Anda di halaman 1dari 330

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326111330

Kalkulus Lanjut-Reny Rian Marliana

Presentation · January 2016


DOI: 10.13140/RG.2.2.17715.12327

CITATIONS READS

0 3,397

1 author:

Reny Rian Marliana


STMIK Sumedang
19 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Publikasi View project

All content following this page was uploaded by Reny Rian Marliana on 02 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KALKULUS LANJUT
Pertemuan ke-1

Reny Rian Marliana, S.Si.,M.Stat.


Point Penilaian
Nilai akhir akan ditentukan dengan komponen sebagai berikut:

• Terstruktur (TST): 20%


• Mandiri (MDR): 20%
• Ujian Tengah Semester (UTS): 20%
• Ujian Akhir Semester (UAS): 40%

Konversi Huruf Mutu :

A >=80
B 70-79,99
C 55-69.99
D 45-54,99
E <45
Aturan Nilai Akhir
1. Tidak ada ujian susulan untuk kuis.
2. Ujian Susulan untuk UTS dan UAS dapat
dilakukan dengan alasan sakit dan menunjukkan
surat keterangan sakit dari dokter.
3. Keterlambatan pengumpulan Tugas atau Latihan
Soal maksimal satu minggu dengan konsekuensi
nilai yang diberikan hanya 80% dari nilai
maksimal.
4. Jika terbukti melakukan kecurangan akademik
berupa mencontek atau bekerja sama pada saat
kuis, UTS dan UAS, maka akan mendapatkan
sanksi nilai 0.
Aturan Perkuliahan
1. Toleransi Keterlambatan 15 Menit dari
jadwal Perkuliahan
2. Handphone/Smartphone, Tablet dan alat
Elektronik pribadi lainnya WAJIB di Silent
3. Tidak berbincang-bincang selama proses
belajar mengajar
4. Tidak meninggalkan sampah di ruangan
kelas
5. Membawa Kalkulator
Aturan Pengumpulan Tugas
1. Pada setiap jawaban tugas WAJIB
mencantumkan Tanggal Penugasan
2. Nama lengkap
3. NIM
4. Kelas
5. Program Studi
Referensi
• Purcell, E. J. et all., Kalkulus Jilid 1 Edisi ke-8, Jakarta,
Erlangga, 2003.
• Leithold, Louis. The Calculus with Analytic Geometry, 3rd
edition, Happer & Row Publishers, New York. 1976.
• Apostol, Tom M. Calculus Volume 1, 2nd Edition. John
Wileu & Sons, Inc. 1967.
• Paul A. Foerster, Calculus, Concepts and Applications, Key
Curriculum Press, 2005.
• Robert Oman & Daniel Oman, Calculus for the Utterly
Confused, Mc Graw Hill, 1999
Materi
1. Integral Tak tentu
-integral fungi Rasional
-integral fungsi logaritma
-integral fungsi Eksponensial
-integral fungsi Trigonometri
-integral substitusi
-integral parsial
2. Integral Tentu
3. Penggunaan Integral
4. Deret Tak Berhingga
Definisi Integral Tak Tentu
Purcell et all. (2003) :
Kita menyebut F suatu antiturunan f pada selang I jika Dx F(x)=f(x)
pada I, yakni, jika F’(x)=f(x) untuk semua x dalam I.

Paul A. Foerster (2005) :


Contoh
Mencari suatu fungsi F yang memenuhi F’(x)=4x3 untuk
semua x real.

Berdasarkan differensiasi, diketahui bahwa F(x)=x4


pastilah antiturunan.
Lebih lanjut lagi, F(x)=x4 +6 juga memiliki turunan
F’(x)=4x3

Dengan demikian :
F(x)=x4 +C adalah antiturunan dari F’(x)=4x3 pada ,  
Aturan Pangkat
Jika r adalah sebarang bilangan rasional kecuali -1, maka :
1 r 1
 x dx  x C
r

r 1
Proof :
Untuk menunjukkan bahwa suatu hasil berbentuk

 f  x  dx  F  x   C
Cukup menunjukkan :
Dx  F  x   C   f  x 

Dalam kasus ini :


 1 r 1  1
Dx  x C   r  1 x r 11  0  x r
 r 1  r 1
Contoh
Carilah antiturunan (integral) dari :

f  x  x
4
3

Penyelesaian :
 f  x  dx   x
4
3
dx
1 4 1
 x 3
C
4 1
3
3 73
 x C
7
Aturan Sin dan Cos

 sin x dx   cos x  C

 cos x dx  sin x  C
Aturan Operator Linear
Purcell et all. (2003) :
Integral tak tentu adalah operator linear
Andaikan f dan g mempunyai antiturunan (integral tak tentu) dan
andaikan k suatu konstanta maka :

 i   k f  x  dx  k  f  x  dx
 ii    f  x   g  x   dx   f  x  dx   g  x  dx
 iii    f  x   g  x   dx   f  x  dx   g  x  dx
Aturan Operator Linear
Paul A. Foerster (2005) :
Contoh
Dengan menggunakan kelinearan hitunglah :

 a    3x 2  4 x  dx
b  u 3
2

 3u  14 du

1 
  2
c  t  dt
t 
Contoh
 a    3x 2  4 x  dx   3x 2 dx   4 xdx
 c    
1 1
 
1
 t  dt  dt  t 2
dt
3  4  t
2
 t 2
  x3  c1    x 2  c2 
3  2  1 2 3
   t 2 C
 x3  2 x 2   c1  c2  t 3
 x3  2 x 2  C

b   u
3
2
 3
 3u  14 du   u 2 du   3u du  14 1 du

 1  3
 
u 2  c1    u 2  c2   14u  c3 
3 1

 3 1  2 
 2 
2 5 3
 u 2  u 2  14u   c1  c2  c3 
5 2
2 5 3
 u 2  u 2  14u  C
5 2
Aturan Pangkat yang Digeneralisir
Purcell et all. (2003) :
Andaikan g suatu fungsi terdiferensiasikan dan r suatu bilangan
rasional yang bukan -1. Maka :
 1 r 1
       r 1     C
r
 g x  g x dx   g x 

Paul A. Foerster (2005) :


Contoh (1)
Hitunglah :

x  3x   4x  3  dx
30
4 3

Misalkan :
g  x   x 4  3x
g   x   4 x3  3
Maka :
  x  3x   4x  3  dx    g  x   g  x  dx
30 30
4 3

1
 g  x    C
31

31
x  3x 
4 31

 C
31
Contoh (2)
Hitunglah :

x  6 x   6 x 2  12  dx
5
3

Misalkan : u  x3  6 x
du
 3x 2  6
dx
du   3 x 2  6  dx
Sehingga :  6 x2  12  dx  2  3x2  6  dx  2du
Maka :
   1 6
5
        u  2C
3 2 5 5
x 6 x 6 x 12 dx u 2 du 2 u du
3
1 3
 
6
 x  6x  K
3
Persamaan Diferensial
Purcell et all. (2003) :
Sebarang persamaan dengan yang tidak diketahui berupa suatu
fungsi yang melibatkan turunan (diferensial) dari fungsi yang tidak
diketahui ini disebut sebagai persamaan diferensial.

Firdanza, dkk. (2005) :


Persamaan diferensial biasa adalah suatu persamaan yang memuat
satu atau lebih turunan dari fungsi satu peubah yang tidak diketahui.

Orde :
turunan tertinggi dari fungsi yang terlibat dalam persamaan
Derajat/pangkat :
pangkat tertinggi dari turunan (tertinggi) fungsi yang terlibat dalam
persamaan
Persamaan Diferensial
Contoh :

dy Persamaan diferensial orde 1,


 4y Derajat 1
dx
Persamaan diferensial orde 2,
y  2 sin x  0 Derajat 1

Persamaan diferensial orde 2,


 y   3  y   y  1
5 4 6
Derajat 5
Persamaan Diferensial
Definisi 1 :
Fungsi y=g(x) disebut sebagai solusi persamaan diferensial biasa jika
y=g(x) disubstitusikan ke dalam persamaan diferensial menghasilkan
kesamaan yang berlaku untuk semua x (kesamaan identitas)

Definisi 2 :
Jika y=g(x) memuat konstanta sembarang, maka solusinya disebut
solusi umum, sebaliknya disebut solusi khusus.

Contoh :
• y=sin x + c solusi umum dari PDB y’-cos x = 0 , karena
(sin x + c)’- cos x = cos x – cos x =0
• y=cos x + 5 solusi khusus dari PDB y’+ sin x =0 karena
(cos x +5)’+ sin x = -sin x +sin x = 0
Persamaan Diferensial
Pemisahan peubah :
Perhatikan persamaan diferensial
dy x  3x 2

dx y2
Jika kedua ruas dikalikan dengan y2 dx , akan diperoleh :
y 2 dy   x  3x 2  dx

Dalam bentuk ini, persamaan diferensial mempunyai peubah-peubah


terpisah yakni, suku-suku y berada pada suatu ruas dari persamaan
dan suku-suku x pada ruas lainnya.
Dalam bentuk terpisah, kita dapat menyelesaikan persamaan
diferensial dengan menggunakan metode integral.
Persamaan Diferensial
Contoh :
Selesaikan persamaan diferensial
dy x  3x 2

dx y2
Kemudian carilah penyelesaian yang memenuhi y=6 bilamana x=0
Penyelesaian :
y 2 dy   x  3x 2  dx y=6 bilamana x=0
 y dy    x  3x  dx
2 2
3
6 0  30  C
2 3
3
1 3 1 2
y  c1  x 2  x 3  c2
3 2 6 3C
1  216  C
y 3  3  x 2  x3  c2  c1 
2 
3
y 3  x 2  3x3  C 3 2
2 y  3 x  3x3  216
3 2
 y  3 x 2  3x3  C
2
Persamaan Diferensial
Contoh :
Dekat permukaan bumi, percepatan benda jatuh karena gravitasi
adalah 32 kaki per detik kuadrat, asalkan kita menganggap bahwa
hambatan udara dapat diabaikan. Jika suatu benda dilempar ke atas
dari suatu ketinggian 1000 kaki dengan kecepatan 50 kaki per detik,
carilah kecepetan dan tingginya 4 detik kemudian.

Penyelesaian :
Ingat kembali mengenai s(t) yaitu posisi, v(t) yaitu kecepatan dan a(t)
yaitu percepatan, pada saat t dari suatu benda yang bergerak
sepanjang suatu garis ordinat, maka :
ds
v  t   s  t  
dt
dv d 2 s
a  t   v  t   
dt dt 2
Persamaan Diferensial
Berdasarkan soal, anggap bahwa tinggi s diukur secara positif ke atas,
sehingga v adalah positif dan a adalah negatif (tarikan gravitasi
cenderung memperkecil v).
Titik awal persamaan diferensial :
dv
 32
dt
Dengan syarat v=50 , s =1000 pada saat t=0, dengan demikian :
dv  32dt
v   32dt
 32t  C
Karena v=50, s=1000 dan t=0, maka
v  32t  C
50  32  0   C v  32t  50
50  C
Persamaan Diferensial
ds
Oleh karena v  dt maka :
ds
 32t  50
dt
ds  32t  50 dt
s   32t  50 dt
32 2
s t  50t  C
2
s  16t 2  50t  C

Karena s=1000 dan t=0, sehingga :

1000  16  0   50  0   C
1000  C

 s  16t 2  50t  1000


Persamaan Diferensial
Akhirnya untuk t=4 :

v  32t  50  32  4   50  78 kaki


det
s  16t 2  50t  1000  16  4   50  4   1000  944 kaki
2

Dapat disimpulkan bahwa :

a  32
v  32t  v0
s  16t 2  50t  s0
Fungsi Transenden
Fungsi transenden adalah fungsi yang tidak
dapat dinyatakan sebagai sejumlah berhingga
operasi aljabar atas fungsi konstan y=k dan
fungsi kesatuan y=x.
Integral Fungsi Transenden

Logaritma
Asli

Fungsi
Eksponensial
Tansenden

Trigonometri
Fungsi Logaritma Asli
Fungsi logaritma asli dinyatakan oleh ln,
didefinisikan sebagai :
x
1
ln x   dt x0
1
t
Daerah asalnya adalah himpunan bilangan real
positif.
Fungsi Logaritma Asli
Fungsi Logaritma Asli
Fungsi Logaritma Asli
Turunan Fungsi Logaritma Asli
x
1 1
Dx  dt  Dx ln x  ; x  0
1
t x

Jika u  f  x   0 dan jika f terdiferensiasikan,


maka :
1
Dx ln u  Dxu
u
Contoh 1
Tentukan Dx ln x
1
Misalkan u  x  x 2
maka :

Dx ln x 
1
x
1
2
 
Dx x
1
2

1 1 1 2
 1
 x
x 2 2
1

2x
Contoh 2
Tentukan Dx ln  x 2  x  2 
Misalkan u    x  2  maka u  0
x 2

 x2  x  2    x  2   x  1 adalah positif jika x<-1 atau


x>2, maka daerah asal ln u  ln  x2  x  2  yaitu
 , 1   2,  

Dx ln  x  x  2   2
2 1
Dx  x  x  2   2
2  2 x  1
 x  x  2  x  x  2
Contoh 3
1
Buktikan bahwa Dx ln x 
x
x0

 1
 x  0 x x Dx ln x 
x
x 
x  0 1 1
x   x Dx ln   x   Dx   x  
 x x
Berdasarkan contoh 3 :

1
 x dx  ln x  C, x  0
Atau
1
 u du  ln u  C, u  0
Contoh 4
5
Carilah integral  dx
2x  7

Misalkan : 5 51 
 2 x  7dx   u  2 du 
u  2x  7
51
du  2dx  du
1
2u
du  dx 5
2  ln u  C
2
5
 ln 2 x  7  C
2
Sifat-Sifat Logaritma Asli
Jika a dan b bilangan-bilangan positif dan r
sebarang bilangan rasional, maka :

i  ln 1  0
a
 ii  ln  ln a  ln b
b
 iii  ln ab  ln a  ln b
 iv  ln a r  r ln a
Proof
Sifat (i) : 1
1
ln 1   dt  0
1
t

Sifat (ii) :
1 1
Karena untuk x>0 Dx ln ax   a  
ax x
1
Dan Dx ln x 
x
Proof
Sifat (ii) :
Berdasarkan Teorema tentang dua fungsi dengan
turunan sama bahwa :

Jika F   x   G  x  untuk semua x dalam (a,b), maka terdapat konstanta C


sedemikiran rupa sehingga :

F   x   G  x   C
Untuk semua x dalam (a,b)
Proof
Sifat (ii) : F   x   ln ax
G  x   ln x
ln ax  ln x  C

Untuk menghitung C, ambillah x=1 maka ln a = C,


sehingga :
ln ax  ln x  ln a
Proof
Sifat (iii) :
Gunakan a sebagai 1/b dalam sifat (ii) untuk memperoleh :
1 1 
ln  ln b  ln   b   ln 1  0
b b 
Jadi :
1
ln   ln b
b
Dengan menerapkan sifat (ii), diperoleh :

a  1 1
ln  ln  a    ln a  ln  ln a  ln b
b  b b
Proof
Sifat (iv) :
Karena untuk x>0, Dx ln x  r
 1
x r
  rx r 1
 
r
x
1 r
Dan Dx  r ln x   r  
x x
juga, berdasarkan teorema yang digunakan pada sifat (ii), diperoleh
bahwa :
ln xr  r ln x  C
Andaikan x =1, yang memberikan C=0 maka ln xr  r ln x
Contoh 1
Carilah dy/dx jika y  ln 3
 x  1 , x  1
x2

Penyelesaian :

  x  1  3
1

y  ln  
 x 
2
dy 1  1 2
   
1   x  1 
 ln 
dx 3   x  1 x 

3  x2 
2 x
1
 ln  x  1  ln  x 2   

3  3 x  x  1
1
  ln  x  1  2 ln x 
3
Contoh 2
Carilah dy/dx jika 1  x2
y
 x  1 3
2

Penyelesaian :

 1  x2 
ln y  ln   1 dy  1 1  2 1 
  x  1 2 3      2 x      
  y dx  2 1  x 2    3  x  1 
 
x
 ln 1  x 
1 2
 ln  x  1
2
2 2  
1  x 2  3  x  1
3

  x  2
ln 1  x 2   ln  x  1
1 2
 
2 3 3 1  x 2 
Contoh 2 1 dy   x  2 

y dx 3 1  x 2 

dy    x  2 
 y 
    
2
dx 3 1 x
 1  x2     x  2  
  
  x  1 3   3 1  x  
2 2
 
 1  x
1
 x  2
2 2


3  x  1 1  x 
2
3 2

  x  2

1  x 
1
3  x  1
2
3 2 2
Grafik Logaritma Asli
Daerah asal ln x adalah himpunan bilangan real, sehingga
grafik y=ln x terletak di setengah bagian bidang kanan.
Untuk x>0 :
1
1 Dx ln x   0
x
1
 2  Dx ln x   2  0
2

x
Grafik Logaritma Asli
• Rumus (1) menunjukkan bahwa
fungsi logaritma natural (asli)
kontinu dan naik dengan x
bertambah besar.
• Rumus (2) menunjukkan bahwa
grafik cekung ke bawah di mana-
mana
TUGAS 1
  x  1 dx
2
1.

x  x dx 
3
2.

  5x  1 5 x  3x  8  dx
2 3 6
3.
4. Carilah penyelesaian umum dan khusus dari

 u 2  t 3  t  ;u  4 pada t  0
du
dt
z
5.  2 dz
2z  8
t 1
6.  2 dt
2t  4t  3
TERIMA KASIH
KALKULUS LANJUT
Pertemuan ke-2

Reny Rian Marliana, S.Si.,M.Stat.


Fungsi Balikan
Purcell et all. (2003) :
Suatu fungsi f mengambil suatu nilai x dari
daerah asalnya D dan memadankannya dengan
nilai tunggal y dari daerah hasilnya R.
Jika beruntung, kita dapat membalikkan f, yakni
untuk semua nilai y dalam R, kita dapat secara
pasti kembali dan mendapatkan nilai x tempat
dia berasal.
Fungsi baru ini, yang mengambil y dan
memadankannya dengan x, dinyatakan dengan
f-1. Fungsi ini dinamakan balikan (invers).
Fungsi Balikan
Jika f adalah fungsi dari himpunan A ke himpunan B, maka invers
fungsi f adalah fungsi dari himpunan ke B ke himpunan A

Ingat :
Grafik Fungsi Balikan
Fungsi Balikan
Fungsi f(x)=x+4 dengan domain A={1,2,3,4} dengan daerah hasil
B={5,6,7,8) dapat dituliskan sebagai berikut :
f  x   x  4; 1, 5  ,  2, 6  ,  3, 7  ,  4, 8 
Fungsi invers dari f(x) atau f’(x) yang merupakan sebuah fungsi
dari daerah hasil B ke daerah asal (domain) A dapat dituliskan
sebagai :
f   x   x  4;  5,1 ,  6, 2  ,  7, 3  ,  8, 4 
Keberadaan Fungsi Balikan
Tidak semua fungsi mempunyai balikan. Sebagai contoh, jika
y=f(x)=x2 tidak mempunyai balikan, kecuali kalau daerah definisinya
dibatasi.

Teorema A (Purcell, et all, page 333, 2003) :


Jika f monoton murni pada daerah asalnya, maka f memiliki
balikan.
f 1  f  x    y f  f  y   x
1

Contoh :
Perlihatkan bahwa f(x)=x5 +2x+1 memiliki balikan.

Penyelesaian :
f’(x)=5x4 +2 > 0 untuk semua x
Jadi f naik pada seluruh garis real, sehingga f memiliki balikan.
Cara Menentukan Fungsi Invers
Langkah mencari fungsi invers (Purcell, et all, page 335, 2003) :
1. Selesaikan persamaan y=f(x) untuk x dalam bentuk y.
2. Gunakan f-1(y) untuk menamai ungkapan yang dihasilkan dalam y.
3. Gantilah y dengan x untuk mendapatkan rumus untul f-1(x)

Contoh :
Perlihatkan bahwa :
x
y  f  x 
1  x 

Memiliki fungsi balikan dan carilah f-1(x)


Cara Menentukan Fungsi Invers
Keberadaan fungsi balikan :
1 1  x    1 x 1  x   x  1
y  f   x     0, x  1
1  x  1  x  1  x 
2 2 2

Fungsi invers :
Langkah 1 : x
y
1  x 
y 1  x   x
y  xy  x
x  xy  y
x 1  y   y
y
x
1  y 
Cara Menentukan Fungsi Invers
Langkah 2 :
y
f 1  y  
1  y 

Langkah 3 : x
f 1
 x 
1  x 
Turunan Fungsi Invers

Teorema B (Purcell, et all, page 336, 2003) :


Jika f terdiferensiasikan dan monoton murni pada selang I. Jika
f’(x)≠0 di suatu x tertentu dalam I, maka f-1 terdiferensiasikan di
titik yang berpadanan y=f(x) dalam daerah hasil f dan

 f   y   f 1 x 
1

dx 1

dy dy
dx
Turunan Fungsi Invers
Contoh :
Andaikan y=f(x)=x5 +2x+1, carilah (f-1)’(4)!

Penyelesaian :
Walaupun kita dapat mencari f-1 ,pada kasus ini perhatikan bahwa
jika y=4, maka 4=x5 +2x+1 yang diperoleh bahwa x=1.
Kemudian :
y'=f’(x)=5x4 +2
Maka :

 f 1   y  4  
1 1 1
 
f   1 5  1 4  2 7
Fungsi Eksponen Asli
Purcell, et all, (page 339, 2003):

Definisi :
Balikan (invers) ln disebut eksponen asli dan dinyatakan oleh
exp, jadi :
x  exp y  y  ln x
Louis Leithol, (page 405, 1976):

Definisi :
The exponential function is the inverse of the natural logarithmic
function and it is defines by :
Fungsi Eksponen Asli
Berdasarkan definisi maka :
i. Exp (ln x) = x, untuk x>0
ii. ln (exp y) = y, untuk semua y
Oleh karena exp dan ln adalah fungsi-fungsi balikan maka grafik
y=exp x adalah grafik y=ln x yang dicerminkan terhadap garis y=x
Sifat-Sifat Fungsi Eksponen Asli
Purcell, et all, (page 339, 2003):

Definisi :
Huruf e menyatakan bilangan real positif unik sedemikian
rupa sehingga ln e = 1

Louis Leithol, (page 407, 1976):


Definisi :
The number e is defined by the formula :
e=exp 1
The number e is a trancendental number, that is, it cannot be
expressed as the root of any polynomial with integer coeffisients.
Sifat-Sifat Fungsi Eksponen Asli
Paul A. Foerster (page 288, 2005) :

the number e is defined to be this limit. The equivalent definition


x
 1 
lim  
n   1  x 

Robert Oman & Daniel Oman (page 134, 1999) :


the first definition of e involves a limit. The number e is defined as :
x
 1
e  lim  1  
n   x
Sifat-Sifat Fungsi Eksponen Asli
Robert Oman & Daniel Oman (page 134, 1999) :

Berdasarkan hasil perhitungan limit di atas, maka sama halnya


seperti yang disebutkan oleh Purcell, et all, Louis Leithol, Paul A.
Foerster dan Robert Oman & Daniel Oman :

e  2, 718281828459045  2, 72
Sifat-Sifat Fungsi Eksponen Asli
Purcell, et all, (page 339, 2003):
Jika r adalah sebarang bilangan rasional :
er  exp  ln er   exp  r ln e   exp r
Dengan demikian untuk semua nilai x (rasional & irasional) :
e x  exp x

Teorema A (Purcell, et all, page 340, 2003):


Andaikan a dan b sebarang bilangan real, maka :

e a eb  e a  b
ea
b
 e a b
e
Sifat-Sifat Fungsi Eksponen Asli
Proof :

e a eb  exp  ln e a eb 
 exp  ln e a  ln eb 
 exp  a ln e  b ln e 
 exp  a  b 
 e a b
Turunan Fungsi Eksponen Asli
Purcell, et all (page 340, 2003):

D e e
x
x x

Apabila u=f(x) terdiferensiasikan, maka menurut aturan rantai :

Dx eu  eu Dxu
Turunan Fungsi Eksponen Asli
Contoh :
Tentukan :
x
Dx e

Penyelesaian :
Dengan menggunakan u=√x diperoleh bahwa

Dx e x
 e x Dx  x
 1 1 2 
e x
 x 
2 
e x

2 x
Turunan Fungsi Eksponen Asli
Contoh :
Tentukan :
x 2 ln x
Dx e
Penyelesaian :
Dengan menggunakan u=x2 ln x diperoleh bahwa

Dx e x 2 ln x
e x 2 ln x
Dx  x 2 ln x 
 21 
 ex 
2
ln x
x
 x 2 x ln x 

e x 2 ln x
 x  2 x ln x 
 xe x2 ln x
1  2 ln x 
 xe x 1  ln x 2 
2
ln x
Integral Fungsi Eksponen Asli
Purcell, et all (page 341, 2003):

 e dx  e C
x x

 e du  e C
u u

Contoh :
Tentukan


4 x
e dx
Integral Fungsi Eksponen Asli
Andaikan u=-4x maka du=-4dx maka :

 1 
e dx   e   du 
4 x u

 4 
1
   eu du
4
1 u
  e C
4
1 4 x
  e C
4
Integral Fungsi Eksponen Asli
Contoh :
Tentukan  xe dx
3x 2

Misalkan u=-3x2 maka du=-6x dx sehingga :

u  1 
   6 du 
3 x 2
xe dx  e 

1
   eu du
6
1
  eu  C
6
1
  e 3 x  C
2

6
Fungsi Eksponen dan Logaritma
Umum
Purcell, et all (page 343, 2003):

Untuk a>0 dan sebarang bilangan real x


a x  er ln x

Louis Leithol, (page 414, 1976):


We have that a  e
x r ln x
if a is any positive number and x is any
real number, then the function f defined by :
f  x   ax
Is called the exponential function to the base a
Sifat-sifat ax
Teorema A (Purcell, et all, page 344, 2003):

Jika a>0, b>0 dan x dan y adalah bilangan-bilangan real maka :

i a x a y  a x y
 ii  a 
y
x
 a xy
x
a ax
 iii     x
b b
ax
 iv   a x y

ay
 v   ab   a xb x
x
Sifat-sifat ax
Teorema B (Purcell, et all, page 344, 2003):

Dx a x  a x ln a
 1  x
   a  C, a  1
x
a dx 
 ln a 

Contoh :
Cari Dx  3 x

 3    1 
x
1 3 ln 3
Dx 3 x x
ln 3  Dx x  3 x ln 3   x 2  
2  2 x
Sifat-sifat ax
Contoh :
Carilah  2x x2 dx
3

Misalkan u=x3 maka du = 3x2 dx, sehingga :

u 1 
    3 
x3
2
2 x dx 2 du

1
  2u du
3
1 1 u 
  2 C
3  ln 2 
3
2x
 C
3 ln 2
Fungsi loga
Purcell, et all. (page 345, 2003):
Jika 0<a<1, maka f(x)=ax adalah fungsi menurun
Jika a>0, maka f(x)=ax adalah fungsi naik.
Dalam dua kasus tersebut f(x) memiliki fungsi balikan yang
dinamakan logaritma terhadap basis a.

Definisi :
Jika a adalah bilangan positif bukan 1, maka

y  log a x  x  a y
Fungsi loga
Ingat kembali bahwa logaritma natural (asli) memiliki basis e,
kemudian perhatikan bahwa log, adalah fungsi invers dari f(x)=ex
sehingga lambang lain untuk ln adalah :

loge x  ln x

Jika y=loga x sehingga x=ay maka :

ln x  y ln a

Dengan demikian
ln x
log a x 
ln a
1
Dx log a x 
x ln a
Fungsi loga
Contoh :
Jika y  log10  x  13  carilah dy/dx
4

Andaikan u=x4 +13 maka berdasarkan aturan rantai :

dy dy du

dx du dx
 1 
  
 4 x 3

 u ln 10 
4 x3
 4
 x  13  ln 10
Fungsi ax,xadan xx
Bedakan bahwa :

Fungsi Eksponen : f  x   ax

Fungsi pangkat : f  x  x a
Fungsi ax,xadan xx
Turunan dari masing-masing fungsi adalah :

Fungsi Eksponen :

Dx f  x   Dx  a x   a x ln a
Fungsi pangkat :

Dx f  x   Dx  x a   ax a 1
Fungsi ax,xadan xx
Integral dari masing-masing fungsi adalah :

Fungsi Eksponen :
 1  x
 a dx   ln a  a  C, a  1
x

Fungsi pangkat :

1 a 1
 f  x  dx   x dx 
a
x  C, a  1
a 1
Fungsi xx
Jika y=xx dan x>0 , maka

y  xx
ln y  ln  x x 
ln y  x ln x
1  1
Dx y   x    ln x 
y  x
Dx y  y 1  ln x 
Dx y  x x 1  ln x 
Contoh
Carilah : 1
5 x
 x 2 dx
Misalkan u=1/x maka du=(-1/x2)dx maka :
1
5 x
 x2    du 
u
dx 5

   5u du
5u
 C
ln 5
1
5 x
 C
ln 5
Fungsi Trigonometri
Sinus

Kosinus

Tangen
Trigonometri

Kotangen

Sekan

Kosekan
Fungsi Balikan Trigonometri
Purcell, et all. (page 360, 2003):

Definisi :
Untuk memperoleh balikan dari sinus dan cosinus, kita membatasi daerah
asal mereke masing-masing pada selang [-π/2,π/2] dan [0,π]. Sehingga

 
x  sin 1 y  y  sin x dan  x
2 2
x  cos 1 y  y  cos x dan 0 x 

Note :
arcsin=sin-1
arccos=cos-1
Grafik Fungsi Balikan Sin x
Grafik Fungsi Balikan Cos x
Fungsi Balikan Trigonometri
Contoh :
Hitunglah

 2
 a  sin  
1

 2 
1  1
 
b cos   
 2 
 c  cos  cos 1 0, 6 
 3 
 d  sin  sin 
1

 2 
Fungsi Balikan Trigonometri
Ingat kembali bahwa :
x sin x cos x
0 0 1
 2 
 1 3  a  sin   
1

6 2 2
 2  4
 2 2
1  1  2
 b  cos    
4 2 2
 3 1
3 2 2  2 3
 c  cos  cos 1 0, 6   0, 6

1 0
2
2 3 1

1  3  
3
3
2 2
 
d sin  sin   
4 2
2

2
2
 2  2
5 1 3

6 2 2
 0 1
Fungsi Balikan Trigonometri
Purcell, et all. (page 361, 2003):

Definisi :
Untuk memperoleh balikan dari tangen dan sekan, kita membatasi daerah
asal mereke masing-masing pada selang [-π/2,π/2] dan  0,  2     2 ,  
Sehingga :

 
x  tan 1 y  y  tan x dan  x
2 2

x  sec1 y  y  sec x dan 0  x   , x 
2
1 1
sec x   sec 1 y  cos 1  
cos x  y
Fungsi Balikan Trigonometri
Contoh :
Hitunglah

 a  tan 1 1
 b  tan 1   3 
 
c tan 1
 tan 5, 236 
 d  sec1  1
 e  sec1  2 
 f  sec1  1, 32 
Fungsi Balikan Trigonometri
sin x
Ingat kembali tan x  cos x
x sin x cos x
0 0 1 
 1 3  a  tan 1 1 
4
6 2 2

 2 2  b  tan 1   
3 
4 2 2 3
 3 1  c  tan 1  tan 5, 236   1, 0471853
3 2 2
 d  sec1  1  cos 1 
1 

1 0  
2  1 
2 1 
 e  sec1  2   cos 1 
3 1

3 2 2 
3 2 2
2 3

 1 
4 2 2
 f  sec1  1, 32   cos 1    2, 4303875
5 1

3  1, 32 
6 2 2
 0 1
Fungsi Balikan Trigonometri
Purcell, et all. (page 362, 2003):

Teorema A

 i  sin  cos 1 x   1  x2

 ii  cos  sin 1 x   1  x2

 iii  sec  tan 1 x   1  x2


 x 2  1 , x  1
 iv  tan  sec1 x    2
  x  1 , x  1
Fungsi Balikan Trigonometri
Contoh :
 2 
Hitunglah sin  2 cos1   
 3 

Ingat bahwa : sin 2θ=2 sin θ cos θ, maka :

  2    2    2 
sin  2 cos 1     2 sin  cos 1    cos  cos 1   
  3    3    3 
2
2 2
 2 1    
3 3
4 5

Turunan Fungsi Trigonometri
Purcell, et all. (page 363, 2003):

Dx sin x  cos x
Dx cos x   sin x
Dx tan x  sec 2 x
Dx cot x   csc 2 x
Dx sec x  sec x tan x
Dx csc x   csc x tan x
Turunan Fungsi BalikanTrigonometri
Purcell, et all. (page 363, 2003):

Teorema B

1
 i  Dx sin 1 x  , 1  x  1
1 x 2

1
 ii  Dx cos1 x  , 1  x  1
1 x 2

1
 iii  Dx tan x 
1

1  x2
1
 iv  Dx sec1 x  , x 1
x x 1 2
Turunan Fungsi Balikan Trigonometri
Contoh :
Carilah Dx sin 1  3x  1
Gunakan teorema B dan aturan rantai
1
Dx sin 1  3 x  1  Dx  3x  1
1   3x  1
2

3

1   3x  1
2

3

1   9 x 2  6 x  1
3

1  9x2  6x 1
3
9 x2  6x
Integral Fungsi BalikanTrigonometri
Purcell, et all. (page 364, 2003):

1
i   dx  sin 1 x  C
1  x2
1
 ii   dx  tan 1
xC
1 x 2

1
 iii   dx  sec 1 x  C
x x2 1
Turunan Fungsi Balikan Trigonometri
Contoh :
Seorang berdiri di puncak sebuah bukit tegak kira-kira 200 kaki di
atas sebuah danau. Dia mengamati perahu bermotor yang
bergerak lurus menjauhi kaki bukit dengan laju 25 kaki tiap detik.
Berapa laju perubahan sudut penglihatan θ apabila perahu berada
pada jarak 150 kaki dari kaki bukit itu
 200 
  tan 1 
 x 
 
θ  
d d dx  1 200  dx 200 dx
      2 
dt dx dt   200  2
x  dt x  40.000 dt
220  1    
  x  

d
x=150 dan dx/dt=25, maka  0, 08
dt
x
TERIMA KASIH
Pertemuan ke-3

Reny Rian Marliana, S.Si.,M.Stat.


Substitusi
Teknik Dasar
Integrasi
Parsial
Fungsi Pangkat :
1. k du  ku  C
 1 r 1
 u C , r 1
2. u du   r  1
r

 ln u  C , r  1

Fungsi Eksponensial

1. eu du  eu  C
au
2. a du 
u
C , a  1, a  0
ln a
Fungsi Trigonometri
1. sin u du   cos u  C
2. cos u du  sin u  C
3. sec 2 u du  tan u  C
4. csc 2 u du   cot u  C
5. sec u tan u du  sec u  C

6. csc u cot u du   csc u  C


7. tan u du   ln cos u  C

8. cot u du  ln sin u  C


Fungsi Aljabar :
1 u
1. du  sin 1    C
a2  u2 a
1 1 1  u 
2. 2 du  tan  C
a u 2
a a
1 1 1  u  1  a 
3. 1
du  sec    C  cos    C
u u a
2 2 a  a  a  u 
4. sinh u du  cosh u  C

5. cosh u du  sinh u  C


Teorema A (Purcell, et all. page 380, 2003):
Andaikan g adalah fungsi yang terdiferensiasikan dan anggaplah F
antiturunan dari f, kemudian jika u=g(x)

 f  g  x   g  x dx   f  u  du  F  u   C  F  g  x    C

Contoh :
Carilah
x
 cos  x  dx
2 2
Oleh karena :
1
2
 sec2 x
cos x

Maka gunakan bentuk baku :

 u du  tan u  C
2
sec

Jadi, misalkan u=x2 maka du=2x dx, sehingga :

x 1 1 
 cos  x  dx    
2
x dx sec u  du 
2 2
cos  x 
2 2
2 
1 1
2
 sec 2
u du  tan u  C
2
 tan  x 2   C
1
2
Carilah ex
 4  9e2 x dx
Maka gunakan bentuk baku :
1 1 1  u 
 a2  u 2 du 
a
tan  C
a

Jadi, misalkan u=3ex maka du=3ex dx, sehingga :


ex 1 1
   4  9e2 x   22  3e x dx
x x
dx e dx e
4  9e 2 x  
2

1 1  1 1
  du    2 du
22   u    2  u 
2 2
3 3

1  u  1  3e 
x
1 1 1
  tan    C  tan  C
3 2 2 6  2 
Carilah a tan t
 cos2 t dt
Maka gunakan bentuk baku :
au
 a du  ln a  C , a  1, a  0
u

Jadi, misalkan u=tan t maka du=sec2t dt, sehingga :

a tan t  1 
 cos2 t dt   a dt   a tan t sec 2 t dt
tan t
 2 
 cos t 
au
  a du 
u
C
ln a
a tan t
 C
ln a
 x dx dan  x dx
n n
sin cos


Jenis Integral m m
Trigonometri sin x cos x dx

 sin mx cos nx dx  sin mx sin nx dx


 cos mx cos nx dx
Contoh 1 :
Carilah sin 5 x dx
Ingat bahwa :

sin 2 x  cos2 x  1

Maka :

   x sin x dx
5 4
sin x dx sin

  1  cos x  sin x dx
2 2

  1  2 cos 2 x  cos 4 x  sin x dx


Misalkan : u=cos x, maka du=-sin x dx, sehingga
 sin 5
x dx    1  2 cos 2
x  cos 4
x  sin x dx
  1  2 cos 2 x  cos 4 x      sin x   dx
   1  2 cos 2 x  cos 4 x    sin x  dx

   1  2u 2  u 4  du
 2 1 
   u  u3  u5   C
 3 5 
 2 1 
   cos x  cos3 x  cos5 x   C
 3 5 
2 1
  cos x  cos3 x  cos5 x  C
3 5
Contoh 3 :
Carilah 
cos4 x dx
Ingat bahwa :
1  cos 2 x
cos x 
2

2
Maka :
 1  cos 2 x 
2 2
1 
 cos 4
x dx    2  dx    2  1  cos 2 x   dx

  1  cos 2 x  dx   1  2 cos 2 x  cos 2 2 x  dx
1 2 1
4 4
1  1  1 
   1 dx     2 cos 2 x dx     cos 2 2 x dx 
4  4  4 
Integral pertama :
1 1
4
1 dx  x  c1
4

Integral Kedua :
Misalkan u=2x maka du=2dx

1 1 1
 
4 4 4
2 cos 2 x dx  cos 2 x 2 dx  cos u du

1 1
 sin u  c2  sin 2 x  c2
4 4
Integral Ketiga :
1 1 1  cos 4x 1
4 4 8
cos 2
2 x dx  dx  1  cos 4x dx
2
1 1
  1 dx   cos 4 x dx
8 8

Misalkan u=4x maka du=4dx


1 1 1 1 1 1 
        
2
cos 2 x dx 1 dx cos 4 x dx 1 dx cos 4 x  du 
4 8 8 8 8 4 
1 1 1 1
  1 dx   cos u du  x  sin u  c3
8 32 8 32
1 1
 x  sin 4 x  c3
8 32
Maka :

1  1  1 
      
4 2
cos x dx  1 dx   2 cos 2 x dx   cos 2 x dx 
 4   4   4 
1  1  1 1 
  x  c1    sin 2 x  c2    x  sin 4 x  c3 
4  4  8 32 
1 1  1 1
  x  x   sin 2 x  sin 4 x   c1  c2  c3 
4 8  4 32
3 1 1
 x  sin 2 x  sin 4 x  C
8 4 32
Contoh 3 :

2 4
Carilah sin x cos x dx
Ingat bahwa :
1  cos 2 x 1  cos 2 x
cos x 2
sin x 
2

2 2
Maka :

 1  cos 2 x   1  cos 2 x   1  2 


2 2
1
 sin2
x cos x 4
dx    2   2  dx    2  1  cos 2 x  
   1  cos 2 x   dx
 2  
1 1
  1
   2 1  cos 2 x  1  cos 2 x  dx   1  cos 2 x  1  cos 2 x  dx
2 2
2

8
2

  1  cos 2 x  1  cos 2 x  1  cos 2 x  dx   1  cos 2 2 x  1  cos 2 x  dx


1 1
8 8
  1  cos 2 x  cos 2 2 x  cos3 2 x  dx
1
8
2 4 1
 sin x cos x dx 
8   1  cos 2 x  cos 2 2 x  cos3 2 x  dx

1  
   1  cos 2 x  1  cos 4 x   1  sin 2 2 x  cos 2 x  dx
1
8  2 
1  
 1  cos 2 x   cos 4 x   cos 2 x  cos 2 x sin 2 x   dx
1 1
 
2

8  2 2 
1  1 1 
8 
  1  cos 2 x   cos 4 x  cos 2 x  cos 2 x sin 2
2 x  dx
2 2 
1  1 1 
8  2
  1   cos 2 x  cos 2 x  cos 4 x  cos 2 x sin 2
2 x  dx
2 
1 1 1 
8  2 2
   cos 4 x  cos 2 x sin 2
2 x  dx

1 1 1 
  
8 2
dx   2
cos 4 x dx   cos 2 x sin 2 2 x dx 

1 1 1 1 3 
 x  sin 4 x  sin 2 x   C
8  2 8 6 
Purcell, et all. (page 386,2003):

1
 sin mx cos nx dx   sin  m  n  x  sin  m  n  x 
2
1
 sin mx sin nx dx   cos  m  n  x  cos  m  n  x 
2
1
 cos mx cos nx dx  2  cos  m  n  x  cos  m  n  x 
Contoh 4 :

Carilah sin 2 x cos 3x dx

Maka :
1
 sin 2 x cos 3x dx    sin 5 x  sin   x   dx
2
1
  sin 5 x dx   sin x dx 
2 
1 1 
  cos 5 x  cos x   C
2 5 
1 1
 cos 5 x  cos x  C
10 2
Bentuk akar dalam integran selalu menimbulkan kesulitan,
sehingga dibutuhkan substitusi untuk merasionalkan.

Substitusi yang
merasionalkan

a2  x2 ; a2  x2 ;
n
ax  b x 2  22
Purcell, et all. (page 389,2003):
Jika
n
ax  b
muncul dalam suatu integral, maka gunakan substitusi

u  n ax  b
untuk menghilangkan akar.

Contoh 1:
Carilah 1
 x x
dx
Misalkan :

u  x  2u du  dx
Maka : 1 1
 x x
dx   2
u u
2u du

u
 2 du
u  u  1
1
 2 du
 u  1
 2 ln u  1  C
 2 ln x 1  C
Contoh 2 :
Carilah
 x  x  1 dx
5 2

Misalkan :

u   x  1  u 5   x  1  5u 4du  dx
1
5

Maka :

x  x  1 dx   x  x  1 dx    u 5  1 u 2  5u 4 du 
2 2
5 5

 5  u 7  u 2  u 4 du  5  u11  u 6  du
 1 1  5 5
 5  u12  u 7   C  u12  u 7  C
 12 7  12 7
Purcell, et all. (page 390,2003):
Untuk merasionalkan

a 2  x 2 ; a 2  x 2 ; x 2  22
Gunakan substitusi trigonometri berikut :

Akar Substitusi Pembatasan pada t

x  a sin t  t 
a2  x2 2 2

a2  x2 x  a tan t  t 
2 2
x 2  22 x  a sec t 0  t  ; t  
2
Penyederhanaan substitusi trigonometri

1. a 2  x 2  a 2  a 2 sin 2 t  a 2 cos2 t  a cos t  a cos t


2. a 2  x 2  a 2  a 2 tan 2 t  a 2 sec2 t  a sec t  a cos t
3. x 2  22  a 2 sec2 t  a 2  a 2 tan 2 t  a tan t   a tan t
Contoh :
Carilah  a 2  x 2 dx

Gunakan substitusi x=a sin t, sehingga dx=a cos t dt dan


a 2  x 2  a cos t
Maka :
 a 2  x 2 dx   a cos t  a cos t dt 
  a 2 cos 2 t dt
 a 2  cos 2 t dt
a2

2  1  cos 2t  dt
a2  1 
 t
 2 sin 2t   C
2
a2
  t  sin t cos t   C
2
Sekarang x=a sin t, sehingga x/a=sin t dan karena selang t
dibatasi sehingga fungsi sinus memiliki fungsi balikan

a
x
1
x t  sin  
t a
a2  x2
x  a sin t

Dengan demikian :

 1  x   x2 1
cos t  cos  sin     1  2  a2  x2
  a  a a
Maka :
2
a
 a 2  x 2 dx   t  sin t cos t   C
2
a2  1  x   x  1 2 
  sin 
    a 2
 x  C
2  a aa 
a2 1  x  x 2 
  sin  a   a 2 a  x   C
2

2    
a2 x x
 sin 1    a2  x2  C
2 a 2
Purcell, et all. (page 394,2003):
Andaikan u=u(x) dan v=v(x), maka :
Dx  u  x  v  x    u  x  v  x   v  x  u   x 
u  x  v  x   Dx  u  x  v  x    v  x  u   x 
Dengan mengintegrasikan kedua ruas maka :

 u  x  v  x   u  x  v  x    v  x  u  x  dx
Dengan memisalkan bahwa dv=v’(x) dan du=u’(x) dx maka
secara umum dapat ditulis sebagai berikut :

 u dv  u v   v du
Contoh 1 :
Carilah  x cos x dx
misalkan :
u  x du  dx
dv  cos x dx v  sin x
Maka

 x cos
u
  u
x   sin
x dx  x sin x dx
v

v du
dv

 x sin x    cos x   C
 x sin x  cos x  C
Contoh 2 :
Carilah  x 2 sin x dx
misalkan : u  x 2 du  2 x dx
dv  sin x dx v   cos x
Maka
 u 
u
x

2
sin x dx  x

2
 cos x      cos x   2 x dx 
     
dv v v du

  x 2 cos x  2   cos x   x dx 
 
v du

  x 2 cos x  2  x cos x dx
 
parsial berulang

  x 2 cos x  2  x sin x  cos x   C


  x 2 cos x  2 x sin x  2 cos x  C
Purcell, et all. (page 397,2003):
Suatu rumus yang berbentuk :

 f n  x  dx  g  x    f k  x  dx
Dengan k<n dinamakan rumus reduksi (pangkat f
direduksi/berkurang) yang diperoleh melalui integral parsial

Contoh :
Turunkanlah suatu rumus reduksi untuk

 sin dx
n
Misalkan
u  sin n 1 x du   n  1 sin n 2 x cos x dx
dv  sin x dx v   cos x
Maka :
 sin dx   sin
n n 1
x sin
 xdx
u dv

x 
 sin n 1
 cos x      cos x    n  1 sin n  2 x cos x dx 
u
    
v v du

  sin n 1 x cos x   n  1  sin n  2 x cos 2 x dx


  sin n 1 x cos x   n  1  sin n  2 x 1  sin 2 x  dx

  sin n 1 x cos x   n  1  sin n  2 x  sin n x dx

  sin n 1 x cos x   n  1  sin n  2 x dx   n  1  sin n x dx


Purcell, et all. (page 401,2003):
Fungsi rasional adalah hasil bagi dua fungsi polinomial, misalnya :

2 2x  2 x5  2 x3  x  1
f  x  g  x  2 h  x 
 x  1 x  4x  8 x3  5 x
3

Fungsi f dan g dinamakan fungsi rasional sejati (derajat pembilang


lebih kecil daripada derajat penyebut)
Sedangkan fungsi h merupakan fungsi rasional tak sejati
Contoh 1:
2x  2
Carilah  x 2
 4x  8
dx

Misalkan :
u  x2  4x  8 du   2 x  4  dx
Maka :
2x  2  2x  4  6  2x  4 6
 x2  4x  8
dx    x 2  4 x  8  x 2  4 x  8    x 2  4 x  8  x 2  4 x  8 dx
 dx  dx 

1 6 6
  du  6 2 dx  ln x 2  4 x  8  6 2 dx
u x  4x  8 x  4x  4  4
6
 ln x 2  4 x  8  6 dx
 x  2  4
2

1  x2 
 ln x 2  4 x  8  6  tan 1  C
 2  2 
 x2 
 ln x 2  4 x  8  3 tan 1  C
 2 
Faktor linear
yang berbeda

Faktor linear
Faktor linear
yang berulang

Faktor linear
berbeda dan ada
Dekomposisi
yang berulang
Pecahan Parsial

Faktor kuadrat
tunggal
Faktor Kuadrat
Faktor kuadrat
berulang
3x A B
 
 x  2   x  3  x  2   x  3
Faktor linear yang
Berbeda 3x  2 A B C
  
x  x  2   x  3 x  x  2   x  3

Faktor linear yang x A B


Faktor Linear  
Berulang  x  3
2
 x  3   x  3 2

Faktor linear berbeda dan 3x 2  8 x  13 A B C


  
ada yang berulang  x  3   x  1
2
 x  3   x  1  x  1 2
6 x 2  3x  1 A Bx  C
  2
 4 x  1  x  1  4 x  1  x  1
2

Faktor Kuadrat
Tunggal

Faktor Kuadrat

Faktor Kuadrat
Berulang 6 x 2  15 x  22 A Bx  C Dx  E
  2 
 x  3   x2  2 
2
 x  3   x  2   x 2  2 2
KALKULUS LANJUT
Pertemuan ke-4

Reny Rian Marliana, S.Si.,M.Stat.


Plot Materi
Notasi
Jumlah &
Sigma

Integral
Tentu

Jumlah Pendahuluan
Rieman Luas
Notasi Jumlah & Sigma
Purcell, et all. (page 226,2003):
Sebuah fungsi yang daerah asalnya hanya terdiri dari bilangan
bulat positif (atau suatu himpunan bagian lain dari bilangan
positif) disebut sebagai barisan.
Notasi dari sebuah barisan diantarnya a(n) atau an .
Sebagai contoh barisan {an } ditentukan oleh an = n2 dan barisan
{bn } ditentukan oleh bn = 1/n.

Contoh :
a1 , a2 , a3 , a4 , …
1, 4, 9, 16, …
Notasi Jumlah & Sigma
Perhatikan jumlah dari barisan berikut :
12 +22 +32 +42 +52 +…+1002
a1 + a2 + a3 + a 4 + … + an
Untuk menunjukkan jumlah ini dalam bentuk yang kompak,
barisan pertama dapat dituliskan sebagai berikut :
100

 i
i 1
2

Sedangkan untuk barisan kedua dapat dituliskan menjadi


n

a
i 1
i
Notasi Jumlah & Sigma
Σ berpadanan dengan S yang menyatakan untuk
menjumlahkan (menambahkan) semua bilangan berbentuk
seperti yang ditunjukkan dengan indeks i terus meningkat
seiring peningkatan bilangan bulat positif, mulai dengan
bilangan bulat yang diperlihatkan di bawah Σ dan berakhir
dengan bilangan bulat di atas tanda Σ tersebut.
4

ab  a b
i 2
i i 2 2  a3b3  a4b4
n
1 1 1 1 1

j 1 j
   
1 2 3

n
4
k 1 2 3 4

k 1 k  1
2
 2  2  2  2
1 1 2 1 3 1 4 1
Notasi Jumlah & Sigma
Untuk n ≥ m
n

 F  i   F  m   F  m  1  F  m  2  
i m
 F n
n

Jika semua ci dalam  c memiliki nilai yang sama atau


i 1
i

konstan, anggap c maka :


n

c
i 1
i  ccc  c  n  c  nc
n suku

Contoh :
100

  4   100  4   400
i1
Notasi Jumlah & Sigma
TEOREMA A (Purcell, et all. page 227,2003):
Kelinearan Σ
Andaikan {ai } dan {bi } menyatakan dua barisan dan c suatu
konstanta, maka :

n n
i   ca
i 1
i  c  ai
i 1
n n n
 ii    ai  bi    ai   bi
i 1 i 1 i 1
n n n
 iii    ai  bi    ai   bi
i 1 i 1 i 1
Notasi Jumlah & Sigma
Contoh :
Andaikan
100 100

a
i 1
i  60 dan  b  11
i 1
i

100
Hitunglah   2a  3b  4 
i 1
i i

Penyelesaian : 100 100 100 100

  2a  3b  4    2a   3b   4
i 1
i i
i 1
i
i 1
i
i 1
100 100 100
 2 ai  3 bi   4
i 1 i 1 i 1

 2  60   3 100   4 100 
 487
Notasi Jumlah & Sigma
Rumus Jumlah khusus (Purcell, et all. page 228,2003):
n
n  n  1
1. i  1  2  3  n
i 1 2
n
n  n  1   2n  1 
2. i 2  12  22  32   n2 
i 1 6
 n  n  1 
2
n
3. i 3  13  23  33   n3   
i 1  2 
n n  n  1   6n 3  9n 2  n  1 
4. i  1  2  3 
4 4 4 4
n  4

i 1 30
n
5.  an 1  ai   an 1  a1
i 1
n
6.   i  1  i 2    n  1  1
2 2

i 1
 
Notasi Jumlah & Sigma
Contoh
Hitunglah :
n 10 10
a. i b. i 2
c. i 4
i 1 i 1 i 1

Penyelesaian :

10 10
10 10  1
a. i  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  55 atau i   55
i 1 i 1 2
10
10 10  1  20  1
b. i 2   385
i 1 6
 10 4  4  10 10  1  60  90  10  1 
10 3 2

c. i    i   1  
4
  1  25.332
i 2  i 1   30 
Pendahuluan Luas
Purcell, et all. (page 233,2003)
Sifat-sifat luas :
1. Luas sebuah daerah rata adalah bilangan (real) tak negatif.
2. Luas segi empat adalah hasil kali panjang dan lebarnya
(keduanya diukur dalam satuan sama). Hasil dalam suatu
persegi misalnya kaki persegi atau sentimeter persegi.
3. Daerah-daerah yang sama dan sebangun mempunyai luas
sama.
4. Luas gabungan dua daerah yang hanya berimpit menurut
sebuah ruas garis sama dengan jumlah luas kedua daerah
tersebut.
5. Jika sebuah daerah terkandung di dalam daerah yang
kedua, maka luas daerah pertama lebih kecil daripada atau
sama dengan luas yang kedua.
Pendahuluan Luas

Luas Menurut Poligon-


Poligon Dalam

Luas Daerah dengan batas


melengkung

Luas Menurut Poligon-


Poligon Luar
Luas Menurut Poligon-Poligon Dalam
Tinjaulah daerah R yang dibatasi parabola y=f(x)=x2 , sumby-x
dan garis tegak x=2. R adalah daerah di bawah kurva y=x2 di
antara x=0 dan x=2.

y
4 y=f(x)=x2

R x

1 2
Luas Menurut Poligon-Poligon Dalam
Luas A(R) dapat dicari dengan langkah berikut.
Buatlah selang [0,2] menjadi n selang bagian, masing-masing
dengan panjang Δx menggunakan titik-titik n+1.
x0  0
2
x1  x 
0  x0  x1  x2  x3  x4   xn1  2 n
4
x2  2  x 
n
6
x3  3  x 
n
0 2

2i
xi  i  x 
x0 x1 x2 x3 xn-1 xn n

2  n  1
xn 1   n  1  x 
n
2n
xn   n   x  2
n
Luas Menurut Poligon-Poligon Dalam
Perhatikan segi empat dengan alas [xi-1 , xi ] dan tingginya f(xi-1)
Luasnya adalah f(xi-1)Δx .

f(xi-1)

xi-1 xi

Gabungan dari Rn dari semua segi empat yang demikian


membentuk poligon dalam dengan luas A(Rn) dapat dihitung
dengan menjumlahkan luas semua segi empat.
Luas Menurut Poligon-Poligon Dalam
A  Rn   f  x0  x  f  x1  x  f  x2  x  f  x3  x   f  xn1  x

Dimana :
A  lingkaran   lim A  Pn 
n

Maka :
n 1
A  Rn   f  x0  x  f  x1  x  f  x2  x  f  x3  x   f  xn 1  x   f  xi  x
i 0

 8  2   8  2   8  2   8  2  8  2
  3  0    3  1    3  2    3 3     3   n  1 
 n    n    n    n    n  
 8  2  8   n 1 2 
 3  1  2  2    n  1   3    i 

2 2 2

n    n   i 1 

 8    n  1  n   2  n  1  1  8   2n  3n  n  
3 2

 3    
 n  
3
6  6  n 
8 1 1  8 4 4
 2  3  2     2
6 n n  3 n 3n
Luas Menurut Poligon-Poligon Dalam
Purcell, et all. (page 233,2003):
Luas lingkaran adalah limit n∞ dari luas Pn . Jadi jika A(F)
menyatakan luas daerah F maka :

A  lingkaran   lim A  Pn 
n

Dengan demikian :
A  R   lim A  Rn 
n 

8 4 4 
 lim    2 

n  3 n 3n 
8

3
Luas Menurut Poligon-Poligon Luar
Perhatikan segi empat dengan alas [xi-1 , xi ] dan tingginya f(xi)
Luasnya adalah f(xi)Δx .

f(xi)

xi-1 xi

Gabungan dari Sn dari semua segi empat yang demikian


membentuk poligon luar dengan luas A(Sn) dapat dihitung
dengan menjumlahkan luas semua segi empat.
Luas Menurut Poligon-Poligon Luar
A  Sn   f  x1  x  f  x2  x  f  x3  x   f  xn  x

Dimana :
A  lingkaran   lim A  Pn 
n

Maka :
n
A  S n   f  x1  x  f  x2  x  f  x3  x   f  xn  x   f  xi  x
i 1

 8  2   8  2   8  2  8  2
  3  1    3  2    3 3     3   n  1 
 n    n    n    n  
 8  2  8   n 1 2 
 3  1  2  2    n  1   3    i 

2 2 2

n    n   i 1 

 8    n  1  n   2  n  1  1  8   2n  3n  n  
3 2

 3    
 n  
3
6  6  n 
8 1 1  8 4 4
 2  3  2     2
6 n n  3 n 3n
Luas Menurut Poligon-Poligon Luar
Purcell, et all. (page 233,2003):
Luas lingkaran adalah limit n∞ dari luas Pn . Jadi jika A(F)
menyatakan luas daerah F maka :

A  lingkaran   lim A  Pn 
n

Dengan demikian :
A  R   lim A  Sn 
n 

8 4 4 
 lim    2 

n  3 n 3n 
8

3
Jumlah Riemann
Purcell, et all. (page 239,2003):
Pandanglah sebuah fungsi f yang didefinisikan pada selang
tutup [a,b]. Fungsi itu boleh bernilai positif ataupun negatif pada
selang tersebut dan bahkan tidak perlu kontinu.
Tinjaulah suatu partisi P dari selang [a,b] menjadi n selang
bagian (tidak perlu sama panjang) menggunakan titik-titik
a  x0  x1  x2  x3  x4   xn1  b
Dan andaikan Δxi =xi - xi -1 . Pada tiap selang bagian [xi-1, xi],
ambilah sebuah titik sebarangxi (yang mungkin saja sebuah
titik ujuk), titik itu disebut sebagai titik sampel untuk selang
bagian ke-i
Jumlah Riemann
Contoh untuk n=6

Terbentuklah penjumlahan
n
Rp   f  xi  xi
i 1
Jumlah Riemann
Jumlah Riemann
Contoh :
Hitunglah jumlah Riemann Rp untuk :
f  x    x  1  x  2   x  4   x3  5x 2  2 x  8
Pada selang [0,5] dengan menggunakan partisi P dengan titik-
titik parsial :
0  1,1  2  3, 2  4  5
Dan titik sampel berpadanan
x1  0, 5 x2  1, 5 x3  2, 5 x4  3, 6 x5  5
5
R p   f  xi  xi
i 1

 f  x1  x1  f  x2  x2  f  x3  x3  f  x4  x4  f  x5  x5


 f  0, 5  1,1  0   f 1, 5   2  1,1  f  2, 5   3, 2  2   f  3, 6   4  3, 2   f  5   5  4 
 23, 9698
Jumlah Riemann dan Integral Tentu

Paul A. Foerster (page 204, 2005) :


Definisi Integral Tentu
Purcell, et all. (page 239,2003):
Anggaplah f suatu fungsi yang didefinisikan pada selang
tertutup [a,b], jika
n
lim
P 
 f  x  x
i 1
i i

Ada, katakan f adalah terintegrasikan pada [a,b]. Lebih lanjut


b

 f  x  dx
a

disebut integral tentu (integral riemann) f dari a ke b diberikan


oleh
b n

 f  x  dx  lim  f  x  x
a
P 
i 1
i i
Integral Tentu
b

 f  x  dx  A
a
atas  Abawah

 f  x  dx  0
a
b a

 f  x  dx    f  x  dx, a  b
a b

Contoh :
2 2 6

 dx  0     dx
3 3 3
x x dx x
2 6 2
Integral Tentu
TEOREMA A (Purcell, et all. page 242,2003):
Teorema Keintegrasian

Jika f terbatas pada [a,b] dan f kontinu disana kecuali pada


sejumlah titik yang berhingga, maka f terintegrasikan pada
[a,b]. Khususnya, jika f kontinu pada seluruh selang [a,b], maka
f terintegrasikan pada [a,b].

Fungsi-fungsi yang terintegrasikan pada selang [a,b] :


1. Fungsi polinomial
2. Fungsi sinus dan kosinus
3. Fungsi rasional, asalkan selang [a,b] tidak mengandung
titik-titik yang mengakibatkan penyebut 0
Integral Tentu
Contoh : 3 x0  2
Hitunglah   x  3  dx 5
2 x1  2  x  2 
n
Penyelesaian : 10
x2  2  2x  2 
Buatlah partisi selang [-2,3] n
menjadi n selang bagian yang 15
sama, masing-masing dengan x3  2  3x  2 
n
panjang Δx =5/n. dalam setiap
selang bagian [xi-1, xi], gunakan
5i
xi xi  2  i x  2 
sebagai titik sampel : n

5n
xn  2  nx  2  3
n
Integral Tentu
Jadi
5i
f  xi   xi  3  1 
n

Sehingga : n n

 f  x  x   f  x  x
i 1
i i
i 1
i i

n
 5i   5 
  1    
i 1  n  n
2
5 n 5 n
 1   i
n i 1  n  i 1

5  n  n  1 
2

 n     
5
 
n n  2 
25  1 
 5  1 
2  n
3 n

  x  3  dx  Plim

 f  xi  xi
i 1
2

 25  1  
 lim  5   1   
P 
 2  n 
35

2
Integral Tentu
TEOREMA B (Purcell, et all. page 244,2003):
Sifat Tambahan pada Selang
Jika f terintegrasikan pada sebuah selang yang mengandung
titik-titik a, b, dan c, maka
c b c

 f  x  dx   f  x  dx   f  x  dx
a a b
Tidak perduli apapun orde a, b, dan c.

Contoh :
2 1 2

     dx
2 2 2
x dx x dx x
0 0 1
TERIMA KASIH
Pertemuan ke-5

Reny Rian Marliana, S.Si.,M.Stat.


f  x  h  f  x
Turunan f   x   lim
n  h

Kalkulus

b n

Integral Tentu  f  x  dx  lim


P 
 f  x  x
i 1
i i
a
Teorema A (Purcell, et all. page 249,2003):
Teorema Dasar Kalkulus Pertama

Anggaplah f kontinu pada selang tertutup [a,b] dan anggaplah x


sebagai sebuah titik peubah pada (a,b), maka :
x
d
dx  f  t  dt  f  x 
a
Teorema B (Purcell, et all. page 250,2003):
Sifat Perbandingan

Jika f dan g terintegrasikan pada [a,b] dan jika f(x)≤ g(x) untuk semua x
dalam [a,b], maka:
b b

 f  x  dx   g  x  dx
a a

Dalam bahasa informal tetapi cukup deskriptif, kita mengatakan


bahwa integral tentu mempertahankan ketaksamaan.
Teorema C (Purcell, et all. page 250,2003):
Sifat Keterbatasan

Jika f terintegrasikan pada selang [a,b] dan jika m≤ f(x)≤ M untuk


semua x dalam [a,b], maka:

b
m  b  a    f  x  dx  M  b  a 
a
Teorema D (Purcell, et all. page 251,2003):
Kelinearan Integral Tentu

Jika f dan g terintegrasikan pada [a,b] dan k konstanta. Maka kf dam


f+g terintegrasikan dan

b b

 i   k f  x  dx  k  f  x  dx
a a
b b b

 ii    f  x   g  x   dx   f  x  dx   g  x  dx
a a a
b b b

 iii    f  x   g  x   dx   f  x  dx   g  x  dx
a a a
Contoh :
Anggaplah :
x
A  x    t 3dt
1

a. Jika y=A(x) , carilah dy/dx.


b. Carilah penyelesaian persamaan diferensial yang memenuhi y=0
ketika x=1
4

c. Carilah  t dt
3

1
a. Berdasarkan teorema dasar kalkulus pertama
dy
 A  x   x 3
dx
b. Persamaan diferensian dy/dx terpisah, sehingga

dy
 x3
dx
dy  x 3dx
y   x 3dx
1 4
y  x C
4
b. Ketika x=1, kita harus mempunyai :
1
y  A 1   t 3dt  0
1

sehingga :
1 4
y x C
4
1 4
0  1  C
4
1
C
4

dengan demikian, penyelesaian terhadap persamaan diferensial


menjadi :
1 4 1
y x 
4 4
c. Berdasarkan jawaban (b) diperoleh bahwa :
1 4 1
y  A x  x 
4 4
maka :

4
1 1 255
1 t dt  A  a   4  4   4  4
3 4
Teorema A (Purcell, et all. page 256,2003):
Teorema Dasar Kalkulus Kedua

Anggaplah f kontinu (dan terintegrasikan) pada selang tertutup [a,b]


dan anggaplah F sebarang antiturunan f pada [a,b], jadi

 f  x  dx  F  b   F  a 
a
Contoh 1: b

Perlihatkan bahwa  k dx  k  b  a 
a

Penyelesaian :
Antiturunan F(x) adalah sebagai berikut :

F  x    k dx  kx
Dengan demikian
b

 k dx F  b   F  a   kb  ka  k  b  a 
a
Contoh 2: b
b2 a 2
Perlihatkan bahwa a x dx  2  2

Penyelesaian :
Antiturunan F(x) adalah sebagai berikut :
1 2
F  x    x dx  x
2
Dengan demikian
b
1 2 1 2
a x dx F  b   F  a   2 b  2 a
Purcell, et all. (page 259,2003):

Teorema Dasar Kalkulus Kedua dapat dituliskan dengan lambang


sebagai berikut :

b
f  x  dx    f  x  dx 
b


a
a
Contoh 3: 4

Hitunglah  x 2  x  2 x  1 dx
0

Penyelesaian :
Anggaplah u=x2+x maka du=(2x+1) dx, jadi :

u  C   x2  x  2  C
2 32 2 3

 x 2  x  2 x  1dx   u 2 du 
1

3 3
Dengan demikian
4
2 
4
x  x  2 x  1 dx    x 2  x  2  C 
3


2

0 3 0
2  2 
   42  4  2  C     02  0  2  C 
3 3

3  3 
 59, 63
Contoh 4: 
4
Hitunglah  sin
3
2 x cos 2 x dx
0

Penyelesaian :
Anggaplah u=sin 2x maka du=2 cos 2x dx, jadi :

 sin 2 x cos 2 x dx 
3 1
2
 sin 3
2 x   2 cos 2 x  dx 
1 3
2
u du

u  C   sin 4 2 x   C
11 4 1

24 8
Dengan demikian
 
1  4
sin 2 x cos 2 x dx    sin 2 x   C 
4


3 4

0 8 0
1     1 
   sin 4 2     C     sin 4 2  0    C 
8   4   8 
1

8
Teorema B (Purcell, et all. page 261,2003):
Teorema Nilai Rata-Rata untuk Integral

Anggaplah f kontinu pada [a,b] maka terdapat suatu bilangan c antara


a dan b sedemikian rupa sehingga :

 f  t  dt  f  c   b  a 
a
Purcell, et all. (page 266,2003):
Aturan substitusi untuk Integral Tentu

Andaikan g mempunyai turunan kontinu pada [a,b] dan andaikan f


kontinu pada daerah hasil dari g. Maka:

b g b

 f  g  x   g   x dx   f  u  du
a ga
Contoh 1 1
x 1
Hitunglah  dx
x  2x  6 
2 2
0

Penyelesaian :
Misalkan u  x2  2x  6
du   2 x  2  dx
du  2  x  1 dx
1
du   x  1 dx
2
Dengan demikian jika x=0, maka u=6 dan jika x=1 maka u=9, jadi
x 1 1 
1 9
1
 dx    du 
x  2x  6  2 
2
0
2
6
u2
9
1 1
  2 du
26u
9
1  1
  
2  u 6
1  1   1  
     
2   9   6  
1  2  3 

2  18 
1

36
Contoh 2 2
4
cos x
Hitunglah  x
dx
2
9
Penyelesaian :
Misalkan
u x
1
du  dx
2 x
1
2du  dx
x

Dengan demikian jika x=π2/9, maka u= π/3 dan jika x= π2/4 maka u= π/2,
jadi
2 
x sin x cos x
4 2
cos x 0 0 1
 x
dx   cos u 2du

 1 3
2
9 3 6 2 2
  2 2
2
 2  cos u du 4 2 2
 3 1

3 3 2 2
 
 2  sin u  2 2
1 0
3
2
   
3 1
 2  sin   sin  

3 2 2
 2 3 
3 2 2

 3 4 2 2
 2 1   5 1 3
2 
  6 2 2
 1
 2 3 0
Purcell, et all. (page 267,2003):
Teori Simetri

Jika f fungsi genap, maka :


a a

 f  x dx  2 f  x dx
a 0

Jika f fungsi ganjil, maka :


a

 f  x dx  0
a
Contoh 1 
x
Hitunglah   4 dx
cos

Penyelesaian :
Karena cos   x   cos  x 
   
 4 4

Maka f  x   cos  x   fungsi genap


4
x 1
u du  dx 4du  dx
Misalkan
4 4

Dengan demikian jika x=0, maka u= 0 dan jika x= π maka u= π/4, jadi
x sin x cos x
  0 0 1
x x
  4 
cos dx  2 0  4  dx
cos  1 3
6 2 2

4  2 2
 2  cos u  4du  4 2 2
0  3 1
 3 2 2
4
 8  cos u du 
1 0
0 2
 2 3 1
 8  sin u 0 4 3 2

2

 4 
 8  sin   sin  0  

3
4 2
2

2
2

5 1 3
4 2 
6 2 2
 0 1
Contoh 2 5
x5
Hitunglah 
5
x2  4
dx

Penyelesaian :
Karena
x5
f  x  2  fungsi ganjil
x 4

Maka
5
x5

5
x 4
2
dx  0
Purcell, et all. (page 268,2003):
Teori D

Jika f periodeik dengan periode p, maka :

b p b

 f  x dx   f  x dx
a p a
Contoh 2

Hitunglah 
0
sin x dx

Penyelesaian :
Karena
f  x   sin x  periodik 

Maka 2  2  

 0
sin x dx   sin x dx 
0


sin x dx   sin x dx   sin x dx
0 

 2  sin x dx  2   cos x 0

 2   cos     cos 0    4
KALKULUS LANJUT
Pertemuan ke-6

Reny Rian Marliana, S.Si.,M.Stat.


Plot Materi
Penerapan
Integral

Luas Permukaan
Luas Bidang Rata Volume Benda Putar Panjang Tali Busur
Benda Putar

Luas Daerah di Atas


Metode Cakram
Sumbu-X

Luas Daerah di Bawah


Metode Cincin
Sumbu-X

Luas Diantara Dua


Metode Kulit Tabung
Kurva
Luas Bidang Rata
Daerah di Atas Sumbu-X (Purcell, et all. page 279,2003):

Andaikan y=f(x) menentukan persamaan sebuah kurva di bidang-


xy dan andaikan fkontinu dan tak negatif pada selang a≤x≤b.
Tinjaulah daerah R yang dibatasi oleh grafik-grafik y=f(x), x=a, x=b
dan y=0. Dengan menggunakan acuan R sebagai daerah di bawah
y=f(x), antara x=a, x=b, luasnya A(R) diberikan oleh :

b
A  R    f  x  dx
a
Luas Bidang Rata
Contoh 1 :
Tentukan luas daerah R di bawah kurva y=x4 – 2x2 +2 di antara
x=-1 dan x=2.

2
AR   x  2 x 2  2  dx
4

1
2
1 2 
  x5  x3  2 x  C 
5 3  1
1 2  1 2 
  25  23  2  2   C     1   1  2  1  C 
5 3

5 3  5 3 
 5,1
Luas Bidang Rata
Daerah di Bawah Sumbu-X (Purcell, et all. page 279,2003):

Luas dinyatakan oleh bilangan yang tak negatif. Apabila grafik


y=f(x) terletak di bawah sumbu-x, maka
b
A  R    f  x  dx
a

Adalah bilangan negatif, sehingga tidak dapat menyatakan luas.


Akan tetapi bilangan itu adalah negatif dari luas yang dibatasi oleh
y=f(x), x=a, x=b dan y=0
Luas Bidang Rata
Contoh 2 :
Tentukan luas daerah R di bawah kurva y=(x2/3)–4, di antara x=-2
dan x=3.

1 
3
A  R      x 2  4  dx
2  
3
 1 2 
3
 2   3 x  4  dx
3
 1 
   x3  4 x  C 
 9  2
 1   1 
   33  4  3   C      2   4  2   C 
3

 9   9 
145

9
Luas Bidang Rata
Contoh 3 :
Tentukan luas daerah R yang dibatasi oleh y=x3–3x2 –x+3, ruas
sumbu x antara x=-1 dan x=2 dan oleh garis x=2

A  R   A  R1   A  R2 
1 2
  x  3 x  x  3  dx    x3  3 x 2  x  3  dx
3 2

1 1
1 2
1 1  1 1 
  x 4  x3  x 2  3x  C    x 4  x 3  x 2  3x  C 
4 2  1  4 2 1
 7
 4  
 4
23

4
Luas Bidang Rata
Daerah di di antara Dua Kurva (Purcell, et all. page 81,2003):

Tinjaulah kurva-kurva y=f(x) dan y=g(x) dengan g(x)≤f(x) pada


a≤x≤b.

A   f  x   g  x   x
b
A    f  x   g  x   dx
a
Luas Bidang Rata
Contoh 4 :
Tentukan luas daerah di antara kurva y=x4 dan y=2x-x2

A   2 x  x 2  x 4  x
1
A    2 x  x 2  x 4  dx
0
1
 1 1 
  x 2  x3  x5  C 
 3 5 0
 1 1   1 1 
 12  13  15  C    02  03  05  C 
 3 5   3 5 
7

15
Luas Bidang Rata
Contoh 5:
Tentukan luas daerah R antara parabola y2=4x dan 4x-3y=4.
Penyelesaian :
Cari dulu titik potong dari kedua kurva dengan mencari solusi dari kedua
persamaan.
Dari persamaan kedua diperoleh bahwa : 4 x  3 y  4
4x  4  3 y
Dengan demikian, titik potong kedua kurva diperoleh dengan
menyamakan kedua persamaan berikut :
y2  4  3y
y2  3y  4  0
 y  1  y  4   0
y  1 y4
Luas Bidang Rata
Substitusikan kedua titik potong y ke dalam persamaan :
y  1 y4
1
y2  4x  x  y2  4x  x  4
4
1
4x  4  3 y  x  4x  4  3y  x  4
4
Gambarkan kurva kedua persamaan :
Luas Bidang Rata
Luas Bidang Rata
4
 3y  4 y2 
AR      dy
1 
4 4 
4
1
   3 y  4  y 2  dy
4 1
4
1 3 1 
  y2  4x  y2 
4 2 3  1
1  3 2 1 2 3 1 2 
                  
2
 4 4 4 4 1 4 1 1  
4   2 3   2 3 
125

24
TUGAS
Buatlah sketsa daerah yang dibatasi oleh grafik
persamaan-persamaan yang diketahui, susun suatu
integral dan hitunglah luas daerah berikut :
1. y=5x-x2 , y=0 di antara x=1 dan x=3
2. y=(x-4)(x+2), y=0 di antara x=0 dan x=3
3. y=(x-3)(x-1) dan y=x
TERIMA KASIH
Pertemuan ke-7

Reny Rian Marliana, S.Si.,M.Stat.


Review
Penerapan
Integral

Luas Permukaan
Luas Bidang Rata Volume Benda Putar Panjang Tali Busus
Benda Putar

Luas Daerah di Atas


Metode Cakram
Sumbu-X

Luas Daerah di Bawah


Metode Cincin
Sumbu-X

Luas Diantara Dua


Metode Kulit Tabung
Kurva
Volume Benda Putar
Volume benda selalu didefinisikan sebagai
luas alas A dikalikan dengan tinggi h
Volume Benda Putar
Perhatikan sebuah benda pejal yang penampangnya-penampangnya
tegak lurus terhadap suatu garis tertentu memiliki luas yang
diketahui. Khususnya jika garis tersebut adalah sumbu-x dan
andaikan luas penampang x adalah A(x) dengan a≤x≤b.
Volume Benda Putar
Buatlah partisi selang [a,b] dengan menyisipkan titik-titik
a=x0<x1<x2<…<xn=b dan lewatkan bidang-bidang melalui titik-titik
ini tegak lurus terhadap sumbu-x, sehingga mengiris beda menjadi
lempengan-lempengan tipis.
Volume Benda Putar
Volume ΔV, suatu lempengan kira-kira seharusnya sama seperti
volume tabung, berikut :
Vi  A  xi  xi

dan volume benda pejal V, seharusnya dapat dihampiri dengan


jumlah Riemann
n
V   A  xi  xi
i 1
b
V   A  x  dx
a
Metode Cakram
Apabila sebuah daerah rata, yang terletak seluruhnya pada satu sisi
dari sebuah garis tetap dalam bidangnya, diputar mengelilingi garis
tersebut, daerah itu akan membentuk sebuah benda putar. Garis tetap
tersebut dinamakan sumbu benda putar (Purcell et all., page 287,2003)
Metode Cakram
Louis Leithold (page 331, 1976) :
Metode Cakram
Contoh 1
Tentukan volume benda putar yang dibentuk oleh daerah R yang
dibatasi oleh kurva y=√x , sumbu x dan garis x=4 apabila R diputar
mengelilingi sumbu x.
Metode Cakram
 x  x
2
V  

V     x  dx
4
2

0
4
   x dx
0
4
1 
   x2 
 2 0
 1   1  
    42    02  
 2   2  
 8
Metode Cakram
Contoh 2
Tentukan volume benda yang dibentuk dari pemutaran daerah yang
dibatasi oleh kurva y=x3 , sumbu y dan garis y=3 mengelilingi sumbu
y.
Metode Cakram
  y
2
V   3 y

V     y  dy
3
2
3

0
3
 y
2
3
dy
0
3
3 5 
  y 3 
5 0
 3 5   3 5  
   3 3    0 3  
 5  5 
93 9

5
Metode Cincin
Louis Leithold (page 333, 1976) :
Metode Cincin
Ada kalanya pengirisan suatu benda putar menghasilkan cakram-
cakram dengan lubang di tengahnya. Daerah yang demikiran disebut
cincin.

V  A h
 r r2
2
1
2
h
Metode Cincin
Contoh 1
Tentukan volume benda yang dibentuk dengan memutar
mengelilingi sumbu x, daerah yang dibatasi oleh parabola-parabola
y=x2 dan y2=8x
Metode Cincin
V    8x 
2
  x2 
2
 x
2
V     8 x  x 4  dx
0
2
 1 
   4 x 2  x5 
 5 0
 1 5  1 5 
  4  2   2   4 0  0  
2 2

 5   5 
48
 
5
Metode Cincin
Contoh 2
Daerah setengah lingkaran yang dibatasi oleh x  4  y dan sumbu y
2

diputar mengelilingi garis x=-1. susunlah integral yang menyatakan


volumenya.
Metode Cincin


  2 
2
V    1  4  y 2  1  y
 

  2 
2 2
V     1 4  y2  1  dy
2  
TUGAS
Gambarlah daerah R yang dibatasi oleh grafik-grafik
persamaan yang diberikan, kemudian tentukan
volume benda pejal yang terbentuk :
1. Apabila R diputar mengelilingi sumbu X
1
y  , x  3, y  0
x
2. Apabila R diputar mengelilingi sumbu-Y
x  y 2 , x  0, y  3
3. Tentukan volume benda yang terbentuk dengan
memutar mengelilingi sumbu-x daerah yang
dibatasi oleh garis x-2y=0 dan y2 =4x
KALKULUS LANJUT
Pertemuan ke-8

Reny Rian Marliana, S.Si.,M.Stat.


Plot Materi
Penerapan
Integral

Luas Permukaan
Luas Bidang Rata Volume Benda Putar Panjang Tali Busur
Benda Putar

Luas Daerah di Atas


Metode Cakram
Sumbu-X

Luas Daerah di Bawah


Metode Cincin
Sumbu-X

Luas Diantara Dua


Metode Kulit Tabung
Kurva
Metode Kulit Tabung
Purcell et all. (page 293, 2003) :
Sebuah kulit tabung adalah sebuah benda yang dibatasi oleh dua
tabung lingkaran tegak yang terpusat. Jika jari-jari dalam adalah r1
dan jari-jari luar adalah r2 dan tinggi tabung adalah h maka
volumenya diberikan oleh :

V   luas alas    tinggi 


   r22   r12   h
   r22  r12   h
   r2  r1   r2  r1   h
 r r 
 2  2 1   r2  r1   h
 2 
Metode Kulit Tabung
Persamaan :  r2  r1 
 r
 2 
Adalah rata-rata dari r1 dan r2 , sehingga :

V  2  jari-jari rata-rata    tinggi    tebal 


 2 rh  r
Metode Kulit Tabung
Tinjaulah suatu daerah seperti yang terlihat pada gambar di bawah, irislah secara
tegak dan kemudian putar mengelilingi sumbu y maka akan terbentuk sebuah
benda putar dan tiap irisan akan membentuk sebuah potongan yang menyerupai
kulit tabung. Untuk memperoleh volume benda ini, kita hitung volume suatu kulit
tabung ΔV, jumlahkan dan kemudian ambillah limitnya apabila kulit tabung
menuju nol dan tentu akan berakhir pada sebuah integral.

V  2 x  f  x  x
b
V  2  x  f  x  dx
a
Metode Kulit Tabung
Louis Leithold (page 337, 1976) :
Metode Kulit Tabung
Contoh 1
Daerah yang dibatasi oleh kurva y=1/√x, sumbu x, x=1 dan x=4
diputar mengelilingi sumbu y. tentukan volume benda yang
terbentuk.
Penyelesaian :
1
V  2 x  f  x  x  2 x  x
x
4 4
1
V  2  x  dx  2  x 2 dx
1

1 x 1

 2  2 32  
4
 2 32  3 
 2  x   2    4     1  
2

3 1  3  3 
28
 
3
Metode Kulit Tabung
Contoh 2
Daerah yang dibatasi oleh kurva y=(r/h)x, sumbu x dan x=h
diputar mengelilingi sumbu x. karena itu terbentuk sebuah
kerucut (anggap r>0, h>0). Tentukan volume benda yang
terbentuk.
Penyelesaian :  h 
V  2 y   h  y  y
 r 
 h 
r
V  2  y   h  y  dy
0  r 
Metode Kulit Tabung
 h 
r
V  2  y   h  y  dy
0  r 

r
y2 
 2 h   y   dy
0 
r 
r
1 1 3
 2 h  y 2  y 
2 3r  0
 1 1 3 1 1 3 
 2 h    r    r      0    0   
2 2

 2 3r  2 3r 
1
  r 2h
3
Metode Kulit Tabung
Contoh 3
Tentukan volume benda yang terbentuk dengan memutar daerah
di kuadran pertama, yang terletak di antara parabola y=x2 dan di
bawah parabola y=2-x2 mengelilingi sumbu y.
Metode Kulit Tabung
1
V  2  x   2  2 x 2  dx
0
1
 4   x  x 3  dx
0
1
1 1 
 4  x 2  x 4 
2 4 0
 1 2 1 4   1 1 4 
 4   1  1     0    0   
2

 2 4  2 4 

Penggabungan
Contoh 4
Susunlah dan hitunglah sebuah integral untuk volume benda yang
dihasilkan apabila R yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini
diputar mengelilingi :

a. Sumbu x
b. Sumbu y
c. Garis y = -1
d. Garis x = 4
Penggabungan
 Mengelilingi sumbu x

Metode Cakram
V    3  2 x  x 2  x
3
V     3  2 x  x 2  dx
0
3
 1 
   3x  x 2  x3 
 3 0
 1 3  1 3 
   3  3   3   3   3  0    0    0   
2 2

 3   3 
153
 
5
Penggabungan
 Mengelilingi sumbu y

Metode Kulit Tabung


V  2 x  3  2 x  x 2  x
3 3
V  2  x  3  2 x  x 2  dx  2   3 x  2 x 2  x 3  dx
0 0

 3 4 
3
3 2 1  2 1 4 3 2 1
 2  x 2  x3  x 4   2    3    3    3      0    0    0   
2 3 2 3

2 3 4 0  2 3 4  2 3 4 
45
 
2
Penggabungan
 Mengelilingi sumbu y=-1

Metode Cincin
V     4  2 x  x 2   12  x
2

 
3
V      4  2 x  x 2   1 dx
2

0
 
243
 
5
Penggabungan
 Mengelilingi sumbu x=4

Metode Kulit Tabung


3
V  2  4  x   3  2 x  x  x V  2   4  x   3  2 x  x 2  dx 
99
2

0
2
TERIMA KASIH
KALKULUS LANJUT
Pertemuan ke-9

Reny Rian Marliana, S.Si.,M.Stat.


Plot Materi
Penerapan
Integral

Luas Permukaan
Luas Bidang Rata Volume Benda Putar Panjang Tali Busur
Benda Putar

Luas Daerah di Atas


Metode Cakram
Sumbu-X

Luas Daerah di Bawah


Metode Cincin
Sumbu-X

Luas Diantara Dua


Metode Kulit Tabung
Kurva
Kurva Bidang
y y

2 y= x2

y=sin x 1
1
x
x 3
π
-1

-2
Kurva Bidang
Ingat kembali dari trigonometri bahwa :
x = a cos t y = a sin t 0 ≤ t ≤ 2π
Menggambarkan lingkaran x2 + y2 = a2 y

(x,y)
Asumsikan t sebagai waktu dan x dan y a
sebagai sebuah partikel pada waktu t. t
x
peubah t disebut parameter.

Dikatakan bahwa x = a cos t dan y= a sin t


dengan 0 ≤ t ≤ 2π adalah persamaan
parametrik yang menggambarkan
lingkaran.
Kurva Bidang

Purcell et all. (page 300, 2003) :

Kurva bidang ditentukan oleh sepasang persamaan parametrik


x=f(t), y=g(t), a≤t≤b dengan grafik fungsi f dan g dianggap kontinu
pada selang tersebut.
Anggap t menyatakan waktu. Apabila t bertambah dari a hingga b,
titik (x,y) menyelusuri suatu kuva bidang.
Kurva Bidang

Purcell et all. (page 300, 2003) :

Sebuah kurva disebut mulus jika kurva itu ditentukan oleh


sepasang persamaan parametrik x=f(t), y=g(t), a≤t≤b dengan grafik
fungsi f’ dan g’ ada dan kontinu pada [a,b] dan f’(t) dan g’(t) tidak
bersama-sama nol pada selang [a,b]
Panjang Busur
Buatlah partisi selang [a,b] menjadi n selang bagian menggunakan
titik-titik ti :
a  t0  t1  t2  t3  t4   tn  b
Ini memotong kurva menjadi n potongan dengan titik ujung-titik
ujung yang berpadanan Q0, Q1 , Q2 , Q3 ,…, Qn seperti yang
diperlihatkan pada gambar berikut :
y Qi
Qi-1 Qn Δxi Qi

Qn-1 Δwi
Q0 Δyi

Q2
Q1 x Qi-1 Δxi
Panjang Busur
wi   xi    yi 
2 2

 f t   f t    g t   g t 
2 2
 i i 1 i i 1

Dengan menggunakan Teorema Nilai Rata-rata


ti dan tˆi dalam  ti untuk
1 , ti 
turunan,
kita tahu bahwa terhadap titik-titik
Sedemikian ripa sehingga :

f  ti   f  ti 1   f   ti  ti
g  ti   g  ti 1   g   tˆi  ti

Dengan ti  ti  ti 1
Panjang Busur
wi   f   ti  ti    g   tˆi  ti 
2 2

  f   ti     g   tˆi  
2 2
ti

Dan panjang total dari ruas garis poligon adalah

n n

 w    f   ti     g   tˆi  
2 2
i ti
i 1 i 1
Panjang Busur

Purcell et all. (page 301, 2003) :

Panjang kurva busur (arc length) Kurva L adalah limit dari


persamaan panjang total ruas garis poligon, apabila norma partisi
mendekati nol, jadi :

2 2
 dx   dy 
b b
L    f   ti     g   tˆi   dt  
2 2
     dt
a a  dt   dt 
Panjang Busur

2
 dy 
b
Jika Kurva diberikan
y=f(x) dengan a ≤ x ≤ b L 1    dx
a  dx 
Panjang
Busur
2
 dx 
d
Jika Kurva diberikan L 1    dy
x=f(y) dengan c ≤ y ≤ d c  d 
Panjang Busur
Contoh 1
Carilah keliling x2 + y2 = a2
Penyelesaian :
x  a cos t y  a sin t a  t  2
dx dy
 a sin t  a cos t
dt dt
2 2
L   a sin t    a cos t  dt   a 2 sin 2 t  a 2 cos 2 t dt
2 2

0 0
2 2
  a 2  sin 2 t  cos 2 t  dt   a 2 dt
0 0

  at 0  2 a
2
Panjang Busur
Contoh 2
Carilah panjang ruas garis dari A(0,1) ke B(5,13)
Penyelesaian :
dy 12

dx 5
2
 12 
5
L 1    dx
0  5 
2 2
 5   12 
5
      dx
0 5  5 
5
13
  1 dx
5 0
5
 13 
  x   13
 5 0
Panjang Busur
Contoh 3
Carilah panjang busur kurva y=x3/2 dari titik (1,1) ke (4,8)
Penyelesaian : dy 3 1 2
 x
dx 2
2
3 1 
4 4
9
L   1   x 2  dx   1  x dx
1 2  1
4
9 9
misalkan u  1  x maka du  dx maka :
4 4
4 4
9 4
L   1  x dx   u du
1
4 91
4
9  2 3 2  18   9  
4 3
2
  u   1 x 
4 3 1 12   4  
1

 7, 63
Diferensial Panjang Busur
Purcell et all. (page 304, 2003) :
Andaikan f fungsi yang terdiferensiasi
secara kontinu pada [a,b]. Untuk masing-
masing x dalam [a,b], definisikan s(x)
dengan : b
s  x    1   f   du   du
2

Maka s(x) memberikan panjang busur


kurva y=f(u) dari titik (a,f(a)) ke (x,f(x)).
Berdasarkan Teorema Kalkulus Pertama :
2
ds  dy 
s  x    1   f   du    1   
2

dx  dx 
Diferensial Panjang Busur
Purcell et all. (page 304, 2003) :

Jadi ds , diferensial panjang busur dapat dituliskan sebagai :


2
 dy 
ds  1    dx
 dx 

Kenyataannya bergantung pada bagaimana cara grafik tersebut


diparameterkan, sehingga akan terdapat tiga rumus ds sebagai
berikut :

2
 dx 
2 2 2
 dy   dx   dy 
ds  1    dx  1    dy       dt
 dx   dy   dt   dt 
Luas Permukaan Benda Putar
Jika sebuah kurva bidang mulus diputar mengelilingi sebuah
sumbu dalam bidangnya, maka kurva akan membentuk suatu
permukaan benda putar seperti gambar berikut :
Luas Permukaan Benda Putar
Sebuah kerucut terpancung adalah bagian permukaan kerucut
yang terletak antara dua bidang yang tegak lurus pada sumbu
kerucut. Jika kerucut terpancung mempunyai jari-jari r1 dan r2
sedangkan tinggi miring l maka luas A diberikan oleh :

 r1  r2 
A  2  t
 2 
 2   rata-rata jari-jari    tinggi 
Luas Permukaan Benda Putar
Andaikan y=f(x), a ≤x ≤ b, tentukanlah suatu kurva mulus di
setengah bidang atas dari bidang xy.
y

Δsi
y=f(x)

yi

Buatlah partisi selang [a,b] menjadi n potong dengan menggunakan


titik-titik

a  x0  x1  x2  x3   xn  b
Luas Permukaan Benda Putar
Dengan demikian kurva terbagi menja atas n potong. Andaikan Δsi
menyatakan panjang potongan ke-i dan yi adalah koordinat y
sebuah titik pada potongan ini. Apabila kurva ini diputar
mengelilingi sumbu x akan terbentuk suatu permukaan dan
potongan khas tersebut membentuk pita sempit. Luas pita ini
dapat dihampiri oleh luas sebuah kerucut terpancang tengah
2πyiΔsi , maka luas permukaan tersebut adalah :

n
A  lim
P 
 2 y s
i 1
i i

b
 2  y ds
a
b
 2  f  x  1   f   x   dx
2

a
Luas Permukaan Benda Putar
Contoh :
Tentukan luas permukaan benda putar yang dibangun dari
pemutaran kurva y=√x ; 0≤x≤4 mengelilingi sumbu x.
b
A  2  f  x  1   f   x   dx
2

2
 1 
4 4
1
 2  x 1   dx  2  x 1 dx
0  2 x  0
4x
4x 1
4 4
   4x dx    4 x  1 dx
0
4x 0
4
1 2 3 
      4 x  1 2 
4 3 0
  32 32 
 17  1
6  
Luas Permukaan Benda Putar
Purcell et all. (page 305, 2003) :
Jika kurva diberikan secara parametrik oleh x=f(t), y=g(t), a≤t≤b maka
luas permukaan didefinisikan sebagai :

b b
A  2  y ds  2  g  t   f   t     g   t   dt
2 2

a a
TERIMA KASIH
KALKULUS LANJUT
Pertemuan ke-10

Reny Rian Marliana, S.Si.,M.Stat.


Review
Penerapan
Integral

Luas Permukaan
Luas Bidang Rata Volume Benda Putar Panjang Tali Busus
Benda Putar

Luas Daerah di Atas


Metode Cakram
Sumbu-X

Luas Daerah di Bawah


Metode Cincin
Sumbu-X

Luas Diantara Dua


Metode Kulit Tabung
Kurva
Metode Cakram
Contoh 1
Tentukan volume benda putar yang dibentuk oleh daerah R yang
dibatasi oleh kurva y=√x , sumbu x dan garis x=4 apabila R
diputar mengelilingi sumbu x.
Metode Cakram

 x  x
2
V  

V     x  dx
4
2

0
4
   x dx
0
4
1 
   x2 
 2 0
 1   1  
    42    02  
 2   2  
 8
Metode Cincin
Contoh 1
Tentukan volume benda yang dibentuk dengan memutar
mengelilingi sumbu x, daerah yang dibatasi oleh parabola-
parabola y=x2 dan y2=8x
Metode Cincin

V    8x 
2
  x2 
2
 x
2
V     8 x  x 4  dx
0
2
 1 
   4 x 2  x5 
 5 0
 1 5  1 5 
  4  2   2   4 0  0  
2 2

 5   5 
48
 
5
Metode Kulit Tabung
Contoh 1
Daerah yang dibatasi oleh kurva y=1/√x, sumbu x, x=1 dan x=4
diputar mengelilingi sumbu y. tentukan volume benda yang
terbentuk.
Penyelesaian :
1
V  2 x  f  x  x  2 x  x
x
4 4
1
V  2  x  dx  2  x 2 dx
1

1 x 1

 2  2 32  
4
 2 32  3 
 2  x   2    4     1  
2

3 1  3  3 
28
 
3
Panjang Busur

2
 dy 
b
Jika Kurva diberikan
y=f(x) dengan a ≤ x ≤ b L 1    dx
a  dx 
Panjang
Busur
2
 dx 
d
Jika Kurva diberikan L 1    dy
x=f(y) dengan c ≤ y ≤ d c  d 
Panjang Busur
Contoh 1
Carilah keliling x2 + y2 = a2
Penyelesaian :
x  a cos t y  a sin t a  t  2
dx dy
  a sin t  a cos t
dt dt
2 2
L   a sin t    a cos t  dt   a 2 sin 2 t  a 2 cos 2 t dt
2 2

0 0
2 2
  a 2  sin 2 t  cos 2 t  dt   a 2 dt
0 0

  at 0  2 a
2
Panjang Busur
Contoh 2
Carilah panjang ruas garis dari A(0,1) ke B(5,13)
Penyelesaian :
dy 12

dx 5
2
 12 
5
L 1    dx
0  5 
2 2
 5   12 
5
      dx
0 5  5 
5
13
  1 dx
5 0
5
 13 
  x   13
 5 0
Luas Permukaan Benda Putar
Contoh :
Tentukan luas permukaan benda putar yang dibangun dari
pemutaran kurva y=√x ; 0≤x≤4 mengelilingi sumbu x.
b
A  2  f  x  1   f   x   dx
2

2
 1 
4 4
1
 2  x 1   dx  2  x 1 dx
0  2 x  0
4x
4x 1
4 4
   4x dx    4 x  1 dx
0
4x 0
4
1 2 3 
      4 x  1 2 
4 3 0
  32 32 
 17  1
6  
Barisan Tak Hingga
Purcell (2003):
 Barisan a1, a2,..., an adalah susunan bilangan-
bilangan real yang teratur, satu untuk setiap
bilangan bulat positif.
 Barisan tak-terhingga adalah fungsi yang daerah
asal (domain)-nya adalah himpunan bilangan
bulat positif dan daerah hasil (range)-nya adalah
himpunan bilangan real.
 Notasi dari sebuah barisan :

an n1

an 
Barisan Tak Hingga
Purcell (2003):
Barisan {an} dikatakan konvergen menuju L, dan
ditulis sebagai :
lim an  L
n 

Jika untuk tiap bilangan positif ε terdapat sebuah


bilangan positif N yang bersesuaian , sedemikian
rupa sehingga :
n  N  an  L  
Barisan yang tidak konvergen menuju bilangan L
sebarang dikatakan divergen atau menyebar.
Barisan Tak Hingga
Purcell (2003):
Sifat-sifat limit pada barisan.
Misalkan {an} adalah barisan-barisan konvergen dan k adalah konstanta,
maka :

1. lim k  k
n 

2. lim kan  k lim an


n  n 

3. lim  an  bn   lim an  lim bn


n  n  n 

4. lim  an  bn   lim an  lim bn


n  n  n 

an lim an
5. lim  n 
, asalkan lim bn  0
n  b lim bn n 
n
n 
Barisan Tak Hingga
Contoh 1 :
3n 2
Tentukan lim
n  7n2  1

Penyelesaian :
 3n 2 
 2 
3n 2  n 
lim 2  lim
n  7 n  1 n   7 n 2 
 1 
 2   2
 n  n 
3 lim 3
 lim  n 
n   1   1 
7   2  lim 7  lim  2 
 n  n  
n  n

3 3
 
70 7
Barisan Tak Hingga
Contoh 2 :
n 1
Tentukan lim
n  2n

Penyelesaian : n 1 1
 1
n 1
lim  lim n n  lim n
n  2n n  2n n  2
n
1
lim1  lim
n  n  n 1 0
 
lim 2 2
n 

1

2
Barisan Tak Hingga
Limit di tak hingga suatu barisan dapat ditentukan dengan
menghitung limit di tak hingga dari fungsi yang sesuai.
Purcell (2003) :
Misalkan y=f(x), x≥1 memnuhi f(n)=an dengan {an}suatu
barisan bilangan real.
Jika
lim f  x   L
x 

Maka :
lim f  n   L
n 
Barisan Tak Hingga
Contoh 3 :
Selidiki kekonvergenenan fungsi berikut :
n

an   1  
2
 n
Penyelesaian :
x
 2   2 x 
x
 2
Misalkan   1  x  maka :
f x  lim f  x   lim 1    lim exp ln 1   
x  x 
 x  x    x  
 
 2
x
  2 
x

 exp lim ln 1    exp lim  x ln 1   


x 
 x x 
  x  
 2
ln 1  
2
 exp lim 
x
 exp lim  exp  2 
x  1 x  2
x 1
n x
 2
karena lim an  lim f  x   exp  2  maka an   1   konvergen ke exp  2 
x  x 
 n
Deret Tak-Hingga
Purcell (2003) :
Deret tak-hingga atau disingkat deret didefinisikan sebagai :

a
k 1
k  a1  a2  a3  

Jumlah parsial ke-n dari deret, didefinisikan :


n
Sn   ak  a1  a2  a3    an
k 1

Sehingga :
an  Sn  Sn1
Deret Tak-Hingga
Purcell (2003) :

Deret tak-hingga  a konvergen dan mempunyai jumlah S jika


k 1
k

barisan jumlah-jumlah parsial {Sn} konvergen menuju S.


Jika {Sn} divergen, maka deret tersebut divergen.
Deret divergen tidak mempunyai jumlah.
Deret Tak Hingga
Contoh 3 :
Selidiki kekonvergenenan deret berikut :

1

n 1 n  n  1
Penyelesaian :
n
S n   ak  a1  a2  a3    an
k 1

1 1 1
an   
n  n  1 n n  1
 1 1 1  1 1 1 1  1
Sn  1                1
 2  2 3  n 1 n   n n 1  n 1
 1 
lim S n  lim 1   1
n  n 
 n 1 

1
 konvergen dan berjumlah 1
n 1 n  n  1
Deret Geometri
Deret Geometri berbentuk :

 ar
k 1
k 1
 a  ar  ar 2  ar 3 

Dimana a≠0
Deret Geomteri konvergen jika |r|<1 dengan jumlah
a
S
1 r
Deret Tak-Hingga
 Uji Kedivergenenan Suku ke-n

jika  a konvergen maka lim a  0 atau secara ekuivalen,


k 1
k
 n 
n

jika lim a  0 maka  a tidak konvergen.


n 
n
k 1
k

 Sifat kelinearan
 

Jika  a dan  b keduanya konvergen, c adalah konstatnta,


k

k

k 1 k 1
maka  ca dan   a  b  juga konvergen, dan
k k k
k 1 k 1
 
 i  .  cak  c ak
k 1 k 1
  
 ii  .   ak  bk    ak   bk
k 1 k 1 k 1
Deret Tak Hingga
Contoh 4 :
 3
n
Tunjukkan bahwa  3n  2n divergen.
n 1
3 2

Penyelesaian :
Gunakan uji suku ke-n sebagai berikut :
n3 1 1
lim 3  lim 
n  3n  2n 2 n  2 3
3
n

Oleh karena lim an  0


n 
maka deret divergen.
Deret Tak Hingga
Contoh 5 :
 1
1
k k

Hitunglah.   3    5   
  8 
n 1  3 
Penyelesaian :
Gunakan sifat kelinearan
   1 k 1 
k 
1
k 
1
k

 3    5     3     5  
 8
n 1   3   n 1  8  n 1  3 

1 1
 3 8 5 3
1 1
1 1
8 3
29

14
Deret Positif
 Deret dengan suku-suku positif (paling tidak bilangan tak
negatif)
Uji Integral

Uji Deret p

Uji Kekonvergenana Deret


Uji Banding Limit
Positif

Uji Banding-Biasa

Uji Hasil Bagi


Uji Integral
 Misalkan f(x) fungsi yang kontinu, positif dan tak

naik pada [1,∞]. Jika ak = f(k), k є N maka  ak


k 1

konvergen jika dan hanya jika


 f  x  dx
1

konvergen
Uji Integral
Contoh 6 : 
1
Periksa apakah deret  n  2 n  ln n 
2 konvergen atau divergen?

Penyelesaian :
Misal f  x   x  ln1 x  maka
2

   1  b 
1 
 f  x  dx    2
dx  lim   2
dx
 x  ln x    x  ln x  
b 
2 2 2

 d  ln x  
b
b
 1 
 lim     lim   
b 

2 ln x  
2 b 
  ln x  2
 1 1  1
 lim     
b 
  ln b   ln 2    ln 2 
Uji Deret-p
Purcell (2003) :
Deret 
1 1 1 1

k 1 k p
 1 p  p  p 
2 3 4

Dimana p adalah sebuah konstanta, disebut sebagai sebuah


deret-p.

Sebuah deret-p bisa saja tidak memiliki jumlah, sehingga :


 Deret-p konvergen jika p>1
 Deret-p divergen jika p≤1
Uji Deret-p
Contoh 7 :


1
a. 5
 konvergen
n 1 n 2

1
b.  divergen dan disebut deret Harmonik
n 1 n
Uji Banding Limit
Purcell (2003) :
Andaikan an ≥ 0, bn >0 dan
an
lim L
n  b
n

Jika 0<L<∞, maka ∑an dan ∑bn konvergen atau divergen


secara bersamaan,
Jika L=0 dan ∑bn konvergen , maka ∑an konvergen.
Uji Banding Limit
Contoh 8 :

3n  2
Periksa apakah deret  n3  2n2  11 konvergen atau divergen?
n 1
Penyelesaian : 3n  2
an
lim  lim n 3
 2 n 2
 11
n  b
n
n  3
n2
 3n  2   n 2  
 lim  3   
n 
  n  2 n 2
 11   3 
3n3  2n 2
 lim 3
n  3n  6n 2  66

3n3 2n 2
 lim 3  lim 3
n  3n  6n 2  66 n  3n  6n 2  66

 1 0  1

L=1 dan ∑bn konvergen , maka ∑an konvergen.


Uji Banding Biasa
Purcell (2003) :
Andaikan 0≤an ≤bn , untuk n≥N
a) Jika ∑bn konvergen , maka ∑an konvergen.
b) Jika ∑an divergen , maka ∑bn divergen.
Uji Banding Limit
Contoh 9 :

n
Periksa apakah deret  5n2  4 konvergen atau divergen?
n 1
Penyelesaian :
n n 1 1
 2  
5n  4 5n
2
5 n

 
1 n
Karena  divergen, maka  2 juga divergen
n 1 n n 1 5n  4
Uji Hasil Bagi
Purcell (2003) :
Andaikan ∑an adalah deret dengan suku-suku positif dan
andaikan
an 1
lim 
n  a
n

a) Jika ρ <1, maka deret tersebut konvergen


b) Jika ρ >1 atau jika ρ =∞ maka deret tersebut divergen
c) Jika ρ =1, maka uji tersebut tidak dapat memberikan
kesimpulan.
Uji Hasil Bagi
Contoh 10 :

2n
Periksa apakah deret  n ! konvergen atau divergen?
n 1
Penyelesaian :  2  n 1

 
 n  1 !
 lim  
an 1
  lim
n  a
n
n  2 
n

 
 n! 
 2n 1   n !  
 lim    n  
n 
  n  1 !   2  
 2 
 lim  0
n   n  1 
 

Karena ρ <1, maka deret tersebut konvergen


Tugas
1. Gunakan uji integral untuk memutuskan apakah deret
berikut konvergen atau divergen?
 
3 1 
2
1.  2.  3. 
 k  2 k  0  k  3
2
k 100 k 1 k 2

2. Gunakan Uji Banding Limit untuk memutuskan apakah


deret berikut konvergen atau divergen?

n 
3n  1
1.  2 2. 
n 1 n  2n  3 n 1 n  4
3

3. Gunakan uji hasil bagi untuk memutuskan apakah deret


berikut konvergen atau divergen?
 
8n 5n
1.  2.  5
n 1 n ! n 1 n
TERIMA KASIH
KALKULUS LANJUT
Pertemuan ke-11

Reny Rian Marliana, S.Si.,M.Stat.


Deret Pangkat

 Deret pangkat disebut juga sebagai deret kuasa


 Deret pangkat dalam x (power series in x) mempunyai
bentuk :

 ax
n 0
n
 a  ax  ax 2  ax3  

 Deret pangkat dalam x-b mempunyai bentuk :


 an  x  b 
n

n 0
Deret Pangkat
 Himpunan kekonvergenan (HK) adalah semua bilangan real x,
sehingga deret kuasa konvergen.
 Cara menentukan himpunan kekonvergenan suatu deret pangkat
(deret kuasa) adalah dengan menggunakan uji hasil bagi mutlak.
 Misalkan ∑Un deret dengan suku tak nol. Andaikan
U n 1
  lim
n  Un

jika ρ<1, maka deret konvergen mutlak


jika ρ>1, maka deret divergen
jika ρ=1, maka pengujian tidak memberi kepastian
Deret Pangkat
Himpunan kekonvergenan dari deret kuasa selalu berbentuk
selang yaitu salah satu dari :
1. Satu titik x=0 (jari-jari kekonvergenan, r=0)
2. Selang (-R,R), mungkin mencakup, titik ujung dan
keduanya (jari-jari r=R).
3. Seluruh himpunan R (jari-jari, r=∞)
Operasi pada Deret Pangkat
 Misalkan S(x) adalah jumlah deret pangkat pada selang I,
yaitu: 
S  x    an x n  a0  a1 x  a2 x 2  
n 0

Jika x berada dalam I


 
S   x    Dx  an x n
    n  a x  a  2a x  3a x
n
n 1
1 2 3
2

n 0 n 0

x 
an n 1
0 s  t  dt  
n 0 n  1
x
Deret Taylor dan Maclaurin
 Misalkan f dapat diturunkan hingga n kali, pada x-b. Maka f(x)
dapat dinyatakan sebagai deret kuasa dalam (x-b), yaitu :

f n b
f  x    an  x  b  dengan an 
n

n 0 n!

 Deret ini disebut deret Tylor dengan pusat x=b. Jika b=0,
maka deret tersebut disebut deret Maclaurin dari f(x).
Deret Taylor dan Maclaurin

Deret Taylor
f   b 
f  x   f  b   f  b  x  b  
  x  b 
2

2!
Deret Maclaurin
f   0  2
f  x   f  0  f   0 x  x 
2!
Deret Taylor dan Maclaurin
Tentukan Deret Taylor dari f(x)=ex dengan pusat x=1.
f  x   e x  f 1  e
f   x   e x  f  1  e
f   x   e x  f  1  e


f  1
f  x   f 1  f  1 x  1    

2
x 1
2!
e
 e  e  x  1   x  1  
2

2

e
  x  1 , x  R
n

n 0 n !
TERIMA KASIH

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai