Anda di halaman 1dari 88

1

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT BERMASALAH


PADA PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA DI BANK X
BOGOR

Oleh
DWI KURNIA RACHMAN
H24087072

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
4

RINGKASAN

DWI KURNIA RACHMAN. H24087072. Analisis Manajemen Risiko Kredit


Bermasalah Pada Produk Kredit Masyarakat Desa Di Bank X Bogor. Di bawah
bimbingan HETI MULYATI.

Risiko kredit merupakan risiko yang signifikan di perbankan yang


menyebabkan kerugian. Risiko kredit adalah risiko yang terjadi karena kegagalan debitur
yang menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban untuk membayar hutang. Risiko kredit
adalah masalah yang harus mendapat perhatian khusus dari Bank X karena rasio kredit
bermasalah (Non Performing Loan/NPL) Kredit Masyarakat Desa komersil Bank X
Bogor pada Bulan Desember 2010 adalah 1,94 persen. Meskipun terjadi penurunan NPL,
tetapi hal tersebut perlu diwaspadai untuk menghindari risiko yang lebih besar. Tujuan
dilakukan penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi karakteristik debitur bermasalah
produk Kredit Masyarakat Desa Komersil di Bank X Bogor, (2) Menganalisis faktor-
faktor yang menyebabkan kredit bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil di
Bank X Bogor, (3)Menganalisis risiko kredit Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil
yang terjadi di Bank X Bogor, (4)Menganalisis pengelolaan risiko kredit produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil di Bank X Bogor.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan debitur Kredit Masyarakat
Desa dengan bantuan kuisioner. Selain itu dilakukan wawancara dengan pihak
manajemen Bank X Bogor. Data sekunder bersumber dari data yang terkait debitur
UMKM dan laporan kredit Bank X Bogor tahun 2010, data-data dari BPS, BI, serta studi
pustaka dan literatur-literatur yang bersangkutan. Analisis data menggunakan analisis
deskriptif dan metode Value at Risk (VaR).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik debitur adalah karakter yang dimiliki
peminjam yang mampu mempengaruhi peminjam tersebut dalam pembayaran kreditnya.
Karakteristik debitur digolongkan berdasarkan karakteristik individu debitur dan
karakteristik usaha debitur. Karakteristik individu debitur bermasalah produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil dapat dilihat dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan
tanggungan keluarga. Karakteristik usaha debitur bermasalah dilihat dari segi lama usaha,
jangka waktu pengembalian kredit, plafon kredit yang diterima, penggunaan kredit, dan
omzet usaha. Faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan bahkan kegagalan dalam
pengembalian kredit adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
internal debitur dan internal bank, sedangkan faktor eksternal meliputi kegiatan ekonomi
makro atau kebijakan pemerintah yang tidak dapat diperkirakan oleh bank, adanya
bencana dan kejadian-kejadian lain di luar dugaan, dan persaingan yang tajam antar
lembaga bank. Bank X Bogor pada tahun 2010 pada tingkat keyakinan 95 persen
kemungkinan mengalami kerugian maksimum sekitar Rp. 3,8 Milyar. Nilai kerugian
adalah 2,52 persen dari total baki debet total kredit di Bank X Bogor. Pada tingkat
keyakinan 99 persen Bank X Bogor di tahun 2010 kemungkinan mengalami kerugian
maksimum sekitar Rp. 5,3 Milyar. Nilai kerugian maksimum terbesar berada pada
kolektibilitas kurang lancar dan nilai kerugian maksimum terkecil berada pada
kolektibilitas macet. Strategi penanganan kredit bermasalah yang dilakukan oleh Bank X
Bogor adalah penetapan kolektibilitas debitur, penagihan intensif, penjadwalan ulang,
resutrukturisasi, dan penyitaan agunan.
2

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT BERMASALAH


PADA PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA DI BANK X
BOGOR

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh:
DWI KURNIA RACHMAN
H24087072

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
3

Judul Skripsi : Analisis Manajemen Risiko Kredit Bermasalah


pada Produk Kredit Masyarakat Desa di Bank X Bogor
Nama : Dwi Kurnia Rachman
NIM : H24087072

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

(Heti Mulyati S.TP, MT)


NIP: 19770812 200501 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc)


NIP: 19610123 198601 1 002

Tanggal Lulus:
5

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Dwi Kurnia Rachman. Penulis dilahirkan di


Surabaya pada tanggal 7 Februari 1987 dari pasangan Bapak Suratman dan Ibu
Sampurni. Penulis merupakan darah keturunan Jawa Timur, tapi sejak kecil
penulis tinggal di Pulau Bali. Penulis merupakan anak kedua dari empat
bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 1999 di SD Negeri 8
Amlapura Bali. Pendidikan SLTP diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 2
Amlapura Bali. Pendidikan SMU diselesaikan pada tahun 2005 di SMU Negeri 2
Amlapura Bali. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian
Komunikasi Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur tanpa test (USMI) pada
tahun 2005. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana
Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB.
Penulis banyak mengikuti pelatihan dan seminar-seminar di luar
perkuliahan baik yang diadakan oleh oleh Departemen Manajemen maupun luar
Departemen, yaitu pelatihan mengolah data, seminar motivasi, seminar public
speaking, seminar fotografi, seminar manajemen risiko, dan lain-lain. Penulis
bekerja di Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Bogor setelah menyelesaikan
pendidikan Diploma III. Pada tahun 2010 hingga saat ini, penulis bekerja di
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Manajemen Risiko
Kredit Bermasalah pada Produk Kredit Masyarakat Desa di Bank X Bogor”.
Analisis risiko penting dilakukan untuk mengetahui berapa kerugian yang dialami
dan untuk menghindari kerugian yang lebih besar di tahun mendatang. Risiko
kredit merupakan risiko yang paling signifikan dari semua risiko yang
menyebabkan kerugian potensial khususnya di perbankan. Manajemen risiko
kredit dilakukan agar bank dapat meningkatkan kinerjanya menjadi lebih baik.
Skripsi ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai
risiko kredit bermasalah pada produk Kredit Masyarakat Desa di Bank X Bogor.
Selain itu sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Semua kekurangan dan kesalahan pada penulisan skripsi ini adalah karena
kelalaian penulis sendiri terutama kesalahan ketik. Untuk itu pada kesempatan ini,
penulis memohon maaf. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi yang memerlukannya.

Bogor, Agustus 2011

Penulis
7

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak dalam


penyusunan skripsi ini. Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Ucapan terima kasih tersebut
khususnya ditujukan kepada:
1. Heti Mulyati, S.TP, MT sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis selama melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi.
2. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan R. Dikky Indrawan, SP, MM sebagai
dosen penguji yang telah bersedia menguji dan memberi masukan untuk
perbaikan skripsi ini.
3. Tim pengajar Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB.
4. Kepala Unit Bank X Bogor beserta seluruh warga besar Bank X Bogor terima
kasih atas kesempatan untuk melakukan penelitian.
5. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moral, spiritual dan
materi. Terima kasih juga disampaikan kepada Okta Prasetya, Tri Ambar
Sari, dan Muhammad Catur Yulianto.
6. Mas Sigit dan Mbak Elyu, Mas Ali dan Mbak Ilpha terima kasih atas
bantuannya selama ini.
7. Azhari Asrul yang saat berpengaruh banyak dalam hidup dan pola pikir
penulis serta bersedia menjadi teman bertukar pikiran dalam skripsi ini.
Terima kasih atas cinta yang tulus dan do’a yang tidak pernah putus.
8. Teman-teman Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB Angkatan 5.
9. Teman-teman di Bogor, Surabaya dan Bali, serta Ika, Ratih dan Indra terima
kasih sudah menjadi teman seperjuangan penulis.
10. Semua pihak yang telah membantu skripsi ini dalam bentuk apapun yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak.
8

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1. Pengertian, Unsur Kredit, dan Jenis Kredit .......................................... 5
2.1.1 Pengertian Kredit .......................................................................... 5
2.1.2 Unsur-Unsur Kredit ...................................................................... 5
2.1.3 Jenis-Jenis Kredit .......................................................................... 6
2.1.4 Kolektibilitas Kredit ..................................................................... 8
2.2. Pengertian Kedit Bermasalah ................................................................ 8
2.3. Konsep Risiko ...................................................................................... 10
2.4. Risiko Kredit ........................................................................................ 11
2.5. Manajemen Risiko ................................................................................ 15
2.6. Value at Risk ....................................................................................... 18
2.7. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 29
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 21
3.1. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 21
3.2. Tahapan Penelitian .............................................................................. 23
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 25
3.4. Jenis Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ............................. 25
3.5. Teknik Pengambilan Data Primer ........................................................ 26
3.6. Metode Analisis Data .......................................................................... 27
3.6.1 Analisis Deskriptif ...................................................................... 27
3.6.2 Value at Risk .............................................................................. 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 30
4.1. Gambaran Umum Bank X Bogor ........................................................ 30
4.2. Profil Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil ................................. 35
9

4.2.1 Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Berdasarkan Jenis


Penggunaannya ........................................................................... 35
4.2.2 Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Berdasarkan
Jangka Waktu Kredit .................................................................. 36
4.2.3 Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Berdasarkan
Sektor Ekonomi .......................................................................... 38
4.2.4 Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Berdasarkan
Plafon Kredit .............................................................................. 40
4.3. Karakteristik Debitur Bermasalah Produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil .............................................................................................. 42
4.3.1 Karakteristik Individu Debitur Bermasalah Kredit Masyarakat
Desa Komersil ............................................................................. 42
4.3.2 Karakteristik Usaha Debitur Bermasalah Kredit Masyarakat Desa
Komersil...................................................................................... 45
4.4. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Kredit Bermasalah ........ 48
4.5. Analisis VaR Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil ...................... 52
4.6. Implikasi Manajerial Risiko Kredit Produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil ............................................................................................. 56

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan ............................................................................................ 60
2. Saran ...................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62
LAMPIRAN .................................................................................................... 64
10

DAFTAR TABEL

No Halaman
1. Jenis kebutuhan data, metode pengumpulan data dan analisis data ............... 26
2. Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil berdasarkan jenis penggunaannya 35
3. Rasio NPL ................................................................................................... 36
4. Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil berdasarkan jangka waktu kredit 37
5. Rasio NPL ................................................................................................... 37
6. Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil berdasarkan sektor ekonomi ...... 39
7. Rasio NPL ................................................................................................... 39
8. Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil berdasarkan plafon kredit ........... 41
9. Rasio NPL ................................................................................................... 41
10. Karakteristik individu debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil berdasarkan jenis kelamin ............................................................ 43
11. Karakteristik individu debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil berdasarkan usia .......................................................................... 43
12. Karakteristik individu debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil berdasarkan pendidikan ................................................................ 44
13. Karakteristik individu debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil berdasarkan tanggungan keluarga ................................................. 45
14. Karakteristik usaha debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil berdasarkan lama usaha ................................................................ 45
15. Karakteristik usaha debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil berdasarkan waktu pengembalian kredit ....................................... 46
16. Karakteristik usaha debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil berdasarkan plafon kredit ............................................................. 47
17. Karakteristik usaha debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil berdasarkan omzet usaha ..............................................................
18. VaR produk Kredit Masyarakat Desa Komersil di Bank X Bogor ................ 53
19. Penanganan terhadap karakteristik debitur bermasalah produk Kredit
Masyarakat Desa di Bank X Bogor............................................................... 57
11

DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1. Kerangka risiko kredit ................................................................................. 12
2. Siklus manajemen risiko ............................................................................. 16
3. Kerangka pemikiran .................................................................................... 22
4. Diagram alir penelitian ................................................................................ 24
5. Struktur organisasi Bank X Bogor ............................................................... 30
6. Faktor-faktor penyebab kredit bermasalah ................................................... 48
12

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
1. Kuisioner penelitian .................................................................................... 66
2. Matriks transisi bulanan ............................................................................. 73
3. Nilai baki debet dengan bunga ..................................................................... 75
4. Perhitungan VaR tiap kolektibilitas ............................................................. 76
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa kredit perbankan meningkat


secara signifikan pada Desember 2010 yaitu sebesar Rp. 742,85 triliun.
Penyaluran kredit mengalami kenaikan sebesar Rp. 312,65 triliun dari tahun 2009
atau tumbuh sebesar 21,86 persen. Pangsa pasar kredit bank swasta terhadap total
kredit perbankan menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 43,93 persen diikuti
kelompok bank persero sebesar 35,67 persen dan terendah kelompok bank
campuran hanya 5,43 persen (Republik Indonesia, 2010).
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) masih menjadi sektor
unggulan perbankan dalam memberikan kreditnya. Bisnis Indonesia (2010)
menyatakan bahwa pertumbuhan UMKM per Desember 2009 mencapai
50.786.022 unit. Jumlah usaha skala besar 4.372 unit, usaha skala menengah
39.650 unit, usaha skala kecil 52.000 unit dan usaha skala mikro 50.690.000 unit.
Perkembangan UMKM seiring dengan perkembangan Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) dalam memanfaatkan pinjaman sebagai pendukung pengembangan
usahanya. Jika dilihat dari jumlah unit lembaga, LKM non bank yang berkembang
adalah Koperasi Unit Desa (KUD) dan Unit Simpan Pinjam (USP) dengan jumlah
20.818 unit di Pulau Jawa. Sedangkan dari lembaga perbankan yang menempati
urutan pertama adalah Bank X dengan jumlah 2.448 unit.
Komitmen Bank X untuk membantu mengembangkan UMKM serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetap bertahan sampai saat ini. Bank X
tetap konsisten memfokuskan pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya
dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Pada akhir
tahun 2008, Bank X berhasil menyalurkan kreditnya sebesar Rp 161,130 triliun.
Pada akhir tahun 2009 meningkat menjadi Rp 205,52 triliun atau mengalami
pertumbuhan sebesar 12 persen. Sedangkan akhir tahun 2010 diperkirakan
mencapai Rp 250,71 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 10 persen (Kantor
Pusat Bank X, 2010).
2

Fasilitas kredit yang disediakan oleh Bank X untuk mengembangkan atau


meningkatkan usaha kecil yang layak adalah ”Kredit Masyarakat Desa Komersil”.
Produk Kredit Masyarakat Desa mulai dijalankan di seluruh Bank X unit desa di
Indonesia pada tahun 1980. Sasaran produk Kredit Masyarakat Desa tidak hanya
ditujukan kepada para petani, tetapi juga para pedagang dan usaha kecil yang
membutuhkan dana untuk usahanya. Produk Kredit Masyarakat Desa diberikan
untuk membiayai keperluan investasi maupun modal kerja dalam rangka
peningkatan usaha di semua sektor ekonomi di pedesaan. Di samping itu juga
dapat mengurangi kegiatan rentenir.
Bank akan dihadapkan pada risiko wanprestasi atau risiko gagal bayar dari
nasabahnya ketika bank menggunakan dananya sebagai pinjaman atau bank
bertindak sebagai kreditur. Risiko kredit merupakan risiko yang paling signifikan
dari semua risiko yang menyebabkan kerugian potensial khususnya di perbankan.
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi karena kegagalan debitur yang
menyebabkan tak terpenuhinya kewajiban untuk membayar hutang sehingga
risiko kredit adalah masalah yang harus mendapat perhatian khusus dari Bank X
karena setiap rupiah kredit yang tidak dapat dibayarkan akan menimbulkan suatu
kredit yang bermasalah. Kredit bermasalah tersebut dapat menurunkan kinerja
perbankan dan berpotensi menimbulkan kerugian bagi bank. Kerugian yang akan
terjadi dapat diantisipasi dengan manajemen risiko. Manajemen risiko adalah
proses sistematik untuk mengelola risiko. Tujuan manajemen risiko bukan
menghindari risiko, tetapi mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan
risiko.
Bank X Bogor merupakan salah satu unit Bank X yang berlokasi di
Kabupaten Bogor. Salah satu kegiatannya adalah menyalurkan Produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil. Bank X Bogor telah menyalurkan kredit tersebut ke
berbagai sektor ekonomi antara lain sektor pertanian, perdagangan, jasa-jasa dan
kredit lainnya. Penyaluran produk Kredit Masyarakat Desa Komersil di Bank X
Bogor pada Desember 2010 adalah sebesar Rp. 10.430.332.000,00. Namun
demikian, penyaluran kredit tersebut menimbulkan sejumlah kredit bermasalah
sebesar Rp. 202.511.566,00 atau sebesar 1,94 persen dari total kredit yang
disalurkan ke debitur.
3

Menurut Peraturan Bank Indonesia, kredit bermasalah pada suatu bank


maksimal mencapai 5 persen. Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan
(NPL) produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Bank X Bogor pada Bulan
Desember 2010 adalah 1,94 persen. Angka NPL menurun jika dibandingkan
tahun sebelumnya. Pada akhir tahun 2008, NPL produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil Bank X Bogor adalah sebesar 2,55 persen dan pada akhir tahun 2009
sebesar 2,29 persen. Meskipun terjadi penurunan NPL, tetapi hal tersebut perlu
diwaspadai untuk menghindari risiko yang lebih besar. Apabila identifikasi dan
penilaian risiko dapat dilakukan, maka Bank X dapat meningkatkan kinerjanya
menjadi lebih baik. Oleh karena itu, penelitian tentang ”Analisis Manajemen
Risiko Kredit Bermasalah Pada Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Di
Bank X Bogor” perlu dilakukan. Hal tersebut diharapkan dapat membantu Bank
X dalam mengelola risiko kredit di tahun mendatang.

1.2. Rumusan Masalah

Bank X Bogor merupakan salah satu unit Bank X yang berada di


Kabupaten Bogor di bawah Kantor Cabang Bogor. Bank X memiliki komitmen
untuk membantu UMKM dengan menyaluran kredit kepada UMKM yang disebut
Kredit Masyarakat Desa Komersil. Penyaluran produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil kepada debitur dapat menimbulkan adanya risiko kredit. Produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil bermasalah yang terjadi di Bank X Bogor mencapai
1,94 persen dari total kredit yang disalurkan. Kredit bermasalah di Bank X Bogor
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Namun demikian hal tersebut perlu
diwaspadai untuk menghindari risiko yang lebih besar. Berdasarkan hal tersebut,
rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakter debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil Bank X Bogor?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah produk
Kredit Masyarakat Desa Komersil di Bank X Bogor ?
3. Berapa risiko kredit produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang
bermasalah di Bank X Bogor?
4. Bagaimana pengelolaan risiko kredit produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil di Bank X Bogor?
4

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakter debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil Bank X Bogor.
2. Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kredit bermasalah produk
Kredit Masyarakat Desa Komersil di Bank X Bogor.
3. Menganalisis risiko kredit produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang
bermasalah di Bank X Bogor.
4. Menganalisis pengelolaan risiko kredit produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil di Bank X Bogor.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah:


1. Bagi Perbankan
Manfaat bagi Bank X Bogor yaitu sebagai bahan informasi dan pertimbangan
dalam strategi manajemen risiko produk Kredit Masyarakat Desa Komersil
kepada para debitur/calon debitur khususnya UMKM.
2. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya
manajemen risiko dan wawasan tentang manajemen risiko kredit produk
Kredit Masyarakat Desa Komersil di Bank X Bogor.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji kredit yang diberikan oleh


Bank X Bogor yang bersifat membantu usaha baik untuk menambah modal kerja
maupun untuk investasi atau disebut produk Kredit Masyarakat Desa Komersil.
Data keuangan yang digunakan adalah laporan produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil per Desember tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yang mencakup
laporan produk Kredit Masyarakat Desa Komersil per sektor dan laporan
perkembangan unit Bank X Bogor. Data tersebut digunakan untuk
mengidentifikasi kredit bermasalah pada Bank X Bogor. Kredit bermasalah yang
dimaksud adalah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang memiliki
kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian, Unsur Kredit, dan Jenis Kredit

2.1.1. Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa Yunani, “Credete” yang berarti


kepercayaan atau dalam bahasa Latin disebut “Creditum” yang berarti
kepercayaaan akan kebenaran. Dalam Ensiklopedia Umum, kredit dijelaskan
sebagai sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari pemilik
kepada pemakai dengan harapan akan mendapat keuntungan. Kredit diberikan
berdasarkan kepercayaan orang lain yang memberikannya terhadap
kecakapan dan kejujuran si peminjam.
Menurut Undang–Undang RI No 7 tahun 1992, pengertian baku tentang
kredit seperti tercantum dalam pasal 1 butir 12 adalah penyediaan atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

2.1.2. Unsur-Unsur Kredit

Kasmir (2004), mengemukakan unsur-unsur yang terkandung dalam


pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan
Kepercayaan yaitu suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa
kredit yang diberikan (baik berupa uang, jasa atau barang) akan benar-
benar diterimanya kembali di masa yang akan datang sesuai jangka
waktu kredit.
2. Kesepakatan
Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan
ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
6

3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu. Jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (di bawah 1 tahun),
jangka menengah (1 sampai 3 tahun) atau jangka panjang (di atas 3
tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran
kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu
jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.
4. Risiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan
memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian
suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin
besar risikonya, demikian pula sebaliknya.
5. Balas Jasa
Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas
pemberian suatu kredit. Dalam bank, balas jasa kita kenal dengan nama
bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga
membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga
merupakan keuntungan bagi bank.

2.1.3. Jenis-Jenis Kredit

Menurut Bank Indonesia, kredit berdasarkan plafon kredit dibagi menjadi


empat, yaitu:
1. Kredit usaha mikro, yaitu kredit yang memiliki plafon kredit sampai
dengan Rp. 50 juta.
2. Kredit usaha kecil, yaitu kredit yang memiliki plafon kredit Rp. 50 juta
sampai dengan Rp. 500 juta.
3. Kredit usaha menengah, yaitu kredit yang memiliki plafon kredit Rp. 500
juta sampai dengan Rp. 5 milyar.

4. Kredit usaha besar, yaitu kredit yang memiliki plafon kredit lebih dari
Rp. 5 milyar.
7

Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaan oleh calon debitur yaitu :


1. Digunakan untuk pembelian barang modal atau perluasan usaha.
2. Digunakan untuk menambah modal kerja usaha.
3. Digunakan untuk keperluan konsumsi.
4. Kredit Pertanian.
5. Kredit Perdagangan.
6. Kredit Industri.
7. Kredit Konstruksi.
8. Kredit Profesi
Penggolongan kredit Bank Umum Indonesia menurut Ilmu Manajemen
Kredit Bank, yaitu:
1. Berdasarkan penggunaan kredit: kredit modal kerja, kredit investasi, dan
kredit konsumsi.
2. Berdasarkan sektor usaha: pertanian, pertambangan, industri,
perdagangan, jasa dan lain-lain.
3. Berdasarkan bank penyalur: bank persero, bank umum swasta nasional,
dan Bank Pembangunan Daerah.

4. Berdasarkan denominasi mata uang: Rupiah dan valuta asing.

Kredit berdasarkan jangka waktu kredit dibagi menjadi tiga, yaitu:


1. Kredit jangka pendek merupakan kredit yang jangka waktu
pembayarannya maksimal satu tahun.
2. Kredit jangka menengah merupakan kredit yang jangka waktu
pembayarannya antara satu sampai dengan tiga tahun. Kredit jenis ini
biasanya berupa kredit modal kerja dan kredit investasi yang tidak terlalu
besar.
3. Kredit jangka panjang merupakan kredit yang jangka waktu
pembayarannya lebih dari tiga tahun. Kredit jenis ini biasanya digunakan
untuk membeli mesin, pabrik, dan peralatan atau keperluan untuk
investasi.
8

2.1.4. Kolektibilitas Kredit

Penetapan kolektibilitas kredit berdasarkan Peraturan Bank Indonesia


No. 8/9/PBI/2009 tentang Kualitas Aktiva Produktif (KAP) adalah:
1. Lancar (L)
Kredit yang tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga
tidak lebih dari tiga kali angsuran dan kredit belum jatuh tempo.
2. Kurang Lancar (KL)
Kredit yang terdapat tunggakan pokok dan atau bunga lebih dari tiga kali
angsuran tetapi tidak lebih dari enam kali angsuran; kredit telah jatuh
tempo tidak lebih dari satu bulan.
3. Diragukan (D)
Kredit yang terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga lebih
dari enam kali angsuran tetapi tidak lebih dari 12 kali angsuran; kredit
telah jatuh tempo lebih dari satu bulan tetapi tidak lebih dari dua bulan.
4. Macet ( M )
Kredit yang terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga lebih
dari 12 kali angsuran; kredit telah jatuh tempo lebih dari dua bulan;
kredit telah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang Negara (BUPN);
kredit telah diajukan pengganti ganti rugi kepada perusahaan asuransi
kredit.

2.2. Pengertian Kedit Bermasalah

Kredit bermasalah adalah semua kredit yang memiliki risiko tinggi


karena debitur telah gagal/menghadapi masalah dalam memenuhi kewajiban yang
telah ditentukan. Kemacetan kredit pada umumnya disebabkan oleh kesulitan–
kesulitan keuangan, baik yang disebabkan oleh faktor internal (manajemen)
maupun faktor eksternal (Djumhana, 2000).
Menurut Dendawijaya (2004), kredit tidak bermasalah dapat berubah
menjadi kredit bermasalah karena beberapa faktor, yaitu:
9

1. Faktor eksternal
a. Keadaan ekonomi secara makro.
b. Kenaikan kurs US $ terhadap Rupiah yang menaikkan harga pokok produk
atau jasa.
c. Peraturan yang ketat dalam suatu sektor ekonomi.
d. Peraturan atau kebijakan pemerintah.
2. Faktor internal perusahaan (debitur bank)
a. Mismanagement dalam perusahaan nasabah.
b. Kesulitan keuangan dalam mengembangkan usaha.
c. Kesalahan dalam produksi.
d. Kesalahan dalam strategi pemasaran.
e. Sengketa antar pemilik atau antar pemilik dengan direksi.
3. Faktor internal bank yang memberikan kredit
a. Mark up yang dilakukan dengan sengaja.
b. Studi kelayakan yang dibuat supaya proyek sangat layak.
c. Kolusi antar staf bank dan nasabah.
d. Kurang ketatnya monitoring kredit atau supervisi bank.
e. Surat sakti dari pemilik atau adanya korupsi kolusi dan nepotisme dengan
elit politik.
f. Kesalahan dalam memilih sektor industri nasabah.
Angka kredit bemasalah yang tinggi tidak hanya akan merugikan pihak
bank, tetapi juga menimbulkan kerugian para pemilik dana yang sebagian besar
merupakan anggota masyarakat. Kasmir (2004) mengungkapkan kemacetan suatu
fasilitas kredit disebabkan oleh dua faktor, yaitu:
1. Adanya unsur kesengajaan, artinya nasabah sengaja tidak mau membayar
kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan dengan sendirinya
macet.
2. Adanya ketidaksengajaan, artinya nasabah memiliki kemauan untuk
membayar tetapi tidak mampu dikarenakan usaha yang dibiayai terkena
musibah.
10

2.3. Konsep Risiko

Menurut Ghozali (2007), risiko sering diartikan sebagai ketidakpastian


(uncertainty). Risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,
membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Risiko dapat didefinisikan
sebagai volatilitas outcome yang umumnya berupa nilai dari suatu hutang atau
aktiva. Definisi risiko yang tepat dilihat dari sudut pandang bank adalah exposure
terhadap ketidakpastian pendapatan. Risiko bank adalah keterbukaan terhadap
kemungkinan rugi (exposure to the change of loss). Sedangkan menurut Peraturan
Bank Indonesia (PBI), risiko bisnis bank adalah risiko yang berkaitan dengan
pengelolaan usaha bank sebagai perantaraan keuangan.
Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial,
baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan
(unanticipated), yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan
bank. Risiko yang timbul dalam usaha bank yang dikelola melalui manajemen
risiko diuraikan dalam Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 adalah sebagai
berikut:
1. Risiko Kredit (Credit Risk)
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat pihak lawan
(counterparty) gagal memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat bersumber
dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan (penyediaan dana),
treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam
banking book maupun trading book.
2. Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan
variabel pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat merugikan
bank (adverse movement). Variabel pasar adalah suku bunga dan nilai tukar,
termasuk deviasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut yaitu perubahan harga
option.
3. Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko suku bunga adalah potensi kerugian akibat pergerakan suku
bunga di pasar yang berlawanan dengan posisi atau transaksi bank yang
mengandung risiko suku bunga.
11

4. Risiko Nilai Tukar (Foreign Exchange Risk)


Risiko nilai tukar adalah risiko kerugian akibat pergerakan yang
berlawanan dari nilai tukar pada saat bank memiliki posisi terbuka.
5. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan karena bank tidak
mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Risiko likuiditas dapat
dikategorikan sebagai risiko likuiditas pasar dan risiko likuiditas pendanaan.
6. Risiko Operasional (Operational Risk)
Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan ketidakcukupan dan
atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem
atau adanya masalah eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
7. Risiko Reputasi (Reputation Risk)
Risiko reputasi adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif
terhadap bank.
8. Risiko Strategik (Strategic Risk)
Risiko strategik adalah risiko yang disebabkan adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis
yang tidak tepat atau kurang responsif.

2.4. Risiko Kredit

Menurut Sutoyo (1994), bank menghadapi suatu risiko ketika


menyalurkan kreditnya yang disebut risiko kredit. Risiko kredit merupakan suatu
masalah besar bagi dunia perbankan dan lembaga keuangan pada umumnya.
Risiko kredit adalah bahwa debitur secara kredit tidak dapat membayar utang
maupun angsuran serta memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan,
atau menurunkan kualitas debitur sehingga persepsi tentang kemungkinan gagal
bayar semakin tinggi. Risiko kredit dapat timbul baik dari kinerja nasabah
maupun faktor dari luar nasabah. Hal ini dapat dijelaskan pada Gambar 1.
12

Kebangkrutan nasabah Gagal bayar

Kesulitan nasabah keuangan Potensi gagal bayar

Ambang batas kriteria Penurunan peringkat nasabah


kesehatan tidak dipenuhi

Penurunan kinerja nasabah Pelanggaran kontrak

Kelemahan kontrak kredit Potensi pelanggaran kontrak

Gambar 1. Kerangka risiko kredit (Sutoyo, 1994)

Menurut Djohanputro (2004), risiko kredit merupakan suatu risiko


kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan (gagal bayar) dari debitur atas
kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok maupun bunganya ataupun
keduanya. Debitur akan menawarkan biaya/keuntungan dari suatu pinjaman
berdasarkan dari risiko dan suku bunga yang dikenakan, namun suku bunga ini
bukan hanya satu-satunya metode kompensasi untuk risiko yang dihadapi.
Perlindungan tambahan dalam bentuk pembatasan sebagaimana diatur dalam
perjanjian kredit memungkinkan dilakukannya pengawasan oleh pemberi
pinjaman atas peminjam yaitu misalnya dalam bentuk :
1. Pembatasan terhadap debitur atas tindakan-tindakan yang dapat
mempengaruhi keuangan debitur misalnya melakukan pembelian kembali
saham, melakukan pembayaran deviden, atau melakukan peminjaman baru.
2. Kewenangan untuk melakukan pengawasan atas utang dengan cara
mensyaratkan adanya audit dan laporan keuangan bulanan.
3. Hak kepada kreditur untuk meminta pelunasan seketika atas utang yang
diberikannya apabila terjadi suatu peristiwa khusus ataupun apabila rasio
keuangan seperti utang/ekuiti menurun.
Secara garis besar, risiko kredit dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu risiko
default, risiko exposure, dan risiko recovery.
13

1. Risiko Default
Ukuran risiko default adalah probabilitas terjadinya gagal bayar pada
periode tertentu. Probibilitas mengukur gagal bayar. Perusahaan dapat dengan
melakukan pemeringkatan (rating).
2. Risiko Exposure
Risiko exposure merupakan risiko yang melekat pada besarnya kredit
yang menghadapi risiko gagal bayar. Bagi perbankan, kredit merupakan
komitmen dalam bentuk line of credit. Bagi perusahaan perdagangan,
besarnya transaksi secara kredit merupakan besarnya exposure. Jenis-jenis
status kredit yang berimplikasi terhadap besarnya exposure yaitu:
a. Kesepakan transaksi yang dapat dikembalikan, perusahaan dapat
membatalkan transaksi tanpa menunggu kesepakatan dari konsumen.
b. Kesepakatan bersifat irrevocable artinya perusahaan tidak dapat
membatalkan kesepakatan secara sepihak kecuali berdasarkan
kesepakatan kedua pihak.
c. Status transaksi dan kredit dalam kondisi ketidakpastian. Hal ini terjadi
apabila konsumen sudah mentransfer pembayaran sedangkan perusahaan
belum menerima pembayaran tersebut.
d. Status terselesaikan (settled). Hal ini terjadi apabila uang pembayaran
telah masuk ke rekening perusahaan.
e. Status gagal (failed). Hal ini terjadi pada saat ditetapkan, ternyata
konsumen gagal bayar.
3. Risiko Recovery
Risiko recovery berkaitan dengan terjadinya gagal bayar dari konsumen.
Tingkat recovery adalah sejauh mana perusahaan dapat tetap mengupayakan
agar nilai kredit dengan status gagal bayar tersebut dapat diupayakan
berapapun nilai nominal yang dapat diperoleh. Semakin kecil kemungkinan
perolehan dari kredit macet, semakin besar risiko recovery. Risiko recovery
dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan gagal bayar dari kredit
macet. Risiko-risiko yang merupakan bagian dari risiko recovery yaitu:
14

a. Risiko Jaminan
Risiko jaminan terkait dengan kejelasan status hukum jaminan fluktuasi
nilai likuidasi jaminan dan kemudahan eksekusi.
b. Risiko Jaminan Pihak Ketiga
Selain jaminan dalam bentuk asset, ada jaminan berupa kepercayaan.
Jaminan ini memiliki kegagalan eksekusi yang sangat tinggi.
c. Risiko Hukum
Risiko hukum berkaitan dengan kemungkinan mengubah kontrak dan
status pinjaman untuk mengakomodasi kepentingan dan kemampuan
perusahaan dan debitur. Perubahan kontrak berupa penjadwalan ulang
pinjaman, pemotongan pinjaman, dan penukaran pinjaman menjadi
setoran modal. Kegagalan untuk melakukan renegosiasi menyebabkan
tindakan hukum harus ditempuh.
Untuk mengantisipasi terjadinya risiko kredit, bank melakukan analisa
kelayakan kredit terhadap calon debiturnya dengan menggunakan prinsip 5C.
Menurut Djohanputro (2004), analisi kredit berdasarkan prinsip 5C meliputi:
1. Character
Character (karakter) berkaitan dengan perilaku debitur atau pembeli
secara kredit mengenai keinginan untuk membayar dan memenuhi kewajiban.
Perusahaan menggunakan data masa lalu mengenai track record calon
debitur. Karakter dapat dikaitkan dengan pelanggaran moral (moral hazard)
yaitu kecenderungan seseorang dengan sengaja menyimpangkan wewenang
dan kemampuan untuk kepentingan pribadi dengan mengorbankan
kepentingan orang lain dan menggunakan kemampuan atau kekayaan orang
lain.
2. Capacity
Capacity (kapasitas) menunjukkan kemampuan calon debitur atau
pembeli secara kredit untuk membayar kewajiban pinjam meminjam. Potensi
pembayaran kewajiban debitur dapat dilihat dari laporan keuangan historis
dan kinerja berupa performa arus kas, neraca, dan laba rugi, rasio lancar dan
rasio kas dapat menunjukkan kemampuan pemenuhan kewajiban.
15

3. Capital
Capital (modal) digunakan untuk mengetahui sumber-sumber
pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh
bank. Modal dapat ditunjukkan oleh perbandingan antara pinjaman dan modal
sendiri (ekuitas).
4. Collateral
Collateral (jaminan) merupakan piranti pengaman pinjaman yang
terakhir. Jaminan akan dieksekusi apabila debitur atau pembeli secara kredit
menyatakan tidak dapat membayar dan pinjaman tidak mungkin
direstrukturisasi. Perusahaan kreditur perlu memperhatikan prinsip kehati-
hatian dalam menetapkan kredit karena faktor status hukum jaminan, nilai
jaminan terhadap kewajiban, kemudahan likuidasi jaminan.
5. Condition
Condition (kondisi) mengacu kepada kondisi eksternal perusahaan yang
mempengaruhi kelangsungan perusahaan. Kondisi perusahaan berupa kondisi
makro (ekonomi, politik, selera konsumen, dan lingkungan) dan intervensi
pihak berkepentingan (stakeholders).

2.5. Manajemen Risiko

Tampubolon (2004) mendefinisikan manajemen risiko sebagai sebuah


disiplin pengelolaan yang tujuannya adalah memproteksi aset dan laba sebuah
organisasi dengan mengurangi potensi kerugian sebelum hal tersebut terjadi, dan
pembiayaan melalui asuransi atau cara lain atas kemungkinan rugi besar karena
bencana alam, keteledoran manusia, atau karena keputusan pengadilan. Dalam
prakteknya, proses ini mencakup langkah-langkah logis seperti pengidentifikasian
risiko, pengukuran dan penilaian atas ancaman (exposures) yang telah
diidentifikasi, pengendalian ancaman tersebut melalui eliminasi atau pengurangan,
dan pembiayaan ancaman yang tersisa agar apabila kerugian tetap terjadi,
organisasi dapat terus menjalankan usahanya tanpa terganggu stabilitas
keuangannya. Menurut Djohanpotro (2004), siklus manajemen risiko terdiri dari
lima tahap seperti yang terlihat pada Gambar 2.
16

Evaluasi pihak Identifikasi risiko


yang berkepentingan

Pengawasan dan
Pengukuran risiko
pengendalian
risiko

Model pengelolaan Pemetaan risiko


risiko

Gambar 2. Siklus manajemen risiko (Djohanputro, 2004)

Tahap 1. Identifikasi Risiko


Tahap ini mengidentifikasi hal yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah
pertama dalam mengidentifikasi risiko adalah melakukan analisis pihak yang
berkepentingan (stakeholders). Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari
McKenzie yaitu: Shared value, Strategy, Structure, Staff, Skill, System, dan Style.
Tahap 2. Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu faktor kuantitatif dan
kualitatif. Kuantitas risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang
rentan terhadap risiko, sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko
muncul, semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula
risikonya.
Tahap 3. Pemetaan Risiko
Pemetaan risiko ditujukan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan
kepentingan bagi perusahaan. Adanya prioritas dikarenakan perusahaan memiliki
keterbatasan dalam sumber daya manusia dan jumlah uang sehingga perusahaan
perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu dan mana yang
dinomor duakan dan mana yang perlu diabaikan. Selain itu, prioritas juga
ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan.
17

Tahap 4. Model Pengelolaan Risiko


Model pengelolaan risiko terdapat beberapa macam diantaranya model
pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan model risiko, struktur
organisasi pengelolaan, dan lain-lain.
Tahap 5. Monitor dan Pengendalian
Monitor dan pengendalian penting karena:
a. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan
sesuai dengan rencana.
b. Manajemen juga perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko
cukup efektif.
c. Monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan
terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko. Perubahan
ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan
prioritas risiko.
Bank Indonesia mendefinisikan manajemen risiko sebagai serangkaian
prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalikan risiko yang timbul akibat kerugian usaha bank.
Fungsi kontrol merupakan salah satu hal penting dalam operasional perbankan,
karena itulah BI meluncurkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003
tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum.

Bessis (1998) menyatakan manajemen risiko kredit mencakup dua hal,


yaitu risiko proses putusan kredit, sebelum putusan dibuat sampai menindaklanjuti
komitmen kredit, ditambah risiko pemantauan dan proses laporan. Selanjutnya
diperlukan pengukuran dari risiko kredit, antara lain menggunakan limit systems
and credit screening, risk quality and ratings, serta credit enhancement.
Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia, dinyatakan bahwa proses
manajemen risiko bank sekurang-kurangnya mencakup pendekatan pengukuran
dan penilaian risiko, struktur limit dan pedoman serta parameter pengelolaan
risiko, sistem informasi manajemen dan pelaporannya, serta evaluasi dan kaji
ulang manajemen. Bank perlu melakukan manajemen terhadap risiko kredit yang
melekat pada seluruh portofolio, yaitu dengan mengidentifikasi, mengukur,
18

memonitor, mengontrol risiko kredit, serta memastikan modal yang tersedia


cukup, dan dapat diperoleh kompensasi yang sesuai atas risiko yang timbul.

2.6. Value at Risk (VaR)

Value at Risk (VaR) merupakan inti dari Internal Rating Based Approach
(IRB) yang memberikan keleluasaan bagi bank untuk menggunakan formulasinya
sendiri dan mengembangkan model sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
mengukur risiko kredit. VaR merupakan sebuah konsep yang digunakan dalam
pengukuran risiko dalam manajemen risiko. Secara sederhana VaR menjawab
pertanyaan seberapa besar (dalam persen atau sejumlah uang tertentu) investor
dapat merugi selama waktu investasi T dengan tingkat kepercayaan sebesar α. Inti
dari VaR adalah volatilitas. Volatilitas adalah keragaman perubahan faktor risiko.
Secara statistik volatilitas sama dengan simpangan baku (Jorion, 2001)
Pengukuran suatu risiko dengan menggunakan VaR dilakukan secara
kuantitatif dengan memperkirakan potensi maksimum kerugian yang mungkin
terjadi dengan suatu tingkat keyakinan tertentu. Penilaian risiko ini menggunakan
data masa lalu dengan cara melakukan pengukuran tehadap volatilitas nilai di
masa lalu. Dalam perhitungan terhadap nilai risiko di masa yang akan datang tidak
bisa memastikan dengan pasti potensi kerugian yang akan terjadi. Oleh sebab itu,
nilai peluang selalu mengikuti hasilnya. Transparansi VaR akan semakin baik
karena VaR secara konsisten mengukur pengaruh dari hedging terhadap seluruh
total risiko. VaR memberikan penekanan pada keseluruhan risiko dibandingkan
dengan pengukuran tradisional yang lebih menekankan pada risiko per transaksi
individual (Jorion, 2001). VaR terdiri dari:
1. Perhitungan VaR dengan metode credit metrics
Credit metrics adalah suatu kerangka VaR yang diaplikasikan untuk penilaian
risiko aset yang tidak diperdagangkan seperti pinjaman. Metode ini
didasarkan pada konsep rata-rata dan simpangan baku terboboti. Dalam
prosesnya memerlukan credit rating (peringkat rating) dan matriks migrasi.
2. Peringkat kredit
Dalam perhitungan VaR kredit dengan metode credit metrics perlu dilakukan
pemeringkatan kredit terlebih dahulu. Peringkat tersebut didasarkan atas
peringkat yang telah dilakukan oleh rating agencies. Dalam penelitian ini
19

tidak menggunakan rating eksternal, sehingga sebagai pengganti peringkat


tersebut diperlukan kolektibilitas debitur berdasarkan peraturan yang
dikeluarkan oleh BI.
3. Matriks migrasi
Matriks migrasi sama dengan matriks transisi. Peluang migrasi atau
perpindahan dari suatu kelas peringkat (kolektibilitas) tertentu ke kelas
peringkat yang lain dinamakan matriks transisi. Matriks transisi ini dapat
diartikan juga sebagai proporsi perpindahan kolektibilitas dari satu bulan ke
bulan lainnya. Matriks migrasi diasumsikan stasioner (stabil). Penentuan
matriks migrasi dalam penelitian ini menggunakan kolektibilitas debitur. Hal
ini disesuaikan dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/19/PBI/2006 tentang
Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dimana menetapkan bahwa KAP dalam
bentuk kredit ditetapkan dalam empat golongan, yaitu L, KL, D, dan M.
Bentuk matriks transisi adalah sebagai berikut:
L KL D M
L P11 P12 P13 P14
KL P21 P22 P23 P24
D P31 P32 P33 P34
M P41 P42 P43 P44
Keterangan:
a. P11 adalah peluang kredit dengan peringkat 1 (kolektibilitas lancar)
tetap berada pada peringkat 1 (kolektibilitas lancar)
b. P12 adalah peluang kredit dengan peringkat 1 menjadi berada pada
peringkat 2 (kolektibilitas kurang lancar) dan seterusnya
c. L, KL, D, dan M adalah kolektibilitas lancar, kurang lancar,
diragukan, dan macet.

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Rahminta (2009) tentang Risiko Kredit di


PD BPR BKK Pati Kota Kantor Kas Margoyoso menunjukkan bahwa kredit
disalurkan kepada nasabah di beberapa sektor ekonomi antara lain pada sektor
pertanian, perdagangan, dan sektor lainnya. Kredit yang disalurkan PD BPR BKK
Pati Kantor Kas Margoyoso pada tahun 2008 mengalami kredit bermasalah
20

dengan nilai NPL 26,53 persen. Nilai tersebut merupakan nilai yang sangat tinggi
karena batas maksimal kredit bermasalah yang ditetapkan BI adalah 5 persen.
Dari analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis VaR didapatkan
kerugian maksimum yang dihadapi PD BPR BKK Pati Kota Kantor Kas
Margoyoso per Desember 2008 dengan tingkat keyakinan 95 persen sebesar Rp.
329.271.901,56 atau 21,05 persen dari total baki debet per Desember 2008.
Sedangkan dengan tingkat keyakinan 99 persen kemungkinan kerugian
maksimum yang dialami sebesar Rp. 464.971.836,74 atau sebesar 29,72 persen
dari total baki debet per Desember 2008.
Setiawati (2005) melakukan penelitian tentang VaR Kredit Mikro pada
Bank X, dimana nilai kolektibilitas yang mengalami penurunan sehingga
menyebabkan bank mengalami kerugian. Kemungkinan kerugian atau risiko
terbesar yang dihadapi Bank X pada kredit mikro dengan adanya pergeseran
kolektibilitas atau kualitas kredit ditentukan dengan pendekatan internal
menggunakan VaR. Hasil yang didapat sesuai dengan tingkat keyakinan 95 persen
adalah sebesar Rp. 92.023.041. Nilai kerugian tersebut adalah sebesar 52,99
persen dari total baki debet pinjaman, sedangkan dengan tingkat keyakinan 99
persen kemungkinan terjadinya kerugian terbesar kredit mikro pada bulan Juni
2005 adalah sebesar Rp. 129.947.688 yaitu sebesar 74.83 persen dari total baki
debet.
Penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2005) tentang Creditrisk
pada BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu Jawa Tengah menunjukkan bahwa
kredit yang diterima oleh pengusaha kecil membantu dalam mengembangkan
suatu usaha melalui peningkatan modal. Metode Creditrisk digunakan untuk
memperkirakan potensi risiko yang terjadi untuk satu bulan selanjutnya. Jika
dilihat dari karakter usaha dan ciri usaha, UMKM adalah usaha yang memiliki
risiko kredit atau peluang menunggak paling kecil. Tetapi BMT Prima Dinar tetap
berusaha fokus pada manajemen risiko kredit sehingga dapat meminimalisir
kerugian yang terjadi.
21

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil adalah kredit yang bersifat


umum, individu, selektif, dan berbunga wajar untuk mengembangkan atau
meningkatkan usaha kecil yang layak (eligible). Produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil sebagai kredit dengan skala kecil mempunyai prosedur yang relatif
mudah dan sederhana. Namun dalam penyalurannya perlu pemahaman secara
tepat dari pejabat kredit lini.
Target pasar Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil adalah pengusaha
kecil, usaha rumah tangga, dan golongan berpenghasilan tetap. Karakteristik
usaha kecil dan usaha rumah tangga tersebut antara lain mempunyai banyak
kegiatan, tidak terorganisasi, catatan keuangan tidak lengkap dan tidak sesuai
dengan standar akuntansi yang baku, serta tidak berbadan usaha. Selain itu,
karakteristik lainnya adalah wilayah usaha berada pada suatu daerah geografis
atau lokasi tertentu yang berdasarkan analisis serta evaluasi dipilih sebagai target
pemasaran dan berdasarkan perhitungan ekonomis usahanya layak dibiayai dan
dapat memberikan keuntungan bagi Bank X Unit.
Penelitian difokuskan pada produk Kredit Masyarakat Desa yaitu produk
Kredit Masyarakat Desa Komersil yang diberikan kepada pengusaha UMKM baik
untuk menambah modal kerja maupun untuk investasi. Tiap Rupiah produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil yang diberikan tentu mengandung risiko. Risiko yang
terjadi adalah risiko gagal bayar yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah.
Bank X Bogor merupakan salah satu Bank X Unit yang berada di Kabupaten
Bogor yang memiliki kredit bemasalah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil
sebesar 1,94 persen pada tahun 2010. Oleh sebab itu, Bank X Bogor harus
melakukan pengelolaan kredit secara tepat untuk dapat meminimalisir angka
tersebut di tahun mendatang.
Penerapan manajemen risiko yang baik dan benar diawali dengan
mengidentifikasi risiko. Setelah dilakukan identifikasi risiko secara akurat,
selanjutnya bank melakukan pengukuran risiko. Pengukuran risiko kredit
dimaksudkan agar bank mampu menghitung eksposur kredit yang melekat dalam
22

melaksanakan kegiatan usahanya. Pengukuran risiko merupakan salah satu cara


dalam pengelolaan risiko sehingga dapat menentukan prosedur penanganan risiko.
Pengukuran risiko dilakukan dengan VaR sehingga Bank X Bogor mengetahui
potensi maksimum kerugian yang mungkin terjadi. Metode VaR digunakan
karena metode ini memiliki konsep yang sederhana namun dapat menjelaskan dan
menunjukkan kerugian maksimum yang dialami bank untuk periode satu tahun.
Bank X Bogor menyalurkan produk Kredit Masyarakat Desa Komersil
pada UMKM untuk membantu UMKM dalam hal pengembangan usahanya. Pada
tahun 2010, NPL produk Kredit Masyarakat Desa Komersil di Bank X Bogor
adalah 1,94 persen. Angka tersebut cukup tinggi sehingga identifikasi risiko kredit
perlu dilakukan untuk menganalisa penyebab terjadinya risiko kredit dan
mengetahui berapa kerugian yang terjadi. Hasil yang diperoleh kemudian
dianalisa agar Bank X dapat menentukan pengelolaan risiko kredit dengan baik
untuk menghindari risiko kredit yang lebih besar di tahun mendatang. Kerangka
pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.
Bank X Bogor

Produk Kredit
Masyarakat Desa
Komersil
Produk Kredit
Masyarakat Desa
Komersil Komersil

NPL Tinggi (1,94 persen)


Sehingga Harus Dikelola

Identifikasi Risiko Kredit

Karakteristik Debitur Penyebab Terjadinya Risiko Pengukuran Risiko


Bermasalah Produk Kredit Kredit Bermasalah Produk Kredit Produk Kredit
Masyarakat Desa Kredit Masyarakat Desa Masyarakat Desa

Pengelolaan Risiko Kredit

Risiko Kredit yang lebih


besar dapat dihindari

Gambar 3. Kerangka pemikiran


23

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian terdiri dari:


1. Pra penelitian berupa observasi lapang dilakukan untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi di Bank X Bogor tentang kredit yang disalurkan.
Pada tahap ini dilakukan pendekatan umum terhadap profil kredit yang
disalurkan.
2. Perumusan masalah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi permasalahan, penentuan sasaran yang akan dicapai, dan
batasan-batasan dalam analisis risiko kredit.
3. Mengidentifikasi jenis produk Kredit Masyarakat Desa Komersil untuk
menganalisa jumlah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang
disalurkan dan jumlah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil bermasalah.
4. Rancangan pengumpulan data. Data primer diperoleh dari hasil kuisioner dan
wawancara dengan pihak bank dan debitur. Data sekunder diperoleh dari
laporan bulanan produk Kredit Masyarakat Desa Komersil pada tahun 2010.
5. Pengumpulan data primer dan data sekunder. Data yang dikumpulkan adalah
profil produk Kredit Masyarakat Desa Komersil, karakteristik debitur produk
Kredit Masyarakat Desa Komersil, dan faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kredit bermasalah.
6. Input data hasil wawancara, kuisioner, dan laporan bulanan Bank X tahun
2010.
7. Pengolahan data secara deskriptif untuk mengetahui penyebab terjadinya
risiko kredit.
8. Menghitung risiko produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang terjadi
menggunakan VaR dengan metode credit metric. Credit metrics adalah suatu
kerangka VaR yang diaplikasikan untuk penilaian risiko aset yang tidak
diperdagangkan seperti pinjaman. Dalam prosesnya memerlukan credit rating
(peringkat rating) dan matriks migrasi.
9. Menganalisis risiko kredit yang terjadi di Bank X Bogor.
10. Penyusunan pengelolaan risiko produk Kredit Masyarakat Desa Komersil
bermasalah untuk mengurangi terjadinya risiko kredit.
24

11. Kesimpulan dan Saran. Disimpulkan faktor-faktor yang menyebabkan


terjadinya risiko kredit dan besarnya risiko kredit yang terjadi sehingga dapat
diberikan saran bagaimana mengelola risiko kredit tersebut. Tahapan
penelitian dapat dilihat dalam Gambar 4.
Pra Survey Penelitian ke Bank X
Studi
Perumusan Masalah
Pustaka  Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah?
 Berapa risiko Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil komersil yang
terjadi?
 Bagaimana pengelolaan risiko Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil?

Tujuan
 Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kredit bermasalah.
 Menganalisis risiko Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil komersil yang
terjadi.
 Menganalisis pengelolaan risiko Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil.

Rancangan Pengumpulan Data:


1. Data Primer 2. Data Sekunder
-Kuisioner - Profil Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil
-Wawancara - Karakteristik Debitur Produk Kredit Masyarakat
Desa Komersil
- Nilai Kredit yang Disalurkan Tahun 2010
Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Wawancara: Kuisioner : Laporan Bulanan


 Wawancara dengan Pihak Bank  Kuisioner untuk Bank X  Laporan Posisi Kredit Tahun 2010
 Wawancara dengan Debitur  Kuisioner untuk debitur  Data Debitur per bulan Tahun 2010
Produk Kredit Masyarakat Desa Produk Kredit Masyarakat  Outstanding/baki debet kredit per Des 2010
Bermasalah Desa Bermasalah (Sensus)

Memadai ?
tidak
ya
Input Data

Pengolahan Data

Analisis Deskriptif hasil kuisioner dan wawancara Penghitungan Risiko Kredit dengan Metode VaR

Analisis Data

Pengelolaan Risiko Kredit

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4. Diagram alir penelitian


25

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama Bulan Desember 2010 sampai Juni 2011 di


Bank X Bogor yang terletak di Jalan Raya Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat.

3.4. Jenis Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan debitur atau
nasabah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil dengan bantuan kuisioner.
Selain itu dilakukan wawancara dengan pihak manajemen Bank X Bogor. Data
sekunder adalah data yang sudah tersedia. Data sekunder bersumber dari data
yang terkait debitur UMKM dan laporan kredit Bank X Bogor pada tahun 2010,
data-data dari lembaga terkait seperti BPS, BI, dan sebagainya serta studi pustaka
dan literatur-literatur yang bersangkutan. Metode pengumpulan data dilakukan
melalui pengamatan langsung di lapangan, penyebaran kuisioner, wawancara baik
dengan debitur maupun dengan pihak manajemen bagian kredit Bank X Bogor,
dan studi literatur yang berkaitan dengan risiko kredit di Bank X Bogor.
26

Tabel 1. Jenis kebutuhan data, metode pengumpulan data dan analisis data
No Tujuan Penelitian Jenis Data Data yang Metode Analisis
dibutuhkan Data
1 Mengidentifikasi - Primer -Data individu - Kuisioner -Analisis
karakter debitur Debitur - Wawancara Deskriptif
bermasalah Bank X -Data usaha debitur -Analisis
Bogor. Kuantitatif

2 Menganalisis faktor- - Primer Data debitur yang Wawancara -Analisis


faktor yang mengalami kredit Deskriptif
menyebabkan kredit bermasalah -Analisis
bermasalah di Bank X Kuantitatif
Bogor.

3 Menganalisis risiko - Primer - Outstanding / baki - Wawancara - Analisis


Produk Kredit - Sekunder debet Produk - Observasi Deskriptif
Masyarakat Desa Kredit Masyarakat lapangan - Metode
Komersil yang terjadi Desa Komersil VaR
di Bank X Bogor. - Persentase NPL

Menganalisis - Primer - Data jumlah kredit - Wawancara Analisis


4
pengelolaan risiko - Sekunder yang bermasalah - Studi deskriptif
Produk Kredit - Dokumen dari Literatur
Masyarakat Desa perusahaan
Komersil di Bank X
Bogor.

3.5 Teknik Pengambilan Data Primer

Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus, artinya seluruh populasi


debitur kredit bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa menjadi responden.
Responden berjumlah 50 orang debitur produk Kredit Masyarakat Desa Komersil
bermasalah tahun 2010. Responden tersebut terdiri dari penunggak yang masih
dapat mengangsur dan yang tidak dapat mengangsur produk Kredit Masyarakat
Desa Komersil. Kelompok debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil yang masih dapat mengangsur adalah debitur yang tidak tepat waktu
dalam melakukan pembayaran kredit namun mereka masih melakukan
pembayaran atas pinjamannya. Sedangkan kelompok debitur bermasalah yang
tidak dapat mengangsur Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil adalah debitur
yang sama sekali tidak lagi membayar pinjamannya ke Bank X karena berbagai
alasan.
27

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Deskriptif

Analisis data berupa analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui


prosedur pengelolaan kredit bermasalah dan perkembangan kolektibilitas
kredit sehingga mudah untuk dipresentasikan. Penilaian menggunakan data
per Desember 2010. Dalam perhitungan terhadap nilai risiko di masa yang
akan datang tidak bisa memastikan dengan pasti potensi kerugian yang akan
terjadi. Oleh sebab itu, peluang selalu mengikut hasilnya.

3.6.2 Value at Risk (VaR)

Salah satu alat analisis yang digunakan untuk menghitung risiko kredit
adalah VaR. VaR dapat mengetahui berapa jumlah risiko maksimum yang
akan dialami bank. Tahap menghitung VaR adalah sebagai berikut:
1. Menentukan matriks transisi bulanan
Matriks transisi bulanan merupakan rating debitur baik, meningkat,
menutun atau tetap (perubahan dari migrasi kualitas kredit pada suatu
periode waktu tertentu). Matriks transisi ini berukuran 4 x 4 karena
jumlah kelas (grade) dalam credit rating system ada empat yaitu lancar,
kurang lancar, diragukan, dan macet.
2. Menentukan matriks migrasi unconditional
Matriks migrasi unconditional adalah proporsi perpindahan kolektibilitas
satu bulan ke bulan berikutnya. Bentuk matriks ini sama dengan matriks
transisi.

L KL D M
L P11 P12 P13 P14
KL P21 P22 P23 P24
D P31 P32 P33 P34
M P41 P42 P43 P44

Baris ke satu pada matriks di atas merupakan peluang untuk


menghitung VaR pada kolektibilitas lancar. Baris ke dua merupakan
28

peluang untuk menghitung VaR pada kolektibilitas kurang lancar, dan


seterusnya.
Keterangan:
a. P11 adalah peluang kredit dengan peringkat 1 (kolektibilitas lancar)
tetap berada pada peringkat 1 (kolektibilitas lancar).
b. P12 adalah peluang kredit dengan peringkat 1 (kolektibilitas lancar)
menjadi berada pada peringkat 2 (kolektibilitas kurang lancar) dan
seterusnya.
c. L, KL, D, dan M adalah kolektibilitas lancar, kurang lancar,
diragukan, dan macet.
3. Menghitung rata-rata nilai baki debet
Rata-rata nilai ini merupakan jumlah dari hasil perkalian antara peluang
migrasi ke peringkat tertentu dengan hasil kali antara nilai baki debet
total peringkat tertentu pada akhir periode pengamatan dengan peluang
peringkat tertentu. Peringkat yang dimaksud adalah kolektibilitas. Secara
sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

µtotal = ∑si= 1 рi µi .................................................(1)


Keterangan:

a. µtotal adalah rata-rata nilai baki debet pada tahun 2010


b. рi adalah peluang suatu kondisi ( peluang migrasi ke peringkat
tertentu) dari L ke L, L ke KL, L ke D, L ke M. Dari KL ke L, KL
tetap KL, KL ke D, KL ke M, dan seterusnya.

c. µi adalah nilai baki debet yang merupakan hasil kali antara baki

debet total dengan peringkat tertentu pada akhir periode pengamatan


dengan peluang peringkat tertentu
d. s adalah banyaknya peringkat (L, KL, D, M)
4. Menghitung selisih nilai baki debet dengan nilai rata-rata debet

(µtotal)

5. Menghitung ragam, yaitu jumlah dari hasil rata-rata perkalian kuadrat


selisih rata-rata nilai baki debet dengan rata-rata terbobot dengan
peluangnya. Rumus untuk menghitung ragam adalah:
29

δ2 = ∑si= 0 рi µi2 - µtotal2 ..........................................(2)


6. Menghitung simpangan baku yang merupakan akar dari ragam.
Simpangan baku disebut volatilitas. Nilai volatilitas digunakan untuk
menghitung VaR kredit dengan asumsi nilai pinjaman terdistribusi
normal untuk tingkat keyakinan 95 persen dan 99 persen adalah:

VaR = Zα x δ .............................................................(3)
Keterangan:
a. Zα adalah titik ktitik pada tabel Z (Zα pada tingkat keyakinan
tertentu)

b. δ adalah pendugaan volatilitas


Semakin besar tingkat kepercayaan yang digunakan maka nilai VaR
akan semakin besar, begitu pula dengan volatilitas, semakin besar
volatilitas yang dihasilkan maka nila VaR akan semakin besar pula.
Tingkat keyakinan 95 persen digunakan oleh Morgan ”Risk Metrics”
dan tingkat keyakinan 99 persen digunakan oleh Basel Committee.
Analisis VaR diawali dengan menentukan matriks transisi bulanan.
Matriks transisi diperoleh dari Bulan Januari 2010 sampai dengan Bulan
Desember 2010 sehingga matriks transisi yang dihasilkan sebanyak 11
matriks yang berukuran 4 x 4. Matriks transisi yang diperoleh dijumlah
kemudian dicari rata-ratanya dan dari rata-rata yang diperoleh digunakan
untuk menyusun matriks unconditional.
30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Bank X Bogor

Bank X Bogor berdiri pada tahun 1974 bersamaan dengan berdirinya


Bank X unit di seluruh Indonesia. Bank X Bogor merupakan salah satu dari 32
unit yang ada di wilayah Kantor Cabang Bank X Bogor. Bank X Bogor terletak di
Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Wilayah kerja Bank X Bogor
meliputi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan
Pamijahan. Kecamatan Cibungbulang meliputi 15 desa, yaitu Cemplang,
Ciaruteun Ilir, Ciaruteun Udik, Cibatok I, Cibatok II, Cijujung, Cimanggu I,
Cimanggu II, Dukuh, Galuga, Girimaya, Leuweungkolot, Situ Ilir, Situ Udik, dan
Sukamaju. Kecamatan Pamijahan yang terdiri dari 14 desa, yaitu Purwabakti,
Ciasmara, Ciasihan, Gunung Sari, Gunung Bunder II, Gunung Bunder I,
Cibening, Picung, Cibitung Kulon, Cibitung Wetan, Pamijahan, Pasarean, Gunung
Menyan, dan Cimayang.
Struktur organisasi Bank X Bogor dipimpin oleh seorang Kepala Unit (
Kepala Unit) yang membawahi dua orang Mantri, dua orang Deskman, dan dua
orang Teller.

Kepala Unit

Mantri Teller Deskman

Gambar 5. Struktur organisasi Bank X Bogor

Masing-masing bagian mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang berbeda


sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Bank X.
1. Kepala Unit
Kepala Unit bertugas sebagai pimpinan kantor Bank X Bogor. Dalam hal
ini Kepala Unit bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional yang
31

dilakukan oleh Bank X Bogor. Setiap Kepala Unit memiliki kewenangan


dalam hal produk simpanan dan pinjaman. Kewenangan dalam produk
simpanan yaitu menyangkut kewenangan dalam menyetujui penarikan
simpanan. Kepala Unit berwenang untuk menyetujui penarikan simpanan
sampai batas maksimal transaksi sebesar 500 Juta Rupiah. Transaksi di atas
batas maksimal menjadi kewenangan pejabat yang lebih tinggi dalam hal ini
pejabat di Kantor Cabang Bank X Bogor. Kewenangan pada produk pinjaman
adalah dalam hal menyetujui besarnya pinjaman. Pinjaman yang dapat
disetujui oleh Kepala Unit adalah maksimal sebesar 30 Juta Rupiah.
Kewenangan ini dikenal dengan istilah Kuasa Memutus Permohonan
Pinjaman (KMPP). Kinerja Kepala Unit dilihat dari laporan keragaan yang
dicapai oleh bank tersebut.
2. Mantri
Mantri bertugas sebagai tenaga pemasaran yang bertugas ganda yaitu
sebagai lending dan funding officer. Khusus untuk pinjaman, seorang Mantri
bertugas sebagai seorang analis kredit untuk merekomendasikan putusan
kredit kepada Kepala Unit dan sekaligus sebagai tenaga pembina debitur.
Kinerja seorang Mantri pada umumnya dilihat dari laporan keragaan
pinjaman pada bank tersebut.
3. Teller
Teller bertugas untuk melayani segala bentuk transaksi tunai perbankan
yang meliputi setoran dan penarikan simpanan, setoran pinjaman, setoran
transfer dan kliring, pembayaran rekening tagihan telepon dan listrik,
pembayaran setoran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta berbagai
transaksi tunai lainnya.
4. Deskman
Deskman memiliki tugas ganda yaitu sebagai front office dan sebagai
back office. Sebagai front office, Deskman bertugas untuk melayani nasabah
baik nasabah simpanan maupun nasabah pinjaman. Dalam hal ini melayani
pembukaan rekening, menyampaikan informasi tentang produk, dan lain-lain.
Seorang Deskman juga bertugas memberikan pembinaan kepada nasabah
pinjaman yang datang ke Bank X, khususnya dalam hal pembayaran angsuran
32

pinjaman serta memberikan penjelasan mengenai hak dan kewajiban seorang


peminjam. Sebagai back office, Deskman bertugas untuk melakukan segala
bentuk register dan pembuatan laporan yang diperlukan oleh kantor cabang
maupun kantor pusat.
Sebagai perbankan simpan pinjam, Bank X Bogor memiliki berbagai
produk perbankan untuk memenuhi kebutuhan nasabahnya. Secara garis besar,
Bank X Bogor melayani tiga macam produk perbankan yaiutu simpanan
(tabungan dan deposito), pinjaman dan jasa bank lainnya.
1. Tabungan Pedesaan
Pembukaan tabungan pedesaan dibuat sesederhana mungkin dan dengan
setoran yang terjangkau oleh masyarakat serta beban administrasi yang
tergolong ringan. Sebagai penghargaan terhadap nasabah, produk ini disertai
dengan suku bunga yang bersaing dan undian berhadiah. Undian ini
diselenggarakan dalam dua periode pengundian per tahunnya dengan hadiah
utama saat ini berupa satu unit mobil. Wilayah undian tabungan pedesaan
hanya mencakup satu wilayah kantor cabang sehingga kesempatan untuk
menang lebih besar.
2. Deposito
Deposito merupakan tabungan dengan ketetapan jangka waktu penarikan
sesuai dengan perjanjian sehingga nasabah tidak bisa menarik tabungannya
dengan bebas melainkan hanya bisa menarik tabungannya pada waktu yang
telah disepakati sebelumnya. Bunga yang diberikan atas produk deposito ini
lebih besar dibandingkan jenis tabungan lainnya, yaitu 6 persen. Bunga bisa
berubah-ubah menyesuaikan dengan ketentuan peraturan suku bunga BI.
3. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
KUR diselenggarakan untuk membantu para pengusaha mikro di
Indonesia khususnya masyarakat yang berada di wilayah kerja Bank X Bogor.
KUR dengan berbagai kemudahannya seperti persyaratan kredit yang relatif
sederhana sehingga mudah dipenuhi serta bunga pinjaman yang lebih rendah,
telah banyak membantu para pengusaha mikro dalam mengembangkan
usahanya.
33

4. Produk Kredit Masyarakat Desa


Produk Kredit Masyarakat Desa merupakan kredit yang diberikan kepada
UMKM dan Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT). Sasaran penerima kredit
ini adalah para pelaku usaha (komersil) dan GBT. Pembebanan bunga pada
debitur Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil secara flat atau sama setiap
bulannya.
Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil memiliki persyaratan yang
harus dipenuhi oleh calon debitur yang ingin mengajukan kredit. Persyaratan
antara produk Kredit Masyarakat Desa Komersil GBT dengan produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil berbeda. Berikut ini adalah persyaratan untuk
produk Kredit Masyarakat Desa Komersil:
1. Penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja Bank X setempat yang
dibuktikan dengan KTP atau surat keterangan penduduk yang dibuat
Kepala Desa setempat. Khusus untuk calon nasabah tertentu
dimungkinkan untuk dilayani oleh Bank X diluar domisili nasabah yang
bersangkutan setelah mendapat surat izin prinsip dari Kantor
Cabang/Kantor Wilayah/Kantor Pusat.
2. Mempunyai usaha yang layak dan mempunyai karakter yang baik untuk
dibiayai dengan produk Kredit Masyarakat Desa Komersil.
3. Bagi calon nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha dari instansi
yang berwenang, cukup melampirkan fotocopy surat izin usaha tersebut.
4. Tidak sedang menikmati kredit lainnya di Kantor Cabang Bank X
lainnya.
5. Wajib membuka rekening tabungan di Bank X.
6. Dapat menyediakan agunan kebendaan.
Unsur agunan dikatakan sebagai the second way out bagi Bank X untuk
setiap pemberian Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil. Namun
demikian penilaian dan evaluasi terhadap agunan ini harus cermat karena
akan merupakan pembayaran terakhir yang diharapkan oleh Bank X
apabila kredit yang diberikan menjadi bermasalah atau macet. Setiap
calon debitur produk Kredit Masyarakat Desa Komersil dipersyaratkan
untuk dapat menyediakan agunan yang nilainya harus mengcover seluruh
34

jumlah pinjamannya (pokok dan bunga). Bila ditinjau dari sumber


pembiayaan, agunan produk Kredit Masyarakat Desa Komersil
dibedakan menjadi dua macam yaitu agunan pokok dan agunan
tambahan. Sedangkan jika ditinjau dari sifat barang atau bendanya,
agunan debedakan menjadi benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Jika persyaratan telah dilengkapi, maka nasabah akan diterima oleh
Deskman untuk dilakukan wawancara awal mengenai usaha yang akan
diajukan kredit. Deskman juga akan memeriksa apakah nasabah pinjaman
tersebut sedang tidak menikmati pinjaman di Bank X cabang lain.
Setelah semua persyaratan diterima, Deskman akan menatakerjakan
berkas pinjaman dalam sebuah Surat Keterangan Pinjaman (SKPP) yang
selanjutnya akan diserahkan kepada Mantri. Mantri akan melakukan
survei. Mantri melakukan pemeriksaan langsung dengan mengunjungi
lokasi usaha maupun rumah calon debitur sehingga dapat mengetahui
aktivitas calon debitur setiap harinya. Beberapa hal yang dilakukan
Mantri dalam pemeriksaan tersebut antara lain:
1. Menilai apakah usaha yang dijalankan sesuai dengan yang tercantum
dalam Surat Keterangan Usaha.
2. Mengetahui apakah alamat nasabah sudah sesuai dengan alamat pada
KTP.
3. Menilai apakah usaha yang akan dibiayai memiliki prospek yang
bagus.
4. Mengetahui karakteristik nasabah baik melalui wawancara langsung
dengan calon debitur, tetangga maupun dengan relasi calon debitur.
5. Kebenaran agunan yang dijaminkan di bank.
Mantri yang telah melakukan analisis kredit akan menyerahkan
kembali SKPP tersebut dengan disertai rekomendasi ”kredit disetujui”
atau ”kredit ditolak” dan keterangan lainnya yang mendukung.
Rekomendasi persetujuan kredit terdiri dari rekomendasi jumlah plafon
kredit dan jangka waktu pinjaman yang akan diberikan.
35

5. Jasa Perbankan
Bank X Bogor berupaya untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada
nasabahnya dan menghasilkan laba yang optimal. Jasa perbankan yang
dilayani oleh Bank X Bogor terdiri dari Automatic Teller Mechine (ATM),
pelayanan setoran rekening listrik dan telepon, pelayanan setoran pembiayaan
kendaraan (FIF, Busan, dan OTO), pelayanan setoran Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), dan jasa transfer serta kliring. Seluruh jasa perbankan
tersebut akan menambah Fee Based Income Bank X Bogor yang akan
meningkatkan laba on balance sheet.

4.2. Profil Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Di Bank X Bogor

Profil produk Kredit Masyarakat Desa Komersil di Bank X Bogor dibagi


berdasarkan jenis penggunaan, jangka waktu kredit, sektor ekonomi yang
dibiayai, dan plafon kredit.
4.2.1. Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Berdasarkan Jenis
Penggunaannya

Berdasarkan jenis penggunaannya, Bank X Bogor menyalurkan dua


jenis produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yaitu kredit modal kerja dan
kredit investasi. Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk
menambah modal kerja suatu usaha pada sektor pertanian, sektor
perindustrian, sektor perdagangan, sektor jasa, dan lain-lain. Kredit investasi
digunakan untuk membiayai pembangunan prasarana dan sarana atau
peralatan produksi. Jumlah penyaluran produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil menurut jenis penggunannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil bersadarkan jenis


penggunaannya

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010


Jenis Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai
No
Kredit Debitur (Ribu Rp) Debitur (Ribu Rp) Debitur (Ribu Rp)
(Orang) (Orang) (Orang)
Modal
1 730 6.474.309 744 6.828.146 791 8.496.902
Kerja
2 Investasi 168 1.524.981 156 1.718.844 141 1.933.430
Sumber : Bank X Bogor (2010)
36

Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang disalurkan oleh


Bank X Bogor lebih banyak digunakan untuk modal kerja. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 2. Dimana jumlah kredit yang disalurkan pada tahun 2008
mencapai Rp. 6.474.309.000,00 dengan jumlah debitur sebanyak 730 orang.
Pada tahun 2009 penyalurannya meningkat menjadi Rp. 6.828.146.000,00
dengan jumlah debitur 744 orang mengalami kenaikan sebesar 2,7 persen dari
tahun 2008. Pada tahun 2010 menjadi Rp. 8.496.902.000,00 dengan debitur
sebanyak 791 orang. Jumlah kredit yang disalurkan mengalami kenaikan
sekitar 10,9 persen dari tahun 2009.

Tabel 3. Rasio NPL


No Tahun Modal Kerja (%) Investasi (%)
1 2008 2,82 1,40
2 2009 2,76 0,40
3 2010 2,23 0,68
Sumber : Bank X Bogor (2010)

Kredit modal kerja menimbulkan rasio NPL yang tinggi karena


risiko gagal bayar yang terjadi tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh adanya
fluktuasi usaha debitur yang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yang
tidak dapat dikendalikan. Rasio NPL yang tinggi dikarenakan debitur yang
mengalami kredit bermasalah sebagian besar merupakan debitur yang
mengalami gagal usaha sehingga tidak dapat melaksanakan kewajibannya
membayar angsuran dengan lancar.

4.2.2. Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Berdasarkan Jangka


Waktu Kredit
Kredit berdasarkan jangka waktu dibagi menjadi kredit jangka pendek
(kurang dari satu tahun), kredit jangka menengah (1 sampai 3 tahun) dan
kredit jangka panjang (3 sampai 5 tahun). Jumlah produk Kredit Masyarakat
Desa Komersil berdasarkan jangka waktu yang disalurkan Bank X Bogor
dapat dilihat pada Tabel 4.
37

Tabel 4. Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil berdasarkan jangka


waktu kredit

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010


No Jenis Kredit Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai
Debitur (Ribu Rp) Debitur (Ribu Rp) Debitur (Ribu Rp)
(Orang) (Orang) (Orang)
Kredit Jangka
1 Pendek 4 63.999 3 33.612 1 2.083
(<1 tahun)
Kredit Jangka
2 Menengah 858 7.389.184 854 7.791.063 883 9.623.539
(1-3 tahun)
Kredit Jangka
3 Panjang 36 546.107 43 722.315 48 804.710
(> 3 tahun)
Sumber : Bank X Bogor (2010)

Tabel 5. Rasio NPL


Kredit Jangka Kredit Jangka Kredit Jangka
No Tahun
Pendek (%) Menengah (%) Panjang (%)
1 2008 0,00 2,76 0,00
2 2009 0,00 2,51 0,00
3 2010 0,00 2,08 0,00
Sumber : Bank X Bogor (2010)

Kredit jangka pendek yang disalurkan oleh Bank X Bogor pada tahun
2008 sebesar Rp. 63.999.000,00 dengan jumlah debitur 4 (empat) orang dan
rasio NPL 0%. Artinya semua debitur merupakan debitur lancar. Kredit
jangka pendek biasanya diberikan pada sektor usaha pertanian. Pada tahun
2009 penyaluran NPL kredit jangka pendek sebesar Rp. 33.612.000,00
dengan debitur sebanya 3 orang dan rasio NPL sebesar 0 persen. Pada tahun
2010 penyalurannya sebesar Rp. 2.083.000,00 dengan 1 orang debitur dan
rasio NPL sebesar 100 persen. Artinya debitur tersebut merupakan debitur
bermasalah. Kredit bermasalah yang terjadi diakibatkan petani mengalami
gagal panen. Petani tersebut umumnya menanam tanaman musiman seperti
jagung dan buah-buahan.
Penyaluran Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil sebagian besar
merupakan kredit jangka menengah. Kredit jangka menengah yang disalurkan
pada tahun 2008 sebesar Rp. 7.389.184.000,00 dengan debitur sebanyak 858.
Pada tahun 2009 penyalurannya ebesar Rp. 7.791.063.000,00 dengan 854
38

debitur, dan pada tahun 2010 mencapai Rp. 9.623.539.000,00 dengan jumlah
debitur 883 orang. Rasio NPL dari penyaluran kredit jangka menengah
sebesar 2,76 persen di tahun 2008. Pada tahun 2009 sebesar 2,51 persen dan
sebesar 2,08 persen di tahun 2010. Jumlah penyaluran yang besar
menimbulkan kredit bermasalah yang besar juga. Debitur kredit jangka
menengah sebagian besar merupakan debitur dengan sektor usaha
perdagangan.
Kredit jangka panjang yang disalurkan sebesar Rp. 546.107.000,00
dengan jumlah debitur 36 orang dan pada tahun 2008. Pada tahun 2009
sebesar 722.315.000,00 dengan debitur sebanyak 43 orang. Pada tahun 2010
mencapai Rp. 804.710.000,00 dengan jumlah debitur 48 orang. Rasio NPL
kredit jangka panjang adalah 0 persen dari tahun 2008 sampai dengan tahun
2010. Angka ini menunjukkan bahwa debitur kredit jangka panjang lancar
dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar kredit. Debitur kredit
jangka panjang adalah pengusaha dengan skala usaha yang besar dan
merupakan nasabah lama di Bank X sehingga debitur selalu menjaga
kepercayaan tersebut dengan membayar kredit tepat waktu.
4.2.3. Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Berdasarkan Sektor
Ekonomi
Kredit berdasarkan sektor ekonomi dibagi menjadi kredit pertanian,
kredit perdagangan, kredit perindustrian, kredit pertambangan, dan kredit
lainnya. Bank X Bogor hanya menyalurkan produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil pada sektor ekonomi pertanian, perdagangan, dan perindustrian.
Kredit pertanian merupakan jenis kredit yang diberikan untuk menambah
modal usaha pertanian atau untuk investasi pembelian alat-alat pertanian. Sub
sektor ekonomi yang dibiayai oleh kredit jenis ini antara lain pertanian,
peternakan, dan perikanan. Kredit perdagangan adalah jenis kredit untuk
membiayai usaha dagang debitur. Perdagangan bisa berupa dagang barang
atau dagang jasa. Sistem angsuran yang diberlakukan oleh Bank X Bogor
adalah sistem angsuran bulanan dengan bunga tergantung dari plafon kredit.
Agunan yang dapat dijadikan jaminan antara lain berupa barang bergerak
seperti motor atau mobil, dan barang tak bergerak seperti sertifikat tanah dan
cash collateral. Kredit perindustrian merupakan kredit yang diberikan untuk
39

membiayai industri debitur. Industri dalam hal ini merupakan industri kecil
atau industri rumah tangga seperti industri pembuatan tempe, pembuatan
mainan anak-anak, dan lain-lain. Jumlah penyaluran produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil berdasarkan sektor ekonomi dapat dilihat pada
Tabel 6.

Tabel 6. Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil berdasarkan sektor


ekonomi

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010


Sektor Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai
No
Ekonomi Debitur (Ribu Rp) Debitur (Ribu Rp) Debitur (Ribu Rp)
(Orang) (Orang) (Orang)
1 Pertanian 35 235.328 27 213.725 12 55.364
2 Perdagangan 817 7.417.760 833 8.101.003 900 9.971.107
3 Perindustrian 46 346.202 40 232.262 20 403.861
4 Pertambangan - - - - - -
Sumber : Bank X Bogor (2010)

Tabel 7. Rasio NPL


Pertanian Perdagangan Perindustrian Pertambangan
No Tahun
(%) (%) (%) (%)
1 2008 5,93 2,35 4,55 0,00
2 2009 4,33 2,14 5,67 0,00
3 2010 11,19 1,84 3,10 0,00
Sumber : Bank X Bogor (2010)

Kredit perdagangan merupakan kredit yang dikhususkan untuk


meningkatkan usaha perdagangan debitur. Debitur kredit perdagangan
merupakan pedagang yang ada di sekitar wilayah Bank X Bogor. Jumlah
kredit yang disalurkan Bank X Bogor sebesar Rp. 7.417.760.000,00 pada
tahun 2008 dengan 817 orang debitur dengan rasio NPL sebesar 2,35 persen.
Pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 8.101.003.000,00 dengan 833 orang
debitur dengan NPL 2,14 persen dan Rp. 9.971.107.000,00 dengan jumlah
debitur sebanya 900 orang dengan NPL 1,84 persen pada tahun 2010. NPL
kredit perdagangan menempati posisi paling rendah diantara sektor ekonomi
lainnya. Hal ini disebabkan karena sektor perdagangan merupakan sektor
yang mudah dipantau karena usaha berada di sekitar wilayah Bank X Bogor.
Selain itu, perputaran uang di sektor perdagangan lebih cepat dibandingkan
dengan sektor lainnya.
40

Sektor perindustrian menempati posisi kedua dalam jumlah penyaluran.


Kredit yang disalurkan oleh Bank X Bogor untuk sektor perindustrian adalah
sebesar Rp. 346.202.000,00 dengan 46 debitur dan rasio NPL sebesar 4,55
persen pada tahun 2008. Pada tahun 2009, kredit yang disalurkan ke sektor
tersebut sebesar Rp. 232.262.000,00 dengan debitur sebanyak 40 orang dan
rasio NPL sebesar 5,67 persen. Pada tahun 2010 menjadi Rp 403.861.00,00
dengan 20 orang debitur dan rasio NPL sebesar 3,10 persen. Kredit
bermasalah yang timbul disebabkan munculnya industri-industri baru di
sekitar industri debitur sehingga debitur mengalami penurunan pendapatan
yang mengakibatkan debitur tidak mampu membayar kredit.
Sektor lainnya adalah sektor pertanian. Pada tahun 2008, Bank X Bogor
menyalurkan Rp. 235.328.000,00 dengan jumlah debitur sebanyak 35 debitur
dan NPL sebesar 5,93 persen. Pada tahun 2009 kredit yang disalurkan
sebanyak Rp. 213.725.000,00 dengan 27 orang debitur dan NPL sebesar 4,33
persen. Pada tahun 2010 menjadi Rp. 55.364.000,00 dengan debitur
berjumlah 12 orang dan rasio NPL yaitu sebesar 11,9 persen. Hal ini
disebabkan karena usaha mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut
diakibatkan oleh adanya gagal panen sehingga tidak mampu membayar
angsuran kredit.
4.2.4. Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Berdasarkan Plafon
Kredit

Kredit berdasarkan plafon kredit dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu kredit


usaha mikro (sampai dengan Rp. 50 juta), kredit usaha kecil (dari Rp. 50 juta
sampai dengan Rp. 500 juta), kredit usaha menengah (Rp. 500 Juta sampai
dengan Rp. 5 Milyar), dan kredit usaha besar (lebih dari Rp. 5 Milyar).
Namun Bank X Bogor hanya menyalurkan kredit usaha mikro dan kredit
usaha kecil. Hal ini disebabkan fokus dari Bank X Bogor adalah membantu
masyarakat yang memiliki usaha dengan skala usaha yang masih kecil.
Berikut penjelasan mengenai kredit usaha mikro dan kredit usaha kecil.
a. Kredit Usaha Mikro
Kredit usaha mikro merupakan kredit yang memiliki plafon kredit kurang
dari Rp. 50 juta. Sistem sngsuran yang diberlakukan adalah bulanan.
41

Sektor ekonomi yang dibiayai adalah sektor perdagangan, sektor


perindustrian, dan pertanian. Agunan yang dapat dijadikan jaminan
antara lain barang bergerak dalam bentuk motor atou mobil, barang tak
bergerak seperti sertifikat tanah dan cash collateral.
b. Kredit Usaha Kecil
Kredit usaha kecil yang disalurkan oleh Bank X Bogor merupakan jenis
kredit yang memiliki plafon kredit Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 100
juta. Sistem angsuran yang diberlakukan adalah bulanan. Jangka waktu
pembayaran maksimal 60 bulan dengan sistem pembayaran pokok
pinjaman dan bunga dibayarkan setiap bulan sampai batas jangka waktu
pembayaran. Suku bunga yang diberlakukan adalah flat per bulan. Sektor
ekonomi yang dibiayai adalah sektor perdagangan, perindustrian, dan
pertanian. Agunan yang dapat dijadikan jaminan adalah sertifikat tanah
dan cash collateral.
Jumlah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil berdasarkan
plafon kredit yang disalurkan Bank X Bogor dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil berdasarkan plafon
kredit
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
Kelompok Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai
No
Usaha Debitur (Ribu Rp) Debitur (Ribu Rp) Debitur (Ribu Rp)
(Orang) (Orang) (Orang)
Usaha Mikro
1 884 7.149.530 883 7.327.940 893 8.334.890
(= 50 jt)
Usaha Kecil
2 (>50 jt s/d 14 849.760 17 1.219.050 39 2.085.442
500 jt)
Sumber : Bank X Bogor (2010)

Tabel 9. Rasio NPL


No Tahun Usaha Mikro (%) Usaha Kecil (%)
1 2008 2,85 0,00
2 2009 2,67 0,00
3 2010 2,43 0,00
Sumber : Bank X Bogor (2010)

Bank X Bogor lebih berkonsentrasi untuk membiayai usaha mikro


karena fokus utama dari Bank X adalah membantu usaha mikro untuk
42

mengembangkan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah debitur


mencapai 884 orang dan jumlah kredit yang disalurkan sebesar
Rp. 7.149.530.000,00 per Desember 2008 dengan NPL sebesar 2,85
persen. Pada tahun 2009 menjadi Rp. 7.327.940.000,00 dengan jumlah
debitur 883 orang dan rasio NPL sebesar 2,67 persen. Pada tahun 2010
mencapai Rp. 8.334.890.000,00 dengan 893 debitur dan rasio NPL
sebesar 2,43 persen. Kredit bermasalah yang terjadi disebabkan oleh
gagalnya usaha yang dialami debitur. Gagal bayar yang dialami debitur
disebabkan oleh bangkrutnya usaha debitur karena barang dagangannya
tidak laku sehingga modal yang dipinjamnya habis. Gagal usaha
menyebabkan debitur tidak mampu membayar angsuran pokok dan
angsuran bunga kredit sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Selain
itu gagal bayar yang dialami debitur disebabkan oleh keadaan ekonomi
makro yaitu kenaikan inflasi sehingga para pengusaha mikro tidak
mampu bertahan. Sedangkan jumlah kredit usaha kecil yang disalurkan
oleh Bank X Bogor pada tahun 2008 sebesar Rp. 849.760.000,00 dengan
jumlah debitur sebanyak 14 orang. Pada tahun 2009 penyaluran kredit
sebesar Rp. 1.219.050.000,00 dengan 17 orang debitur dan sebesar
Rp. 2.085.442.000,00 dengan 39 orang debitur di tahun 2010. Rasio NPL
0 persen. Angka ini menunjukkan bahwa tidah ada kredit bermasalah
pada kredit usaha kecil.

4.3. Karakteristik Debitur Bermasalah Produk Kredit Masyarakat Desa


Komersil

Karakteristik debitur menggambarkan karakter yang dimiliki peminjam


yang mampu mempengaruhi peminjam tersebut dalam pembayaran kreditnya.
Karakteristik debitur digolongkan berdasarkan karakteristik individu debitur dan
karakteristik usaha debitur.
4.3.1. Karakteristik Individu Debitur Bermasalah Produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil

Karakteristik individu debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat


Desa Komersil dapat dilihat dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan
tanggungan keluarga.
43

Tabel 10. Karakteristik individu debitur bermasalah produk Kredit


Masyarakat Desa Komersil berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik
Jumlah Persentase
Kolektibilitas Berdasarkan Jenis Kelamin
(Orang) (%)
Pria Wanita
Kurang Lancar 5 6 11 22
Diragukan 10 5 15 30
Macet 19 5 24 48
Total 34 16 50 100

Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui bahwa responden produk Kredit


Masyarakat Desa Komersil bermasalah sebagian besar berjenis kelamin pria.
Sebanyak 34 orang atau sekitar 76 persen adalah pria dan sebanyak 16 orang
atau sekitar 24 persen adalah wanita. Jenis kelamin diduga berpengaruh
terhadap pengembalian kredit. Wanita memiliki loyalitas yang lebih besar
dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit beserta bunganya dibandingkan
pria. Dengan demikian, debitur wanita diduga lebih lancar dalam
pengembalian kredit dibandingkan pria. Namun, hampir semua debitur
responden wanita dalam penelitian ini telah menikah. Pada umumnya wanita
yang telah menikah bertanggung jawab dalam mengerjakan hampir seluruh
pekerjaan rumah tangganya. Hal inilah yang dijadikan sebagian besar debitur
responden wanita sebagai penyebab menunggaknya mereka dalam
pengembalian kredit. Karakter individu bermasalah produk Kredit
Masyarakat Desa berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik individu debitur bermasalah produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil berdasarkan usia

Karakteristik
Jumlah Persentase
Kolektibilitas Berdasarkan Usia (Tahun)
(Orang) (%)
20-40 >40
Kurang Lancar 11 0 11 22
Diragukan 14 1 15 30
Macet 20 4 24 48
Total 45 5 50 100

Tingkatan usia mempengaruhi kematangan berpikir dan kebijakan seseorang


dalam mengambil keputusan atau bertindak, karena dengan bertambahnya
usia maka pengalaman hidup dalam menghadapi dan memecahkan
44

permasalahan semakin banyak. Sejalan dengan peningkatan usia tersebut,


juga meningkatkan pengalaman mengelola usaha sehingga keberhasilan usaha
kemungkinan lebih terjamin. Responden berada pada usia produktif yaitu
antara 20 tahun sampai 40 tahun (90%). Berdasarkan hasil ini, maka dapat
dikatakan bahwa usia produktif juga memungkinkan bagi debitur untuk
melakukan penunggakan. Karakteristik individu debitur bermasalah produk
Kredit Masyarakat Desa Komersil berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Karakteristik individu debitur bermasalah produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil berdasarkan pendidikan

Karakteristik
Jumlah Persentase
Kolektibilitas Berdasarkan Pendidikan
(Orang) (%)
Diploma SMA SMP SD
Kurang Lancar 0 6 3 2 11 22
Diragukan 1 10 2 2 15 30
Macet 2 16 0 6 24 48
Total 3 32 5 10 50 100

Latar belakang pendidikan responden produk Kredit Masyarakat Desa


Komersil sebagian besar responden yaitu sebanya 32 orang (64%) adalah
SMA, sisanya adalah berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD)
sebanyak 10 orang (20%), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 5
orang (10%), dan Diploma sebanyak 3 orang (6%). Pada umumnya, semakin
tinggi pendidikan seseorang maka akan lebih berdisiplin dan bertanggung
jawab dalam menjalankan kewajibannya. Kaitannya dengan pengembalian
kredit, semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin berdisiplin
dan bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban membayar angsuran
kredit. Karakteristik individu debitur bermasalah produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil berdasarkan tanggungan keluarga dapat dilihat
pada Tabel 13. Karakteristik individu debitur Produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil berdasarkan jumlah tanggungan keluarga responden, responden
dengan tanggungan keluarga kurang dari dua orang sebanyak 8 orang (16%).
Sebagian besar memiliki tanggungan keluarga sebanyak 2 sampai 4 orang
yaitu sebanyak 27 orang atau sekitar 54 persen dan sebanyak 15 orang (30%)
45

mempunyai tanggungan keluarga lebih dari 4 orang. Semakin sedikit


tanggungan keluarga menunjukkan beban biaya yang ditanggung lebih sedikit
sehingga diharapkan responden dapat melakukan pembayaran produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil dengan baik.
Tabel 13. Karakteristik individu debitur bermasalah produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil berdasarkan tanggungan
keluarga

Karakteristik
Jumlah Persentase
Kolektibilitas Berdasarkan Tanggungan Keluarga
(Orang) (%)
<2 2-4 >4
Kurang Lancar 2 3 6 11 22
Diragukan 2 9 4 15 30
Macet 4 15 5 24 48
Total 8 27 15 50 100

4.3.2. Karakteristik Usaha Debitur Bermasalah Produk Kredit


Masyarakat Desa

Karakteristik usaha debitur bermasalah dilihat dari segi lama usaha,


jangka waktu pengembalian kredit, plafon kredit yang diterima, penggunaan
kredit, dan omzet usaha. Pada Tabel 14. disajikan karakteristik usaha debitur
bermasalah Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Bank X Bogor
berdasarkan lama usaha.

Tabel 14. Karakteristik usaha debitur bermasalah produk Kredit


Masyarakat Desa Komersil berdasarkan lama usaha

Karakteristik
Jumlah Persentase
Kolektibilitas Berdasarkan Lama Usaha (Tahun)
(Orang) (%)
<5 5-10 > 10
Kurang Lancar 2 7 2 11 22
Diragukan 5 5 5 15 30
Macet 9 12 3 24 48
Total 16 24 10 50 100
Lama usaha debitur berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian
kredit karena pengalaman usaha yang semakin lama dapat meningkatkan
pemahaman dan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung
keberhasilan usaha. Keberhasilan usaha tersebut dapat menjamin perolehan
pendapatan/keuntungan sebagai sumber biaya hidup dan memberikan peluang
46

yang lebih besar dalam meningkatkan kemampuan mengembalikan kredit


secara lancar. Sebagian besar responden sebanyak 34 orang (68%) telah
menjalankan usahanya di atas 5 tahun. Permasalahan pengembalian kredit
timbul akibat umur usaha yang masih tergolong muda. Pihak bank dapat
mengatasinya dengan memberikan pengarahan kepada debitur agar selalu
mengalokasikan modal dari bank pada kegiatan yang produktif sehingga
memberikan nilai tambah. Hasil tersebut dapat digunakan untuk membayar
angsuran pinjaman. Karakteristik usaha debitur bermasalah produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil berdasarkan waktu pengembalian kredit dapat
dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Karakteristik usaha debitur bermasalah produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil berdasarkan waktu
pengembalian kredit

Karakteristik
Jumlah Persentase
Kolektibilitas Berdasarkan Waktu Pegembalian (Tahun)
(Orang) (%)
<1 1-3 >3
Kurang Lancar 0 11 0 11 22
Diragukan 0 15 0 15 30
Macet 0 24 0 24 48
Total 0 50 0 50 100

Jangka waktu pengembalian diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran


pengembalian kredit. Asumsinya semakin lama jangka waktu pengembalian
kredit maka tanggungan angsuran semakin kecil sehingga beban debitur
dalam pelunasan kredit menjadi lebih ringan dibandingkan dengan jangka
waktu yang lebih singkat (plafon pinjaman sama). Jadi semakin panjang
jangka waktu pengembalian kredit maka semakin berpeluang bagi debitur
untuk mengembalikan kredit dengan lancar. Jangka waktu pengembalian
kredit rerponden berkisar antara 1 sampai 3 tahun. Karakteristik usaha debitur
bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil berdasarkan plafon
kredit dapat dilihat pada Tabel 16.
47

Tabel 16. Karakteristik usaha debitur bermasalah produk Kredit


Masyarakat Desa Komersil berdasarkan plafon kredit

Karakteristik
Jumlah Persentase
Kolektibilitas Berdasarkan Plafon Kredit (Juta)
(Orang) (%)
<5 5 – 10 >10
Kurang Lancar 3 8 0 11 22
Diragukan 7 7 1 15 30
Macet 1 23 0 24 48
Total 11 38 1 50 100

Nilai plafon kredit adalah jumlah kredit yang diberikan bank sebagai kreditur
kepada debitur dalam mata uang Rupiah. Nilai plafon kredit diduga
berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena semakin
besar plafon yang diterima akan memperbesar beban angsuran dan beban
bunga yang harus dibayar sehingga menurunkan peluang pengembalian kredit
secara lancar.
Tabel 17. Karakteristik usaha debitur bermasalah produk Kredit
Masyarakat Desa Komersil berdasarkan omzet usaha

Karakteristik
Jumlah Persentase
Kolektibilitas Berdasarkan Omzet Usaha (Juta)
(Orang) (%)
<5 5 – 10 >10
Kurang Lancar 2 4 5 11 22
Diragukan 9 5 1 15 30
Macet 14 10 0 24 48
Total 25 19 6 50 100

Omzet/pendapatan usaha merupakan sumber pemenuhan kebutuhan hidup


bagi pelaku usaha dan keluarganya. Semakin tinggi pendapatan usaha
seseorang, maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam membiayai
kebutuhan sehari-hari. Dengan kata lain, pendapatan seseorang berkolerasi
positif dengan tingkat kemakmurannya. Hubungan dengan pengembalian
kredit, pendapatan usaha seorang debitur dapat mencerminkan
kemampuannya dalam memenuhi kewajiban pengembalian kredit dengan
lancar karena pendapatan tersebut sebagai sumber dalam membayar angsuran
kredit. Omzet responden sebagian besar adalah di bawah Rp. 5.000.000,00
yaitu sebanyak 25 orang atau sebesar 50 persen.
48

4.4. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Kredit Bermasalah

Kredit yang diberikan oleh Bank X Bogor akan menjadi tidak


menyenangkan dan mengecewakan apabila ternyata debitur tidak bisa membayar
angsuran dan kewajiban bunga dengan baik. Hal ini dapat merugikan pihak bank
karena menurunkan likuiditas dan profitabilitas bank. Perputaran uang di bank
menjadi terhambat dan laba menjadi turun akibat nasabah yang bermasalah dalam
pengembalian atau pengangsuran kredit. Berdasarkan hasil kuisioner, faktor-
faktor yang menyebabkan permasalahan bahkan kegagalan dalam pengembalian
kredit adalah faktor internal (internal debitur dan internal bank) dan faktor
eksternal.

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kredit


Bermasalah di Bank X Bogor

Faktor internal Faktor eksternal

Kebijakan Pemerintah
Internal debitur Internal bank
Bencana alam

Sengaja Salah analisis Persaingan antar bank

Tidak sengaja Kurang pembinaan


Kurang monitoring

Gambar 6. Faktor-faktor penyebab kredit bermasalah

1. Faktor internal
a. Internal Debitur
Kemacetan kredit yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya unsur
kesengajaan maupun ketidaksengajaan debitur. Unsur kesengajaan
maksudnya debitur sengaja tidak mau membayar kewajiban kepada bank
sehingga kredit yang disalurkan dapat menimbulkan kredit bermasalah.
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah adalah
karakter debitur yang terkait dengan sifat dan watak. Karakter debitur
49

tidak dapat langsung diketahui dengan hanya sekali atau dua kali
berinteraksi. Karakter debitur yang paling dinilai adalah tingkat kejujuran
dan kerjasama debitur. Selain itu sikap tidak baik debitur dapat dilihat
ketika debitur menghindar dan bersikap tidak ramah saat ditagih. Selain itu
beberapa debitur mengaku memiliki uang untuk membayar kredit, tetapi
mereka malas datang ke Bank X karena kondisi Bank X yang selalu ramai
dengan nasabah.
Faktor lain yang menyebabkan kredit bermasalah adalah unsur
ketidaksengajaan debitur. Hal ini disebabkan oleh kapasitas debitur yang
tidak dapat membayar angsuran kredit. Kapasitas debitur dikaitkan dengan
kemampuan debitur untuk memperoleh pendapatan dari usahanya
sehingga dapat membayar angsuran sesuai perjanjian yang telah
disepakati. Ketidakmampuan ini terjadi karena usaha debitur mengalami
masalah.
b. Internal Bank
Keadaan internal bank dapat mempengaruhi kinerja bank. Apabila
keadaan internal bank tidak memiliki kualitas yang baik maka akan
menimbulkan risiko. Keadaan internal yang diidentifikasi dapat
menimbulkan NPL adalah bagian kredit atau mantri. Hal ini disebabkan
karena mantri bertanggung jawab dalam menganalisis calon debitur yang
nantinya berpengaruh pada kualitas pengembalian kredit. Kesalahan yang
sering dilakukan oleh mantri diantaranya kurang teliti dalam menganalisis
karakter calon debitur karena biasanya calon debitur akan bersikap sangat
baik ketika dilakukan peninjauan usaha debitur. Selain itu kapasitas calon
debitur dalam memperoleh pendapatan juga sulit diketahui karena calon
debitur belum memiliki laporan keuangan yang baik. Kapasitas calon
debitur hanya dapat dilihat melalui data pendapatan dan pengeluaran
debitur setiap bulan. Karakter debitur dalam membayar angsuran kredit
tergantung pada kejelian seorang Mantri dalam menilai karakter dan
kelayakan calon debitur dalam menerima kredit. Mantri dituntut untuk
memiliki jiwa investigasi yang kuat berkenaan dengan tugasnya sebagai
analisis kredit.
50

Selain itu Mantri juga bertanggung jawab dalam pengawasan dan


pembinaan debitur. Kurangnya pengawasan dan pembinaan terhadap
debitur dapat menimbulkan kesalahan dalam penggunaan kredit oleh
debitur, misalnya kredit yang diajukan oleh debitur adalah kredit untuk
modal kerja tetapi pada kenyataannya kredit digunakan untuk kegiatan
konsumtif. Hal ini akan mempengaruhi kualitas debitur dalam
pengembalian kredit karena kredit yang diterima menjadi tidak
menghasilkan nilai.
Kegiatan monitoring berkala harus dilakukan untuk mengetahui
perkembangan usaha debitur. Pada saat ini kegiatan monitoring terhadap
usaha debitur kurang intensif. Kunjungan kepada debitur hanya dilakukan
jika debitur telah mengalami kredit bermasalah. Selain Mantri, Kepala
Unit juga mempengaruhi tingkat risiko kredit yang terjadi.
Berdasarkan hasil kuisioner, dalam memberikan pelayanan
pemberian kredit, pihak Bank X Bogor melakukan pembinaan kepada
debiturnya (peminjam produk Kredit Masyarakat Desa Komersil).
Pembinaan ini dilakukan oleh pihak Bank X Bogor meliputi pembinaan
secara administratif berupa kegiatan meneliti dan menganalisa laporan
yang diterima sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil langkah-
langkah lebih lanjut. Selain itu dilakukan bimbingan, peringatan, ataupun
petunjuk teknis pada debitur. Pembinaan di lapangan dilakukan dengan
pengamatan langsung ke tempat debitur, mengadakan penelitian apakah
produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang diberikan sesuai dengan
syarat-syarat dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika ada
penyimpangan, seberapa jauh penyimpangan tersebut dapat ditolerir
dengan memperhatikan risiko yang akan timbul. Pengamatan diadakan
untuk mengetahui apakah manajemen perusahaan terpelihara dengan baik.
Sasaran pembinaan produk Kredit Masyarakat Desa Komersil ini
ditujukan kepada perseorangan termasuk bimbingan dan pengarahan untuk
pengembangan usahanya atau membantu mencarikan jalan keluar terhadap
kesulitan yang dialami debitur. Sekitar 86 persen responden mendapat
binaan dari petugas Bank X Bogor, sedangkan 14 persen yang tersisa tidak
51

mengikuti pembinaan. Hal ini menunjukkan bahwa Bank X Bogor sangat


peduli terhadap debitur Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil dalam
menggunakan kreditnya. Kepedulian ini menimbulkan simpati dan
memunculkan itikad baik dari debitur bermasalah untuk membayar
pinjamannya sehingga NPL Bank X Bogor mengalami penurunan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi risiko kredit di Bank X Bogor
adalah:
a. Kegiatan ekonomi makro atau kebijakan pemerintah yang tidak dapat
diperkirakan oleh bank. Banyak usaha yang macet karena meningkatnya
beban utang mengakibatkan semakin banyaknya kredit yang macet
sehingga beberapa bank mengalami kesulitan likuiditas. Kesulitan
likuiditas makin parah ketika sebagian masyarakat kehilangan
kepercayaannya terhadap sejumlah bank sehingga terjadi penarikan dana
oleh masyarakat secara besar-besaran (rush). Oleh karena itu pemerintah
memutuskan untuk menyelamatkan bank-bank yang mengalami masalah
likuiditas tersebut dengan memberikan bantuan likuiditas. Namun untuk
mengendalikan laju inflasi, bank sentral harus menarik kembali uang
tersebut melalui operasi pasar terbuka. Hal ini dilakukan dengan
meningkatkan suku bunga SBI.
b. Adanya bencana dan kejadian-kejadian lain di luar dugaan. Kondisi
ekonomi sedang mengalami krisis yang cukup panjang. Kondisi tersebut
semakin parah dengan adanya bencana alam yang sedang melanda.
Bencana alam menimbulkan berbagai kerugian finansial dan non finansial
yang menjadi sebab terjadinya kredit bermasalah.
c. Persaingan yang tajam antar lembaga bank. Kredit adalah aktiva terbanyak
yang dimiliki bank umum. Porsi kredit sekitar 60 persen sampai dengan 80
persen dari total aktiva bank umum. Tujuan utama penyaluran kredit
adalah memperoleh pendapatan bunga. Porsi kredit dalam aktiva bank
sangat besar karena sebagian besar penerimaan bank berasal dari bunga
kredit, maka lembaga bank terlibat dalam persaingan yang ketat dalam hal
perolehan kredit.
52

4.5. Analisis VaR Produk Kredit Masyarakat Desa Bermasalah

Matriks unconditional merupakan proporsi perubahan kolektibilitas


debitur per bulan. Dengan matriks unconditional dapat diketahui peluang
perubahan kolektibilitas debitur tiap bulan yang dapat dilihat dari perubahan
nominal baki debet tiap bulannya.

Matriks unconditional yang diperoleh adalah:


L KL D M
L 0,910 0,090 0 0
KL 0,089 0,545 0,184 0
D 0 0,138 0,454 0,225
M 0 0 0,277 0,723

Keterangan:
L = Lancar D = Diragukan
KL = Kurang Lancar M = Macet

Matriks di atas menunjukkan bahwa peluang kolektibilitas lancar untuk


tetap bertahan pada posisinya adalah sebesar 0,910 (91%). Nilai ini menunjukkan
bahwa debitur yang memiliki kolektibilitas lancar memiliki peluang yang sangat
besar untuk tetap menjadi debitur yang dapat melaksanakan kewajibannya dalam
membayar angsuran kredit dengan baik. Namun debitur kolektibilitas lancar
memiliki peluang sebesar 0,090 (9%) untuk dapat menjadi debitur dengan
kolektibilitas kurang lancar. Hal ini menunjukkan bahwa Bank X harus berusaha
untuk mempertahankan debitur dengan kolektibilitas lancar untuk tetap berada
posisinya dan tidak berpindah ke kolektibilitas kurang lancar karena masih ada
peluang sebesar 9% bagi debitur kolektibilitas lancar berpindah ke kolektibilitas
kurang lancar.
Debitur kolektibilitas kurang lancar memiliki peluang sebesar 0,089
(8,9%) untuk pindah ke kolektibilitas lancar. Kolektibilitas kurang lancar untuk
tetap bertahan pada kolektibilitas kurang lancar sebesar 0,545 (54,5%) dan
kolektibilas kurang lancar untuk menjadi kolektibilitas diragukan sebesar 0,184
(18,4%). Nilai ini menunjukkan bank mengalami kerugian karna hanya sebesar
53

8,9 persen debitur yang berpindah ke kolektibilitas lancar sedangkan yang


berpindah ke kolektibilitas diragukan lebih besar yaitu 18,4 persen.
Peluang kolektibilitas diragukan menjadi kolektibilitas kurang lancar
sebesar 0,138 (13,8%), sedangkan peluang untuk tetap bertahan pada
kolektibilitas diragukan sebesar 0,454 (45,4%) dan kolektibilitas diragukan
menjadi kolektibilitas macet sebesar 0,225 (22,5%). Nilai tersebut menunjukkan
bahwa kerugian yang ditimbulkan akibat keadaan ini cukup besar karena peluang
berpindah ke kolektibilitas macet lebih besar dibandingkan peluang berpindak ke
kolektibulitas kurang lancar. Bank perlu menyiapkan suatu kegiatan untuk
mengatasi keadaan ini.
Peluang untuk keluar dari kolektibilitas macet menjadi kolektibilitas
diragukan sebesar 0,277 (27,7%) dan peluang untuk tetap bertahan pada
kolektibilitas macet sebesar 0,723 (72,3%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar debitur dengan kolektibilitas macet tidak memiliki itikad untuk dapat keluar
dari keadaan ini. Sikap debitur yang demikian membuat bank mengalami kerugian
yang cukup besar yang dapat mengganggu stabilitas keuangan bank sehingga
Bank X Bogor harus memiliki pengelolaan kredit yang baik. Hal ini disebabkan
usaha debitur yang dibiayai oleh kredit mengalami kebangkrutan sehingga debitur
tidak memiliki uang untuk membayar kredit, selain itu juga karena usaha sudah
tidak ada debitur tidak mau melunasi utangnya.
Nilai VaR merupakan nilai kerugian maksimum yang dapat dialami oleh
bank untuk periode satu tahun pada tingkat keyakinan yang telah ditentukan.
Tingkat keyakinan yang digunakan pada penelitian ini adalah 95 persen dan
99 persen. Dengan mengetahui nilai VaR pada kredit yang disalurkan maka akan
diketahui berapa jumlah kerugian maksimum yang dapat dialami bank sehingga
dapat dilakukan pengelolaan risiko kredit yang sesuai. Tabel 19. menunjukkan
kerugian maksimum yang dialami Bank X Bogor.
54

Tabel 18. VaR Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil di Bank X


Bogor
VaR Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil Komersil di bank X Bogor
Kolektibilitas Volatilitas VaR α=95% VaR α=99%
Lancar Rp. 1.164.260.421,00 Rp. 1.921.029.694,65 Rp. 2.712.726.780,93
Kurang Lancar Rp. 1.144.774.379,00 Rp. 1.888.877.725,35 Rp. 2.667.324.303,07
Diragukan Rp. 6.973.339,70 Rp. 11.506.010,50 Rp. 16,247.881,50
Macet Rp. 3.028.043,99 Rp. 4.996.272,58 Rp. 7.055.342,50
TOTAL Rp. 3.816.014.703,09 Rp. 5.388.675.307,99

Nilai volatilitas merupakan perubahan keragaman faktor risiko.


Volatilitas menunjukkan fluktuasi nilai di masa lalu sehingga volatilitas dapat
menunjukkan sebaran munculnya peluang terjadinya risiko kredit yang terjadi di
Bank X Bogor. VaR kredit pada kolektibilitas lancar memperlihatkan bahwa
besarnya kemungkinan kerugian maksimum yang dihadapi Bank X Bogor dengan
tingkat keyakinan 95 persen pada tahun 2010 adalah sekitar Rp. 1,9 Milyar. Nilai
tersebut adalah 2 persen dari baki debet pinjaman kolektibilitas lancar, sedangkan
kemungkinan maksimum dengan keyakinan 99 persen adalah sekitar
Rp. 2,7 Milyar atau sebesar 3,47 dari baki debet pinjaman kolektibilitas lancar.
Nilai VaR pada kolektibilitas lancar digunakan sebagai estimasi pergeseran
kolektibilitas lancar ke kolektibilitas lainnya. Estimasi ini digunakan untuk
perkiraan di masa yang akan datang apabila debitur kolektibilitas lancar bergeser
ke kolektibilitas lainnya.
VaR kredit pada kolektibilitas kurang lancar dengan tingkat keyakinan
95 persen sekitar Rp. 1,8 Milyar dan dengan tingkat keyakinan 99 persen sekitar
Rp. 2,6 Milyar. Nilai VaR pada kolektibilitas kurang lancar melebihi baki
debetnya. Hal ini menunjukkan bahwa kerugian yang dialami oleh kolektibilitas
kurang lancar sangat tinggi. Dengan adanya hal tersebut dibutuhkan tindakan
pengelolaan kredit yang serius dari pihak Bank X Bogor agar terjadi pergeseran
kolektibilitas yang semakin baik di masa mendatang.
VaR pada kolektibilitas diragukan dengan tingkat keyakinan 95 persen
adalah sekitar Rp. 11,5 Juta atau sebesar 7,21 persen dari baki debet dan dengan
keyakinan 99 persen adalah sekitar Rp. 16,2 Juta atau sebesar 5,11 persen dari
total baki debet kolektibilitas diragukan. VaR pada kolektibilitas macet dengan
55

tingkat keyakinan 95 persen adalah sekitar Rp. 4 Juta atau sebesar 2 persen dari
baki debet kolektibilitas macet. Pada tingkat keyakinan 95 persen, nilai kerugian
maksimum yang akan dialami adalah sekitar Rp. 4,9 Juta atau dapat dikatakan
bahwa hanya 5 persen kemungkinan kerugian yang dialami melebihi Rp. 4,9 Juta.
Sedangkan dengan tingkat keyakinan 99 persen, kerugian maksimum yang
dialami pada kolektibilitas macet sekitar Rp. 7 Juta atau sebesar 1,78 persen dari
baki debet kolektibilitas macet. Pada keyakinan 99 persen nilai kerugian
maksimum yang akan dialami sekitar Rp. 7 Juta atau dapat dikatakan bahwa
hanya 1 persen kemungkinan kerugian yang dialami lebih dari Rp. 7 Juta. Pada
kolektibilitas diragukan dan macet, nilai kerugian yang akan dialami kecil
walaupun nilai baki debetnya cukup besar. Pergeseran kolektibilitas diragukan
dan macet ke kolektibilitas lainnya sangat kecil sehingga nilai baki debet yang
mengalami macet tidak mengalami penambahan yang signifikan.
Nilai VaR Bank X Bogor pada tahun 2010 pada tingkat keyakinan
95 persen kemungkinan mengalami kerugian maksimum sekitar Rp. 3,8 Milyar.
Nilai kerugian adalah 2,52 persen dari total baki debet total kredit di Bank X
Bogor. Nilai kerugian tersebut menunjukkan bahwa kredit yang dianggap berisiko
sebesar 2,52 persen dari total baki debet kredit. Nilai VaR tersebut menunjukkan
bahwa 5 persen kemungkinan kerugian maksimum pada tahun 2010 melebihi
Rp. 3,8 Milyar.

Pada tingkat keyakinan 99 persen, Bank X Bogor kemungkinan


mengalami kerugian maksimum sekitar Rp. 5,3 Milyar. Dengan kata lain hanya
1% kemungkinan kerugian yang dialami dapat melebihi Rp. 5,3 Milyar. Nilai
kerugian maksimum terbesar berada pada kolektibilitas kurang lancar dan nilai
kerugian maksimum terkecil berada pada kolektibilitas macet. Nilai kerugian
terbesar pada kolektibilitas kurang lancar disebabkan oleh adanya pergeseran
kolektibilitas dari kolektibilitas kurang lancar ke kolektibilitas diragukan yang
nilainya lebih besar daripada pergeseran ke kolektibilitas lancar. Kolektibilitas
kurang lancar memiliki kemampuan bergeser yang cukup besar. Hal tersebut
menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi Bank X. Oleh sebab itu Bank X
Bogor harus lebih berkonsentrasi untuk mengelola debitur kolektibilitas kurang
56

lancar agar dapat bergeser ke kolektibilitas yang lebih baik. Hal ini dapat
dilakukan dengan pembinaan yang intensif.

4.5. Implikasi Manajerial Risiko Produk Kredit Masyarakat Desa

Bank X Bogor harus memiliki pengelolaan risiko kredit yang baik agar
risiko kredit yang terjadi dapat diminimalisir. Pengelolaan risiko kredit yang baik
dan benar dapat menurunkan rasio NPL yang terjadi. Pengelolaan risiko kredit
yang dilakukan oleh Bank X Bogor antara lain:

1. Analisis ulang debitur bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa


menggunakan prinsip 5C untuk mengetahui character, capital, capability,
collateral dan condition. Unsur yang pertama kali dinilai oleh pejabat kredit
Bank X adalah character (karakter). Karakter berkaitan dengan perilaku
debitur mengenai keinginan untuk membayar dan memenuhi kewajiban.
Berdasarkan hasil kuisioner, karakter debitur bermasalah pada Bank X Bogor
dibedakan menjadi karakter individu debitur dan karakter usaha debitur.
Karakter dapat dikaitkan dengan pelanggaran moral (moral hazard) yaitu
kecenderungan seseorang dengan sengaja menyimpangkan wewenang dan
kemampuan untuk kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan
orang lain. Karakter debitur seperti ini yang merugikan pihak bank. Kapasitas
menunjukkan kemampuan calon debitur untuk membayar kewajiban
pinjamannya. Potensi membayar kewajiban debitur dapat dilihat dari laporan
keuangan usahanya. Modal digunakan untuk mengetahui sumber-sumber
pembiayaan yang dimiliki debitur terhadap usaha yang akan dibiayai oleh
bank. Jaminan merupakan piranti pengaman pinjaman yang terakhir. Jaminan
akan dieksekusi apabila debitur menyatakan tidak dapat membayar. Bank
perlu memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menetapkan kredit karena
faktor status hukum jaminan, nilai jaminan terhadap kewajiban, kemudahan
likuidasi jaminan.
57

Tabel 19. Penanganan terhadap karakteristik debitur bermasalah


produk Kredit Masyarakat Desa Komersil di Bank X Bogor

Karakteristik Individu Debitur Kredit Bermasalah

Pria 38 orang Mantri Bank X selalu meminta istri debitur untuk


Berdasarkan
selalu mengingatkan suaminya saat tiba waktu jatuh
jenis kelamin Wanita 12 orang tempo pembayaran.

Berdasarkan 20-40 45 orang Meningkatkan pendampingan dalam menjalankan


usia >40 5 orang usaha pada debitur bermasalah usia 20-40 tahun.

Diploma 3 orang
Melakukan pembinaan kepada debitur bermasalah
Berdasarkan SMA 32 orang dengan pendidikan Diploma ke bawahuntuk
pendidikan meningkatkan disiplin dan tanggung jawab dalam
SMP 5 orang
memenuhi kewajibannya membayar angsuran kredit.
SD 10 orang
<2 8 orang Melakukan pemantauan secara intensif kepada
Berdasarkan debitur kredit bermasalah dengan jumlah tanggungan
tanggungan 2-4 27 orang keluarga di atas 4 orang. Pemantauan ini dilakukan
keluarga untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran
>4 15 orang sebenarnya debitur tersebut.
Karakteristik Usaha Debitur Kredit Bermasalah

<5 tahun 16 orang


Memberikan pengarahan kepada debitur dengan
Berdasarkan 5-10 umur usaha di bawah sepuluh tahun agar selalu
24 orang
lama usaha tahun mengalokasikan modal dari bank pada kegiatan yang
>10 prodktif agar memberikan nilai tambah.
10 orang
tahun
<1 tahun 0 orang
Berdasarkan Melakukan analisis ulang apakah jangka waktu yang
waktu 1-3 tahun 50 orang diberikan telah sesuai dengan kapasitas debitur untuk
pengembalian dapat mengangsur kredit tiap bulan.
>3 tahun 0 orang
<5 Juta 11 orang
Melakukan analisis ulang apakah plafon yang
Berdasarkan
5-50 Juta 38 orang diberikan telah sesuai dengan kapasitas debitur untuk
plafon kredit dapat mengangsur kredit tiap bula
>50 Juta 1 orang
<5 Juta 25 orang Pihak Bank X lebih fokus melakukan pendampingan
Berdasarkan 5-50 Juta 19 orang kepada debitur bermasalah dengan omzet usaha di
omzet usaha bawah 5 juta. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat
>50 Juta 6 orang meningkatkan pendapatan nasabah
58

2. Pembinaan dan penagihan intensif dilakukan terhadap debitur yang masuk


dalam daftar kelompok kredit bermasalah. Kegiatan pembinaan berupa
kunjungan langsung ke nasabah setiap akhir bulan dengan maksud agar
nasabah dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar kredit dengan baik.
Apabila terdapat masalah yang mengganggu kelancaran dalam membayar
kredit, maka pembinaan diarahkan kepada perbaikan dan solusi yang
dianggap dapat membantu mengatasi masalah tersebut. Pembayaran angsuran
produk Kredit Masyarakat Desa Komersil dilakukan sebulan sekali oleh
debitur dengan mendatangi kantor Bank X. Debitur yang secara rutin
membayar kredit dapat dinyatakan bahwa kredit yang dipinjamnya memiliki
kolektibilitas lancar. Apabila kredit yang disalurkan tidak dapat dibayar
sesuai dengan jadwal yang disepakati, maka pihak Bank X Bogor akan
melakukan suatu tindakan berbentuk suatu sistem peringatan, seperti teguran
secara lisan dan surat peringatan.
3. Penjadwalan ulang. Metode penyelesaian kredit bermasalah dengan cara
penjadwalan ulang angsuran atau memberi perpanjangan waktu angsuran dan
jatuh tempo. Hal ini dilakukan dengan melakukan evaluasi usaha dan analisa
ulang sehingga dapat diketahui kemampuan riil debitur dalam pengembalian
kredit. Langkah ini dilakukan kepada nasabah yang usahanya kurang
menguntungkan disebabkan faktor di luar nasabah dan usaha tersebut masih
berpeluang menguntungkan di masa depan.
4. Resutrukturisasi. Metode malakukan evaluasi dan pengubahan pokok
pinjaman, jangka waktu, sistem angsuran, dan besarnya agunan. Hal ini
dilakukan kepada nasabah yang berdasarkan hasil evaluasi kondisinya tidak
mampu memenuhi kewajiban sesuai dengan kesepakatan awal.
5. Penyitaan agunan. Apabila keempat cara di atas tidak membuahkan hasil,
maka pihak Bank X Bogor mengambil tindakan tegas berupa pelelangan
agunan. Namun sebelum dilakukan pelelangan, pihak Bank X Bogor
menawarkan penyelesaian yang bersifat kekeluargaan misalnya diberikan
waktu untuk dapat menjual agunannya sendiri. Proses penjualan agunan oleh
debitur dilakukan jika kredit merupakan kredit dengan kolektibilitas macet.
Penjualan agunan dilakukan sendiri oleh pemiliknya termasuk apabila
59

penjualan agunan tidak dilakukan debitur maka selanjutnya dilakukan


pelelangan. Uang yang diperoleh dari pelelangan akan digunakan untuk
menutupi kekurangan kredit yang belum terbayar, kemudian dikurangi lagi
untuk membayar biaya pelelangan dan sisanya baru menjadi milik debitur.
60

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Karakteristik debitur bermasalah Produk Kredit Masyarakat Desa


Komersil pada Bank X Bogor digolongkan berdasarkan karakteristik
individu debitur dan karakteristik usaha debitur.

1) Karakteristik individu debitur bermasalah Produk Kredit Masyarakat


Desa Komersil dapat dilihat dari jenis kelamin, usia, pendidikan,
status, dan tanggungan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, sekitar
76 persen adalah pria dan sekitar 24 persen adalah wanita. Wanita
memiliki loyalitas yang lebih besar dalam memenuhi kewajiban
angsuran kredit beserta bunganya dibandingkan pria. Responden
berada pada usia produktif yaitu antara 20 tahun sampai 40 tahun
(90%). Sejalan dengan peningkatan usia, juga meningkatkan
pengalaman mengelola usaha sehingga keberhasilan usaha
kemungkinan lebih terjamin dan berpengaruh positif trhadap
pengembalian kredit. Latar belakang pendidikan responden sebagian
besar (64%) adalah SMA. Kaitannya dengan pengembalian kredit,
semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin berdisiplin
dan bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban membayar
angsuran kredit. Berdasarkan jumlah tanggungan keluarga, responden
dengan tanggungan keluarga kurang dari dua orang sebanyak 16
persen. Semakin sedikit tanggungan keluarga menunjukkan beban
biaya yang ditanggung lebih sedikit sehingga diharapkan responden
dapat melakukan pembayaran produk Kredit Masyarakat Desa
Komersil dengan baik.

2) Karakteristik usaha debitur bermasalah dilihat dari segi lama usaha,


jangka waktu pengembalian kredit, plafon kredit yang diterima,
penggunaan kredit, dan omzet usaha. Lama usaha debitur berpengaruh
positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena pengalaman
usaha yang semakin lama dapat meningkatkan pemahaman dan
61

kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung


keberhasilan usaha. Sebagian besar responden (68%) telah
menjalankan usahanya lebih dari 5 tahun. Jangka waktu pengembalian
diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit.
Jangka waktu pengembalian kredit rerponden berkisar antara 1 sampai
3 tahun. Nilai plafon kredit diduga berpengaruh negatif terhadap
kelancaran pengembalian kredit karena semakin besar plafon yang
diterima akan memperbesar beban angsuran dan beban bunga yang
harus dibayar sehingga menurunkan peluang pengembalian kredit
secara lancar. Omzet/pendapatan usaha seseorang berkolerasi positif
dengan tingkat kemakmurannya. Hubungan dengan pengembalian
kredit, pendapatan usaha seorang debitur dapat mencerminkan
kemampuannya dalam memenuhi kewajiban pengembalian kredit
dengan lancarkarena pendapatan tersebut sebagai sumber dalam
membayar angsuran kredit. Omzet responden sebagian besar adalah di
bawah Rp. 5.000.000,00 yaitu sebesar 50 persen.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan bahkan kegagalan dalam
pengembalian kredit adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal terdiri dari internal debitur dan internal bank. Internal debitur
bersumber dari unsur kesengajaan maupun ketidaksengajaan debitur
sedangkan internal bank dikarenakan mantri kurang teliti dalam
menganalisis karakter calon debitur dan kurangnya pengawasan dan
pembinaan terhadap debitur. Sedangkan faktor eksternal yang
menyebabkan adalah kegiatan ekonomi makro atau kebijakan pemerintah
yang tidak dapat diperkirakan oleh bank, adanya bencana dan kejadian-
kejadian lain di luar dugaan, dan persaingan yang tajam antar lembaga
bank.
c. Kerugian maksimum Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil yang
dihadapi Bank X Bogor tahun 2010 pada tingkat keyakinan 95% adalah
sekitar Rp. 3,8 Milyar. Nilai kerugian adalah 2,52% dari total baki debet
total kredit di Bank X Bogor. Pada tingkat keyakinan 99% Bank X Bogor
62

di tahun 2010 kemungkinan mengalami kerugian maksimum sekitar Rp.


5,3 Milyar.
d. Pengelolaan Kredit Masayarakat Desa bermasalah yang dilakukan oleh
Bank X Bogor adalah penetapan Analisis ulang terhadap debitur
bermasalah produk Kredit Masyarakat Desa Komersil dengan
menggunakan prinsip 5C, penagihan intensif, penjadwalan ulang,
restrukturisasi, penyitaan agunan.

2. Saran

a. Melakukan monitoring yang lebih intensif sejak awal penyaluran kredit


terhadap usaha debitur sehingga dapat diketahui perkembangan usaha
debitur.
b. Melakukan pengawasan dan pembinaan kepada debitur. Kurangnya
pengawasan dan pembinaan terhadap debitur dapat menimbulkan
kesalahan dalam penggunaan kredit oleh debitur, misalnya kredit yang
diajukan oleh debitur adalah kredit untuk modal kerja tetapi pada
kenyataannya kredit digunakan untuk kegiatan konsumtif.
63

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS), 2000-2009. Jakarta-Indonesia. http://www.bps.go.id


[1 Maret 2011].

Bank Indonesia. 2008. Statistik Perbankan Indonesia.


htpp://www.bi.go.id/statistikperbankanindonesia. [15 Juni 2009].

Bessis, J. 1998. Risk Management in Banking. John Wiley@Sons Ltd, Sussex.

Bisnis Indonesia. 2010. Menkop Belum Puas dengan Pertumbuhan UMKM.


http://www.bisnis.com. [14 Mei 2010].

Darmawi, H. 2004. Manajemen Risiko. Bumi Aksara, Jakarta.

Dendawijaya. 2005. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Djohanputro. 2004. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Penerbit PPM,


Jakarta.

Djumhana, 2000, Dasar-dasar Perkreditan. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Ghozali. 2007. Manajemen Risiko Perbankan. Badan Penerbit Universitas


Diponegoro, Semarang.

Hasibuan. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. Bumi Aksara, Jakarta.

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Raja Grafindo Pustaka, Jakarta.

Jorion, M. M. 2001. Value at Risk : The New Benchmarking For Managing


Finansial Risk. 2nd Edition. Mac Graw-Hill, New Jersey.

Muljono, T. P. 2001. Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersil. BPFE-UGM,


Yogyakarta.

Panggabean. 2005. Creditrisk pada BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu


Jawa Tengah. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Rahminta, D. Y. 2009. Analisis Risiko Kredit di PD BPR BKK Pati Kota Kantor
Kas Margoyoso. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Republik Indonesia. 2010. Harmonisasi LDR-GWM dan Pertumbuhan Kredit.


http://www.republika.co.id. [26 April 2010].
64

Setiawati. 2005. Analisis Value at Risk Kredit Mikro pada Bank X. Skripsi pada
Departemen Statistik, Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sri, H. S. 2006. Manajemen Risiko bagi Bank Umum. PT Alex Media


Komputindo, Jakarta.

Sutoyo. 1994. Pengaruh Penerapan Capital Adequacy Ratio minimum terhadap


Perkembangan Sektor Perbankan. Pustaka Media, Yogyakarta.

Suyatno, T. 2007. Dasar-Dasar Perkreditan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Tampubolon, R. 2004. Risk Management. Elex Media Komputindo, Jakarta.


65

LAMPIRAN
66

Lampiran 1. Kuisioner penelitian

Kuisioner Penelitian untuk Debitur


ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT
PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL
DI BANK X BOGOR

Gambaran Ringkas Penelitian


Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) masih menjadi
sektor unggulan perbankan dalam memberikan kreditnya. Ketika bank
menggunakan dananya sebagai pinjaman yang diberikan kepada nasabahnya atau
bank bertindak sebagai kreditur, bank akan dihadapkan pada risiko wanprestasi
atau resiko nasabahnya gagal bayar. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya analisis
risiko kredit agar dapat mengelola risiko kredit yang terjadi. Penelitian ini
bertujuan untuk: mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kredit
bermasalah di Bank X Bogor, menganalisis risiko kredit yang terjadi di Bank X
Bogor, dan menganalisis pengelolaan risiko kredit di Bank X Bogor. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Value at Risk (VaR).
Penelitian ini dilakukan oleh Dwi Kurnia Rachman (H24087072)
mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, institut Pertanian Bogor (IPB). Survei ini
bertujuan untuk menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi. Informasi yang akan didapatkan dari hasil survei ini akan
dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan analisis statistik. Analisis
dan tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi setiap responden
tidak akan diketahui.

Petunjuk Umum
1. Kuisioner ini terdiri dari 2 bagian yaitu krakteristik responden dan
karakteristik usaha.
2. Kuisioner penelitian ini terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup.
3. Petunjuk pengisian untuk pertanyaan tertutup dengan cara memberi tanda
silang (x) pada jawaban yang tersedia, mengisi titik-titik pada pilihan lainnya
jika ada jawaban yang tidak tersedia.

I. Karakteristik Responden
1.1 Nama : ........................................................................
1.2 Alamat : .........................................................................
1.3 Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita
1.4 Usia : a. < 20 tahun b. 20-40 tahun c. >4 tahun
1.5 Pendidikan : a. SD c. SMP c. SMA
d. Diploma e. Sarjana f. S2
1.6 Status : a. Menikah b. Belum Menikah
67

Lanjutan Lampiran 1.

1.7 Tanggungan Keluarga : a. < 2 orang b. 2-4 orang c. >4 orang

II. Karakteristik Usaha


2.1 Jenis Usaha : ....................................................................
2.2 Lama Berusaha : a. < 5 tahun b. 5-10 tahun c. >10
tahun
2.3 Pendapatan / Omzat Usaha Rata-Rata per Hari (dalam bulan terakhir):
a. < 5 Juta b. 5-50 Juta c. > 50 juta
2.4 Pernahkah Usaha Anda Mengalami Penurunan / Kerugian?
a. Ya b. Tidak
Jelaskan........................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
2.5 Besarnya Pinjaman Kredit yang Diperoleh:
a. < 50 Juta b. 50-500 Juta c. > 500 Juta
2.6. Jangka Waktu Kredit :
a. < 1 tahun b. 1-3 tahun d. > 3 tahun
2.7 Status Sebagai Nasabah Bank X Bogor (Saat Mengajukan Kredit):
a. Baru b. Lama
2.8 Pengalaman Menerima Kredit Bank X Bogor:
a. < 3 kali b. 3-5 kali c. > 5 kali
2.9 Kredit yang Diperoleh Digunakan Untuk:
a. Menambah Modal Kerja b. Investasi Usaha
c. Lainnya : sebutkan...................................................................................
3.0 Pernahkan Anda Menunggak dalam Membayar Angsuran Kredit?
a. Ya b. Tidak
Jelaskan........................................................................................................
......................................................................................................................
......................................................................................................................
3.1 Jika Ya, Berapa Kali Anda Melakukan Penunggakan?
a. < 3 kali b. 3-5 kali c. > 5 kali
3.2 Apa Alasan Anda Melakukan Penunggakan?
a. Tidak mempunyai uang
b. Usaha bangkrut
c. Debitur mengalami masalah kesehatan
d. Lainnya, sebutkan....................................................................................
3.3 Apa yang Dilakukan oleh Saudara untuk Mengatasi tersebut? ...................

.............................................................................................................................
3.4 Apakah Selama ini Bank Melakukan pendampingan dalam menjalani
usaha?
a. Ya b. Tidak
Jelaskan .......................................................................................................

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA


68

Lanjutan Lampiran 1.

Kuisioner Penelitian untuk Bank X


ANALISIS RISIKO KREDIT
PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL
DI BANK X BOGOR

Gambaran Ringkas
Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) masih menjadi
sektor unggulan perbankan dalam memberikan kreditnya. Ketika bank
menggunakan dananya sebagai pinjaman yang diberikan kepada nasabahnya atau
bank bertindak sebagai kreditur, bank akan dihadapkan pada risiko wanprestasi
atau resiko nasabahnya gagal bayar. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya analisis
risiko kredit agar dapat mengelola risiko kredit yang terjadi. Penelitian ini
bertujuan untuk: mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kredit
bermasalah di Bank X Bogor, menganalisis risiko kredit yang terjadi di Bank X
Bogor, dan menganalisis pengelolaan risiko kredit di Bank X Bogor. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Value at Risk (VaR).
Penelitian ini dilakukan oleh Dwi Kurnia Rachman (H24087072)
mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, institut Pertanian Bogor (IPB). Survei ini
bertujuan untuk menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi. Informasi yang akan didapatkan dari hasil survei ini akan
dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan analisis statistik. Analisis
dan tabulasi akan dilakukan secara gabungan sehingga informasi setiap responden
tidak akan diketahui.

Petunjuk Umum
1. Kuisioner ini terdiri dari 4 bagian yaitu data umum Bank X Bogor, jenis dan
besarnya kredit, prosedur pemberian kredit, dan kredit bermasalah.
2. Kuisioner penelitian ini terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup.
3. Petunjuk pengisian untuk pertanyaan tertutup dengan cara memberi tanda
silang (x) pada jawaban yang tersedia, mengisi titik-titik pada pilihan lainnya
jika ada jawaban yang tidak tersedia.

I. Data Umum Bank X


Nama : .......................................................................................
Jabatan : .......................................................................................
Tugas : .......................................................................................
Alamat Bank X : .......................................................................................
Kabupaten/Kota : .......................................................................................
Propinsi : ........................................................................................
No Telp : ............................................. fax : ..................................
69

Lanjutan Lampiran 1.
II. Jenis dan Besarnya Kredit
2.1 Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil
Jumlah Debitur Jumlah Kredit Rasio NPL
No Tahun
(Orang) (Ribuan Rupiah) (%)
1 2008
2 2009
3 2010

2.2 Kredit Masyarkat Desa dilihat dari segi penggunaan


Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 NPL
No Jenis Kredit
Orang Rp Orang Rp Orang Rp (%)
1 Modal Kerja
2 Investasi
Jumlah

2.3 Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil dilihat dari segi jangka waktu
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 NPL
No Jenis Kredit
Orang Rp Orang Rp Orang Rp (%)
1 Kredit Jangka
Pendek
(<1 tahun)
2 Kredit Jangka
Menengah
(1-3 tahun)
3 Kredit Jangka
Panjang
(> 3 tahun)
Jumlah

2.4 Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil dilihat dari sektor ekonomi
Sektor Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 NPL
No
Ekonomi Orang Rp Orang Rp Orang Rp (%)
1 Pertanian
2 Perdagangan
3 Perindustrian
4 Pertambangan
Jumlah

2.5 Mengapa pada sektor tersebut memiliki jumlah kredit yang paling besar?
(jawaban lebih dari satu)
a. Sektor tersebut prospektif
b. Memiliki peminat yang banyak
c. Risiko yang ditimbulkan kecil
d. Usaha tersebut berada di wilayah unit Bank X
70

Lanjutan Lampiran 1.
2.6 Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil dilihat dari Plafon Kredit
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 NPL
No Kelompok Usaha
Orang Rp Orang Rp Orang Rp (%)
1 Usaha Mikro
(= 50 jt)
2 Usaha Kecil
(>50 jt s/d 500 jt)
3 Usaha Menengah
(>500 jt s/d 5 M)
4 Usaha Besar
(>5 M)
Jumlah

III. Prosedur Pemberian Kredit


3.1 Bentuk kredit yang diberikan (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Individual : %
b. Kelompok : %
3.2 Faktor-faktor yang menentukan Bank X ketika akan menilai kelayakan
suatu kredit (urutkan berdasarkan prioritas yang menjadi pertimbangan,
1=paling penting sampai dengan 6=paling tidak penting)
No Faktor-faktor Peringkat
1 Karakter calon debitur
2 Riwayat peminjam
3 Kesanggupan debitur memperoleh pendapatan
4 Keabsahan/legalitas usaha
5 Nilai agunan
6 Hubungan antara pengurus/pemilik dengan debitur

3.3 Hal-hal yang menjadi pertimbangan utama Bank X dalam penyaluran


kredit (urutkan berdasarkan prioritas yang menjadi pertimbangan,
1=paling penting sampai dengan 4=paling tidak penting)
Pertimbangan dalam Penyaluran Kredit Peringkat
Didasarkan pada lokasi tempat tinggal (domisili) debitur
Didasarkan pada lokasi usaha debitur
Didasarkan pada agunan yang diajukan

3.4 Faktor apakah yang paling menentukan dari 5 C’s ketika Bank X menilai
pengajuan kredit calon debitur? (urutkan berdasarkan prioritas yang
menjadi pertimbangan, 1=paling penting sampai dengan 5=paling tidak
penting)
71

Lanjutan Lampiran 1.

Faktor Penentu Kredit Peringkat


Character
Capacity
Capital
Collateral
Condition

3.5 Cara pembayaran angsuran Produk Kredit Masyarakat Desa Komersil di


Bank X (urutkan berdasarkan prioritas yang menjadi pertimbangan,
1=paling sering dilakukan sampai dengan 4=paling jarang dilakukan)
No Cara Pembayaran Peringkat
1 Angsuran disetor langsung ke Bank X
2 Angsuran diambil/dijemput ke debitur
3 Angsuran dipotong secara langsung dari
gaji/tabungan debitur
4 Angsuran dibayar secara transfer ke rekening Bank
X

VI Kredit Bermasalah
4.1 Apakah kredit yang disalurkan memiliki agunan?
a. Ya, sebutkan ........................................................................................
b. Tidak
4.2 Kolektibilitas kredit dan jumlah debitur pada Desember 2010
No Kolektibilitas Kredit Jumlah Debitur Jumlah Kredit
(Orang) (Ribuan Rupiah)
1 Lancar
2 Dalam Perhatian
Khusus
3 Kurang Lancar
4 Diragukan
5 Macet

4.3 Alasan timbulnya kredit bermasalah (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Tidak ada itikad baik dari debitur untuk membayar kredit.
b. Bunga pinjaman yang terlalu tinggi.
c. Pendapatn debitur menurunUsaha bangkrut.
d. Debitur mengalami masalah kesehatan.
e. Lainnya, .................................................................................................
4.4 Dalam penyaluran kredit, manakah yang menjadi prioritas di Bank X,
apakah penambahan plafon kredit bagi debitur lama atau penyaluran
kredit kepada debitur baru?

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA


72

Lanjutan Lampiran 1.
Pertanyaan Wawancara
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT
PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL
DI BANK X BOGOR

1. Kapan Bank X Bogor berdiri? Bagaiman sejarah berdirinya?


2. Bagaimana struktur organisasi Bank X Bogor? Apa tugas dari masing-masing
bagian dalam struktur organinasi tersebut?
3. Apa saja kegiatan usaha yang dilakukan Bank X Bogor?
4. Produk apa saja yang ditawarkan oleh Bank X Bogor?
5. Apa saja jenis kredit yang disalurkan oleh Bank X Bogor?
6. Bagaimana kolektibilitas masing-masing kredit yang disalurkan?
7. Apa saja yang dapat digunakan sebagai agunan kredit?
8. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya Non Performing Loan?
9. Tindakan penyelamatan kredit apa saja yang dilakukan Bank X Bogor?
10. Apa saja yang menjadi pesaing dari Bank X Bogor?
73

Lampiran 2. Matriks transisi bulanan


Matriks Transisi Januari 2010 - Februari 2010
L KL D M
L 1 0 0 0
KL 0,0306 0,9694 0 0
D 0 0,0769 0,7693 0,1538
M 0 0 0 1

Matriks Transisi Februari 2010 - Maret 2010


L KL D M
L 1 0 0 0
KL 0,02222 0,7778 0 0
D 0 0.15434 0.8457 0
M 0 0 0 1

Matriks Transisi Maret 2010 - April 2010


L KL D M
L 1 0 0 0
KL 0.125 0.625 0.25 0
D 0 0,0769 0,7692 0,1538
M 0 0 0.248 0.752

Matriks Transisi April 2010 - Mei 2010


L KL D M
L 1 0 0 0
KL 0 0 1 0
D 0 0.375 0.625 0,261
M 0 0 0.377 0.623

Matriks Transisi Mei 2010 - Juni 2010


L KL D M
L 1 0 0 0
KL 0.268 0.615 0.117 0
D 0 0 0 1
M 0 0 0.493 0.507
Matriks Transisi Juni 2010 - Juli 2010
L KL D M
L 1 0 0 0
KL 0 0.891 0.109 0
D 0 0 0.750 0.250
M 0 0 0.314 0.686
74

Lanjutan Lampiran 2.
Matriks Transisi Juli 2010 - Agustus 2010
L KL D M
L 0.928 0.072 0 0
KL 0.055 0.721 0.224 0
D 0 0.506 0.169 0.326
M 0 0 0.107 0.903

Matriks Transisi Agustus 2010 - September 2010


L KL D M
L 0.397 0.603 0 0
KL 0.187 0.710 0.103 0
D 0 0 0.815 0.185
M 0 0 0.310 0.690

Matriks Transisi September 2010 - Oktober 2010


L KL D M
L 1 0 0 0
KL 0.188 0.812 0.0 0
D 0 0 0.793 0.207
M 0 0 0.313 0.687

Matriks Transisi Oktober 2010 - November 2010


L KL D M
L 0.829 0.171 0 0
KL 0.152 0.848 0 0
D 0 0 0.883 0.117
M 0 0 0.333 0.667

Matriks Transisi November 2010 - Desember 2010


L KL D M
L 0.854 0.146 0 0
KL 0 0.775 0.225 0
D 0 0.487 0.117 0.396
M 0 0 0.547 0.453
75

Lampiran 3. Nilai baki debet dengan bunga


Baki Debet Present value Forward Value Total Value Baki
Kolektibilitas Tahun 1
(Rp) (Rp) (Rp) Debet (Rp)
Lancar 24% 9,424,722,297 2,261,933,351.28 1,824,139,799.42 4,086,073,150.70
Kurang
Lancar 24% 52,118,800 12,508,512.00 10,087,509.68 22,596,021.68
Diragukan 24% 83,001,250 19,920,300.00 16,064,758.06 35,985,058.06
Macet 24% 67,391,516 16,173,963.84 13,043,519.23 29,217,483.07
76

Lampiran 4. Perhitungan VaR tiap kolektibilitas

Anda mungkin juga menyukai