Acara V Organologi I
Acara V Organologi I
Oleh :
Nama : Iqbal Auni Rahman
NIM : B1A018105
Rombongan : C2
Kelompok :4
Asisten : Farah Saskia Hadi
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II
II. TUJUAN
A. Materi
B. Metode
A. Hasil
Keterangan :
1
2 1. Epidermis
2. Eksodermis
3
3. Parenkim korteks
4
4. Endodermis
5 5. Floem
6. Xylem
6
7. Empulur
7
Keterangan :
1 1. Epidermis
2 2. Kolenkim
3. Sklerenkim
3
4. Berkas pembuluh perifer
4
5. Saluran getah
5 6. Berkas pembuluh medular
7
7. Parenkim korteks
6
8
6. Floem
7. Sklerenkim
8. Epidermis bawah
7 5. Floem
6. Sarung nestom
8
7. Mesofil
9
8. Epidermis bawah
9. Stomata
B. Pembahasan
Struktur anatomi akar dapat dibedakan dalam berbagai zona, yaitu tudung
akar, epidermis, korteks akar, dan pembuluh silindris. Ciri khas epidermis akar
adalah terdapatnya rambut akar yang merupakan organ untuk ekstraksi air dan
garam yang efisien[ CITATION AFa91 \l 1057 ]. Korteks akar umumnya terdiri dari
sel-sel parenkim selama perkembangannya, ukuran sel-sel kortikal yang memiliki
diferensiasi berbeda, sebelum vakuolisasi terjadi dalam sel-sel ini [ CITATION
ISu93 \l 1057 ]. Perikambium adalah bagian yang berbatasan langsung dengan
endodermis, lapisan sel atau mungkin beberapa lapisan sel dalam bentuk
parenkim yang berasal dari xilem dan floem yang sama[ CITATION Evi08 \l 1057 ].
Struktur anatomi batang terdapat tiga daerah yaitu epidermis, korteks dan
stele. Epidermis terdiri dari selapis sel dan merupakan bagian terluar batang.
Bagian pada epidermis terdapat stoma dan beragam tipe trikoma. Sel-sel
epidermis rapat dan tidak memiliki ruang antara sel. Epidermis berperan dalam
mencegah transpirasi dan melindungi jaringan dalam dari kerusakan mekanis dan
penyakit. Daerah di sebelah dalam epidermis adalah korteks, dan pada bagian
dalam korteks dibatasi oleh perisikel. Korteks terbagi menjadi dua daerah yaitu
daerah kolenkim dan daerah parenkim. Kolenkim menempati posisi di bawah
epidermis, dan parenkim di sebelah dalam kolenkim. Stele terdiri atas perisikel,
berkas vaskuler dan empulur[ CITATION FBS95 \l 1057 ].
Struktur anatomi daun terdiri dari tiga jenis sistem jaringan, yaitu epidermis,
mesofil, dan jaringan pembuluh. Epidermis di berbagai tanaman bervariasi dalam
lapisan, bentuk, struktur, susunan stomata, penampilan trikomanya, serta
terpadatnya sel khusus. Mesofil terdapat di antara jaringan parenkim dan
epidermis. Mesofil dalam daun dikotil dibedakan menjadi palisade dan jaringan
spons. Mesofil adalah bagian utama dari daun karena mengandung kloroplas dan
ruang antar sel. Pembuluh dalam dan biasanya disebut tulang daun dan sistemnya
disebut sistem tulang daun[ CITATION AFa91 \l 1057 ].
Perbedaan anatomi akar monokotil dan dikotil yaitu pada struktur anatomi
akar monokotil terlihat batas ujung akar dan kalipatra jelas, perisikel terdiri dari
beberapa lapis sel, terdapat empulur yang luas sebagai pusat akar, jumlah lengan
protoxilem banyak (>12), dan letak xilem dan floem berselang-seling. Sedangkan
untuk akar dikotil diantaranya batasujung akar dan kalipatra tidak jelas, perisikel
terdiri dari satu lapis sel, tidakterdapat empulur atau empulurnya sempit, jumlah
lengan protoxilem antara 2-6, dan letak xilem di dalam, dan floem diluar (dengan
kambium sebagai pembatas)[ CITATION ESS05 \l 1057 ].
Perbedaan struktur anatomi batang monokotil dan dikotil yaitu pada struktur
anatomi pada batang monokotil yaitu pembuluh angkut (xilem dan floem)
tersebar, batangnya tidak bercabang-cabang, tidak memiliki jari- jari empulur,
tidak memiliki kambium vaskular sehingga tidak dapat membesar, dan empulur
tidak dapat dibedakan di daerah korteks. Sedangkan untuk batang dikotil adalah
batangnya bercabang-cabang, pembuluh angkutteratur, terdapat jari-jari empulur,
terdapat kambium vaskular sehingga dapatmembesar, kambium diantara xilem
dan floem, dan dapat dibedakan antaradaerah korteks dan empulur[ CITATION
ISy04 \l 1057 ].
Perbedaan struktur anatomi daun monokotil dan dikotil yaitu pada struktur
anatomi dari daun monokotil adalah letak stomatanya tersebar, mesofil bersifat
homogen, berkas pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem letaknya tidak
teratur, dan di antara xilem dan floem tidak di jumpai kambium. Sedangkan
struktur anatomi daun dikotil diantaranya letak stomata tersusun dalam deret
memanjang yang sejajar sumbu daun, mesofil terdiferensiasi menjadi jaringan
palisade dan jaringan spons, berkas pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem
letaknya teratur, dan di antara xilem dan floem terdapat kambium[ CITATION
ISy04 \l 1057 ].
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada akar jagung (Zea mays)
di bawah mikroskop tampak jaringan yang menyusun batang seperti epidermis,
eksodermis, korteks, endodermis, berkas pengangkut (xylem dan floem), dan
empulur. Irisan melintang akar jagung digunakan untuk pengamatan organologi
karena dapat ditemukan tipe berkas pengangkut radial serta struktur dari jagung
sendiri yang jelas dan mudah diamati. Xylem dan floem pada akar monokotil
berselang-seling dan karena tidak mempunyai kambium. Tipe berkas ini terdapat
pada akar monokotil yang berbeda dengan dikotil yang umumnya memiliki tipe
berkas pengangkutnya yaitu kolateral, selain itu hanya pada tumbuhan dikotil saja
yang memiliki perisikel dan terdapat perkembangan sekunder pada berkas
pengangkutnya[ CITATION EBH95 \l 1057 ].
Pengamatan irisan melintang batang sirih (Piper betle) bagian-bagian yang
teramati dibawah mikroskop yaitu epidermis, kolenkim, sklerenkim, berkas
pengangkut perifer, saluran getah, berkas pengankut medular, dan parenkim
korteks. Irisan melintang batang sirih dengan tipe berkas pengangkutnya yaitu
kolateral tertutup. Hal ini sesuai dengan referensi bahwa berkas pengangkutnya
perifer atau tersebar karena merupakan tumbuhan monokotil [ CITATION ISu93 \l
1057 ].
Preparat selanjutnya yaitu irisan melintang daun jagung (Zea mays)
Memiliki epidermis atas, sel motor, trikoma, mesofil, berkas pengangkut dan
epidermis bawah. Irisan melintang daun jagung ini mewakili daun tumbuhan
monokotil lainnya, pada tumbuhan monokotil mesofilnya tidak terdiferensiasi
sehingga memiliki tipe berkas pengangkut yaitu kolateral tertutup karena pada
bagian xilem berdampingan dengan bagian floem dengan xilem disebelah dalam
dan floemnya disebelah luar sehingga diantaranya tidak terdapat
kambium[ CITATION ISu93 \l 1057 ].
Irisan melintang daun jagung (Zea mays) pada mikroskop ditemukan bagian
seperti epidermis atas, sel motor, trikoma non glanduler, mesofil, berkas
pengangkut, dan epidermis bawah[ CITATION EBH95 \l 1057 ]. Hasil ini sesuai
dengan pustaka yang menyatakan bahwa irisan melintang helaian daun dan
pelepah daun jagung menunjukkan ketiga sistem jaringan yang jelas yaitu jaringan
dermal (epidermis), jaringan dasar (mesofil) dan jaringan pembuluh (xylem dan
floem) (Jeniria et al., 2015). Irisan melintang daun jeruk ini juga mewakili daun
tumbuhan dikotil lainnya, pada tumbuhan dikotil mesofilnya telah terdiferensiasi
menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang[ CITATION ISu93 \l 1057 ].
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa, secara
umum, struktur anatomi akar terdiri dari epidermis akar, korteks akar,
endodermis, dan silinder pembuluh. Struktur anatomi batang terdiri dari
epidermis, korteks, empulur, dan sistem berkas pembuluh. Struktur anatomi daun
terdiri dari epidermis dan derivatnya, serta mesofil.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah dalam peletakan preparat awetan
harus benar sesuai prosedur agar terlihat jelas di bawah mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
Fahn, A., 1991. Anaromi Tumbuhan Edisi Ke-3. Yogyakarta: UGM Press.
Hidayat, E. B., 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB Press.
Jeniria, F., Mukarlina & Linda, R., 2015. Struktur Anatomi dan Jagung (Zea mays
L.)yang Terserang Penyakit Bercak dan Karat. Jurnal Protobiont, 4(1), pp. 84-
88.
Kartasapoetra, A. G., 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (Tentang Sel dan
Jaringan). Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan
(tentang Sel dan Jaringan). Jakarta : PT. Rineka Cipta. ed. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Salisburry & Frank, B., 1998. Photosynthesis 6th Edition. London: Cambridge
University Press.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W., 1995. Plant Physiology 4 th Edition. Bandung: ITB
Press.
Savitri, E. S., 2005. Struktur Perkembangan Tumbuhan (Anatomi Tumbuhan).
Malang : UIN Press.
Savitri, E. S., 2008. Struktur Perkembangan Tumbuhan (Anatomi Tumbuhan).
Malang: UIN Press.
Sumardi, I., 1993. Struktur Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Susandarini, R. S. et al., 2015. Assessment of Taxonomic Affinity of Indonesian
Pummelo (Ctrus maxima (Burm.) MelT.) Based on Morphological. American
Journal of Agricultural and Biological Sciences, 8(3), pp. 182-190.
Sutrian, Y., 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (tentang sel dan jaringan).
Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsuri, I., 2004. Biologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Zhang, T. & Lin, W., 2014. Metal Organic Frameworks for Artificial Photosynthesis
and Photocatalysis.. The Royal Society of Chemistry, 1(2), pp. 1-12.