Anda di halaman 1dari 44

AKTIVITAS BAKTERI DAN KAPANG PERUSAK TANAMAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Mikrobiologi Terapan dengan dosen
pengampu Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd

Disusun oleh Kelompok V/Offering C/2019:


Annisaa Ahmada Atusta (190341764440)
Hanina Salmah (190341764445)
Hesty Nurwijayati (190341864449)
Nadya Nurul Isnaeni (190341864401)
M. Nidhamul Maulana (190341864426)
Wiji Astutik (190341764425)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
NOVEMBER 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Mikrobiologi Terapan dengan
judul “Aktivitas Bakteri Dan Kapang Perusak Tanaman” dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Dra. Utami Sri
Hastuti, M.Pd selaku dosen pengampu matakuliah Mikrobiologi Terapan, yang
telah membantu dalam berbagai hal sehingga tugas makalah ini dapat selesai
dengan baik.
Walaupun pikiran dan pengetahuan yang penulis miliki telah sepenuhnya
penulis kerahkan dalam penyelesaian tugas makalah Mikrobiologi Terapan ini,
penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih memiliki kekurangan dan
belum sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 22 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii

BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah Makalah 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah 2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah 3

BAB 2. PEMBAHASAN 4
2.1 Jenis-jenis Kerusakan pada Tanaman Akibat Aktivitas Bakteri dan Kapang
Parasit 4
2.2 Faktor Biotik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri dan Kapang
Patogen 23
2.3 Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri dan Kapang
Patogen 25
2.4 Mekanisme Infeksi Kapang Parasit pada Tanaman 33

BAB 3. PENUTUP 40
3.1 Kesimpulan 40
3.2 Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 41

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti tongkat
atau batang, bakteri adalah organisme prokariota uniseluler yang hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri ditemukan pertama kali oleh
ilmuwan Belanda bernama Anthony van Leewenhoek. Leeuwenhoek kemudian
menerbitkan aneka ragam gambar bentuk bakteri pada tahun 1684. Sejak saat itu,
ilmu yang mempelajari bakteri mulai berkembang. Ilmu yang mempelajari bakteri
disebut bakteriologi. Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan
tersebar luas dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu
spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan.
Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak
disekitar kita. Bakteri pun berada di mana-mana. Di tempat yang paling dekat
dengan kita pun juga terdapat bakteri contohnya saja tas, buku, pakaian, dan
banyak hal lainnya. Maka dari itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang
cukup sering terjadi. Karena banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit
tersebut karena terkadang gejala awal yang diberikan ada gelaja awal yang biasa
saja. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita masyarakat dapat mengetahui
bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan gejala-gejala apa yang akan
dberikannya.
Banyaknya manusia yang mulai tidak begitu peduli dengan gejala awal
terjangkitnya bakteri salah satunya adalah pada saluran pencernaan. Saluran
pencernaan adalah saluran yang sangat berperan dalam tubuh. Jika saluran
pencernaan terganggu akan cukup mengganggu aktivitas tubuh saat itu. Tapi
banyak masyarakat yang tidak peduli dengan penyakit yang ditimbulkan.
Misalnya saja penyakit yang dapat ditimbulkan oleh bakteri ada diare, gejala
awalnya ada kondisi perut yang tidak enak gejala awalnya cukup biasa tetapi jika
terlalu didiamkan akan membuat kondisi itu menjadi akut dan fatal. Maka dari itu,
bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup banyak pada saat ini.

4
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian
kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan
pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan
patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan
penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan
berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit. Sebagaimana
kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran
mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme
dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan,
disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan
akuatik, dan atmosfer (udara) serta makanan, dan karena beberapa hal
mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia,
tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara.
Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu
dapat juga menimbulkan penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana Aktifitas Bakteri dan Kapang Perusak Tanamanan?
2. Apa Jenis-jenis Kerusakan Tanaman akibat Aktifitas Bakteri dan Parasit?
3. Apa Faktor Biotik dan Abiotik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
dan Kapang Parasit?
4. Bagaimanakah Mekanisme Infeksi Bakteri dan Kapang Parasit Tanaman?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Aktifitas Bakteri dan Kapang Perusak Tanamanan
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Kerusakan Tanaman akibat Aktifitas Bakteri
dan Parasit
3. Untuk mengetahui Faktor Biotik dan Abiotik yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Bakteri dan Kapang Parasit
4. Untuk mengetahui Mekanisme Infeksi Bakteri dan Kapang Parasit
Tanaman

5
1.4 Manfaat Penulisan
a. Bagi penulis sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan menulis
dan memahami kajian Aktifitas Bakteri dan Kapang Perusak Tanamanan
b. Bagi pembaca dapat memperoleh manfaat dan menambah referensi dan
pengetahuan mengenai Aktifitas Bakteri dan Kapang Perusak
Tanamanan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Kerusakan pada Tanaman Akibat Aktivitas Bakteri dan


Kapang Parasit

A. Pengertian Organisme Pengganggu Tanaman


Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apabila tumbuhan tersebut dapat
melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensial genetik
terbaik yang dimilikinya. Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut
diserang oleh patogen atau dipengaruhi oleh agensia abiotik. Penyakit
tumbuhan akan muncul bila terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua
komponen yaitu tumbuhan dan patogen. Untuk mendukung perkembangan
penyakit maka harus adanya interaksi adanya tiga komponen yaitu patogen
yang virulen, tanaman yang rentan dan lingkungan yang mendukung. Interaksi
ketiga komponen tersebut umum disebut sebagai penyakit (disease triangle).
Kondisi ketiga komponen tersebut yang dapat menentukkan terserangnya
tanaman oleh suatu penyakit. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya
penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda.
Menurut Gafur (2003), penyakit pada tanaman dapat menyebar secara
cepat ketika kondisi lingkungan mendukung dan tanaman pada kondisi rentan.
Siklus hidup patogen dimulai dari tumbuh sampai menghasilkan alat
reproduksi. Siklus penyakit meliputi perubahan-perubahan patogen di dalam
tubuh tanaman dan rangkaian perubahan tanaman inang serta keberadaan
patogen di dalamnya dalam rentang waktu tertentu selama masa pertumbuhan
tanaman.
Jenis patogen sering menyerang tanaman diantaranya adalah dari
golongan kapang. Kapang ini akan bersifat parasit terhadap tanaman inangnya
tersebut. Kapang dapat menyerang hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari
akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Bagian yang terserang
tersebut akan rusak dengan menunjukkan beberapa gejala seperti adanya
bercak-bercak pada daun, buah yang membusuk, tanaman menjadi layu, dan
sebagainya. Sesuai yang telah sedikit diungkapkan di atas, gejala penyakit ini

7
akan menyebar dengan cepat menginfeksi tanaman yang lain jika kondisi
mendukung bibit penyakit ini untuk menyebar.
Sedangkan pada bakteri gejala yang diakibatkannya yaitu timbulnya
gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan
pathogen. Penanaman gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit,
perubahan bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Parasite
yang menyebabkan penyakit pada tanaman pada umumnya membentuk bagian
vegetative di dalam jaringan tanaman sehingga tidak tampak dari luar. Tetapi
walaupun demikian ia membentuk bagian reproduktifnya pada permukaan
tanaman yang diserangnya atau hanya tampak pada permukaan tersebut. Selain
itu sering terjadi pembentukan propagul dalam bentuk istirahat pada
permukaan tanaman. (Filzahari, 2008)

B. Gejala-gejala akibat serangan bakteri


a. Gall/fasciation (Crown gall): pertumbuhan abnormal karena peningkatan
jumlah sel secara cepat, biasanya pada pangkal batang, leher akar atau akar.
b. Layu bakteri: akibat serangan pada pembuluh kayu.
c. Pelendiran-bakteri atau kebasahan pada kayu: karena adanya tekanan
(gas) lalu keluar ke permukaan batang seperti pada tanaman elm.
d. Busuk lunak: akibat serangan pada pada zat perekat antara sel-sel jaringan
tanaman,sehingga zat tersebut mencair dan jaringan rusak serta berlendir.
e. Busuk keras/firm rot: kerusakan jaringan pada daun, batang, buah,umbi
dan lain-lain.
f. Blight dan kanker: nekrosis yang bersifat khas pada daun, ranting, dahan,
bunga dan buah.

C. Penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri


1. Gejala Penyakit Crown Gall dan Bakteri Penyebab

Tumor Crown Gall adalah jaringan tanaman yang pertumbuhannya


tidak terdiferensiasi akibat adanya interaksi antara tanaman-tanaman yang
rentan dengan strain virulen Agrobacterium tumefaciens.Gejala penyakit ini
dapat dilihat pada batang dan akar.

8
Gambar 1:

(crown gall pada batang mawar) (crown gall pada akar blue berry)
2. Layu Bakteri
Kelayuan pada tanaman terutama pada bagian daun, tunas atau
tanaman secara keseluruhan, dapat disebabkan karena hilangnya turgor pada
bagian-bagian tersebut.  Hilangnya turgor tersebut dapat disebabkan karena
adanya gangguan di dalam berkas pembuluh/pengangkutan atau adanya
kerusakan pada susunan akar, yang menyebabkan tidak seimbangnya
penguapan dengan pengangkutan air.  Penyakit layu (wilt disease) pada
tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik yaitu bakteri sehingga disebut
layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) atau oleh jamur/cendawan yang
disebut penyakit layu Fusarium (Fusarium oxysporum).  Selain karena
penyakit biotik, kelayuan pada tanaman juga dapat disebabkan karena faktor
abiotik (kekurangan air) (Semangun. 1990). 
a. Layu karena bakteri (Pseudomonas solanacearum)
Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu bakteri penyebab
layu bakteri atau penyakit lender  pada tanaman. Karakteristik  bakteri ini
adalah:
1. Selnya berbentuk batang dan bergerak dengan satu flagel.
2. Bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah dan dapat cepat berkembang
biak pada keadaan tanah yang lembab.
3. Bakteri ini dapat menginfeksi akar-akar tanaman melalui luka-luka karena
pemindahan bibit, ketika pembumbunan, luka karena gigitan serangga, luka

9
karena tusukan nematoda, dan ternyata bakteri ini juga dapat menginfeksi
tanaman melalui luka-luka pada daun.
4. Tanaman yang diserang antara lain: kentang, tomat, pisang, cabai, terung
dan lebih dari 140 jenis tanaman terutama yang termasuk dalam keluarga
Solanaceae.
5. Patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu
transportasi air tanaman inang, akibatnya kelihatan tanaman menjadi layu,
menguning dan kerdil, dan biasanya dalam beberapa hari tanaman akan
mati.
6. Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat melarutkan
dinding sel akar dan dapat menyebabkan perubahan warna pada jaringan
pengangkutan yang dapat dilihat jika batang dipotong (melintang) atau
dibelah.  Gejala penyakit layu bakteri pada tomat dan tembakau ditandai
dengan perubahan warna pada bagian berkas pembuluhnya biasanya
menjadi berwarna coklat dan perubahan warna ini dapat meluas sampai ke
tulang daun bahkan sampai ke empulur.   dan akar tanaman yang sakit
berwarna coklat.
7. Umumnya pertama kali gejala terlihat pada tanaman yang berumur kurang
lebih 6 minggu.  Gejala yang terlihat adalah daun-daun layu, biasanya
dimulai dari daun-daun muda (ujung).  Terkadang kelayuan tidak terjadi
dengan tiba-tiba, bahkan terjadi kelayuan sepihak, pada bagian yang layu
daging daun diantara tulang-tulang daun atau di tepi daun menguning,
kemudian mengering dan akhirnya seluruh daun layu dan tanaman menjadi
mati.
8. Bila batang tanaman yang sakit dipotong dan potongan tersebut 
dimasukkan ke dalam gelas/wadah berisi air, yang jernih, kemudian
dibiarkan beberapa lama, akan keluar eksudat (cairan berwarna putih kotor)
yang berisi jutaan bakteri.

10
Gambar 2: layu bakteri pada tanaman kentang oleh bakteri Pseudomonas
solanacearum
Sumber: http://www.agroatlas.ru/en/content/diseases/Solani/

3. Gejala Penyakit Hawar Bakteri (Bacterial Blight)


Pada daun terdapat bercak kecil, bersegi, tembus cahaya dan tampak
kebasah-basahan, berwarna kekuningan atau coklat muda. Bercak
membesar, bagian bawahnya mengering, berwarna coklat tua atau coklat
kehitaman, dikelilingi oleh halo klorotik dan kebasah-basahan. Beberapa
bercak besar bersatu menjadi bagian nekrotik yang luas, sehingga daun
menjadi robek-robek. Gejala dapat terjadi pada batang, tangkai daun dan
polong. Biji polong yang sakit dapat keriput, atau berubah warnanya, namun
adakalanya tidak bergejala sama sekali (Machmud. 1989).
Penyakit hawar bakteri (bacterial blight) tersebar luas di Indonesia dapat
dikatakan bahwa penyakit ini terdapat di semua negara penanam kedelai.
Penyakit ini disebabkan bakteri Pseudomonas syringae pv, yang bertahan
dalam biji dan pada sisa-sisa tanaman sakit. Biji dapat terinfeksi selama
panen dan penyimpanan. Jika biji yang berpenyakit ditanam, keping bijinya
akan terinfeksi dan mungkin ini merupakan sumber penyakit yang
terpenting. Selain itu, penyakit hawar ini juga disebabkan oleh
Xanthomonas campestris dan Xanthomonas axonopodis pv. Malvacearum
(Machmud. 1989).

11
Gambar 3: Hawar pada daun catton oleh bakteri Xanthomonas axonopodis
Sumber: http://www.arkansas-crops.com/2011/07/20/alert-bacterial

4. Gejala Penyakit Busuk Lunak


Gejala yang umum pada tanaman kubis-kubisan adalah busuk basah,
berwarna coklat atau kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian
yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak-bercak tersebut
membesar dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna
coklat tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi jaringan yang sakit tampak
kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dan tampak agak berbutir-butir
halus. Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen coklat tua
atau hitam. Pada serangan lanjut daun yang terinfeksi melunak berlendir dan
mengeluarkan bau yang khas. Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak
berbau, tetapi dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringa tersebut
menjadi berbau khas yang mencolok hidung (Dwidjoseputro. 1964). Bau
tersebut merupakan gas yang dikeluarkan dari hasil fermentasi karbohidrat
kubis.
Penyebab busuk lunak adalah Erwinia carotovora. Sel bakteri
berbentuuk batang dengan ukuran (1,5×2,0)x(0,6×0,9) micron, umunya
membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak mempunyai kapsul, dan
tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagela 2-3 peritrik.
Bakteri ini bersifat gram negatif. Hidup bakteri ini soliter atau berkelompok
dalam pasangan atau rantai, termasuk jenis bakteri fakultatif anaerob. E.
carotovora memproduksi banyak enzim ekstraselluler seperti pektinase yang
mendegradasi pektin yang berfunsi untuk merekatkan dinding-dinding sel

12
yang berdampingan, sellulase yang mendegradasi sellulase, hemicellulases,
arabanases, cyanoses dan protease (Dwidjoseputro. 1964).

Gambar 4: Busuk Lunak pada Tanaman Kubis oleh Bakteri Erwinia Carotovora
Sumber : http://www.corbisimages.com/stock-photo/rights-managed/42-

Gambar 5: Busuk Buah Tomat Lunak oleh Bakteri Erwinia Carotovora


Sumber: http://erec.ifas.ufl.edu/tomato-scouting-guide/diseases/erwinia-soft

D. Kapang/Jamur Patogenik Perusak Tanaman


Semua jenis kapang bersifat heterotrof. Kapang memperoleh makanan
dengan menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya,
kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Pertumbuhan kapang
bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan
senyawa kimia lainnya. Semua zat tersebut diperoleh dari lingkungannya
(Sumarsih, 2003).
Berbagai spesies kapang dapat menimbulkan penyakit pada tumbuhan.
Spesies-spesies kapang yang dapat menyebabkan penyakit tumbuhan disebut

13
jamur patogenik. Jamur patogenik menyebabkan penyakit tumbuhan melalui
proses infeksi. Perubahan yang tampak pada tumbuhan sebagai akibat dari
terjadinya infeksi disebut gejala penyakit (disease symptoms), sedangkan
pertumbuhan patogen yang tampak pada permukaan jaringan sakit disebut
tanda penyakit (disease signs) (Ahmad, 2009).

E. Jenis-jenis Kerusakan Akibat Kapang Parasit Pada Tanaman

Secara umum kapang (fungi) sebagian besar merupakan kelompok


patogen pada tanaman. Hal ini dapat dilihat dalam hal jumlah spesies kapang
yang dapat menimbulkan penyakit pada tanaman dan kerugian yang
ditimbulkannya. Selain karena termasuk kelompok patogen, jamur juga perlu
dipahami lebih dalam mengenai kerusakan yang ditimbulkan terhadap
tumbuhan. Berikut beberapa kerusakan yang diakibatkan oleh kapang parasit,
antara lain:
Tabel 1. Jenis-jenis Kerusakan Tanaman Akibat Kapang Parasit

NO KERUSAKAN PENYEBAB TANAMAN GEJALA


1 Blas Pyricularia oryzae Padi Membentuk bercak
pada daun padi, buku
batang, leher malai,
cabang malai, bulir
padi, dan kolar daun.
Bentuk khas dan bercak
blas daun adalah belah
ketupat (Ou, 1985).
2 Bercak Helminthosporium Padi Bercak berwarna coklat
Coklat oryzae tua, berbentuk oval
sampai bulat, berukuran
sebesar biji wijen, pada
permukaan daun, pada
pelepah atau pada
gabah. (Harahap &
Tjahjono, 1997)

14
3 Bulai Perenosclerospora Jagung Terlihat adanya warna
maydis putih sampai
kekuningan pada
permukaan daun,
diikuti oleh garis-garis
klorotik, daun
berbentuk kaku, tegak
dan menyempit, bentuk
tongkol tidak normal.
4 Bercak Cercosporidium Ubi Kayu Gejala penyakit
Coklat henningsii terdapat pada daun-
daun di batang bagian
bawah (daun tua),
Gejala awal penyakit
ini berupa bercak kecil
berwarna putih hingga
coklat muda terlihat
jelas pada sisi atas
daun.
5 Bercak Daun Cercosporidium Kacang Tanah Gejala bercak daun
personantum awal menurut CMI
(1974) dan Sri
Hardaningsih et al.
(1988) adalah berupa
bercak-bercak
berbentuk bulat
kadang-kadang tidak
teratur dengan diameter
1–10 mm, berwarna
coklat tua sampai hitam
pada permukaan bawah
daun dan coklat
kemerahan sampai

15
hitam pada permukaan
atas, selalu terdapat
halo berwarna kuning
yang jelas
6 Karat Phakopsora Kedelai Bintik-bintik kecil yang
pachyrhizi kemudian berubah
menjadi bercak-bercak
berwarna coklat pada
bagian bawah daun,
yaitu uredium
penghasil uredospora.
Serangan berat
menyebabkan daun
gugur dan polong
hampa.
7 Busuk Daun Phytophthora Kentang Gejala awal bercak
(Hawar infestan pada bagian tepid an
Daun) ujung daun, bercak
melebar dan terbentuk
daerah nekrotik yang
berwarna coklat.
Bercak dikelilingi oleh
massa sporangium yang
berwarna putih dengan
belakang hijau kelabu.
Serangan dapat
menyebar ke batang,
tangkai dan umbi.
8 Akar Pekuk Plasmodiophora Kubis Pembesaran akar halus
(Akar Gada) brassica dan akar sekunder yang
membentuk seperti
gada. Bentuk gadanya
melebar di tengah dan

16
menyempit di ujung.
Akar yang telah
terserang tidak dapat
menyerap nutrisi dan
air dari tanah sehingga
tanaman menjadi kerdil
dan layu.
9 Tepung Erysiphe Labu Gejala yang
cichoracearum ditimbulkan oleh
penyakit ini adalah
permukaan daun dan
batang muda terdapat
lapisan putih bertepung,
yang terdiri atas
miselium, konidiofor
dan konidium
cendawan penyebab
penyakit. Jika penyakit
berat, daun dan batang
muda dapat mati. Jika
semua daun pada
tanaman bersangkutan
terinfeksi, tanaman
menjadi lemah,
pertumbuhan
terhambat, dan buahnya
dapat terbakar
matahari, atau masak
sebelum waktunya.
10 Layu Fusarium Tomat Gejala awal pada ini
Fusarium oxysporum adalah menjadi
pucatnya tulang tulang
daun, terutama daun

17
daun atas, kemudian
diikuti dengan
menggulungnya daun
yang lebih tua (efinasti)
karena merunduknya
tangkai daun, dan
akhirnya tanaman
menjadi layu secara
keseluruhan. Kadang
kadang kelayuan
didahului dengan
menguningnya daun.
11 Sigatoka Mycospherella Pisang Berupa bercak kecil
(Becak Daun musicola berwarna kuning pucat.
Cercospora) Bercak atau garis-garis
ini makin lama makin
membesar dan
memanjang sehingga
membentuk bercak
bulat telur dengan pusat
mengering berwarna
abu-abu.
12 Blendok Phytophthora sp. Jeruk Jika terserang diplodia
basah, batang, cabang
atau ranting tanaman
jeruk yang terinfeksi
akan mengeluarkan
blendok/gumosis
berupa cairan berwarna
kuning keemasan
(Dwiastuti et.al., 2004).
Jika tanaman jeruk
terserang diplodia

18
kering, batang, cabang
atau ranting tanaman
yang terserang akan
mengering tanpa
mengeluarkan blendok,
kulit tanaman pecah-
pecah, serta pada celah
kulit terlihat adanya
spora jamur berwarna
putih yang pada
akhirnya menjadi hitam
(Cahyani et.al., 2013).
13 Busuk Hati Phytophthora sp. Nenas Tanaman muda yang
dan Busuk terserang busuk hati
Akar mempunyai daun yang
nekrorotis dengan
ujung nekrosis. Daun
daun muda mudah
dicabut dan pangkanya
busuk. Bagian daun
yang busuk mempunyai
batas berwarna coklat.
Selain busuk hati jamur
juga menyebabkan
pembusukan pada
bagian besar sistem
perakaran.
14 Bercak Alternaria solani Tomat Tibul bercak coklat dan
Coklat berair pada permukaan
daun dan buah. Garis
tengah bercak
mencapai 2 mm. dapat
juga menyebabkan

19
daun menggulung,
kering, dan rontok.
15 Becak Ungu Alternaria porri Bawang Terjadinya becak kecil,
melekuk, berwarna
putih sampai kelabu.
Jika membesar, becak
tampak bercincin, dan
warnanya agak
keunguan. Bisa
menginfeksi sampai
umbi lapis yang
mengalami
pembusukan mulai
leher, dan mudah
dikenali dari warnanya
kuning sampai merah
kecoklatan.
16 Antraknosa Colletotrichum Cabai Terdpat bercak
capsici melingkar, cekung
berwarna coklat, bercak
ini menyebabkan
pembusukan.

17 Antraknosa Colletotrichum Anggrek Pada daun timbul


gloeoporiodes bercak coklat berwarna
kuning atau hijau
muda. Pada stadia
serangan lanjut dapat
terlihat lingkaran-
lingkaran coklat yang

20
meluas, ditandai
dengan adanya
lingkarang berwarna
kuning kecoklatan pada
bagian luar serangan.
18 Becak Hitam Diplocarpon rosae Mawar Bercak hitam terdapat
pada bagian daun.
Bercak ini lama
kelamaan akan
membesar sehingga
jaringan didekatnya
berbah warna menjadi
kuning.
19 Karat Daun Hemileia vastatrix Kopi Ecara khas penyakit ini
dikenal seperti luka
berwarna kuning yang
ditutupi bedak atau
noda yang tampak pada
permukaan bagian
bawah daun. Pada luka
yang masih muda
tampak noda kuning
pucat dengan sporulasi
yang jelas.
20 Cacar Teh Exobasidium vexans Teh Gejala awal, cacar
tampak seperti bercak
kecil hijau pucat
tembus cahaya pada
daun muda, kemudian
bercak melebar bercak
berubah warna menjadi
putih dan mengandung
spora. Gejala serangan

21
lanjut, pusat berwarna
coklat tua, mati dan
daun berlubang.
21 Busuk Phytophthora Lada Tanaman menjadi layu,
Pangkal capsica (P. kemudian batang
Batang palmivora) berubah menjadi coklat
hitam, dan daun akan
gugur. Pangkal batang
kemudian akan
membusuk dan akan
menimbulkan lendir

22 Cacar Daun Phyllostica sp. Cengkeh Bagian yang terinfeksi


Cengkeh adalah daun, ranting
muda, dan bunga. Daun
muda yang berwarna
merah apabila
terinfeksi akan
meluluh, melengkung
ke atas, tetapi
terkadang ke bawah.
Bagian bercak yang
melepuh biasanya
terdapat titik-titik
hitam. Gejala yang
sama juga ditunjukkan
pada daun yang
terinfeksi sudah
berwarna hijau.
23 Busuk Buah Phytophthora Coklat Gejala serangan awal
dan Kanker palmivora berupa bercak coklat

22
Batang pada permukaan buah,
umumnya pada ujung
atau pangkal buah yang
lembab dan basah.
Selanjutnya bercak
membesar hingga
menutupi semua bagian
kulit buah.
24 Jamur Upas Corticium Coklat Adanya benang-benang
salmonicolor halus yang mirip
dengan benang laba-
laba pada bagian
cabang yang diserang,
selanjutnya patogen
membentuk kumpulan-
kumpulan hypha yang
dilanjutkan dengan
pembentukan kerak
yang berwarna merah
jambu (salmon). Pada
tahap tersebut kulit dan
kayu yang ada di
bawahnya telah
membusuk.
25 Embun Capnidium Kopi, Coklat, Jeruk Pada permukaan daun
Jelaga terdapat lapisan
berwarna hitam yang
merupakan koloni
jamur root-down.
Daun-daun tersebut
biasanya terdapat
banyak semut hitam
yang berkumpul.

23
26 Busuk Fusarium Vanili Pada batang terjadi
Batang oxysporum bercak-bercak berwarna
hitam yang akan
meluas dan melingkar
dengan cepat. Batang
terserang akan keriput,
berwarna coklat dan
akhirnya kering.
27 Akar/Batang Rigidoporus Karet Akar menjadi busuk
Putih microporus dan apabila perakaran
dibuka maka pada
permukaan akar
terdapat semacam
benang-benang
berwarna putih
kekuningan dan pipih
menyerupai akar
rambut yang menempel
kuat dan sulit dilepas.
28 Busuk Ganoderma sp. Kelapa Sawit Daun berwarna hijau
Pangkal pucat, janur (daun
Batang muda) yang terbentuk
sedikit, daun tua
menjadi layu dan
kemudian patah, serta
dari tempat yang
terinfeksi
mengeluarkan getah
dan pembusukan
terutama pada bagian
pangkal batang.
29 Lanas Phytophthora Tembakau Daun masih hijau
nicotianae mendadak terkulai layu

24
dan akhirnya mati,
pangkal batang dekat
permukaan tanah busuk
berwarna coklat dan
apabila dibelah
empulur tanaman
bersekat-sekat.

Sumber: Ginting (2013)

2.2 Faktor Biotik yang Memengaruhi Pertumbuhan Bakteri dan Kapang


Patogen
Faktor abiotik yang memengaruhi bakteri dan kapang patogen terjadi ketika
makhluk hidup lain melakukan interaksi terhadap bakteri dan kapang patogen.
Interaksi tersebut dibagi menjadi dua yaitu interaksi pada patogen dalam satu
populasi dan interaksi yang terjadi antar populasi.
a. Interaksi Patogen dalam Satu Populasi
Interaksi antar organisme dalam satu populasi yang sama ada dua macam,
yaitu interaksi positif maupun negatif. Interaksi positif menyebabkan
meningkatnya kecepatan pertumbuhan sebagai efek sampingnya. Meningkatnya
kepadatan populasi, secara teoritis meningkatkan kecepatan pertumbuhan.
Interaksi positif disebut juga kooperasi. Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu
sel mikroba menjadi koloni atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi).
Interaksi negatif menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan dengan
meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya populasi mikroba yang ditumbuhkan
dalam substrat terbatas, atau adanya produk metabolik yang meracun. Interaksi
negatif disebut juga kompetisi (Strauch, dkk., 2016)
b. Interaksi antar Populasi
Apabila dua populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul berbagai
macam interaksi.
1) Komensalisme

25
Komensalisme merupakan interaksi dua populasi yang mengakibatkan salah
satu populasi diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya
adalah: Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein
(Mudatsir, 2007). Sistein dapat digunakan oleh Legionella pneumophila.
Legionella pneumophila adalah bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan
penyakit pnemonia (Weissenbergera, dkk., 2007).
2) Antagonisme
Antagonisme merupakan interaksi antar spesies mikroba yang menyebabkan
salah satu pihak dirugikan, pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun.
Umumnya merupakan cara untuk melindungi diri terhadap populasi mikroba lain
(Mudatsir, 2007). Contohnya Trichoderma sp menghambat pertumbuhan
Fusarium solani yang menginfeksi daun tanaman kentang (Hastuti dan
Rahmawati, 2016)

Gambar 6. Antagonisme Trichoderma sp menghambat pertumbuhan Fusarium


solani

(Sumber: Hastuti dan Rahmawati 2016)

3) Parasitisme
Parasitisme merupakan interaksi antara dua populasi, dimana populasi satu
diuntungkan (parasit) dan populasi lain dirugikan (inang). Umumnya parasitisme
terjadi karena keperluan nutrisi dan bersifat spesifik. Ukuran parasit biasanya
lebih kecil dari inangnya (Mudatsir, 2007). Terjadinya parasitisme memerlukan
kontak secara fisik maupun metabolik serta waktu kontak yang relatif lama.
Contohnya adalah bakteri Bdellovibrio yang berkembangbiak di sel E. coli.

26
Gambar 7. Bakteri Bdellovibrio (Oranye) merusak membran bakteri E. Coli
(Hitam)

(Sumber: Strauch, dkk., 2016)

2.3 Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri dan Kapang


1. Suhu
a. Suhu pertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu
pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu
maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat
hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba.
Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba.
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat
dikelompokkan menjadi mikroba psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil.
Psikrofil adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-300C
dengan suhu optimum sekitar 150C. Mesofil adalah kelompok mikroba pada
umumnya, mempunyai suhu minimum 150C suhu optimum 25-370C dan suhu
maksimum 45-550C.
Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam
mikroba termofil. Mikroba ini mempunyai membran sel yang mengandung
lipida jenuh, sehinggatitik didihnya tinggi. Selain itu dapat memproduksi

27
protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu tinggi.Di dalam
DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relatif besar,
sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi. Kelompokini mempunyai
suhu minimum 40 0C, optimum pada suhu 55-60 0C dan suhu maksimum
untuk pertumbuhannya 75 0C.
Untuk mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 30 0C dan mempunyai
suhu pertumbuhan optimum pada 60 0C, dikelompokkan kedalam mikroba
termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu 30
0C,dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif. Bakteri yang hidup di
dalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga yang dapat
hidup diatas 50°C (termotoleran).
Contoh bakteri termotoleran adalah Methylococcus capsulatus. Contoh
bakteri termofil adalah Bacillus, Clostridium, Sulfolobus,dan bakteri pereduksi
sulfat/sulfur. Bakteri yang hidup di laut (fototrof) dan bakteri besi (Gallionella)
termasuk bakteri psikrofil.
1) Suhu tinggi
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum,
akanmemberikan beberapa macam reaksi. (1) Titik kematian thermal, adalah
suhu yang dapat memetikan spesies mikroba dalam waktu 10 menit pada
kondisi tertentu. (2) Waktu kematian thermal, adalah waktu yang diperlukan
untuk membunuh suatu spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap. Faktor-
faktor yang mempengaruhi titik kematian thermal ialah waktu, suhu,
kelembaban, spora, umur mikroba, pH dan komposisi medium.

2) Suhu rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan
gangguan metabolisme. Yaitu seperti (1) Cold shock , adalah penurunan
suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri
muda atau pada fase logaritmik, (2) Pembekuan (freezing), adalah rusaknya
sel dengan adanya kristal es di dalam air intraseluler, (3) Lyofilisasi , adalah
proses pendinginan dibawah titik beku dalam keadaan vakum secara
bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk mengawetkan mikroba karena
air protoplasma langsung diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi).

28
2. Kandungan air/ Kelembapan
Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk
hidupnya, biasanya diukur dengan parameter aw (water activity) atau
kelembaban relatif. Mikrobaumumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6.
bakteri umumnya memerlukan aw 0,90-0,999. Mikroba yang osmotoleran
dapat hidup pada aw terendah (0,6) misalnya khamir Saccharomyces rouxii.

Aspergillus glaucus dan jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8.
Bakteri umumnya memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98,
tetapi bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75. Mikroba yang tahan
kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia atau dapat
membentuk kista.

3. Tekanan osmosis
Tekanan osmosis sebenarnya sangat erat hubungannya dengan
kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka
selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma
dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma.
Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan
mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel,
sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmosis yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi
1) mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula
tinggi,
2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam
halogen yang tinggi,
3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak
mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya
dapat mencapai 30 %. Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis
khamir.
Khamir osmofil mampu tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi
lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang
termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium. Bakteri yang tahan pada
kadar garam tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam

29
selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi
untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai membran
purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein, sehingga tahanterhadap ion
Natrium.

4. Ion-ion dan listrik


a) Kadar ion hidrogen (pH)
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri
dapat hidup pada Ph tinggi (medium alkalin). Contohnya adalah bakteri
nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya
beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap kemasaman, misalnya
Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina ventriculi.
Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur
umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam
pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi
apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri.

Berdasarkan pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1) mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH


2,0-5,0.
2) mikroba mesofil (neutrofil) adalah kelompok mikroba yang dapat
hidup pada pH 5,5-8,0.
3) mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH
8,4-9,5.
b) Buffer
Untuk menumbuhkan mikroba pada media memerlukan pH yang
konstan, terutama pada mikroba yang dapat menghasilkan asam. Misalnya
Enterobacteriaceae dan beberapa Pseudomonaceae. Oleh karenanya ke
dalam medium diberi tambahan buffer untuk menjaga agar pH nya
konstan. Buffer merupakan campuran garam mono dan dibasik, maupun
senyawa-senyawa organik amfoter. Sebagai contoh adalah buffer fosfat
anorganik dapat mempertahankanpH diatas 7,2. Cara kerja buffe adalah

30
garam dibasik akan mengadsorbsi ion H+ dan garam monobasik akan
bereaksi dengan ion OH-.
c) Ion-ion lain
Logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, dan Pb pada kadar rendah
dapat bersifat meracun (toksis). Logam berat mempunyai daya
oligodinamik, yaitu daya bunuh logam berat pada kadar rendah. Selain
logam berat, ada ion-ion lain yang dapat mempengaruhi kegiatan fisiologi
mikroba, yaitu ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat, dan benzoat. Ion-ion
tersebut dapat mengurangi pertumbuhan mikroba tertentu.
Oleh karena itu sering digunakan untuk mengawetkan suatu bahan,
misalnya digunakan dalam pengawetan makanan. Ada senyawa lain yang
jugamempengaruhi fisiologi mikroba, misalnya asam benzoat, asam asetat,
dan asam sorbat.
d) Listrik
Listrik dapat mengakibatkan terjadinya elektrolisis bahan penyusun
medium pertumbuhan. Selain itu arus listrik dapat menghasilkan panas
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Sel mikroba dalam
suspensi akan mengalami elektroforesis apabila dilalui arus listrik.
Arus listrik tegangan tinggi yang melalui suatu cairan akan
menyebabkan terjadinya shock karena tekanan hidrolik listrik. Kematian
mikroba akibat shock terutama disebabkan oleh oksidasi. Adanya radikal
ion dari ionisasi radiasi dan terbentuknya ion logam dari elektroda juga
menyebabkan kematian mikroba.
e) Radiasi
Radiasi menyebabkan ionisasi molekul-molekul di dalam
protoplasma. Cahaya umumnya dapat merusak mikroba yang tidak
mempunyai pigmen fotosintesis. Cahaya mempunyai pengaruh germisida,
terutama cahaya bergelombang pendek dan bergelombang panjang.
Pengaruh germisida dari sinar bergelombang panjang disebabkan oleh
panas yang ditimbulkannya, misalnya sinar inframerah. Sinar x (0,005-1,0
Ao), sinar ultra violet (4000-2950Ao), dan sinar radiasi lain dapat

31
membunuh mikroba. Apabila tingkat iradiasi yang diterima sel mikroba
rendah, maka dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba.
Cahaya tidak terlampau diperlukan untuk pertumbuhan fungi/
kapang secara keseluruhan. Namun cahaya menjadi sangat penting dalam
pembentukan tubuh buah atau pembentukan spora atau pelepasan spora
yang bersifat fototropisme positif.
f) Tegangan
Tegangan mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan
tersebut menyerupai membran yang elastis. Seperti telah diketahui
protoplasma mikroba terdapat di dalam sel yang dilindungi dinding sel,
maka apabilaada perubahan tegangan muka dinding sel akan
mempengaruhi pula permukaan protoplasma.
Akibat selanjutnya dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan
bentuk morfologinya. Zat-zat seperti sabun, deterjen, dan zat-zat pembasah
(surfaktan) seperti Tween80 dan Triton A20 dapat mengurangi tegangan
cairan/larutan. Umumnya mikroba cocok pada tegangan yang relatif
tinggi.
g) Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan
mikroba. Umumnya tekanan 1-400 atm tidak mempengaruhi atau hanya
sedikit mempengaruhi metabolisme danpertumbuhan mikroba. Tekanan
hidrostatik yang lebih tinggi lagi dapat menghambat atau menghentikan
pertumbuhan, oleh karena tekanan hidrostatik tinggi dapat menghambat
sintesis RNA, DNA, dan protein, serta mengganggu fungsi transport
membran sel maupun mengurangiaktivitas berbagai macam enzim.
Tekanan diatas 100.000 pound/inchi2 menyebabkan denaturasi protein.
Akan tetapi ada mikroba yang tahan hidup pada tekanan tinggi
(mikroba barotoleran), dan ada mikroba yang tumbuh optimal pada
tekanan tinggi sampai 16.000 pound/inchi2 (barofil). Mikroba yang hidup
di laut dalam umumnya adalah barofilik atau barotoleran. Sebagai contoh
adalah bakteri Spirillum.
h) Getaran

32
Getaran mekanik dapat merusakkan dinding sel dan membran sel
mikroba. Oleh karenaitu getaran mekanik banyak dipakai untuk
memperoleh ekstrak sel mikroba. Isi sel dapat diperoleh dengan cara
menggerus sel-sel dengan menggunakan abrasif atau dengan cara
pembekuan kemudian dicairkan berulang kali. Getaran suara 100-10.000
x/ detik juga dapat digunakan untuk memecah sel.
i) Daya oligodinamik
Ion-ion logam berat seperti Hg++ , Cu++ , Ag++ dan Pb++ pada
kadar yang sangat rendah bersifat toksis terhadap mikrobia. Karena ion-
ion tersebut dapat bereaksi dengan bagian-bagian penting dalam sel. Daya
bunuh logam-logam berat pada kadar yang sangat rendah ini di sebut daya
oligodinamik. Garam dari beberapa logam berat seperti air rasa dan perak
dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, daya mana di sebut
oligodinamik. Persenyawaan air rasa yang organic dapat pula
dipergunakan untuk membersihkan biji-bijian supaya terhindar dari
gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak digunakan
untuk menetesi selaput lender, misalnya pada mata bayi yang baru lahir
untuk mencegah gonorhoea. Banyak juga orang yang mempergunakan
persenyawaan perak dan protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai
bakterisida, akan tetapi banyak digunakan untuk menyemprot
tanamantanaman mematikan tumbuhan ganggang dikolam-kolam renang.
j) Sinar gelombang pendek
Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek (misalnya
sinar, sinar Ultra violet, sinar gama), mempunyai daya penetrasi yang
cukup besar terhadap mikribia. Sinar-sinar tersebut dapat menyebabkan
kematian. Perubahan genetik (mutasi) atau penghambatan pertumbuhan
mikrobia. Sinar-sinar tersebut banyak digunakan di dalam praktek
sterilisasi dan pengawetan bahan makanan. Kebanyakan bakteri tidak
dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi
kehidupannya. Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang
bergelombang antara 390 m μ sampai 760 m μ, tidak begitu berbahaya;
yang berbahaya ialah sinar yang lebih pendek gelombangnya, yaitu yang

33
bergelombang antara 240 m μ sampai 300 m μ. Lampu air rasa banyak
memancarkan sinar bergelombang pendek ini. Lebih dekat, pengaruhnya
lebih buruk. Dengan penyinaran pada jarak dekat sekali, bakteri bahkan
dapat mati seketika, sedang pada jarak yang agak jauh mungkin sekali
hanya pembiakannya sajalah yang terganggu.
Spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultra-ungu.
Sinar ultra-ungu biasa dipakai untuk mensterilkan udara, air, plasma darah
dan bermacam-macam bahan lainya. Sinar X dan sinar radium yang
bergelombang lebih pendek daripada sinar ultra-ungu juga dapat
membunuh mikroorganisme, akan tetapi memerlukan lebih banyak dosis
daripada sinar ultra-ungu. Bakteri yang disinari dengan sinar X kerap kali
mengalami mutasi. Aliran listrik tidak nampak berbahaya bagi kehidupan
bakteri. Jika ada bakteri yang mati karenanya, hal ini di sebabkan oleh
panas atau oleh zat-zat yang timbul di dalam medium sebagai akibat
daripada arus listrik, seperti ozon dan klor (chlor).
5. Kebasahan dan Pengeringan
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan
dapat hidup di dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat
hidup subur; hal ini di sebabkan karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah
yang cukup basah baiklah bagi kehidupan bakteri. Banyak bakteri menemui
ajalnya, jika kena udara kering. Meningococcus, yaitu bakteri yang
menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu kurang daripada satu jam, jika
digesekkan di atas kaca obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat bertahan
beberapa tahun dalam keadaan kering.
Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma.
Sehingga kegiatan metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak
protoplasma dan mematikan sel. Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam
keadaan kering, misalnya mikrobia yang membentuk spora dan dalam bentuk
kista. Adapun syarat-syarat yang menentukan matinya bakteri karena
kekeringan itu ialah:
Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat
bertahan lebih lama daripada di dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian

34
pula efek kekeringan kurang terasa, apabila bakteri berada di dalam sputum
ataupun di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam ruang terang itu pengaruhnya lebih buruk
daripada pengeringan di dalam ruang gelap. Pengeringan pada suhu tubuh
(37°C) atau suhu kamar (+ 26 °C) lebih buruk daripada pengeringan pada
suhu titik-beku.Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada
pengeringan di dalam vakum ataupun di dalam tempat yang berisi nitrogen.
Oksidasi agaknya merupakan faktor-maut.
6. Desinfektan
Pada umumnya bakteri muda itu kurang daya-tahannya terhadap
desinfektan dariphaada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lama
berada dibawah pengaruh desinfektan, merupakan faktor-faktor yang masuk
pertimbangan pula. Kenaikan suhu menambah daya desinfektan. Selanjutnya,
medium dapat juga menawar daya desinfektan. Susu, plasma darah, dan zat-
zat lain yang serupa protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh
desinfektan tertentu. Dalam menggunakan desinfektan haruslah diperhatikan
hal-hal tersebut dibawah ini. Apakah suatu desinfektan tidak meracuni suatu
jaringan, apakah ia tidak menyebabkan rasa sakit, apakah ia tidak memakan
logam, apakah ia dapat diminum, apakah ia stabil, bagaimanakah baunya,
bagaimanakah warnanya, apakah ia mudah dihilangkan dari pakaian apabla
desinfektan tersebut sampai kena pakaian, dan apakah ia murah harganya.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan orang sulit untuk menilai suatu
desinfektan. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri dapat dibagi atas garam-garam logam, fenol dan senyawa-senyawa lain
yang sejenis, formaldehida, alcohol, yodium, klor dan persenyawaan klor, zat
warna, detergen, sulfonamide, dan anti biotik.

2.4 Mekanisme Infeksi Kapang Parasit pada Tanaman


Patogen menyerang tumbuhan inang dengan berbagai macam cara untuk
memperoleh zat makanan. Agar dapat memasuki inang, patogen mampu
mematahkan reaksi pertahanan tumbuhan inang. Patogen mengeluarkan sekresi
zat kimia yang akan berpengaruh terhadap komponen tertentu dari tumbuhan dan

35
juga berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme tumbuhan inang. Patogen untuk
dapat masuk ke inang secara mekanis dan kimiawi. (Cook et al, 1983).
2.5.1 Secara Mekanis
Sebelum jamur dan parasit tumbuhan tingkat tinggi melakukan penetrasi,
diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak dengan inang tersebut akan
membesar dan membentuk semacam gelembung pipih yang disebut appresorium.
Selanjutnya apperesoriu dapat memasuki lapisan kutikula dan dinding sel (Cook
et al, 1983).

Gambar 8. Skema penetrasi jamur patogen pada dinding sel tanaman (Cook et al,
1983)
2.5.2 Secara Kimia
Pengaruh jamur patogen terhadap tumbuhan inang hampir seluruhnya
terjadi secara proses biokimia karena terdapat senyawa kimia yang dikeluarkan
patogen atau karena terdapat senyawa kimia yang diproduksi tumbuhan akibat
adanya serangan patogen (Semangun, 1996). Substansi kimia yang dikeluarkan
patogen diantaranya enzim, toksin, zat tumbuh dan polisakarida. Dari keempat
substansi kimia tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda terhadap kerusakan
inang, misalnya enzim berperan terhadap timbulnya gejala pembusukkan basah,
sedang zat tumbuh sangat berperan pada terjadinya pembengkakan suaty bagian
tumbuhan seperti akar atau batang. Selain itu, toksin berpengaruh terhadap
terjadinya hawar tanaman (Cook et al, 1983).
a. Enzim
Secara umum, enzim patogen berperan dalam memecah struktur
komponen sel inang, merusak substansi makanan dalam sel dan merusak fungsi
protoplas. Enzim oleh sebagian besar jenis patogen dikeluarkan setelah kontak
dengan tumbuhan inang. Tempat terjadinya kontak antara patogen dengan
permukaan tumbuhan adalah dinding sel epidermis yang terdiri dari beberapa

36
lapisan substansi kimia. Degradasi setiap lapisan tersebut melibatkan satu atau
beberapa enzim yang dikeluarkan pathogen. (Gandjar, 1999).

Gambar 9: bagian tanaman yang telah rusak akibat adanya enzim dari patogen
tanaman (Gandjar, 1999).
b. Toksin
Toksin merupakan substansi yang sangat beracun dan bekerja efektif pada
konsentrasi yang sangat rendah. Toksin dapat menyebabkan kerusakan pada sel
inang dengan merubah permeabilitas membran sel, inaktivasi atau menghambat
kerja enzim sehingga dapat menghentikan reaksi-reaksi enzimatis. Toksin tertentu
juga bertindak sebagai antimetabolit yang mengakibatkan defisiensi faktor
pertumbuhan esensial. Toksin yang dikeluarkan oleh patogen dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu patotoksin, vivotoksin dan fitotoksin
(Departemen Pertanian, 2010).
1) Patotoksin
Patotoksin ialah toksin yang sangat berperan dalam menentukan
tingkat keparahan penyakit. Berdasarkan luas kisaran inangnya patotoksin
digolongkan menjadi dua, yaitu spesifik dan non-spesifik. Vivotoksin dan
fitotoksin umumnya bersifat non-spesifik (Cook et al, 1983).
2) Vivotoksin
Vivotoksin ialah substansi kimia yang diproduksi oleh patogen
dalam tumbuhan inang dan/atau oleh inang itu sendiri yang ada kaitanya
dengan terjadinya penyakit, tetapi toksin ini bukan agen yang memulai
terjadinya penyakit. Beberapa kriteria yang ditunjukkan oleh vivotoksin
diantaranya: dapat dipisahkan dari tumbuhan inang yang sakit, dapat
dipurifikasi dan karakterisasi kimia, menyebabkan dari sebagian gejala

37
kerusakan pada tumbuhan sehat, dan dapat diproduksi oleh organisme
penyebab penyakit (Cook et al, 1983).
3) Fitotoksin
Fitotoksin adalah toksin yang diproduksi oleh parasit yang dapat
menyebabkan sebagian kecil atau tidak sama sekali gejala kerusakan pada
tumbuhan inang oleh pathogen. Tidak ada hubungan antara produksi
toksin oleh patogen dengan patogenesitas penyebab penyakit (Cook et al,
1983).
c. Zat Tumbuh
Zat tumbuh yang terpenting yaitu auksin, giberellin dan sitokinin, selain
itu etilen dan penghambat tumbuh juga memegang peranan penting dalam
kehidupan tumbuhan. Patogen tumbuhan dapat memproduksi beberapa macam zat
tumbuh atau zat penghambat yang sama dengan yang diproduksi oleh tumbuhan,
dapat memproduksi zat tumbuh lain atau zat penghambat yang berbeda dengan
yang ada dalam tumbuhan, dan dapat memproduksi substansi yang merangsang
atau menghambat produksi zat tumbuh atau zat penghambat oleh tumbuhan
(Departemen Pertanian, 2010).
Patogen seringkali menyebabkan ketidakseimbangan sistem hormon
tumbuhan dan mengakibatkan pertumbuhan yang abnormal sehingga pada
tumbuhan yang terinfeksi oleh patogen tersebut akan timbul gejala kerdil,
pertumbuhan berlebihan, terlalu banyaknya akar-akar cabang dan berubahnya
bentuk batang. Seperti yang telah ditunjukkan gambar 3 (Gandjar, 1999).

Gambar 10. gejala pembengkakan pada akar tanaman (Gandjar, 1999).

d. Polisakarida

38
Beberapa patogen mungkin dapat mengeluarkan substansi lender yang
menyelubungi tubuh pathogen tersebut untuk melindungi diri dari faktor
lingkungan luar yang tidak menguntungkan. Peranan polisakarida pada penyakit
tumbuhan hanya terbatas pada tanaman yang layu. Pada vaskuler, polisakarida
dalam jumlah yang cukup banyak akan terakumulasi pada xilem yang akan
menyumbat aliran air pada tanaman (Horiuchi, 2000).
Tanaman dikatakan sakit apabila terdapat perubahan pada seluruh atau
sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan gangguan kegiatan secara
fisiologis. Penyakit dapat tumbuh dan berkembang pada tumbuhan, dimulai dari
kontak antara spora kapang dengan organ tumbuhan, kemudian menempel pada
permukaan organ tumbuhan, dan diakhiri dengan fase infeksi dalam tubuh
tanaman inang. Kapang terlebih dahulu harus dapat menembus lapisan protektif
luar dari tumbuhan inang, yaitu lapisan epidermis untuk dapat mengambil
makanan serta agar parasit dapat berkembang (Pracaya, 2006).
Proses dimulai saat spora kapang menempel (melakukan kontak langsung
dengan tumbuhan inang). Selanjutnya apabila kondisi lingkungan sesuai dan
menguntungkan, spora kapang akan berkecambah dan terus mengadakan
pertumbuhan dengan menghasilkan hifa penetrasi. Kapang atau patogen lain dapat
masuk dengan berbagai cara. Ada yang langsung dapat menembus permukaan
epidermis yang melapisi inang atau juga melalui bagian tanaman inang yang
kurang dipertahankan, yaitu stomata. Adapula yang masuk melalui luka yang
diakibatkan aktifitas manusia, serangga serta bahan kimia (Pracaya, 2006)
Proses infeksi kapang yang parasit dan menyebabkan penyakit pada
tumbuhan (patogen), merupakan suatu siklus yang meliputi: inokulasi (penularan),
penetrasi (masuk tubuh), infeksi (pemanfaatan nutrien inang), invasi (perluasan
serangan ke jaringan lain), penyebaran ke tempat lain. Menurut Ginting (2013)
infeksi kapang patogen pada tanaman adalah sebagai berikut.
1. Inokulasi atau penularan
Inokulasi merupakan terjadinya kontak pertama kali antara patogen
dengan tanaman. Bagian dari patogen atau patogen yang terbawa agen tertentu
yang mengadakan kontak dengan tanaman disebut inokulum atau penular.Oleh
karena itu, inokulum merupakan bagian dari patogen atau patogen itu sendiri yang

39
dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Pada kapang atau cendawan,
inokulum dapat berupa miselium, spora, atau sklerotium. Langkah-langkah yang
terjadi pada proses inokulasi, dimulai dari: inokulum kapang sampai ke
permukaan tubuh tanaman inang melalui perantaraan angin, air, serangga dan
sebagainya. Meskipun inokulum yang dihasilkan patogen banyak sekali tetapi
yang dapat mencapai tanaman inang yang sesuai hanya sedikit sekali.
Beberapa tipe inokulum yang terbawa tanah, seperti zoospora dapat
mencapai tanaman inang yang sesuai melalui substansi yang dikeluarkan oleh
akar tanaman. Semua patogen memulai melakukan serangan pada tingkat
pertumbuhan vegetatif. Dengan demikian, spora jamur harus berkecambah
terlebih dahulu, sehingga diperlukan suhu yang sesuai dan kelembaban dalam
bentuk lapisan air pada permukaan tanaman. Keadaan basah atau bentuk lapisan
air ini harus berlangsung cukup lama sampai patogen mampu masuk atau
melakukan penetrasi ke dalam sel atau jaringan. Jika hanya berlangsung sebentar
maka patogen akan kekeringan dan mati, sehingga gagal melakukan serangan.

2. Penetrasi
Penetrasi merupakan proses masuknya patogen atau bagian dari patogen
ke dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang. Kapang patogen melakukan
penetrasi dari permukaan tanaman ke dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman
inang secara langsung menembus permukaan tubuh tanaman, melalui lubang-
lubang alami, dan melalui luka. Patogen sering melakukan penetrasi terhadap sel-
sel tanaman yang tidak rentan sehingga patogen tidak mampu melakukan proses
selanjutnya atau bahkan patogen mati tanpa menyebabkan tanaman menjadi sakit.
Kebanyakan jamur parasit melakukan penetrasi pada jaringan tanaman dengan
secara langsung. Spora jamur yang berkecambah akan membentuk buluh
kecambah yang dapat digunakan untuk melakukan penetrasi, baik langsung
menembus permukaan maupun melalui lubang alami dan luka.
3. Infeksi
Infeksi merupakan suatu proses dimulainya patogen memanfaatkan nutrien
(sari makanan) dari inang. Proses ini terjadi setelah patogen melakukan kontak
dengan sel-sel atau jaringan rentan dan mendapatkan nutrien dari sel-sel atau

40
jaringan tersebut. Selama proses infeksi, kapang patogen akan tumbuh dan
berkembang di dalam jaringan tanaman. Infeksi yang terjadi pada tanaman inang,
akan menghasilkan gejala penyakit yang tampak dari luar seperti: menguning,
berubah bentuk (malformasi), atau bercak (nekrotik). Beberapa proses infeksi
dapat bersifat laten atau tidak menimbulkan gejala yang tampak mata, akan tetapi
pada saat keadaan lingkungan lebih sesuai untuk pertumbuhan patogen atau pada
tingkat pertumbuhan tanaman selanjutnya, patogen akan melanjutkan
pertumbuhannya, sehingga tanaman menampakan gejala sakit.
4. Invasi
Invasi merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan patogen setelah
terjadi infeksi. Kapang umumnya melakukan invasi pada tanaman dimulai sejak
proses infeksi dengan cara tumbuh dalam jaringan tanaman inang, sehingga
tanaman inang selain kehilangan nutrien, sel-selnya atau jaringan juga rusak
karenanya. Kapang melakukan perkembangbiakan dengan membentuk spora, baik
spora seksual maupun spora aseksual.

5. Penyebaran
Penyebaran patogen berarti proses berpindahnya patogen atau inokulum dari
sumbernya ke tempat lain. Penyebaran kapang patogen dapat terjadi secara pasif.
Penyebaran pasif yang berperan besar dalam menimbulkan penyakit, yaitu dengan
perantaraan angin, air, hewan (terutama serangga), dan manusia.

41
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Jenis-jenis kerusakan pada tanaman akibat aktivitas bakteri parasit seperti;
Tumor Crown Gall, layu bakteri atau penyakit lender  pada tanaman, Hawar
Bakteri (Bacterial Blight), dan Busuk Lunak
2. Jenis-jenis kerusakan tanaman akibat kapang parasit seperti; blas, Bercak
Coklat, bulai, dan lain-lain
3. Faktor abiotik yang memengaruhi bakteri dan kapang patogen terjadi ketika
makhluk hidup lain melakukan interaksi terhadap bakteri dan kapang
patogen. Interaksi tersebut dibagi menjadi dua yaitu interaksi pada patogen
dalam satu populasi dan interaksi yang terjadi antar populasi.
4. Faktor abiotik yang memengaruhi bakteri dan kapang seperti; suhu,
kelembaban, ion, tekanan osmosis, dan kebasahan
5. Mekanisme infeksi kapang parasit pada tanaman dapat secara mekanik dan
kimiawi

3.2 Saran
Berdasarkan makalah ini dapat diketahui sangat banyak bakteri dan
kapang yang menyebabkan penyakit atau kerusakan bagi tanaman sehingga
perlu adanya obat alami untuk membunuh bakteri dan kapang parasittersebut
agar tidak menggangu tanaman. Obat yang digunakan seharusnya alami bukan
kimiawi agar mengurangi dampak pada lingkungan disekitarnya.

42
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R.Z. 2009. Cemaran Kapang pada Pakan dan Pengendaliannya. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 28(1):15-22.
Cook, R. J & Baker, K. F. 1983. The Nature and Practice of Biological CoPlant
Patogen. The American Phytopathological Soceity. USA
Departemen Pertanian. 2010. Pengendalian Penyakit Layu pada Tanaman Pisang.
(Online). http://www.deptan.go.id/teknologi/horti/tpisang2.htm. diakses
tanggal 19 November 2017.
Dwidjoseputro, D, 1964. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbi Djambatan, Malang.
Elliott, Tom, dkk (2007). Mikrobiologi Kedokteran & Infeksius Edisi 4. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Filzahari, 2008. Pengantar Penyakit Ilmu Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Gandjar, I., R.A., Samson, K. van den T-V., Oetari, A., & Santoso, I. 1999.
Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ginting, Cipta. 2013. Ilmu Penyakit Tumbuhan, Teori dan Aplikasi. Lampung:
Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Ginting, Cipta. 2013. Ilmu Penyakit Tumbuhan, Teori dan Aplikasi. Lampung:
Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Gultom, Robinson, David. (2015). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Mikroorganisme. Univeritas Tidar: Program Studi
Agronomi

Harahap, IS., Tjahjono B. 1997. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Jakarta:


Penebar Swadaya.
Hastuti Sri Utami and Rahmawati Indriana. 2016. The Antagonism Mechanism Of
Trichoderma spp. Towards Fusarium solani Mold: Journal App. Chem.
Res. 5 (3): 178-181

Horiuchi, S. 2000. Soil Solarization for Supressing Soilborne Disease in Japan.


Hirosima.

43
Machmud,M, 1989. Pengamatan Penyakit Pustui dan Hawar Bakteri Kedelai.
Kongres Nasional UMPFI. Cibubur. Jakarta.
Mudatsir. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Mikroba Dalam
Air Mudatsir : Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 7(1) 23-29.

Ou, S.H. 1985. Rice Disease. 2nd ed. England: Commonwealth Mycological
Institute Kew, Surrey.
Pracaya. 2006. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Sumber Swadaya.

Pratiwi, Silvia T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Fakultas Farmasi UGM:


Yogyakarta.

Semangun, H, 1990. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah


Mada Press. Yogyakarta.

Strauch Eckhard., Schwudke., and Linscheid Michael. 2016. Predatory


mechanisms of Bdellovibrio and like organisms: Future Microbiol. 2(1):63-
73.

Sumarsih, S. 2003. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: Universitas Pembangunan


Nasional Veteran Press.
Weissenbergera Albert C., Cazaleta., and Buchrieser. 2007. Legionella
pneumophila - A human pathogen that co-evolved with fresh water protozoa
: Cellular and Molecular Life Sciences CMLS. 1(1): 1-17.

44

Anda mungkin juga menyukai