Anda di halaman 1dari 7

Journal of Health Sciences and Research

09 Maret 2020 ISSN: 2655-643X

Aplikasi Epidemiologi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Dunia Usaha


Dan Dunia Kerja

Friska Aprilia Ladiku


Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Olahraga Dan Kesehatan
Email: kakika.ladiku@gmail.com

Abstrak

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu upaya untuk mengelola hazard
di tempat kerja agar tercapai pekerja yang sehat, selamat, sejahtera, produktif dan kompetitif serta
organisasi yang sustain, melalui konsep manajemen terhadap risiko yang ditimbulkan hazard di
tempat kerja. Hazard dan risiko bila tidak dikendalikan dapat menurunkan kapasitas kerja dan
status kesehatan pekerja, karena menimbulkan penyakit, penyakit akibat kerja atau luka akibat
kecelakaan kerja. Dalam rangka mengenal atau rekognisi hazard dan risiko K3, diperlukan analisis
data. Hal ini sejalan dengan kegiatan epidemiologi yaitu (1) melihat besar masalah; (2) menilai
hubungan sebab akibat; (3) membandingkan kondisi sebelum dan sesudah intervensi; dan (4)
melakukan evaluasi. Aplikasi epidemiologi di dunia usaha dan dunia kerja berspektrum luas, bisa
dalam bentuk epidemiologi deskriptif yang sederhana sampai kepada epidemiologi analitik yang
kompleks. Dalam makalah ini, disajikan beberapa contoh aplikasi epidemiologi deskriptif dan
analitik di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, di dunia usaha dan dunia kerja, baik formal
maupun informal.

Kata Kunci: Aplikasi Epidemiologi K3, Aplikasi Epidmeiologi Deskriptif, Aplikasi


Epidmeiologi Analitik.
1. Pendahuluan Hazard dan risiko bila tidak dikendalikan
Pelaksanaan upaya keselamatan dan dapat menurunkan kapasitas kerja dan status
kesehatan kerja (K3) di dunia usaha dan kesehatan pekerja, karena menimbulkan
dunia kerja didasarkan atas tiga alasan penyakit, penyakit akibat kerja atau luka
penting, yaitu Hak Asasi Manusia (HAM) akibat kecelakaan kerja. Konsep dasar
untuk perlindungan pekerja, kewajiban Manajemen Risiko adalah upaya
pemberi kerja yang diatur dalam peraturan mengendalikan risiko yang dilakukan untuk
perundang-undangan, dan alasan ekonomi, mencapai tujuan K3 berupa (1) antisipasi; (2)
yaitu untuk mencapai sustainable rekognisi hazard; (3) evaluasi atau penilaian
development suatu organisasi. Keselamatan tingkat risiko, dan, (4) control atau intervensi
dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah untuk menghilangkan atau mereduksi risiko
satu upaya untuk mengelola hazard di tempat ke tingkat yang dapat diterima.
kerja agar tercapai pekerja yang sehat, Dalam rangka mengenal atau rekognisi
selamat, sejahtera, produktif dan kompetitif hazard dan risiko K3, diperlukan analisis
serta organisasi yang sustain, melalui konsep data. Epidemiologi yang salama ini banyak
manajemen terhadap risiko yang ditimbulkan dianggap sulit bahkan oleh para akademisi,
hazard di tempat kerja. Hazard atau faktor kenyataannya di lapangan sudah banyak
risiko di tempat kerja dapat berupa (1) hazard dimanfaatkan oleh praktisi keselamatan dan
lingkungan, meliputi faktor fisik, kimia, dan kesehatan kerja, dalam membantu
biologi; (2) hazard ergonomi, meliputi faktor manajemen di perusahaan atau otoritas yang
postur janggal, beban, durasi, dan terikait dengan kegiatan K3. Hal ini sejalan
frekuensinya; (3) hazard somatik, meliputi dengan kegiatan epidemiologi yaitu (1)
faktor antara lain antropometri, status melihat besar masalah; (2) menilai hubungan
kesehatan, status kebugaran, ataupun sebab akibat; (3) membandingkan kondisi
penyakit; (4) hazard perilaku, meliputi antara sebelum dan sesudah intervensi; dan (4)
lain kebiasaan merokok, makanan padat melakukan evaluasi.
energi tinggi lemak kurang serat, sedentary Aplikasi epidemiologi di dunia usaha dan
lifestyle (kurang aktivitas fisik); dan (5) dunia kerja berspektrum luas, bisa dalam
hazard pengorganisasian pekerjaan dan bentuk epidemiologi deskriptif yang
budaya kerja, berupa faktor stres kerja. sederhana sampai kepada epidemiologi
analitik yang kompleks. Dalam bentuk
sederhana seperti menghitung frekuensi 3. Hasil Dan Pembahasan
distribusi kecelakaan kerja atau absensi sakit, a. Aplikasi Epidemiologi Deskriptif
analisis trend dan diteruskan dengan 1) Dugaan Penyakit Akibat Kerja
memberikan rekomendasi, untuk di Pabrik Colour Printing tahun
menetapkan program perbaikan berdasarkan 1985
faktor risiko yang teridentifikasi, hal ini Pada tahun 1985, bagian kesehatan
dilakukan dalam rangka menurunkan angka suatu pabrik colour printing menerima
kecelakaan atau angka absensi. Lebih lanjut, laporan berupa tiga orang dirawat
praktisi K3 dapat bekerjasama dengan dengan kondisi hepatitis akut. Satu
akademisi melakukan studi epidemiologi orang di antaranya mengalami gagal
analitik yang lebih kompleks, mencari faktor ginjal akut. Berdasarkan kondisi
risiko yang merupakan determinan penting tersebut, dilakukan evaluasi faktor
terjadinya gangguan kesehatan atau risiko hepatitis dan gagal ginjal akut
kecelakaan kerja, untuk digunakan sebagai dengan hasil sebagai berikut:
masukan dalam perencanaan program K3. a) Keberadaan Hepatitis A dan B
Dalam makalah ini, disajikan beberapa dapat dilihat dari IgM-HAV dan
contoh aplikasi epidemiologi deskriptif dan HBsAg orang sakit dibandingkan
analitik di bidang keselamatan dan kesehatan dengan orang tang tidak sakit.
kerja, di dunia usaha dan dunia kerja, baik Hasil pemeriksaan tidak
formal maupun informal. menemukan pasien terinfeksi virus
2. Metode Penelitian hepatitis
Studi literatur adalah serangkaian kegiatan b) Kebiasaan minum alkohol tidak
yang berkenaan dengan metode ditemukan
pengumpulan data pustaka, membaca dan c) keberadaan pelarut di tempat kerja
mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. (misalnya kloroform), dengan
Studi literatur ini dilakukan oleh peneliti rincian sebagai berikut:
setelah menentukan topik penelitian dan A) 17 dari 25 orang pekerja
ditetapkannya rumusan permasalahan, memiliki fungsi hati yang
sebelum terjun ke lapangan untuk abnormal.
mengumpulkan data yang diperlukan.
B) Pekerja pernah bekerja di salah Selain pengukuran pajanan BTX di
satu dari 3 ruangan dengan lingkungan, dilakukan pula
sistem 1 A. pengukuran pajanan BTX personal
C) Pekerja lain merupakan pada pekerja. Pengukuran tersbut
pembersih mesin cetak dilakukan dengan melihat kadar asam
(terpajan CCl4). t,t mukonat dan asam hipurat pada urin
D) Dilakukan simulasi pekerja. Hasilnya adalah sebagai
membersihkan mesin berikut:
(diketahui kadar lingkungan Tabel 2. Kadar Asam t,t
115 – 495 ppm). Mukonat dan Asam Hipurat pada
E) Diduga CCl4 merupakan Pekerja
t,t-muconic Pembuat
acid Sepatu
Hypuric acid
(ug/g creatinine) (g/g creatinine)

faktor risiko Geomea


Tangerang Bandung Bogor Tangerang Bandung Bogor

n 22806.21 11698.05 11808.25 0.46 0.15 0.34


F) Setelah eliminasi CCl4, tidak Rerata 27267.58 16004.52 20250.77 0.61 0.26 0.62

SD 22732.43 14017.17 22497.65 0.34 0.30 0.71


ditemukan kasus baru min 10796 2786 1454 0.018 0.026 0.02
max 131765 69439 83395 1.192 1.098 2.945
G) Perbaikan orang sakit setelah
stop pajanan. Keterangan:
2) Pajanan Benzena, Toluena, dan - Konsentrasi asam t,t mukonat urin
Xylena Pada Pekerja Pembuat sebesar 500 ug/g kreatinin (BEI)
Sepatu - Konsentrasi asam hipurat urin sebesar
Pada pabrik pembuatan sepatu di 1,6 ug/g kreatinin (BEI)
beberapa daerah di Jawa Barat dan Berdasarkan hasil pengukuran
Banten, seperti Bandung, tangerang, kadar BTX di lingkungan dan
dan Bogor diketahui konsentrasi BTX biomonitoring terhadap metabolit BTX
sebagai berikut: di urine pekerja, dapat disimpulkan
Tabel 1. Konsentrasi BTX sebagai berikut.
Pabrik Pembuatan Sepatu di Konsentrasi benzena dalam
Beberapa Kota di Indonesia sebagian besar sampel udara
ppm Benzene Toluene Xylene CER
lingkungan kerja melebihi Nilai
Mean 2.29 40.81 < 0.01 6,63
Tangerang Ambang Batas (NAB). Hal ini
Range 0,02-5,50 0,71-98,74 < 0.01 0,39-15,94
Tangerang
berbanding lurus dengan konsentrasi
Mean 2.69 21.08 < 0.01 6.44
Bandung
Range 0,75-7,42 0,56-52,10 < 0.01 2,12-15,63
Bandung
Mean 1.40 76.38 < 0.01 6,62
Bogor
Range 0,68-3,29 10,51-147,36 < 0.01 1,90-13,68
Bogor
asam t,t mukonat yang juga melebihi kejadian kecelakaan antara lain tidak
Indeks Pajanan Biologi (IPB). digunakannya sabuk keselamatan oleh
a) Kadar toluena pada sampel udara pengendara kendaraan roda empat atau
lingkungan kerja, terdapat 11 dari lebih. Sabuk keselematan tersebut telah
21 pabrik melebihi Nilai Ambang dibuat sejak tahun 1950-an.
Batas (NAB). Hal ini berbanding Survey di Universitas Indonesia
lurus dengan kadar asam hipurat Depok menunjukkanhasil sebagai
yang juga melebihi Indeks Pajanan berikut:
Biologi (IPB) a) 30% pengendara tidak
b) Konsentrasi xylena pada semua menggunakan keselamatan (bulan
sampel udara lingkungan di bawah maret 2009)
Nilai Ambang Batas (NAB) b) Adanya anggapan bahwa di
c) Hanya ada 2 dari 21 pabrik yang lingkungan kampus aman walaupun
memiliki CER (Cumulative tidak menggunakan sabuk
Exposure Ratio) <1 keselamatan
Rekomendasi yang dapat diberikan Penelitian tersebut menggunakan
sehubungan dengan hasil tersebut kerangka konsep sebagai berikut:
berupa Manajemen Risiko Kesehatan
Kerja yang antara lain berupa:
a) Training K3 bagi semua pekerja
b) Perbaikan sistem ventilasi
c) Penggunaan alat pelindung diri
(APD) bagi pekerja Gambar 7. Kerangka Konsep
d) Penelitian epidemiologi lebih lanjut Penelitian Penggunaan Sabuk
(studi kohort). Keselamatan Di Kalangan
b. Aplikasi Epidemiologi Analaitik Mahasiswa Universitas Indonesia
1) Analisis Trend Kecelakaan Kerja Kampus Depok
Kejadian kecelakaan diprediksi Penelitian ini bersifat
akan meningkat pada tahun 2020 dan semikuantitatif dengan desain
menjadi peringkat ke-3 penyebab penelitian cross sectional. Populasinya
kematian. Salah satu faktor risiko adalah mahasiswa Universitas
Indonesia yang mengendarai sendiri 5) Ada hubungan antara persepsi risiko
kendarannya. Sementara sampel keselamatan berkendara dengan
dibatasi pada mahasiswa yang berusia perilaku penggunaan sabuk
18 – 25 tahun. Besar sampel yang keselamatan, dengan OR 72,458
digunakan adalah 93 orang (α 5%, β (15,26-334,02).
80%, Uji Hipotesis 2 sisi). Sementara itu, saran yang dapat diberikan
Tabel 3. Hubungan Faktor Resiko antara lain;
Dan Presepsi Resiko
Tabel 4. Hubungan faktor Risiko dan Persepsi Risiko 1) Menceritakan pengalam kepada teman
Faktor Persepsi Total P Value
Risiko 2) Saling mengingatkan
n %
Umur
• >20 tahun 28(56.0) 22(44.0) 50 0.225 3) Bermain peran (role play)
•  20 tahun 21(43.8) 27(56.3) 48
Jenis Kelamin
• Perempuan 21 (58.3) 15 (41.7) 36
4) Promosi keselamatan di lingkungan
0.209
• Laki-laki 28 (45.2) 34 (54.8) 62

Pengalaman kampus
• Banyak 5(10.6) 42(89.4) 47 0.000
• Sedikit 44(86.3) 7(13.7) 51
4. Simpulan
Kepercayaan
• Tinggi 34(63.0) 20 (37.0) 54 0.004
• Rendah 15 (34.1) 29(65.9) 44 Epidemiologi dapat digunakan sebagai
Teman
• Banyak
• Sedikit
7 (14.3)
42(85.7)
42 (85.7)
7(14.3)
49
49
0.000
alat ilmiah yang sederhana dan mampu-
Hukum dan Peraturan
• Baik
• Buruk
33 (45.8)
16 (61.5)
39 (54.2)
10 (38.5)
72
26
0.170 laksana dalam menilai besar masalah,
Media Massa
• Banyak 39 (47.6) 43(52.4) 82 0.274
menentukan faktor risiko yang dominan
• Sedikit 10 (62.5) 6(37.5) 16

Hubungan Persepsi Risiko terhadap Penggunaan Sabuk Keselamatan terjadinya kecelakaan kerja dan/atau
Persepsi Risiko keselamatan
berkendara:
Buruk 37 (75.5) 12 (24.5) 49 0.000
gangguan kesehatan pekerja, untuk
Baik 2 (4.1) 47 (49.9) 49
menetapkan tindakan perbaikan di dunia
Simpulan dari penelitian ini adalah:
usaha dan dunia kerja.
1) Faktor internal yang signifikan
Sejalan dengan itu, data di perusahaan
membentuk persepsi risiko adalah
baik data demografi, riwayat pekerjaan, hasil
pengalaman dan kepercayaan
pemantauan hazard di tempat kerja, dan hasil
2) Faktor eksternal: teman
pemeriksaan kesehatan pekerja sejak awal
3) Persepsi risiko keselamatan mahasiswa
sebagai calon pekerja, berkala, sebelum
UI: 50% baik dan 50% buruk
penempatan pada kasus rotasi atau mutasi
4) Mayoritas penggunaan sabuk
kerja, serta rekam medik selama ia berobat,
keselamatan mahasiswa UI baik
semuanya dapat dimanfaatkan untuk
(60,2%)
pengembangan ilmu K3 melalui penelitian
yang lebih kompleks, seperti studi kohort
atau studi kasus kontrol, dalam rangka
menganalisis hubungan antara faktor risiko
dan penyakit terkait kerja secara lebih akurat,
bahka sampai ke tingkat seluler dan DAFTAR PUSTAKA
molekuler. Diharapkan kegitan ini dapat Kurniawidjaja LM. 2007. Filosofi Dan
menjawab patogenesis suatu penyakit Konsep Dasar Kesehatan Kerja Serta
Perkembangannya Dalam Pratik.
spesifik yang timbul di kalangan pekerja.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol.1,
5. Saran
Jun, pp. 243-51.
Dari pembahasan di atas, dalam rangka
meningkatkan mutu upaya keselamatan dan Kurniawisjaja LM. 2004. Peranan Variasi
Genetik pada Gen TNF, Posisi –308,
kesehatan kerja, saran praktis yang dapat
Sitokin TNF, dan Sitokin IL-10
diberikan adalah seperti berikut.
terhadap Silikosis Pekerja Pabrik
a. Di tempat kerja, minimal menerapkan Semen di Indonesia. Disertasi.
epidemiologi deskriptif
Kurnia SI. Kurniawidjaja LM. 2009.
b. Praktisi K3 diberikan pelatihan agar
Hubungan Persepsi Risiko
kompeten dalam menggunakan Keselamatan Berkendara dengan
epidemiologi untuk menyelesaikan Penggunaan Sabuk Keselamatan Pada
masalah K3 di lapangan Mahasiswa UI Kampus Depok.
c. Meningkatan kuantitas dan kualitas Lestari FL, Kurniawidjaja LM. Tejamay M.
pengumpulan data 2008. Pajanan BTX pada Pekerja Alas
d. Meningkatan pemanfaatan data Sepatu di jawa Barat.

e. Meningkatkan keterkaitan dan Selly. Kurniawidjaja LM. 2006. Absensi


kesepadanan (link and match) antara Sakit.
perguruan tinggi dengan dunia
usaha/kerja atau antara akademisi dan
praktisi

Anda mungkin juga menyukai