat digunakan,Ny.Y
dengan keluarga mengatak akan lebih
fasilitas kesehatan sering melakukan
yang dapat pemeriksaan kesehatan .
digunakan O : - Ny.Y tampak
mengerti dan menerima
3.Mendiskusikan motivasi yang diberikan.
dengan keluarga A : Masalah teratasi
jarak rumah dengan P : Hentikan intervensi
fasilitas kesehatan diagnosa Ketidakmampuan
keluarga Tn.B dalam
4.Menjelaskan memanfaatkan pelayana
Manfaat fasilitas kesehatan berhubungan
kesehatan dengan Ketidakmampuan
keluarga Tn.B dalam
5.Menjelaskan cara memanfaatkan pelayana 47
pemanfaatan fasilitas kesehatan berhubungan
kesehatan dengan Kurangnya
pengetahuan keuarga Tn.B
6.Memotivasi tentang informasi
keluarga untuk kesehatan,Jarak pelayanan,
memanfaatkan dan jaminan kesehatan
pelayanan kesehatan Kesehatan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan demineralisasi
progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar (Angela, 2005).
Karies disebabkan oleh adanya interaksi antara bakteri plak, diet, dan gigi. Plak
gigi merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme
dan berkembang biak dalam suatu matriks. Plak gigi melekat erat pada permukaan
gigi yang tidak dibersihkan dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga
mulut (Soesilo dkk, 2005). Karies adalah penghancuran lokal dari jaringan gigi
oleh aksi bakteri. Baik email atau sementum yang didemineralisasi oleh asam
produk mikroorganisme.
Menurut teori beberapa hasil pengkajian dan observasi pada
keluaraga Tn .B dengan Kariesditemukan data-data Ny.Ymerasa nyeri
bagian gigi bagian atas. Pada kasus keluarga Tn.Bdidapatkan data yaitu
keluarga Tn.B mengatakan bahwa Ny.Y mengalami penyakit Karies dan
mengalami nyeri pada bagian gigi tetapi tidak tau cara manajemen nyeri.
Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus keluarga Tn.B yaitu
Ketidakmampuan keluarga Ny.Y mengenal masalah nyeri berhubungan dengan
Kurangnya terpapar informasi tentang manajemen nyeri pada keluarga Ny.Y dan
Ketidakmampuan keluarga Tn.B dalam memanfaatkan pelayana kesehatan
berhubungan denganKurangnya pengetahuan keuarga Tn.B tentang informasi
kesehatan,Jarak pelayanan, dan jaminan kesehatan Kesehatan.
Dari intervensi teori dan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn.B
terdapat kesamaan yaitu Observasi pengetahuan keluarga ,Anjurkan keluarga
untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam ketika merasa nyeri
,Beri pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeridan kesamaan Diskusikan
dengan keluarga fasilitas kesehatan yang dapat digunakan,Diskusikan dengan
keluarga jarak rumah dengan fasilitas kesehatan,Jelaskan Manfaat fasilitas
kesehatan ,Jelaskan cara pemanfaatan fasilitas kesehatan,Motivasi keluarga untuk
49
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Implementasi untuk diagnosa yang pertama sesuai dengan teori
adalah Dari intervensi teori dan48asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga Tn.B terdapat kesamaan yaitu Observasi pengetahuan
keluarga ,Anjurkan keluarga untuk melakukan teknik relaksasi nafas
dalam ketika merasa nyeri ,Beri pendidikan kesehatan tentang manajemen
nyeridan kesamaan Diskusikan dengan keluarga fasilitas kesehatan yang
dapat digunakan,Diskusikan dengan keluarga jarak rumah dengan fasilitas
kesehatan,Jelaskan Manfaat fasilitas kesehatan ,Jelaskan cara pemanfaatan
fasilitas kesehatan,Motivasi keluarga untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
Pada tahap evaluasi dari kedua diagnosa teratasi , hal ini karena
faktor pendukung dari klien, keluarga klien, dan fasilitas kesehatan.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Akademik
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKES Eka Harap
Palangkaraya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di
masa yang akan datang
3.2.3 Bagi Klien Dan Keluarga
Dapat meningkatkan pengetahuan keluarga Tn. B tentang pengetahuan
keluarga mengenai manajemen nyeri.
3.2.4 Bagi Tenaga Keperawatan
Sebagai suatu referensi dan sumber pengetahuan bagi tenaga keperawatan
untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan secara menyeluruh, sehingga
berimplikasi pada peningkatan kualitas kesehatan keluarga.
3.2.5 Bagi Penulis
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga yang mengalami penyakit karies

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


AnalisisData. Jakarta. Salemba Medika
Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan Keluarg., Jakarta : EGC
Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Buku Pertama. Bandung :
Refika
Doenges M. E. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta
:EGC
Friedman, Marilyn M. (2015). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta:
EGC
Gustin, Rahmi Kurnia, (2012). Faktor-faktor yang berhubungan
dengankejadian gastritis. Jakarta : EGC
Harnilawati (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.
SulawesiSelatan : Pustaka As Sulam
Misnadiarly (2016). Mengenal Penyakit Organ cerna : Gastritis
(Dyspepsia arau Maag. Jakarta : Pustaka Populer OBDA
Muhlisin A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : GosyenPublising.
Muttaqin, (2013). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Selemba Medica

Anda mungkin juga menyukai