6. Pengujian Kekerasan
Uji keras dapat digunakan sebagai metode untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas
dan perlakuan dingin terhadap material. Material yang telah mengalami Cold Working, Hot
Working, dan Heat Treatment, dapat diketahui perubahan kekuatan, dengan mengukur
kekerasan permukaan suatu material. Sehingga dengan uji keras, kita dapat dengan mudah
melakukan quality control terhadap suatu material.
Brinell Hardness
Pengujian kekerasan Brinell menggunakan bola baja dengan diameter 10 mm
dan beban 3000 Kg. sesuai dengan ASTM E 10. Beban diberikan kepada spesimen
selama 30 detik kemudian diameter jejak yang ditinggalkan diukur dan dihitung
dengan persamaan BHN (Brinell Hardness Number). Prinsip perhitungan adalah
dengan menghitung beban dibagi dengan luas daerah yang ditinggalkan.
Rockwell Hardness
Metode pengujian kekerasan yang palng banyak dipakai adalah metode
Rockwell. Terdapat dua macam pembebanan yaitu mayor dan minor. Beban minor
diberikan sebesar 10 Kg dan beban mayor besarnya bervariasi antara 60, 100 dan 150
Kg. Beban Minor berfungsi untuk meminimalisasi pengaruh bentuk permukaan dan
sebagai setting awal untuk posisi beban mayor. Indentor yang digunakan juga
bervariasi. Pengujian ini distandarkan pada ASTM E 18.
Vickers Hardness
Pengujian kekerasan ini menggunakan Indentor berupa Pyramid Intan yang
membentuk sudut 1360 (ASTM E 92). Masa indentor bervariasi antara 1 – 120 Kg. uji
keras Vicker diterima secara luas untuk keperluan riset karena mempunyai rentang
yang luas. Sehingga dapat digunakan pada material yang keras dan lunak sekaligus.
Perhitungan menggunakan persamaan VHN dengan prinsip pengukuran sama dengan
Brinell hanya saja luas yang dihitung berbeda persamaannya.
8. Uji Fatigue
Fatigue secara terminologi adalah kelelahan, sedangkan dalam istilah mempunyai arti
yaitu kerusakan material yang diakibatkan oleh adanya tegangan yang berfluktuasi (siklik)
yang besarnya lebih kecil dari tegangan tarik (tensile) maupun tegangan luluh (yield)
material yang diberikan beban konstan.
Mekanisme perpatahan fatigue pada umumnya diawali dari permukaan bahan material
yang lemah, yang kemudian akan merambat ke bagian tengah dan akhirnya bahan tersebut
akan mengalami perpatahan. Perpatahan tersebut dapat secara tiba-tiba (catastrophic)
dengan tanpa atau sedikit sekali adanya deformasi plastis.
Gambar 8. Alat uji fatigue
9. Pengujian Aus
Keausan adalah hilangnya material dari permukaan secara progresif akibat adanya
pergerakan relatif dari material terhadap berbagai macam hal. Keausan tidak selalu
berdampak negative, beberapa aplikasi seperti pembentukan material dan rekayasa
permukaan menggunakan keausan secara terkontrol untuk tujuan tertentu. Berbeda dengan
kekerasan, kekuatan tarik, kekuatan impak, keausan bukanlah property inheren material.
Keausan adalah respon material terhadap system.
13. Superkonduktivitas
Superkonduktivitas merupakan bahan material yang memiliki hambatan listrik bernilai
nol pada suhu yang sangat rendah. Artinya superkonduktivitas dapat menghantarkan arus
walaupun tanpa adanya sumber tegangan. Karakteristik dari bahan Superkonduktivitas
adalah medan magnet dalam superkonduktivitas bernilai nol dan mengalami efek meissner.
Resistivitas suatu bahan bernilai nol jika dibawah suhu kritisnya. Fenomena
superkonduktivitas ditandai dengan hilangnya hambatan listrik ( R = 0), dan pengeluaran
medan magnetik dalam material ( B = 0)
Gambar 12. Superkonduktivitas
DAFTAR PUSTAKA