Anda di halaman 1dari 3

EMISSION AND EXPOSURE CONTROL

Pemilihan langkah dalam mengendalikan risiko dari emisi maupun paparan bahaya
kimia dilakukan setelah penilaian tingkat risiko kesehatan menggunakan metode Chemical
Health Risk Assessment (CHRA) dilaksanakan. Metode CHRA ini bertujuan untuk
memungkinkan sebuah keputusan dibuat pada tindakan pengendalian yang tepat. Hasil
penentuan atau penilaian risiko kesehatan inilah yang kemudian digunakan sebagai bahan
analisis untuk menentukan langkah pengendalian risiko. Langkah yang dapat diambil untuk
mengendalikan risiko bahaya kesehatan dari bahan kimia pada pekerja di tempat kerja yaitu:
1. Menentukan tindakan pencegahan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya paparan
yang lebih tinggi.
2. Menentukan langkah-langkah kendali jika peristiwa berisiko tinggi terjadi meskipun ada
tindakan pencegahan.
3. Mengidentifikasi tindakan, prosedur, dan peralatan untuk mencegah atau mengendalikan
emisi bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan secara tidak sengaja.
4. Menentukan apakah pemantauan atau surveilans kesehatan diperlukan untuk memeriksa
efektivitas pengendalian, dan meninjau penilaian setiap lima tahun atau bila ada
perubahan keadaan.
Terdapat tiga tindakan prioritas tindakan yang bisa dilakukan dalam pengendalian risiko
yang mana hal ini dapat disimpulkan dari nilai risk rating yaitu sebagai berikut:
1. Action priority 1 (AP-1), dimana RR ≥ 15, dan pengendalian tidak adekuat, atau HR / ER
tidak dapat ditentukan. Tindakan segera untuk memperbaiki pengendalian yang ada
sesuai hirarki pengendalian, sambil mempraktikan cara kerja yang baik dengan alat
pelindung diri sebagai langkah pengendalian jangka pendek untuk meminimalkan
pajanan hingga pengendalian permanen diterapkan. Aktivitas atau proses kerja dihentikan
sementara.
2. Action priority 2 (AP-2), dimana RR ≤ 15, dan pengendalian tidak adekuat, tindakan
dilakukan dengan prioritas lebih rendah dari AP-1, Aktvitas pekerjaan tidak harus di
hentikan segera ketika melakukan upaya pengendalian risiko, dengan syarat praktik kerja
aman diterapkan hingga proses penerapan tindakan pengendalian diterapkan secara
permanen.
3. Action priority 3 (AP-3), pengendalian adekuat, tanpa melihat nilai risk rating. Tindakan
pengendalian yang telah ada di pertahankan.
Tujuan dari tindakan pengendalian adalah meminimalkan risiko pajanan terhadap
pekerja ke tingkat risiko yang serendah mungkin yang dapat di terima atau as low as
reasonably practicable (ALARP). Tahapan pengendalian risiko bahan kimia pada pekerja
dapat berupa menerapkan hirarki pengendalian sebagai berikut:
1. Menghilangkan bahan kimia yang kategori berbahaya (risiko tinggi), atau dengan
mengganti dengan bahan kimia dengan tingkat risiko bahaya lebih rendah.
2. Rekayasa teknik seperti pemberian local exhaust ventilation (LEV) atau otomatisasi
proses penanganan bahan kimia.
3. Pengendalian administrasi dengan menurunkan durasi dan frekuensi pajanan dengan
melakukan rotasi pekerja, pelatihan K3, menyediakan SOP, serta melakukan pengukuran
udara secara berkala.
4. Pengendalian dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk masing-masing
pekerja, sesuai spesifikasi pada SDS dari setiap bahan kimia, seperti sarung tangan kimia,
fullface respirator dengan spesifikasi cartridge respirator yang sesuai bahan kimia, baju
kerja khusus tahan kimia, serta pemeliharaan rutin dari APD tersebut.

SUMBER:
Hutapea, O., Kombih, M. F., Rendrawan, R., Putri, A. R. A., & Ardita, S. (2022). Penerapan
Program Alat Pelindung Diri pada Pekerja dalam Upaya Mengurangi Paparan Uap
Bahaya Kimia Diindustri Percetakan. To Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 5(1),
1-8. http://dx.doi.org/10.35914/tomaega.v5i1.915
Usman, M., & Tejamaya, M. (2022). Penilaian Risiko Inhalasi Penggunaan Bahan Kimia
pada Air Umpan Boiler di Fasilitas Produksi Minyak dan Gas di PT X. Promotif:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(1), 23-35. https://doi.org/10.56338/pjkm.v12i1.2436
Astrada, P. E., & Tejamaya, M. (2021). Penilaian Risiko Kesehatan Dari Bahan Kimia Pada
Pekerja Bagian Produksi Perisa Makanan Di Pt. X Jakarta Timur Tahun 2020 Health
Risk Assessment Of Chemical On Production Operatori In Flavor
Manufacturing. Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol, 5(2).
http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v5i2.4718
Rachmawan, R., & Tejamaya, M. (2021). Implementasi Penilaian Risiko Kesehatan Akibat
Pajanan Bahan Kimia BTX Di Laboratorium Pengujian Migas PT. SCI. PREPOTIF
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2), 604-610. https://scholar.archive.org.
Suci, R. P. (2018). Risk Assessment Penyakit Akibat Paparan Bahan Kimia pada Unit
Premix. Indones J Occup Saf Heal, 7(2), 162-71.
http://dx.doi.org/10.20473/ijosh.v7i2.2018
Susanto, A., Mauliku, N. E., Suhat, S., & Nugrahaeni, D. K. (2023). Penilaian Risiko Pajanan
Dermal pada Penggunaan Bahan Berbahaya & Beracun (B3) di Industri Pengolahan
Bijih Mineral. Jurnal Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan, 4(1), 1-10.
https://doi.org/10.25077/jk3l.4.1.1-10.2023

Anda mungkin juga menyukai