EPIDEMIOLOGI
DI SUSUN :
KELOMPOK II
ABDUL RIZAL NAYIU (811414016)
HENOK SINGA (811416046)
DIKA SYAFITRI R. ITY (811416061)
FITRIA ILHAM (811416018)
WIRANDA TAMBIPI (811416005)
YULIANI A. R. LATOKO (811416051)
Untuk menuliskan
1. Alat Tulis identitas pasien serta
hasil yang diperoleh
Untuk melindungi
dari bakteri dan
3. Masker
kuman yang dapat
masuk ke tubuh
Untuk melindungi
tangan dari bakteri
4. Handscoen
dan kuman
Ose/Tusuk Untuk mengambil
5.
Lancip Sputum dari wadah
Untuk meneteskan
12. Pipet Tetes larutan pada sediaan
dahak/sputum
2. Bahan
No. Nama Bahan Fungsi Gambar
Sebagai campuran
dengan pasir dan
7. alcohol untuk
Lisol 5%
melepaskan pasrtikel
dahak pada ose
(mensterilkan)
Menggunakan handscoen.
2. Cara Pewarnaan
Meletakkan sediaan pada rak
pewarnaan
3. Cara Pembacaan
Meletakkan sediaan di atas meja
preparat mikroskop.
Sampel/sediaan
yang diamati dapat
dinyatakan positif
Ditemukan >10 (+) TBC karena
BTA/1LP, sehingga ditemukan
ditulis : +++ keberadaan Bakteri
Tahan Asam
(Mycrobacterium
tuberculosis)
Basil Tahan Asam (BTA)
TBC
Perbesaran : 100 x 10
G. Pembahasan
Berdasarkan kegiatan praktikum, diketahui bahwa Tuberculosis (TBC)
merupakan penyakit infeksi pada organ paru yang disebabkan oleh bakteri
Microbacterium tuberculosis dan dapat menular melalui udara dengan perantara
cipratan (droplet) dan terhirup oleh orang yang dalam keadaan sehat. Dimana
bakteri ini bersifat tahan asam sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA).
Pada praktikum ini, dilakukan pemeriksaan mikroskopik Basil Tahan Asam
pada bakteri Tuberculosis (TBC). Untuk praktikum yang dilakukan kali ini, hanya
menggunakan bahan lem karena tidak diperoleh sampel dahak saat percobaan
pengambilan dahak pada salah satu anggota kelompok. Dahak yang seharunya
digunakan merupakan dahak dengan kriteria, purulen (kental, warna kuning
kehijauan dan menggumpal). Pada praktikum ini bertujuan untuk mengindetifikasi
keberadaan bakteri Basil Tahan Asam (BTA) pada dahak orang yang diduga
menderita TBC dengan metode pewarnaan Ziehl Neelsen (Zn) dengan
menggunakan zat pewarna diantaranya Carbol Fuchsin 0,3% sebagai pemberi
warna merah pada dahak, Asam Alkohol 3% (decolorizing agent) sebagai zat
peluntur warna dan larutan Methylene Blue 0,1% sebagai pemberi warna biru.
Adapun hal – hal yang dilakukan yaitu yang pertama persiapan dan pembuatan
dahak dengan dahak/lem yang digunakan diletakkan pada kaca preparat lalu
diratakan dan kemudian difiksasi sebanyak 3 kali, didinginkan dan dikeringkan
setelahnya. Pada tahap selanjutnya yaitu tahap pewarnaan, dahak/lem ditetesi
larutan Carbol Fuchsin 0,3% secara merata pada seluruh permukaan dahak,
kemudian difiksasi dan dibilas dengan air bersih. Sebelum diberi larutan pewarna
biru, terlebih dahulu dahak/lem di tetesi dengan Asam Alkohol 3% untuk
menghilangkan sisa warna merah pada dahak. Setelah itu dibilas dan diberi warna
biru dengan dengan menggunakan larutan Methylene Blue 0,1% selama 1 menit
lalu dibilas dan keringkan pemberian warna biru pada dahak/lem bertujuan untuk
memberi backgournd pada sediaan. Setelah tahap pewarnaan, sediaan yang sudah
jadi, diamati dibawah mikroskop dan diperiksan/dihitung jumlah BTA yang
nampak.
Hasil yang diperolah melalui pengamatan mikroskopik dengan metode
pewarnaan Ziehl Neelsen (Zn) yaitu sediaan yang di periksa dapat dikatakan
positif terdapat bakteri Mycrobacterium tuberculosis karena dari hasil
pemeriksaan/perhitungan diperoleh lebih dari 10 Basil Tahan Asam dalam 1
lapang pandang sehingga berdasarkan criteria perhitungan skala IUAT
(International Union Against Tuberculosis) hasil diagnosa dapat dituliskan (+++).
Sehingga dari hasil pemeriksaan dapat dikatakan bahwa pasien pemilik dahak
tersebut menderita penyakit Tuberculosis yang apabila tidak di tangani secara
intensif akan memperparah keadaan kesehatan pasien bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Untuk mencegah tingkat keparahan penyakit Tuberculosis ini maka diperlukan
pengoabatan yang intensif dan memantau kepatuhan pasien menelan obat dengan
dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Dan untuk mencegah meningkatnya
jumlah kasus penderita TBC, maka perlu dilakukan tindak pencegahan yang
efektif dan intensif seperti pemberian imunisasi BCG saat masih bayi serta
memperhatikan personal hygene penderita seperti menutup mulut saat bersin,
tidak berbagi alat – alat pribadi dengan orang dalam keadaan sehat dan
memperbaiki sanitasi lingkungan tempat tinggal.
H. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan berdasarkan hasil praktikum tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan miksroskopik Basil Tahan Asam (BTA) di dilakukan dengan
menggunakan metode pewarnaa Ziehls Neelsen (Zn) pada specimen
dahak/sputum.
2. Pemeriksaan dahak/sputum digunakan sebagai acuan unutk menetapkan
diagnosis serta untuk menilai keberhasilan pengobatan.
3. Pada pemeriksaan mikroskopik sediaan TBC yang dilakukan, diperoleh bahwa
sediaan yang diperiksa adalah (+) TBC karena ditemukan keberadaan Basil
tahan Asam (BTA).
DAFTAR PUSTAKA
Djakaria, M,Y, I, dkk. 2017. Hasil Diagnostik Mycobacterium Tuberculosis pada
Pasien dengan Batuk lebih dari 2 Minggu Menggunakan Pewarnaan
Ziehl-Neelsen Di Poliklinik Paru Rumkit Tingkat III Robert Wolter
Mongisidi. [Jurnal]. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Febriani, M, A. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tb
Paru Anak Di Wilayah Puskesmas Garuda Kota Bandung. [Jurnal].
Bandung: Universitas BSI Bandung.
Idris, S, I. 2018. Gambaran Retikulosit Terhadap Pemberian Obat Anti
Tuberkulosis (Oat) Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas
Perumnas Kadia Kota Kendari. [Jurnal]. Denpasar: Poltekkes Denpasar.
Kalma, Adrika. 2018. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Basil Tahan Asam
Antara Spesimen Dahak Langsung Diperiksa Denga Ditunda 24 Jam.
[Jurnal]. Makssar: Poltekes Kemenkes Makassar.
Kurniawan, E, dkk. 2016. Nilai Diagnostik Metode “Real Time” PCR GeneXpert
pada TB Paru BTA Negatif. [Jurnal]. Padang: Universitas Andalas.
Kusumawardhani, N. 2016. Evaluasi Penggunaan Obat Antituberkulosis Pada
Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Paru Sidawangi Jawa Barat Periode
Januari-Juni 2015. [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Larissa, dkk. 2015. Diagnosis Tuberkulosis Paru Menurut Kekerapan
Pemeriksaan Dahak. [Jurnal]. Surabaya: Universitas Airlangga.
Lestari, R, D, 2015. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. S dengan Masalah
Utama Tuberculosis Paru pada Ny. R Di Sanggrahan, Krajan, Gatak,
Sukoharjo. [Tugas Akhir]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Muchtar, N, M dkk. 2018. Gambaran Faktor Risiko Timbulnya Tuberkulosis
Paru pada Pasien yang Berkunjung ke Unit DOTS RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2015. [Jurnal]. Padang: Universitas Andalas Padang
Mursyaf, A, R, dkk. 2018. Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis (TB) Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar. [Jurnal].
Makassar: Universitas Islam Alauddin Makassar.
Nugroho, K, P, A, dkk. 2018. Pengetahuan Keluarga Terkait Faktor Penyebab
Kekambuhan Pada Penderita TB MDR Di Rumah Sakit Paru dr. Ario
Wirawan Salatiga. [Jurnal]. Surakarta: STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Team Teaching. 2019. Praktikum Kesmas Dasar. Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo.