Anda di halaman 1dari 12

POTENSI HAZARD FISIK/BAHAYA FISIK DI

TEMPAT KERJA

Oleh:

Tirta Adikusuma Suparto NPM. 220120120016

Yudi NPM

Vita Lucya NPM.

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2013
POTENSI HAZARD FISIK/BAHAYA FISIK DI
TEMPAT KERJA

Potensi bahaya fisik atau hazard fisik adalah potensi bahaya yang dapat
menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang
terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas &
dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
A. Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari
sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar
kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas
makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain. Selain benda-benda
tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah dan berada di
udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi. Beberapa di antaranya
adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan bumi; Karbon dan Radon di
udara serta Tritium dan Deuterium yang ada di dalam air. Secara garis besar
radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi non-pengion.

1. Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan
proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila
berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion
adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron.
Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi
pengion adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-
X, partikel neutron.

Page 2
2. Radiasi Non Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan
menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi
non-pengion tersebut berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk
dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio
(yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi);
gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi
seluler handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi dalam
bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet
(yang dipancarkan matahari).

Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut :
1. Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk
mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut
dengan detektor radiasi. Ada beberapa jenis detektor yang secara
spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak keberadaan jenis
radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor gamma, detektor
neutron, dll.
2. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui
proses ionisasi, eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-
sifat tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat
detektor radiasi.

Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel
genetic adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki,
sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan
jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik.
Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari
individu yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek
radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.

Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat


bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek

Page 3
segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu
dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi
(rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan
jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan
pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru
timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi,
seperti katarak dan kanker.

Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek
radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik
adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi,
sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi
dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.

1. Efek Deterministi (efek non stokastik). Efek ini terjadi karena adanya
proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi
jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari
paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik
timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan
umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat
keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima
lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis
efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang,
kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol.
Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi
100%.
2. Efek Stokastik. Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat
kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik
pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula
tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi
atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem
pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini.
Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek
stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis

Page 4
ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin
besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik,
sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang
diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka
sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya
sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel
somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama,
ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik
lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau
kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker
dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu
populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan
individu.

Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang


harus dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya
terhadap seseorang. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh
International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :

1.   Justifikasi, Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus


didasarkan pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan
atau potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan
keuntungan yang lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan
dengan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap kesehatan.

2.   Limitasi, Dosis ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat


tidak boleh melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan.
Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya
efek deterministik (non stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya efek
stokastik.

3.   Optimasi, Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as


low as reasonably achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan
faktor ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus
direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk

Page 5
menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-
rendahnya.

B. Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki
ataupun yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu
penyebab penyakit lingkungan (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering
digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang
disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktifitas- aktifitas alam (Schilling, 1981).
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang
dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang
maupun suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain :
jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan.

 Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah


komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu
job performance tenaga kerja.
 Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka
waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara
maupun kronis.
 Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di
klaim .
 Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.

Data survei Multi Center Study di Asia Tenggara, Indonesia termasuk 4


negara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu 4,6%, sedangkan 3
negara lainnya yakni Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India 6,3%).
Walaupun bukan yang tertinggi tetapi prevalensi 4,6% tergolong cukup tinggi,
sehingga dapat menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakat. Sementara itu
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2000 terdapat
250 juta penduduk dunia menderita gangguan pendengaran dan 75 juta - 140 juta
diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Survei Kesehatan Indera Tahun 1993 -
1996 yang dilaksanakan di 8 Provinsi Indonesia menunjukkan prevalensi

Page 6
morbiditas telinga, hidung dan tenggorokan (THT) sebesar 38,6%, morbiditas
telinga 18,5%, gangguan pendengaran 16,8% dan ketulian 0,4%.
Tuli akibat bising (TAB) atau noise induced hearing loss (NIHL), adalah
tuli saraf yang terjadi akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dan dalam
jangka waktu yang cukup lama. Sataloff (1987) mendapati sebanyak 35juta orang
Amerika menderita ketulian dan 8 juta orang diantaranya merupakan tuli akibat
kerja (Depkes, 2004). The Enviromental Protection Agency (EPA) memperkirakan
bahwa lebih 9 juta pekerja di industri manufaktur terpapar bising diatas 85 dB(A)
(http://id.articlesnatch.com).
Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan intensitasnya.
Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz (Hz),
yaitu jumlah gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya.
Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang dari
berbagai macam frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan luas
biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ( DB ).
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi
maka bising dibagi dalam 3 kategori:
1. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan)
yaitu bising yang disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja,
misal bising dari mesin ketik.
2. Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan
oleh frekuensi bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz.
3. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang
terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu,
ledakan meriam, tembakan bedil.

Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam,


yaitu :
1. Mesin, kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin,
2. Vibrasi, kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang
ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan
gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang
torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain,

Page 7
3. Pergerakan udara, gas dan cairan, kebisingan ini di timbulkan
akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses
kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa,
gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
Selanjutnya dengan ukuran intensitas bunyi atau desibel ini dapat
ditentukan apakah bunyi itu bising atau tidak. Dari ukuran-ukuran ini dapat
diklasifikasikan seberapa jauh bunyi-bunyi di sekitar kita dapat diterima /
dikehendaki atau tidak dikehendaki / bising.

Skala Intensitas Desibel Batas


Jenis Bunyi
Dengar Tertinggi
Halilintar 120 DB
Meriam 110 DB
Mesin uap 100 DB
Jalan yang ramai 90 DB
Pluit 80 DB
Kantor gaduh 70 DB
Radio 60 Db
Rumah gaduh 50 DB
Kantor pada umumnya 40 DB
Rumah tenang 30 DB
Kantor perorangan 20 DB
Sangat tenang , Suara daun jatuh, 10 DB
Tetesan air
Tabel 1. Skala Intensitas Kebisingan

Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan


kerusakan pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil
penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan
yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab
itu para karyawan yang bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas
60 dB maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna
mencegah gangguan pendengaran. Disamping itu kebisingan juga dapat
mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa pekerja

Page 8
berteriak didalam berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan
atau pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi (miss
communication) atau salah persepsi terhadap orang lain. Oleh karena sudah
biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang
bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga terbiasa
berbicara keras. Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga karena
dipersepsikan sebagai sikap marah. Lebih jauh kebisingan yang terus-menerus
dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya pekerja
cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas.

Untuk melindungi pendengaran manusia (pekerja) dari pengaruh buruk


kebisingan, organisasi yang bergerak dalam bidang K3 seperti OSHA
(Occupational Safety and Health Administration), NIOSH (National Institute
for Occupational Safety and Healt) dan lainnya telah membuat panduan dalam
pelaksanaan program konservasi pendengaran secara jelas. Upaya pencegahan
bahaya kebisingan yang dilakukan pemerintah adalah dengan membuat
peraturan perundangan yang mengatur nilai ambang batas (NAB) dan
penggunaan alat pelindung pendengaran (APP). Di Indonesia, intensitas bising
di tempat kerja yang diperkenankan adalah 85 dB untuk waktu kerja 8 jam
perhari, seperti yang diatur dalam Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja no
SE.01/Men/1978 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) untuk kebisingan di
tempat kerja (Roestam, 2004).

Menurut KepMenNaker No.51 Tahun 1999 dan KepMenKes No.1405


Tahun 2002, kebisingan yang dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari
untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yaitu 85 dB(A)
(Bashiruddin, 2007). Upaya untuk menciptakan pekerja dan lingkungan yang
sehat sebagai penerapan K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja) diantaranya,
pemeriksaan kesehatan berkala, perbaikan lingkungan kerja, perbaikan peralatan
kerja, pendidikan kesehatan, penyediaam fasilitas-fasilitas, pemberlakuan
peraturan-peraturan dan lain-lain. Semua usaha dan upaya yang dilakukan
bertujuan untuk menurunkan angka penyakit akibat kerja.

Page 9
Diantara upaya yang dilakukan untuk mencegah timbulnya gangguan
pendengaran akibat kebisingan adalah dengan program pengendalian
kebisingan. Salah satu komponen program pengendalian kebisingan adalah
penggunaan alat pelindung pendengaran bagi pekerja yang terpapar kebisingan.
Penggunaan alat pelindung pendengaran ini merupakan tahap terakhir dari
hirarki pengendalian kebisingan. Digunakan apabila upaya pengendalian
administratif tidak berhasil dijalankan. Hal ini disebabkan resikonya masih
cukup tinggi karena susahnya untuk memantau kebiasaan tenaga kerja
(Olishifski, 1988).

C. Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi )


Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah
beban kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan
kesan kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup
untuk menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan
memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan
orang didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau
umur pekerja juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek
yang dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih
tinggi dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian
juga umur pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya
semakin berkurang. Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang
dikerjakan memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih
muda.
Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan
menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya.
Gejala kelelahan fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing),
menurunnya kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan
berpikir. Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk
mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda. Hal ini

Page 10
akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap
atau kabur. Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak
cukup dikaitkan dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
1. Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras
dengan latar belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di
sekeliling tempat kerja harus berwarna kontras dengan warna objek
yang dikerjakan.
2. Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar
tempat kerja.Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu
ditambah dengan dengan lampu-lampu tersendiri.
3. Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-
masing tenaga kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur
diatas 50 tahun tidak diberikan tugas di malam hari.
4. Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan
diatas, penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup
kadang-kadang juga menimbulkan masalah apabila pengaturannya
kurang baik yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan bagi
pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau dicegah. Pencegahan
silau dapat dilakukan antara lain :
 Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon.
Lampu neon kurang menyebabkan silau dibandingkan
lampu biasa.
 Menempatkan sumber-sumber cahaya / penerangan
sedemikian rupa sehingga tidak langsung mengenai
bidang yang mengkilap.
 Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang
mengkilap di muka jendela yang langsung
memasukkan sinar matahari.
 Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak
mengkilap.

Page 11
 Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak
terhalang oleh bayangan suatu benda. Dalam ruangan
kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.
D. Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti:
frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam
memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered
tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai
” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF).

Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif


pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan
cengkram dan sakit tulang belakang. Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic
tools, chain saws.

E. Suhu
Suhu yang terlalu extrem dapat menyebabkan :
1. Chilblain terjadi karena bekerja ditempat yang cukup dingin dalam
waktu yang cukup lama.
2. Frosbite terjadi akibat suhu yang sangat rendah dibawah titik beku.
3. Heat carmp dialami dalam linkungan suhu yang tinggi sebagai akibat
bertambahnya keringat yang disertai hilangnya Na dari tubuh, yang
selanjutnya hanya diberi air saja tanpa diberi tambahan Na yang hilang.
4. Heat exhaustion terjadi karena cuaca yang sangat panas dan orang yang
belum teraklimatisasi.
5. Heat stroke terjadi pada orang yang melakukan pekerjaan berat didalam
lingkungan yang panas dan belum teraklimitasi.
6. Trenchfoot terjadi karena terendam dalam air dingin yang cukup lama.

Page 12

Anda mungkin juga menyukai