Anda di halaman 1dari 9

56

ISSN: 2548 - 1843

PENERAPAN PROGRAM PERAWATAN SPIRITUAL UNTUK


MENURUNKAN DEPRESI PADA PASIEN LEUKEMIA

Nia Rosliany*)
Dewi Irawaty**)
Riri Maria**)

*)Dosen Akademi Keperawatan RS Husada, Jakarta, 10730, Indonesia


*)Fakultas ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16426

ABSTRAK
Peran perawat spesialis medikal bedah adalah sebagai caregiver, researcher, dan innovator yang
diterapkan dalam mengelola kasus pasien kanker dengan pendekatan chronic illness trajectory
model, penerapan evidence based nursing program perawatan spiritual pada pasien leukemia
untuk menurunkan depresi, dan melakukan proyek inovasi tentang manajemen edukasi bagi
pasien yang menjalani perawatan isolasi radioaktif Iodine 131 di Ruang Isolasi Radio Aktif
(RIRA) RSK Dharmais. Konsep trajectory merupakan salah satu teori keperawatan yang akan
membantu memberdayakan pasien dan caregiver karena memberikan perawatan yang sesuai
dengan tahapan atau fase penyakit pasien serta berfokus pada perawatan paliatif. Perawatan
paliatif merupakan salah satu area fokus perawat spesialis pada bidang perawatan kanker yang
akan membantu meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup pasien. Penerapan perawatan
program spiritual bersifat non-ivasif, murah, aman, dan secara tehnis praktis dalam mengelola
status depresi pasien. Edukasi dapat memperbaiki pemahaman pasien tentang radioterapi dan efek
sampingnya sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu pelayanan keperawatan.

Keywords: chronic illness trajectory model, program perawatan spiritual, edukasi

ABSTRACT
The role of nurse medical surgical specialist is as caregiver, researcher, and innovator applied on
nursing care of cancer patients that used the chronic illness trajectory model approach,
application of evidence based nursing practise in spiritual care program on leukemia patients to
reduce depression, and perform innovation group project on educational management for patients
undergoing radioactive Iodine 131 in Radioactive Isolation Ward Dharmais Cancer Hospital. The
trajectory concept is one of the nursing theories that assist patients and caregivers’ empowerment
to provide appropriate care in the stage and phase of patient's illness and focuses on palliative
care. Palliative care is one of the focus areas of nurse specialist in the field of cancer care that
will improve the patient's independence and quality of life. The application of spiritual care
program is non-invasive, cheap, safe, and practically in managing the patient's depression status.
Education could improve patients' understanding of radiotherapy and its side effects to improve
the quality of nursing care

Keywords: chronic illness trajectory model, spiritual care program, education

JKH/ Volume 2/ Nomor 1/ Januari 2018


53
54

PENDAHULUAN pasien yang baru didiagnosis leukemia

Diagnosis kanker atau kondisi medis akut dan yang mengalami relaps

serius lainnya serta (kekambuhan) yaitu sekitar 17,8%,

penatalaksanaannya merupakan suatu dan 40,4% diantaranya mengalami

pengalaman yang menimbulkan stress depresi sedang dan berat (Gheihman et

dan menyebabkan terjadinya al., 2016).

peningkatan depresi pada seseorang.


Depresi merupakan gangguan Dampak psikologis suatu penyakit
emosional yang sifatnya berupa yang didiagnosis buruk seperti
perasaan tertekan, tidak merasa leukemia mungkin menyebabkan
bahagia, sedih, merasa tidak berharga, kesedihan yang sangat mendalam.
tidak mempunyai semangat, tidak Perasaan tersebut muncul karena
berarti dan pesimis terhadap hidup kecewa mengalami situasi yang sama
(Gheihman et al., 2016). Depresi sekali tak terduga dan tak diharapkan
merupakan penderitaan yang timbul terjadi dalam hidupnya Kondisi ini
akibat interaksi dari faktor biologis, dapat memberi dampak negatif pada
psikologis dan sosial. pasien sendiri maupun keluarganya.
Perasaan yang dialami pasien antara
Depresi telah terjadi pada 16-22% dari lain kekhawatiran akan masa depan,
seluruh pasien dengan kanker, dengan ketakutan menghadapi kematian, rasa
kejadian lebih tinggi pada mereka nyeri dan penderitaan. Keinginan
yang sudah didiagnosis lama untuk bunuh diri di minggu pertama
(Gheihman et al., 2016). Penelitian setelah didiagnosis kanker dengan
yang dilakukan Mhaidat, Alzoubi, dan prognosis buruk, 12 kali lipat lebih
Alhusein (2009) di Jordania, tinggi daripada populasi umum
mendapatkan bahwa dari 208 pasien (Gheihman, et al., 2016). Depresi
kanker 51,9% mengalami depresi dan mempengaruhi tidak hanya status
terbagi atas depresi ringan (18,75%), psikologi dan kualitas hidup pasien
sedang (22,1%), hingga berat (11%). dengan kanker, tetapi juga
Depresi dilaporkan terjadi pada 25- berpengaruh terhadap kemajuan
33% pasien kanker non darah dan 50% penyakit, efisiensi pengobatan,
terjadi pada pasien dengan leukemia. lamanya tinggal di rumah sakit (LOS),
Gejala depresi ditemukan pada pasien-

JKH/ Volume 2/ Nomor 1/ Januari 2018


55

dan bahkan umur pasien sendiri. mengatasi berduka terhadap kematian


(Musarezaie et al, 2014). yang akan datang, dengan menemukan
makna, tujuan hidup di sekeliling
Depresi pada pasien kanker masih teman-temannya dan keluarga yang
belum banyak mendapatkan perhatian dicintainya.
dari tenaga kesehatan di rumah sakit,
sehingga penanganannya berpusat Spiritual dipandang sebagai sebuah
pada pemenuhan kebutuhan secara konsep yang unik yang berhubungan
fisik, meskipun pada kenyataanya dengan kualitas hidup (Yong et al,
tanpa adanya depresi mampu 2011). Beberapa hasil penelitian telah
meningkatkan kualitas pengobatan memberikan pembuktian mengenai hal
yang dijalani oleh pasien. Intervensi tersebut. Oh dan Kim (2014)
keperawatan yang dilakukan untuk mengemukakan bahwa intervensi
masalah tersebut belum terlihat jelas, spiritual memiliki efek yang signifikan
dimana asuhan keperawatan yang tetapi moderat terhadap kesejahteraan
seharusnya bersifat holistik hanya mental, makna hidup, dan depresi.
terbatas pada aspek fisik saja, sehingga Penelitian lainnya juga melaporkan
masalah psikologis pasien masih bahwa intervensi berbasis spiritualitas
belum teratasi. dapat mengurangi depresi dan terlibat
dalam hasil kesehatan (Rezaei et al,
Para psikiater, dokter, dan psikolog 2009 ; Mauk & Scnemidt, 2004).
telah melakukan berbagai upaya untuk
menanggulangi gangguan depresi, Kedua hasil penelitian diatas
seperti: psikoterapi, psikiatrik, mendukung pandangan James
psikofarmaka, terapi somatik, terapi (Carnegie, 1980 dalam Razak,
relaksasi, dan terapi perilaku namun Mokhtar, Sharazad, & Sulaiman,
mereka juga mengakui bahwa 2013) bahwa terapi yang terbaik bagi
diharapkan ada bentuk terapi yang keresahan adalah keimanan kepada
lebih maksimal dapat menanggulangi Tuhan. Keimanan kepada Tuhan
depresi. Oh & Kim (2014) menyatakan merupakan kekuatan yang tidak boleh
keyakinan spiritual atau keagamaan tidak harus dipenuhi untuk menopang
merupakan cara yang dapat ditawarkan seseorang dalam hidup ini.
untuk dapat membantu seseorang

JKH/ Volume 2/ Nomor 1/ Januari 2018


56

Sementara itu David B. Larson dan kehidupan dan kesehatan mental yang
Mr. Constance P. B, juga lebih baik.
menyebutkan bahwa ditemukan bukti
bahwa faktor keimanan memiliki Pendekatan spiritual berperan penting
pengaruh yang luas dan kuat terhadap dalam mengekspresikan perasaan dan
kesehatan. Dalam tesisnya, the Faith memberikan kenyamanan bagi klien.
Factor: Annotated Bioliography of Penerimaan keadaan sakit klien akan
Chemical Research on Spiritual mendorong individu tersebut akan
Subject, mereka menemukan bahwa lebih dekat dengan Tuhan dan
faktor spiritual terlibat dalam menerima penyakitnya sebagai cobaan
peningkatan kemungkinan tambahnya dari Tuhan.
usia harapan hidup, penurunan
pemakaian alkohol, rokok dan obat Fenomena menunjukkan kolaborasi

penurunan kecemasan, depresi dan dengan psikologis dan rohaniawan


masih sangat kurang bahkan selama
kemarahan, penurunan tekanan darah,
praktik residensi 1, 2 dan 3 hanya
dan perbaikan kualitas hidup bagi
beberapa pasien rawat inap yang
pasien kanker serta penyakit jantung
mendapatkan intervensi untuk masalah
(Razak et al., 2013).
psikologis mereka.

Perawat sebagai tenaga kesehatan METODE


yang memiliki kontak paling sering
Langkah awal penerapan EBN
dengan pasien hendaknya peka dan
dimulai dengan menumbuhkan
dapat memberikan intervensi
semangat penelitian sehingga tertarik
keperawatan terhadap masalah
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
psikologis yang dihadapi pasien
berkaitan dengan perawatan pasien.
kanker. Terapi spiritual sangat
Kemudian hasil penemuan mengenai
berpengaruh untuk membangun rasa
fenomena di klinik selama praktik
penerimaan diri (self acceptance)
residensi dirumuskan dalam bentuk
sehingga klien tidak merasa depresi
pertanyaan klinis dalam format PICO
lagi dan menyesali nasibnya. Bahkan
untuk menghasilkan evidenced yang
sebaliknya klien akan mampu
lebih baik dan relevan. Dengan
mengekspresikan perasaannya kepada
format PICO dapat menelusuri

JKH/ Volume 2/ Nomor 1/ Januari 2018


57

artikel-artikel yang relevan dengan Lalu peneliti mempersiapkan segala


pertanyaan klinis. Artikel yang dipilih sesuatunya perlengkapan yang
adalah yang paling relevan, valid, dibutuhkan untuk pelaksanaan EBN
terpercaya, dan berlaku untuk seperti mp3, tasbih, dan perlengkapan
pertanyaan klinis. sholat, formulir demografi, formulir
pengkajian DASS depresi 42, dan
Setelah menentukan salah satu artikel informed consent. Selanjutnya
yang dipilih, lalu melakukan critical peneliti meminta persetujuan
appraisal untuk mengetahui responden untuk terlibat dalam
kelayakan artikel tersebut dan penelitian. Jika responden setuju
dijadikan dasar dalam penerapan maka responden diminta untuk
EBN. Selanjutnya dilakukan menandatangani surat persetujuan
penyusunan proposal EBN dan menjadi responden.
dikonsultasikan dengan pembimbing
akademik dan pembimbing klinik Pelaksanaan EBN dilakukan di ruang
untuk mendapatkan masukan- rawat inap teratai dan melati RSK
masukan guna menyempurnakan Dharmais, dimulai pada tanggal 17
proposal dan dapat dengan mudah April – 5 Mei 2017. Kemudian
dilakukan identifikasi pasien yang
diterapkan. Setelah penulis mendapat
cocok sesuai dengan kriteria inklusi,
persetujuan dari kedua pembimbing,
yaitu bersedia ikut serta dalam
maka dilakukan sosialisasi dengan pelaksanaan EBN dengan mengisi
bentuk presentasi proposal di hadapan informed consent, didiagnosis
pembimbing akademik, pembimbing keganasan darah dengan melihat
klinik, bidang keperawatan (clinical diagnosis di status pasien dan
dilaporkan mengalami depresi, subjek
case manager dan komite
adalah pasien dewasa. Sementara
keperawatan), kepala ruang, dan
subjek tidak dilibatkan dalam
primary nurse rawat inap, termasuk penerapan EBN jika pasien tidak
ruang isolasi imunitas menurun peduli dengan status kesehatannya
(RIIM) pada tanggal 11 April 2017. sehingga menyulitkan untuk dilakukan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk intervensi, mengalami retardasi
mendapatkan masukan dan saran mental, buta, tuli atau mengalami
gangguan mental. Sebelum
sehingga EBN yang direncanakan
pelaksanaan EBN pasien diberikan
dapat diterapkan di area kliniknya.

JKH/ Volume 2/ Nomor 1/ Januari 2018


58

dulu informasi tentang tujuan, manfaat HASIL


dan prosedur pelaksanaan EBN. Sebanyak 10 orang pasien terlibat
Pasien yang setuju terlibat dalam
dalam penerapan EBN sampai akhir.
pelaksanaan EBN menandatangani
Berikut ini karakteristik dan hasil
lembar informed consent.
penerapan EBN yang dilakukan pada
Prosedur diawali dengan pengukuran pasien.
subskala depresi DASS-42 pada
pasien. Supaya penerapan intervensi Dari 10 subjek penelitian, setengahnya
EBN dipahami oleh peneliti karena
(5 orang) berpendidikan diploma, 2
seiman, maka peneliti
(dua) orang tamatan SD, 1 (satu) orang
memprioritaskan pasien-pasien yang
beragama islam. Untuk memperlancar SLTP, 2 (dua) orang SLTA. Jenis
kegiatan ibadahnya, pasien diberikan kelamin pasien yang terlibat dalam
bingkisan yang berisi mukena, tasbih penerapan EBN adalah sama, 5 (lima)
dan mp3. Selanjutnya memberikan orang laki-laki, dan 5 (lima) orang
dukungan pada pasien saat melakukan
perempuan. Status perkawinan pasien
ritual keagamaan seperti sholat atau
yang terlibat dalam penerapan EBN
berdoa, dzikir, dan mendengarkan
alunan ayat suci al qur’an melalui mayoritas sudah menikah yaitu 8
mp3. Peneliti juga mendorong pasien (delapan) orang, dan 2 (dua) orang
untuk mengekspresikan perasaanya, belum menikah. Jenis pekerjaan pasien
kebutuhan dan kekhawatiran melalui yang terlibat dalam penerapan EBN
komunikasi verbal dan non verbal, bervariasi yaitu sebagai guru 1 (satu)
memberikan penjelasan tentang
orang, PNS 2 (dua) orang, wiraswasta
penyakit mereka dan proses terapi
2 (dua) orang, ojek motor 1(satu)
kepada pasien secara rinci, dan
memberikan tehnik sentuhan atau orang, petani 1 (satu) orang, dan masih
menjadi pendengar yang baik. Peneliti mahasiswa 1 (satu) orang, sedangan 2
memanggil pasien dengan nama yang (dua) orang tidak bekerja atau sebagai
mereka sukai selama intervensi. ibu rumah tangga.
Kemudian melakukan kembali
pengukuran DASS pada hari ke-3
Rata-rata pasien yang terlibat dalam
setelah pemberian intervensi berturut-
turut selama 3 hari. penerapan EBN ini berusia 43 tahun
dengan standar deviasi 11,3 tahun.
Usia pasien yang paling rendah adalah

JKH/ Volume 2/ Nomor 1/ Januari 2018


59

25 tahun, dan paling tinggi 63 tahun. PEMBAHASAN


Lamanya pasien yang terlibat dalam
Selama proses penerapan atau
penerapan EBN terdiagnosis leukemia
pelaksanaan EBN, penulis tidak
rata-rata 5,9 bulan dengan standar
menemukan kendala atau hambatan
deviasi 4,77. Yang masih baru
yang berarti. Kendala yang ada adalah
terdiagnosis leukemia rata-rata adalah
sulitnya mengajak salah satu klien
2,48 bulan, dan yang paling lama
untuk melaksanakan sholat, sebagai
terdiagnosis leukemia rata-rata 9,31
salah satu program keperawatan
bulan.
spiritual. Namun setelah dikaji, ada
beberapa faktor yang menjadi
Berdasarkan hasil uji distribusi
hambatan klen untuk menjalankan
frekuensi DASS-42 depresi pada
ibadah spiritualnya, khususnya
kelompok eksperimen, didapatkan
melaksanakan sholat 5 waktu. Faktor
hasil bahwa mean post lebih kecil (12)
pertama terkait dengan budaya di
dibandingkan mean pre (16) sehingga
keluarga klien, dimana klien dan
dapat disimpulkan, ada penurunan
suaminya jarang melakukan sholat 5
skala depresi (4) sebelum dan setelah
(lima) waktu, dengan alasan kesibukan
dilakukan program perawatan
di sawah menyebabkan waktunya
spiritual. Sedangkan pada kelompok
untuk beribadah menjadi banyak
kontrol mean post juga lebih kecil
tersita. Namun keluarganya menyadari
yaitu (16) dibandingkan mean pre
bahwa sebenarnya hal ini harusnya
(17), namun penurunan skala depresi
tidak boleh terjadi karena sholat 5
hanya sedikit yaitu 1 (satu)
waktu merupakan kewajiban yang
dibandingkan kelompok eksperimen
tidak boleh diabaikan.
yaitu 4 (empat). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa program
perawatan spiritual dapat menurunkan Faktor kedua adalah kondisi kliennya
rata-rata skala depresi menjadi 12 (4) sendiri, dimana saat penerapan
di kelompok eksperimen. intervensi EBN klien dalam kondisi
yang tidak nyaman, seperti adanya
mual, muntah dan lemas. Kondisi ini
tentunya membuat klien malas untuk
melakukan aktifitasnya, termasuk

JKH/ Volume 2/ Nomor 1/ Januari 2018


60
Penerapan Program Perawatan Spiritual… (N. Rosliany, D. Irawaty & R. Maria )

menjalankan ibadah sesuai perintah karena mual, klien juga bersedia saat
agamanya. Dengan kurangnya hal ini ditawarkan untuk mendengarkan
membuat kondisi kejiwaan klien murotal al qur’an dari mp 3 saat
tambah berat. Dimana klien tidak hatinya gelisah, dan di hari ke-6, klien
memperoleh ketenangan bathinnya, mau menjalankan sholat dzuhur
yang seharusnya bisa didapatkan dengan difasilitasi penulis untuk
dengan cara memasrahkan diri perlengkapan sholatnya. Sedangkan
terhadap Tuhannya. Dalam situasi ini untuk klien lainnya yang ikut dalam
upaya yang sudah dilakukan penulis penelitian ini, penulis tidak
adalah bersikap empati, memberi menemukan hambatan yang berarti,
sentuhan, meluangkan waktu lebih karena klien-klien lainnya memang
sering berada di dekat klien dengan sudah biasa menjalankan ritual
memberikan intervensi-intervensi keagamannya, penulis hanya cukup
keperawatan yang membuat klien memberi dukungan dan memfasilitasi
senang dan nyaman, seperti saja, dengan melibatkan perawat
memberikan pijatan di tangan dan ruangan dan keluarga klien.
punggungnya saat klien mual, selalu
berusaha siap memberi bantuan saat DAFTAR PUSTAKA
klien membutuhkan seperti misalnya
Gheihman, G., Zimmermann, C.,
membantu eliminasi klien. Awalnya Deckert, A., Fitzgerald, P.,
klien menolak karena malu dan ada Mischitelle, A., Rydall, A., …
Rodin, G. (2016). Depression
suami yg selalu membantunya, tetapi and hopelessness in patients with
acute leukemia: the
dengan menunjukkan itikad baik dan psychological impact of an acute
ketulusan untuk membantu akhirnya and life-threatening disorder.
Psycho-Oncology, (September
klien mau menerima kehadiran 2015), 979– 989.
penulis, sehingga dalam beberapa hari doi:10.1002/pon.3940

sudah bisa terbina hubungan atas dasar Grimsbo, G. H., Ruland, C. M., &
Finset, A. (2012). Cancer
kepercayaan, sehingga klien kooperatif
patients’ expressions of
terhadap tindakan keperawatan yang emotional cues and concerns and
oncology nurses' responses, in an
diberikan untuk kebaikan klien. online patient-nurse
Diawali dengan hal-hal ringan seperti communication service. Patient
education and counseling, 88(1),
klien mau dianjurkan untuk berdzikir 36–43.
saat kondisinya merasa tidak nyaman doi:10.1016/j.pec.2012.01.007.

JKH/ Volume 2/ Nomor 1/ Januari 2018


61
Penerapan Program Perawatan Spiritual… (N. Rosliany, D. Irawaty & R. Maria )

Jafari et al. (2013) Spiritual therapy 442.


to improve the spiritual well-
being of iranian women with Pok-Ja Oh & Kim Hyun. The effects
breast cancer ; a randomized
controlled trial. Hindawi of spiritual intervention in
publishing corporation. 2013 patients with cancer ; a
metaanalysis. Oncology
Liu CJ, Hsiung PC, Chang KJ, Liu Nursing forum. Vol.41, No 5.
YF, Wang KC, Hsiao FH, et 2014
al. A study on the efficacy of
body-mind-spirit group Rajagopal D, Mackenzie E, Bailey C,
therapy for patients with Lavizzo-Mourey R. The
breast cancer. J Clin Nurs effectiveness of a spiritually-
based intervention to alleviate
2008;17:2539-49.
subsyndromal anxiety and
minor depression among
Mauk K, Scnemidt N. Spirituality older adults. J Relig Health
Care in Nursing Practice. 2th 2002;41:153-66
ed. Philadelphia: Lippincott
Company; 2004. p. 60-199 Rezaei M, Seyedfatemi N, Hosseini F.
Spiritual well-being in cancer
Montgomery C, Pocock M, Titley K, patients who undergo
Lloyd K. Predicting chemotherapy. J Fac Nurs
psychological distress in Midwifery 2009;14:33-9.
patients with leukaemiaand
lymphoma. J Psychosom Res
2003;54:289-92.
Yong J, Juhu K, Park J, Seo I, Swinton
Musarezaine A, Moeini M, Taleghani
J. Effects of a spirituality
F, Mehrabi T. Does spiritual
care program affect levels of Training Program on The
depression in patients with Spiritual and Psychosocial
leukemia? A randomized Well-Being of Hospital
clinical trial. Journal of Middle Manager Nurses in
Education and Health Korea. The Journal of
Promotion, Vol 3. 2014
Continuing Education in
Pascoe, S.W., Neal, R. D., Allgar, V. Nursing. Vol 42;6. 2011
L., Selby, P. J., Wright, E. P.,
(2004). Psychosocial care for
cancer patients in primary care
? Recognition of opportunities
for cancer care. Journal of
Family Practise, 2 (4) 437-

JKH/ Volume 2/ Nomor 1/ Januari 2018

Anda mungkin juga menyukai