Anda di halaman 1dari 26

TEKNIK PENGINTEGRALAN

Fungsi-sungsi seperti fungsi konstanta, fungsi pangkat, fungsi


logaritma dan fungsi eksponen, fungsi trigonometri, dan fungsi
trigonometri kebalikan dinamakan dengan fungsi elementer.
Pendiferensialan suatu fungsi elementer akan selalu menghasilkan
fungsi elementer pula. Berbeda dengan diferensial, hasil hitung
integral bukan selalu fungsi elementer serta pengintegralannya
melibatkan teknik dan akal.

A. Integral Subsitusi
Dua teknik dasar pengintegralan salah satunya adalah subsitusi.
Subsitusi adalah penggantian. Maksudnya, ada suatu fungsi (integran,
fungsi yang sulit diintegralkan lansung dengan atuaran yang telah
diketahui) yang diganti dengan tujuan untuk dapat diintegralkan
lansung dengan aturan-aturan yang telah diketahui. Demikian ini yang
dinamakan dengan teknik pengintegralan. Teknik subsitusi ini
berkaitan dengan aturan rantai pada turunan.

Teorema: misal g adalah fungsi yang dapat didiferensialkan dan


andaikan bahwa F suatu anti turunan f . Maka, jika
u  g x  ,

 f g x  g ' x  dx   f u  du  F u   C  F g x   C .
Bukti dari teorema ini adalah dengan cara memperlihatkan turunan
dari ruas kanan adalah integran ruas kiri. Turunan tersebut yaitu
seperti yang telah disebutkan di atas, adalah dengan teknik aturan
rantai.

Dx F g x   C   F ' g x .g ' x   f g x  g ' x 

Pengintegralan dengan teknik subsitusi ini syarat dengan turunan,


sehingga perlu diingat kembali konsep diferensial seperti contoh
berikut.
Contoh A1:

 2 xx  5
2
 4 dx
Misal u  x 2  4 , du  2 x dx , (ingat: tidak ada hukum yang
mengharuskan subsitusi u ), sehingga

 2 xx  1 51
 4 dx   u 5 dx 
2 5
u C
5 1
1 6
 u C .
6
1

6
 x2  4  C
6

Contoh A2:
x3
 x4  6
dx

Misal u  x 4  6 , du  4 x 3 dx , 1 / 4 du  x 3 dx , sehingga
x 3 dx 1 / 4 du
 x 4  6   u1/ 2
1
1 2
4
 u du

1 1 1/ 2
 . u C
4 1/ 2
1 1/ 2
 u C
2

2

1 4
x 6
1/ 2
C 
1 4
 x 6 C
2

Dilihat dari kedua contoh di atas, setiap fungsi yang dimisalkan


memiliki derajat atau pangkat yang lebih dari pada hasil turunannya.
Namun demikian, tidak selamanya selalu berperan seperti itu. Berikut
ini contoh integral subsitusi fungsi aljabar yang lain.

Contoh A3:
 8 x2 x  1 dx
5

Misal u  2 x  1 atau 2 x  u  1 , du  2dx , 1 / 2 du  dx , sehingga


8 x dx  4.2 x dx  4u  1.1 / 2 du  2u  2  du , jadi
 8 x2 x  1 dx   2u  2u
5 5
du

  2u  2u 6 5
du
2 7 2 6
 u  u C
7 6
 2 x  1  2 x  1  C
2 7 2 6

7 6
 2 x  1 7  62 x  1  C
1 6

21


2 x  16 12 x  1  C
21

Contoh A4:

 8 x x  5
3 2
 1 dx
Misal u  x 2  1 atau x 2  u  1 dan 2 x dx  du , sehingga
8 x 3 dx  4.x 2 .2 x dx  4.u  1 du , jadi
 8 x x 
 1 dx  4  u  1u 5 du
3 2 5

 4 u 6  u 5 du
 
 4 1/ 7 u 7  1/ 6 u 6  C
4 7 4
 u  uC
7 6
4
 7 4

 x2 1  x2 1  C
7 6
 
Demikian beberapa contoh integral subsitusi bentuk aljabar. Untuk
selanjutnya, diberikan beberapa contoh integral subsitusi fungsi
trigonometri.

Contoh A5:
 cos 2 x dx
Misal p  2 x , dp  2 dx , 1 / 2 dp  dx , sehingga

 cos 2 x dx  1 / 2  cos p dp
 1 / 2 sin p  C
 1 / 2 sin 2 x  C

Contoh A6:
 sin
2
x cos x dx
Misal p  sin x , dp  cos x dx , sehingga

 sin x cos x dx   p 2 dp
2

1 3
 p C
3
1
 sin 3 x  C
3

Teknik integral subsitusi berikut ini, integrannya yang dimodifikasi


terlebih dahulu, namun tidak menggunakan identitas atau rumus
trigonometri lainnya.

Contoh A7:
sec x  tan x
 sec x dx   sec x sec x  tan x dx
sec 2 x  sec x tan x
 dx
sec x  tan x

Misal u  sec x  tan x , du  sec x tan x  sec x dx , sehingga


2
sec 2 x  sec x tan x du
 sec x  tan x dx   u
 ln u  C
 ln sec x  tan x  C

Integral subsitusi tidak hanya untuk fungsi yang sejenis seperti


integral fungsi aljabar saja atau integral fungsi trigonometri saja .
Contoh yang berikut ini adalah integral fungsi yang tergabung yaitu
antara fungsi aljabar dan fungsi trigonometri.

Contoh A8:
 x sin x  dx
2

Misal u  x 2 , du  2 x dx , 1 / 2 du  x dx , sehingga

 x sin x  dx  2  sin u du
2 1

1
  cos u  C
2
  cosx 2   C
1
2

Selain itu, integral fungsi yang tergabung lain seperti fungsi aljabar dan
fungsi logaritma asli sebagai berikut.

Contoh A9:
ln x
 x dx
Misal a  ln x , da  1 / x dx , sehingga
ln x
 x
dx   a da

1
 a2  C
2
 ln x   C
1 2

2
B. Integral Parsial
Teknik dasar pengintegralan yang kedua adalah integral parsial .
Aplikasi teknik integral ini apabila pengintegralan dengan metode
subsitusi mengalami kesulitan atau bahkan tidak berhasil . Integral
parsial ini didasarkan pada aturan perkalian ( product rule) dua fungsi
pada turunan seperti berikut.

Misal ada dua fungsi u  u  x  dan v  v  x  , dimana du  u '  x dx dan


dv  v '  x dx , dengan rumus turunan pada aturan perkalian bahwa

Dx ux .vx   ux .v' x   u' x .vx  .

Rumus tersebut diintegralkan sehingga


 D ux .vx    ux .v' x  dx   u' x .vx dx
x

u  x .vx    u x .v' x  dx   u ' x .vx dx

 ux .v' x  dx  ux .vx    u' x .vx dx


Atau sama juga dengan

 u dv  uv   v du
Pada suatu fungsi yang akan diintegralkan dengan cara parsial, perlu
diketahui bahwa untuk memilih yang mana yang akan dijadikan fungsi
u  u x  adalah dengan kriteria fungsi yang mudah didiferensialkan,
sedangkan untuk fungsi dv  v '  x  dx adalah fungsi yang mudah
diintegralkan.

Misalkan mengintegralkan antara gabungan fungsi aljabar dengan


fungsi trigonometri atau fungsi eksponen asli , maka fungsi aljabar
sebaiknya menjadi u  u  x  , dan fungsi trigonometri atau fungsi
eksponen asli (misalnya e ) sebaiknya menjadi dv  v '  x dx .
x
Contoh B1:
 x sin x dx
Misal u  x maka du  dx , dan dv  sin x dx maka v   cos x ,
sehingga
 x sin x dx   x cos x   cos x dx
  x cos x  sin x  C

Contoh B2:
 xe
x
dx
Misal u  x maka du  dx , dan dv  e x dx maka v  e x , sehingga
 xe dx  xe x   e x dx
x

 xe x  e x  C.

Karena teknik integral parsial ini memunculkan berkali-kali


menghitung integral, maka yang dimisalkan sebagai u  u  x  atau
dv  v'  x dx merupakan fungsi yang tetap. Artinya, apabila fungsi
aljabar sebelumnya telah berperan sebagai u  u  x  , maka
mengintegralkan kali berikutnya juga berperan sebagai u  u  x  pula.

Contoh B3:
 x sin x dx
2

Misal u  x maka du  2 x dx , dan dv  sin x dx maka v   cos x ,


2

sehingga
x sin x dx   x 2 cos x   2 x cos x dx
2

Mengintegralkan selanjutnya dengan cara integral parsial pula dengan


tetap menjadikan fungsi aljabar sebagai u  u  x  . Misalkan u  2 x
maka du  2dx , dan dv  cos x dx maka v  sin x , jadi
 2 x cos x  2 x sin x  2 sin x dx
 2 x sin x  2 cos x  C
Dengan demikian hasil hitung integral
x sin x dx   x 2 cos x   2 x cos x dx
2

  x 2 cos x  2 x sin x  2 cos x  C.

Adapun mengintegralkan antara gabungan fungsi aljabar dengan


fungsi invers trigonometri atau fungsi logaritma asli , untuk fungsi
aljabar yang menjadi dv  v '  x dx , maka fungsi logaritma asli
(misalnya ln x ) atau fungsi invers trigonometri (misalnya arcsin  x 
atau biasa juga ditulis dengan sin 1 x  ) sebaiknya menjadi u  u  x  .

Contoh B4:
 x ln x dx
3

Misal u  ln x maka du  1 / x dx , dan dv  x 3 dx maka v  1 / 4 x 4 ,


sehingga
1 4 1 1
x ln x dx  x ln x   x 4 . dx
3

4 4 x
1 1
 x 4 ln x   x 3 dx
4 4
1 1
 x 4 ln x  x 4  C
4 16

Dari contoh B3 dapat dilihat peran dari masing-masing fungsi u  u  x 


dan dv  v '  x dx . Sebelum lanjut untuk mengintegralkan
1 / 4 x  1 / x , terlebih dahulu dapat disederhanakan menjadi 1 / 4 x 3 ,
4

maka dari itu untuk teknik pengintegralannya disarankan agar fungsi


logaritma asli sebagai u  u  x  , dan fungsi aljabar sebagai
dv  v '  x dx . Sedangkan contoh teknik parsial mengintegralkan
antara fungsi aljabar dengan fungsi invers trigonometri sebagai
berikut.

Contoh B5:
 sin
1
x dx
Misal u  sin 1 x maka du  1 / 1  x 2 dx , dan dv  dx maka v  x ,
sehingga
1
 sin x dx  x sin 1 x   x.
1
dx
1 x2
x
 x sin 1 x   dx
1 x 2

Kemudian dilanjutkan mengintegralkan dengan teknik subsitusi

x
 1 x2
dx

Misal p  1  x 2 maka dp  2 x dx , atau  1 / 2 dp  x dx , jadi


1
x 1 
 1 x 2
dx  
2  p 2 dp

1
1
  .2 p 2  C
2
1

 p C
2

  1  x 2  C.

Dengan demikian,

x
 sin x dx  x sin 1 x  
1
dx
1 x2
 x sin 1 x  1  x 2  C.

Namun demikian, ada cara pengintegralan dengan teknik parsial yang


fungsinya adalah aljabar, seperti contoh berikut.

Contoh B6:
 8 x2 x  1 dx
5
Misal u  8x , du  8dx , dan dv  2 x  15 dx , v  1 / 12 2 x  16 ,
sehingga

 8 x2 x  1 dx  8 x. 12 2 x  1   12 2 x  1 .8 dx
5 1 6 1 6

x2 x  1   2 x  1 dx
8 8

6 6

12 12
x2 x  1  . 2 x  1  C
8 8 1

6 7

12 12 14
x2 x  1  2 x  1  C
8 1

6 7

12 21
 2 x  1 14 x  2 x  1  C
1 6

21


2 x  16 12 x  1  C
21

Hasil hitung integral teknik parsial contoh B6 ini dapat dicocokan


dengan hasil hitung integral teknik subsitusi pada contoh bagian A3 ,
yang hasil keduanya adalah sama. Ini menunjukan bahwa hitung
integral untuk integran tertentu memungkinkan diselesaikan dengan
beberapa teknik yang berbeda.

Contoh B7:
 sec x   sec x sec x dx
3 2

Misal u  sec x , du  sec x tan x dx , dan dv  sec x dx , v  tan x ,


2

maka dengan integral parsial didapat bahwa

 sec x  sec x tan x   sec x tan 2 x dx


3

Sebelum mengintegralkan sec x tan x , dibutuhkan suatu akal pikir


2

sehingga dapat membantu dalam proses hitung integral lanjutan.


Dalam hal ini, terlebih dahulu mengubah fungsi trigonometri tan x
2

dengan suatu identitas trigonometri sehingga menjadi sec x  1 , atau


2

bahkan mungkin ada persamaan trigonometri lain yang juga bisa


digunakan. Penggantian ini salah satunya didasari suatu pemikiran
pada teknik integral yang akan digunakan selanjutnya . Tahap
 
berikutnya adalah mengurai sec x sec 2 x  1 menjadi sec 3 x  sec x ,
seperti berikut

 sec x tan
2
 
x dx   sec x sec 2 x  1 dx   sec 3 x  sec x dx

sehingga

 sec x  sec x tan x   sec x tan 2 x dx


3

 sec x tan x   sec 3 x dx   sec x dx

maka diperoleh

2 sec 3 x  sec x tan x   sec x dx


 sec x tan x  ln sec x  tan x  C.

Dengan demikian, hasil hitung integral dari sec x adalah


3

1 1
 sec x sec x tan x  ln sec x  tan x  C.
3

2 2

C. Integral Subsitusi Trigonometri


Pembeda dengan integral teknik subsitusi sebelumnya yaitu pada
pemisalan yang diarahkan ke suatu fungsi trigonometri. Salah satu ide
integral dengan teknik ini berasal dari bentuk identitas trigonometri.
Dua macam bentuk identitas trigonometri yang biasa digunakan, yaitu

sin 2   cos2   1
1  tan 2   sec 2  .

Dari dua macam identitas tersebut di atas, ada tiga buah bentuk
integran yang dapat dijadikan acuan untuk subsitusi bentuk aljabar
menjadi ke bentuk trigonometri dimana a adalah suatu konstanta dan
 adalah sudut.

a 2  x 2 ke bentuk 1  sin 2   cos2  , dimisalkan x  a sin  ,


x 2  a 2 ke bentuk 1  tan 2   sec 2  , dimisalkan x  a tan  ,
x 2  a 2 ke bentuk sec 2   1  tan 2  , dimisalkan x  a sec .

Contoh C1:

 x 2  4 dx 
Misal x  2 sec , x / 2  sec ,   sec1 x / 2 , dx  2 sec tan  d ,
sehingga

 x 2  4 dx   2 sec 2  4 . 2 sec tan d


  4 sec 2   4 . 2 sec tan d

 
  4 sec 2   1 . 2 sec tan d

  2 tan  . 2 sec tan d


 4 tan 2  sec  d

Hitung integral di atas, bisa diselesaikan dengan teknik parsial, atau


memanfaatkan hasil hitung integral pada bagian contoh B7, sehingga
dapat diketahui hasil hitung integral untuk contoh C1 ini, yaitu
 
4  sec  tan 2  d  4  sec  sec 2   1 d

 
 4  sec 3   sec  d

 4  sec 3  d  4  sec  d
1 1 
 4  sec  tan   ln sec   tan  4
2 2 
ln sec   tan   C
 2 sec  tan   2 ln sec   tan   C
Langkah selanjutnya adalah mengembalikan kepada bentuk yang
bervariable x , yaitu dengan konsep segitiga siku-siku dimana
x / 2  sec seperti gambar C1.

x
x2  4
Ɵ
2
Gambar C1. Segitiga siku-siku

Dengan demikian hasil hitung integralnya

 x 2  4 dx  2 sec  tan   2 ln sec   tan   C

x x2  4 x x2  4
 2. .  2 ln  C
2 2 2 2

x x2  4 x  x2  4
  2 ln C
2 2

x x2  4 1
  2 ln x  x 2  4  2 ln  C
2 2
1
 x x 2  4  2 ln x  x 2  4  K .
2

Contoh berikut ini adalah integral subsitusi trigonometri yang berciri-


ciri sebuah bentuk kuadrat x  Bx  C . Langkah penyelesaian hitung
2

integralnya diawali dengan melengkapkan bentuk kuadrat terlebih


dahulu.

Contoh C2:
dx
 x 2  2 x  26
Terlebih dahulu melengkapkan bentuk kuadrat x 2  2 x  26 ,
x 2  2 x  26  a
x 2  2 x  a  26
2 2
1  1 
x  2 x    2   a  26    2 
2

2  2 
2
 1 
 x   2  2   a  26  1
  
x  12  a  25
x  12  25  a
x  12  25  x 2  2 x  26.
Jadi,
dx dx
 x 2  2 x  26

x  12  25
.

Misal x  1  5 tan  , x  1 / 5  tan  , dx  5 sec 2  d , sehingga


dx 5 sec 2  d
 x  1 2
 25

5 tan  2  25
5 sec 2  d

25 tan 2   25
5 sec 2  d


25 tan 2   1 
5 sec  d
2

5 sec 
  sec  d
 ln sec   tan   C
Dengan konsep segitiga siku-siku dimana tan    x  1 / 5 , maka
diperoleh hasil integral hitungnya adalah

dx dx
 x 2  2 x  26

x  12  25
 ln sec   tan   C

x 2  2 x  26 x  1
 ln  C
5 5

D. Integral Fungsi Rasional


Fungsi rasional terbentuk dari dua buah suku banyak (Polinom), satu
sebagai pembilang dan satu lagi sebagai penyebut, dimana hasil
pembagiannya adalah suatu fungsi elementer. Fungsi elementer
adalah suatu bentuk pecahan parsial. Fungsi elementer yang
terbentuk merupakan bentuk penjabaran yang diperoleh dari
penjabaran faktor linear seperti pada contoh D1.

Contoh D1:
5x  1 5x  1 a b
  
x  1 x  1x  1 x  1 x  1
2

ax  1 bx  1
 
x  1x  1 x  1x  1
5 x  1 a  b x  a  b 
 .
x2 1 x  1x  1
Menemukan nilai a dan b , yaitu dengan cara eliminasi atau subsitusi
dari system persamaan linear dua variable, a  b  5 dan a  b  1 .
Dari dua system persamaan itu diperoleh a  2 dan b  3 . Dengan
demikian, fungsi rasional tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
fungsi elementer seperti berikut
5x  1 2 3
  .
x 1 x 1 x 1
2

Adapun penjabaran lain yaitu faktor linear berulang, faktor kuadrat,


atau faktor kuadrat berulang, berturut-turut seperti contoh D2,
contoh D3 dan contoh D4.

Contoh D2:
x 1 a b
 
x  3 x  3 x  32
2

a x  3 b a x  3 b
   
x  3x  3 x  3 x  3 x  32
2 2

x 1 ax  3a  b
 .
x  3 2
x  32
Setelah dihitung, diketahui bahwa a  1 dan b  4 , sehingga fungi
elamenternya adalah

x 1 1 4
  .
x  3 2
x  3  x  32

Contoh D3:
2 x 2  x  8 2 x 2  x  8 a bx  c
   2
x3  4 x 
x x2  4 x x 4  
ax  4 bx  c x
2
 
xx  4 xx  4
2 2

2 x 2  x  8 a  b x 2  cx  4a

xx 2  4
.
x 3  4x

Hasil perhitungan diperoleh a  2 , b  4 dan c  1 , sehingga


diketahui fungsi elementernya adalah
2x 2  x  8  2 4x 1
  2  2 .
x  4x
3
x x 4 x 4

Contoh D4:
x 3  4x ax  b cx  d
 
x 2
 
1
2
x 1
2
  
x2 1
2


ax  b x  1  cx  d
2

x  1x  1 x  1
2 2 2 2

x 3  4x ax 3  bx 2  a  c x  b  d
 .
x 2

1
2
x 2
1 2

Diperoleh a  1 , b  0 , c  5 , dan d  0 , sehingga


x 3  4x x  5x
 2 
  
.
x 1
2 2
 x 1 x2 1
2

Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwa derajat pembilang selalu
kurang dari derajat penyebut. Fungsi demikian dinamakan dengan
fungsi rasional sejati . Namun bagaimana dengan fungsi yang derajat
pembilang lebih dari derajat penyebutnya. Fungsi demikian dinamakan
dengan fungsi rasional tidak sejati. Berikut ini contoh fungsi rasional
tidak sejati yang dibentuk sebagai jumlah fungsi suku banyak dan
fungsi rasional sejati.

Contoh D5:
x 4  8x 2  8 12 x 2  8
 x 
x 3  4x x 3  4x

Fungsi di atas telah menjadi jumlah fungsi suku banyak dan fungsi
rasional sejati, namun masih bisa disederhanakan
12 x 2  8 a b c
  
x  4x x x  2 x  2
3

ax  2x  2  bxx  2  cxx  2



xx  2x  2
12 x 2  8 a  b  c x 2  2b  2c x  4a

x3  4 x x3  4 x

Diperoleh a  2 , b  7 , dan c  7 , sehingga


x 4  8x 2  8 2 7 7
x  
x  4x
3
x x2 x2

Karena telah dibekali beberapa teknik integral sebelumnya, untuk


hitung integral fungsi rasional ini, integran dibuat sedemikian sehingga
fungsi yang akan diintegralkan menjadi fungsi elementer seperti pada
contoh D1 sampai dengan D5, dan kemudian hitung integralnya
dengan teknik subsitusi atau mungkin teknik lainnya.

Contoh D6:
5x  1 2 3
x 2
1
dx   
x 1 x 1
dx

 2 ln x  1  3 ln x  1  C

Contoh D7:
x 1 1 4
 x  3 2
dx   
x  3 x  32
dx

4
 ln x  3  C
x3

Contoh D8:
2x 2  x  8 2 4x 1
 x 3  4 x dx   x  x 2  4  x 2  4 dx
1
 2 ln x  2 ln x 2  4   dx
x 4
2
Mengintegralkan selanjutnya yaitu dengan teknik subsitusi
trigonometri. Misalkan x  2 tan  , dx  2 sec 2  d , sehingga

1 2 sec2  d
 x 2  4  2 tan  2  4
dx 

2 sec 2  d

4tan 2   1
2 sec 2  d

4 sec 2 
1
  d
2
1
  C
2
1  x
 tan 1    C.
2 2

Dengan demikian hasil hitung integralnya adalah

2x 2  x  8 1 1  x 
 x 3  4 x dx  2 ln x  2 ln x  4  2 tan  2   C
2

Contoh D9:
x 3  4x x  5x
 x 2
1 2
dx  

x 1 2

 
x 1
2 2
dx

1 5
 ln x 2  1  C
2 
2 x 1
2

Contoh D10:
x 4  8x 2  8 2 7 7
 x  4x
3
dx   x 
x

x2 x2
 dx

1
 x 2  2 ln x  7 ln x  2  7 ln x  2  C
2

E. Integral Fungsi Eksponen dan Logaritma Asli


Untuk integral fungsi eksponen, integral ini banyak menggunakan
teknik integral subsitusi, dan yang biasa disubsitusi adalah derajat
atau pangkat eksponennya. Namun demikian, tidak semua pula harus
diselesaikan dengan cara subsitusi, karena pada dasarnya mesti
dikaitkan dengan konten integrannya pula.

Contoh E1:

x e
2  x3
dx
1
Misal p   x 3 , dp  3x 2 dx ,  dp  x 2 dx , sehingga,
3
1 1 1 p 1  x3
 x e dx    3 e dp   3  e dp   3 e  C   3 e  C .
2 x 3
p p

Contoh berikut ini adalah mengintegralkan fungsi eksponen asli dan


diselesaikan dengan teknik subsitusi dan kemudian dilanjutkan
dengan integral fungsi rasional.

Contoh E2:
dx
 4e 1
x

Misal u  4e  1 , atau u  1  4e , maka du  4e dx atau


x x x

  
1 / 4e x du  dx atau 1 / u  1 du  dx , sehingga
dx 1 1 1
 4ex
1
 .
u u 1
du  
u u  1
du

1 1
  du
u  1 u
 ln u  1  ln u  C
 ln 4e x  ln 4e x  1  C

Sedangkan untuk fungsi logaritma asli, berikut ini beberapa contoh


cara hitung integralnya.

Contoh E3:
ln 2 x  5
 2x  5
dx
Misal u  2 x  5 maka du  2dx atau 1 / 2 du  dx , sehingga
ln 2 x  5 2
1
ln 2 x  5
 2 x  5 dx   2 x  5 dx
1 ln 2 x  5
  dx
2 2x  5
1 ln u
  du
4 u

Selanjutnya memisalkan p  ln u maka dp  1 / u du , sehingga


ln 2 x  5 1 ln u
 2x  5
dx  
4 u
du

1
  p dp
4
1 1
 . p2  C
4 2
1
 ln u  C
8
1
 ln 2 u  C
8
1
 ln 2 2 x  5  C
8

Contoh E4:
ln 2 x  ln x 5
 x
dx
Misal p  ln x maka dp  1 / x dx , sehingga
ln 2 x  ln x 5
 x
dx   p 2  5 p dp

 1/ 3p3  5 / 2 p 2  C
 1 / 3 ln 3 x  5 / 2 ln 2 x  C

F. Integral Fungsi Eksponen dan Logaritma Umum


Untuk mengetahui integral fungsi eksponen umum, perlu diketahui
hasil turunannya seperti berikut
 
Dx a x
Misal y  a
x
ln y  ln a x  x ln a
1
dy  ln a dx
y
dy
 y ln a  a x ln a
dx

Jadi,
 
Dx a x  a x ln a

Berdasarkan hasil turunan di atas, maka diperoleh bahwa


 D a  dx   a
x x
x ln a dx

a x  ln a  a x dx

sehingga
ax
 a dx  C
x

ln a

Contoh F1:
51 / x
 x 2 dx
1 2 1
Misal u  1 / x  x , du   x dx ,  du  dx , sehingga
x2
51 / x 5u 51 / x
 x2         C.
u
dx 5 du C
ln 5 ln 5

Sama seperti fungsi eksponen asli atau umum, perbedaan fungsi


logaritma umum dengan fungsi logaritma asli terletak pada bilangan
pokok. Fungsi logaritma asli, bilangan pokoknya adalah e . Sedangkan
fungsi logaritma umum, bilangan pokoknya adalah 0  a  1 atau a  1
, dan biasa ditulis a log . Pada dasarnya, menghitung integral fungsi
logaritma umum tidak terlepas dari cara integral fungsi logaritma asli,
karena e log x  ln x . Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa
mengintegralkan fungsi logaritma asli yaitu dengan beberapa cara
seperti teknik subsitusi, teknik parsial. Hal yang paling dominan
dilakukan sebelum hitung integral fungsi logaritma umum adalah
penggunaan sifat -sifat umum logaritma berikut.

e
log x ln x
a
log x  e

log a ln a

Contoh F2:
log  x  1

2
log  x  1 dx   dx
log 2
ln x  1
 dx
ln 2
ln  x  1dx
1
ln 2 

1 1
 . C
ln 2  x  1
1
 C
x  1 ln 2
Contoh F3:

  
log x 2  4 x  8 
 log x 2  4 x  8 dx  
2
dx
log 2



ln x 2  4 x  8
dx

ln 2

1
ln 2  
ln x 2  4 x  8 dx 
Kemudian integralnya diselsaikan dengan teknik parsial. Misal
   
u  ln x 2  4 x  8 maka du  2 x  4 / x 2  4 x  8 dx , dan dv  dx
maka v  x , sehingga
2x  4
 ln x  
 4 x  8 dx  x ln x 2  4 x  8   x. 
2
dx
x  4x  8
2

2x 2  4x
 
 x ln x 2  4 x  8   2 dx
x  4x  8
4x  8
 
 x ln x 2  4 x  8   2  2
x  4x  8
8
 2 dx
x  4x  8
  
 x ln x 2  4 x  8  2 x  2 ln x 2  4 x  8 
2
 4 dx
 x  2 2  4
Selanjutnya, diintegralkan dengan teknik subsitusi trigonometri. Misal
x  2  2 tan  ,   tan 1 x  2 / 2 , dan dx  2 sec 2  d , sehingga

2 2
 x  2 2
4
dx  
4 tan   4
2
.2 sec 2  d

4 sec 2 
 . d

4 tan 2   1 
4 sec 2 
 . d
4 sec 2 
  d
  C
 x  2
 tan 1  C
 2 

Dengan demikian, hasil hitung integral fungsi logaritma umum contoh


F3 adalah

2
log x 2  4 x  8 dx 
1
ln 2

. x ln x 2  4 x  8  2 x  2 ln x 2  4 x  8

 x  2 
 4 tan 1    C .
 2  

Pada tiga buah contoh di atas, merupakan contoh integral fungsi


logaritma umum dengan bilangan pokok adalah a (suatu angka
tertentu). Berikut ini adalah contoh integral fungsi logaritma umum
dengan bilangan pokoknya adalah suatu variabel ( x ).

Contoh F4:
log 2
 log 2 dx  
x
dx
log x
ln 2
 dx
ln x
 ln 2. ln x dx

Mengintegralkan selanjutnya dengan cara parsial, yang dimisal


u  ln x dan dv  dx , sehingga du  1/ x dx dan v  x .

1
 ln x dx x ln x   x. xdx
 x ln x  x  C

Anda mungkin juga menyukai