Anda di halaman 1dari 31

Nama : Elvira Sucianti

NIM : 170516675526

Offering : F1

TUGAS 1

METODOLOGI PENELITIAN

No. Sumber Masalah Metode Hasil


1. (Suliantoro et al., Keuntungan perusahaan tidak FMEA dan  Faktor penyebab masalah
2018) meningkat sesuai dengan FTA utama yaitu cacat pada
“Analisis Penyebab jumlah produksi karena adanya produk adalah hasil adukan
Kecacatan dengan rework yang disebakan oleh mixer lapisan bawah yang
Menggunkan tingginya produk cacat yang terlalu basah atau kering
Metode Failure dihasilkan oleh perusahaan. sehingga sangat berpengaruh
Mode And Effect terhadap bentuk dan hasil
Analysis (FMEA) akhir dari paving block.
dan Metode Fault  Terdapat 3 jenis cacat yang
Tree Analysis (FTA) sering ditemui yaitu: retak,
di Pt. Alam Daya permukaan kasar, dan
Sakti Semarang” bentuk tidak sempurna
mungkin pecah (kompil).
 Usulan perbaikan untuk
mengurangi cacat produk:
1. Membuat SOP yang jelas
dalam melakukan kegiatan
produksi.
2. Melakukan pengawasan
yang lebih di proses
produksi.
3. Melakukan aturan
pembersihan mesin sebagai
bentuk perawatan setelah
digunakan dan membuat
jadwal perawatan tools dan
mesin yang terjadwal secara
berkala.
2. (Haristuti, 2015) Pada proses produksi sering FMEA dan  Terdapat 8 jenis cacat pada
“Analisis terjadi ketidaksuaian atas seven tools produk packaging tube yang
Pengendalian Mutu kualitas atau mutu dari standar teridentifikasi dengan
Produk Guna produk yang telah ditetapkan, prosentase kecacatan yang
Meminimalisasi sehingga diperlukan terjadi sebesar 25.28% dari
Produk Cacat” identifikasi faktor-faktor keseluruhan cacat yang ada.
penyebab kecacatan.  Faktor penyebab terjadinya
kecacatan produk packaging
tube khususnya pada faktor
dominan yaitu Cacat
Register 'R' berdasarkan
analisa FMEA adalah karena
web gate geser dengan RPN
432 dan Material web
bergelombang dengan nilai
RPN sebesar 384.
 Solusi yang didapat terutama
untuk mengurangi cacat
dominan yaitu:
1. Memperbaiki packing
material web dengan cara
melakukan inspeksi material
web secara keseluruhan.
2. Perlu berhati-hati saat
pendistribusian material
web.
3. (Doktor & Magetan, Para pengrajin LIK Quality  Kualitas bahan baku kulit
2019) (Lingkungan Industri Kulit) Control Circle dapat ditingkatkan dengan
“Pengendalian Magetan banyak mengeluhkan (QCC) menerapkan standarisasi
Kualitas untuk cacat bahan baku dari supplier kelayakan bahan baku.
Mengurangi Jumlah akibat tidak adanya Semakin detail
Cacat Bahan Baku standarisasi bahan baku yang penggolongan kualitas bahan
dan Menaikkan digunakan sehingga banyak baku semakin tinggi harga
Keuntungan produk yang mengalami jual produk.
Dengan Metode penurunan kualitas, daya tahan,  Penerapan standarisasi
Quality Control dan penurunan harga. kelayakan bahan baku dapat
Circle (QCC) pada meningkatkan harga jual
Pembuatan Tas produk sebanyak 33,2% dari
Kulit di Sentra tahun 2018 ke tahun 2019.
Kerajinan Kulit  Adanya standarisasi bahan
Magetan” baku yang digunakan
mengurangi keluhan Para
pengrajin akibat cacat bahan
baku dari supplier.
 Penyebab yang dominan
adalah tidak adanya
standarisasi penggunaan
bahan baku sehingga
pengrajin hanya langsung
menggunakan bahan baku
sesuai kulit hewan tertentu
sesuai arahan perusahaan.
 Penerapan standarisasi juga
dapat diterapkan pada pada
produk yang dihasilkan.
4. (Sonalia & Hubeis, Usaha Kecil Menengah (UKM) Alat analisis  Pengendalian mutu pada
2016) semakin meningkat dan pengendalian proses produksi di ketiga
“Pengendalian demikian pula kompetisi di mutu berupa UKM Tahu secara umum
Mutu Pada Proses bidang usaha ini, sehingga grafik masih kurang memenuhi
Produksi di Tiga pelaku bisnis UKM dalam Kendali, standar proses produksi
Usaha Kecil artikel ini yaitu UKM Tahu diagram meskipun masih bisa
Menengah Tahu Bambu, UKM Tahu Bandung Pareto dan ditolerir (batas kendali 3
Kabupaten Bogor Ashor dan UKM Tahu diagram sigma).
Devi” Bandung harus memperhatikan Sebab-akibat.  Faktor penyebab kerusakan
mutu produk sebagai upaya tahu adalah tenaga kerja,
untuk bertahan dan bersaing di bahan baku, mesin dan
pasar. peralatan, metode dan
lingkungan.
 Faktor paling berpengaruh
pada kualitas tahu adalah
salah potong (43,8%-
60,1%);
5. (Shofa et al., 2019) Salah satu bagian dari produk Penelitian ini  Pada produksi steel structure
“Usulan Perbaikan bangunan yaitu steel structure menggunakan ditemukan waste berupa
Untuk Meminimasi ditemukan beberapa metodologi defect, waiting, dan
Waste Pada Produk pemborosan seperti Six Sigma transportation dengan
Steel Structure transportation, waiting dan yaitu DMAIC. pemborosan tertinggi pada
Dengan Metode defect sehingga diperlukan Namun defect.
Lean Six Sigma” usulan perbaikan untuk penelitian  Usulan perbaikan yang dapat
mengurangi pemborosan pada ini berakhir di dilakukan:
produksi steel structure. tahapan 1. Pembuatan standar setting
improve. yang tepat
2. Pengkondisian material,
3. Pengecekan elektroda,
ampere, dan gas sebelum
melakukan welding, dan
4. Penyesuaian tempat
welding dengan standar.
6. (Fajrah & Putri, Peningkatan persaingan pada TQM dan  Penerapan teknik dan alat
2017) pasar global mendorong perhitungan pengendalian mutu di PT
“Analisis perusahaan untuk tingkat DPMO ABC dan PT XYZ masih
Penggunaan Alat menghasilkan produk belum optimal.
dan Teknik berkualitas yang memenuhi  Dari hasil pengolahan data
Pengendalian Mutu standar internasional salah kuantitatif disimpulkan
dalam Penerapan satunya standar ISO 9001. bahwa perusahaan belum
Sistem Manajemen Industri karet di Sumatera mampu mencapai target
Mutu Pada Barat masih menghadapi standar kualitas produk
Perusahaan Karet kendala dalam pelaksanaan alat perusahaan.
Bersertifikat ISO dan teknik pengendalian mutu  Berdasarkan hasil studi
9001:2008” seperti di PT ABC dan PT kasus dapat disimpulkan
XYZ sehingga pada artikel ini bahwa komitmen
mengevaluasi penerapan teknik manajemen puncak yang
dan alat pengendalian mutu kuat tidak didukung dengan
pada perusahaan manufaktur penerapan teknik dan alat
bersertifikat ISO 9001:2008 pengendalian mutu yang
yaitu PT ABC dan PT XYZ. optimal.
 Sistem dokumentasi
pengendalian mutu
perusahaan masih belum
lengkap dan perusahaan
belum melibatkan seluruh
aspek perusahaan dalam
penerapan teknik dan alat
pengendalian mutu.
 Sistem manajemen mutu
perusahaan belum sesuai
dengan SMM sertifikasi
standar ISO 9001:2008 pada
klausul 7.6 yaitu mengenai
teknik dan alat pengendalian
dan pemantauan produk.
7. (Fatoni, 2017) Dilihat dari kondisi kelistrikan FMEA  Dengan dilakukan upaya
“Analisa Keandalan kabupaten Lumajang perbaikan dengan adanya
Sistem Distribusi 20 bahwa konsumen utama penambahan komponen fuse
kV PT.PLN Rayon kelistrikan adalah rumah dan penambahan komponen
Lumajang dengan tangga yang menempati sekitar sectionalizer maka sistem
Metode 90% dan terus meningkat. Oleh PLN di Lumajang semakin
FMEA (Failure karena itu keandalan dari andal (reliable).
Modes and Effects sistem distribusi juga harus  Dibutuhkan komponen
Analysis) Achmad” semakin ditingkatkan untuk sectionalizer dan fuse yang
menjaga kontinuitas dan cukup agar sistem bekerja
kepuasan pelanggan optimal.
8. (J. et al., 2017) Adanya kemungkinan FMEA  Dengan metode FMEA
“Analisis Risiko kecelakaan kerja pada proyek didapatkan10 kecelakaan
Kecelakaan Kerja bangunan gedung dan tingkat kerja telah terjadi proyek
Pada Proyek risiko bahaya kecelakaan yang tersebut mulai dari pekerjaan
Bangunan Gedung tinggi sehingga dilakukan di lantai dasar hingga lantai
Dengan Metode analisa dengan metode FMEA satu.
FMEA” pada proyek pembangunan  Kegiatan pemotongan besi
gedung di Yogyakarta. (fabrikasi) pada pekerjaan
pembesian balok merupakan
kegiatan yang mempunyai
risiko kecelakaan kerja
paling tinggi.
 Metode yang disarakan
untuk menindaklanjuti hasil
FMEA ini adalah model
sistem dinamik.
 Sistem dinamik akan
memberi hasil yang
kuantitatif berupa data rasio
yang dapat digunakan
sebagai pertimbangan
manajamen keselamatan
kerja untuk mengantisipasi
terjadinya kecelakaan kerja
dengan risiko tinggi dan
meminimalkan risiko
tersebut.
9. (Wicaksono et al., PT. Coca Cola Amatil Lean Six  Beberapa aspek yang perlu
2017) Indonesia (PT. CCAI) pada Sigma diperbaiki dalam produksi
“Peningkatan lantai produksi memiliki 4 Coca-Cola 1000 ml,
Pengendalian lintasan aktif yang dapat diantaranya aspek manusia,
Kualitas dengan digunakan untuk memproduksi mesin, metode, material,
Metode Lean Six produk, yakni lintasan 4, 5, 6, serta aspek lingkungan.
Sigma” dan 8. Setiap lintasan memiliki  Tindakan yang dapat
hasil produk yang berbeda. dilakukan oleh PT.CCAI
Permasalahan mendasar dalam untuk mengurangi cacat
setiap lintasan adalah adanya pada Coca-Cola 1000ml
produk cacat dalam setiap antara lain:
produksi dengan tingkat cacat 1. PT. CCAI dapat
pada tiap lantai rata-rata sama. memberikan pelatihan-
pelatihan mengenai
manajemen waktu pada
karyawan- karyawannya,
terutama pada karyawan-
karyawan baru serta
memberikan seorang partner
karyawan lama kepada
karyawan baru.
2. Pengecekan mesin lebih
rutin dan lebih teliti agar
mampu meninimalisir
kerusakan yang terjadi.
10. (Handoko, 2017) Masalah yang sedang dihadapi PDCA dan  Pengendalian kualitas di PT.
“Implementasi oleh PT. Rosandex Putra Seven Tools Rosandex Putra Perkasa
Pengendalian Perkasa Surabaya adalah perlu ditingkatkan agar dapat
Kualitas dengan jumlah produk cacat yang mengurangi kerugian yang
Menggunakan dihasilkan selama proses terjadi di perusahaan akibat
Pendekatan PDCA produksi lantai kayu dan banyaknya produk cacat.
dan Seven Tools dinding panel kayu selama  Melakukan semua kegiatan
Pada PT. Rosandex bulan Maret – Juni 2016 telah pada tahap Action yang telah
Putra Perkasa di membuat perusahaan menjadi standar perusahaan
Surabaya” mengalami kerugian sebesar setelah melakukan tindakan
Rp. 1.552.500.000. perbaikan secara rutin dan
berkesinambungan.
11. (Hidayatullah Elmas, Adanya produk gagal yang SQC  Dengan Analisa
2017) dihasilkan Toko Roti Barokah menggunakan metode SQC
“Pengendalian Bakery sehingga perlu adanya dengan bantuan control
Kualitas dengan minimalisir jumlah produk chart didapatkan bahwa
Menggunakan cacat yang dihasilkan. jumlah produk cacat yang
Metode Statistical dihasilkan masih dalam
Quality Control batas wajar.
(SQC) untuk  Pada saat dianalisa lebih
Meminimumkan lanjut menggunakan diagram
Produk Gagal pada fishbone, faktor utama
Toko Roti Barokah penyebab terjadinya
Bakery” kegagalan produk adalah
faktor manusia. Sehingga
perlu diadakan pelatihan
terhadap tenaga kerja supaya
dapat meminimalkan produk
gagal pada hasil produksi.
12. (Nasution et al., PT. XYZ merupakan Quality  Dari analisa menggunakan
2018) perusahaan yang bergerak Control Circle metode QCC (Quality
“Implementasi dibidang komponen otomotif (QCC) Control Circle) untuk
Metode Quality under body yaitu Propeller meningkatkan kapasitas
Control Circle Shaft, Rear Axle, dan produksi line propeller shaft
Untuk Peningkatan Transmission. Proses produksi 2 joint adalah menggunakan
Kapasitas Produksi PT XYZ dilakukan pada dua 8 steps QCC dan beberapa
Propeller Shaft di tempat berbeda yaitu PT.XYZ dari seven tools diantaranya
PT. XYZ” plant Jakarta dan plant tools fishbone diagram dan
Karawang. pareto diagram, untuk
Masalah terletak pada plant menemukan problem
Jakarta karena terdapat line dominan yang akan di
yang bermasalah yaitu line tanggulangi
propeller shaft 2 joint, dimana
pada line tersebut kapasitas
produksi tidak mencukupi
dengan loading produksi yang
tinggi sehingga kapasitas
produksi tidak memadai.
13. (Ristyowati et al., PT. Sport Glove Indonesia Lean  Pemborosan yang terjadi di
2017) adalah perusahaan manufaktur Manufacturing lantai produksi dalam bentuk
“Minimasi Waste yang memproduksi sarung cacat (defect) terjadi pada
Pada Aktivitas tangan. proses jahit dengan
Proses Produksi PT. Sport Glove Indonesia prosentase 76,8% dari total
Dengan Konsep sering tidak dapat mencapai jumlah cacat dan
Lean target produksi, dikarenakan pemborosan (waste) waiting
Manufacturing adanya pemborosan dalam terjadi karena perbedaan
(Studi Kasus di PT. proses produksi yang berupa cycle time pada proses jahit.
Sport Glove cacat dan delay, sehingga  Perbaikan dapat dilakukan
Indonesia)” dalam pemenuhan target dengan menambah pekerja
produksi harian memerlukan pada proses jahit, melakukan
waktu yang panjang, yang preventive maintenance,
akhirnya melewati batas waktu melakukan pengarahan dan
dan target belum tercapai. pengawasan kepada pekerja.
14. (Adi Setyo Nugroho Perkembangan dunia industri Six Sigma  Terdapat 11 jenis reject pada
& Susatyo Nugroho yang bergerak sangat pesat proses produksi AQUA
W.P, 2015) membuat persaingan antar kemasan 240 ml
“Analisis perusahaan semakin  Identifikasi penyebab
Pengendalian meningkat, termasuk terjadinya reject dilakukan
Kualitas perusahaan industri Air Minum dengan menggambar
Menggunakan Dalam Kemasan (AMDK). diagram fishbone yang
Metode Six Sigma Untuk mempertahankan terbagi menjadi aspek man,
Pada Produk kualitas dari produk yang machine, material, method,
AMDK 240 Ml dihasilkan, PT. Tirta Investama dan environment.
(Studi Kasus: PT perlu melakukan pengendalian  Berdasarkan perhitungan,
Tirta Investama kualitas agar sesuai dengan nilai DPMO pada baseline
(Aqua) Wonosobo)” spesifikasi produk yang adalah sebesar 5018 yang
ditetapkan supaya dan mampu artinya terjadi sebanyak
meningkatkan kepuasan 5018 kemungkinan reject
konsumen. pada satu juta kali
kesempatan produksi.
 Usulan perbaikan adalah
dengan mengadakan training
untuk operator, self-
maintenance oleh operator
terhadap peralatan yang
digunakan, memperketat
inspeksi oleh pihak QC
untuk produk maupun cat,
membuat SOP tertulis,
menerapkan dan memastikan
berjalannya sistem FIFO
dalam proses produksi,
memasang jaring sekat di
sela-sela lubang pada
bangunan pabrik.
15. (Fitria Mayangsari et PT IPMS (INTI PINDAD FMEA dan  Terdapat 15 potetntial cause
al., 2015) MITRA SEJATI) merupakan FTA dengan nilai RPN terbesar
“Usulan perusahaan industri manufaktur yaitu potential cause tidak
Pengendalian dengan salah satu hasil adanya pemeriksaan mattres
Kualitas Produk produksi adalah isolator. PT sebelum proses produksi
Isolator Dengan IPMS telah melakukan dengan nilai 448 sedangkan
Metode Failure perbaikan dalam proses nilai RPN terkecil yaitu
Mode And Effect produksi, namun perbaikan potential cause kebisingan
Analysis (FMEA) tersebut masih belum dan tata letak kurang rapi
dan Fault Tree mengurangi jumlah cacat dengan nilai 8.
Analysis (FTA)” secara signifikan.  Usulan Perbaikan
berdasarkan dengan 8
potential causes:
1. Adanya informasi yang
diberikan kepada operator
mengenai cara kerja mesin.
Pelatihan penggunaan mesin
kepada operator.
2. Operator diberikan buku
panduan penggunaan mesin.
3. Diberikannya tools untuk
melakukan pemeriksaan
komponen mesin.
4. Adanya penambahan
waktu istirahat untuk
operator.
5. Adanya pengawasan dan
pengontrolan sebelum proses
produksi.
16. (Ambar et al., 2018) PT Tosama Abadi.PT Tosama New dan old  Pengendalian kualitas produk
“Penggunaan New Abadi adalah perusahaan seven tools stay headrest yang dilakukan
And Old Seven manufaktur yang bergerak di dalam di PT Tosama Abadi keban-
Tools Dalam bidang fabrikasi dengan penerapan six yakan dilakukan secara
Penerapan Six produk unggulan yaitu sigma visual oleh karyawan bagian
Sigma Pada pembuatan per dan spring. quality control.
Pengendalian Keberagaman produk yang  Perbandingan antara
Kualitas Produk diproduksi oleh PT Tosama pengendalian kualitas
Stay Headrest” Abadi membuat perusahaan sebelum dan sesudah
mengklasifikasikan kecacatan penggunaan new dan old
mereka ke dalam dua bagian seven tools dalam penerapan
yaitu cacat pada proses stamp metode six sigma terlihat
dan wire dan satu lagi adalah pada perubahan nilai sigma
cacat produk stay headrest dari 4.1 2 dengan DPMO
karena stay headrest memiliki sebesar 4340 menjadi 4.2 9
tingkat kecacatan tertinggi dengan DPMO sebesar 2750
dibanding produk lainnya.
17. (Analysis et al., n.d.) PT. Primarindo Asia FMEA dan  Jenis cacat terbesar ada pada
“Usulan Perbaikan Infrastructure,Tbk merupakan dengan kurang lem dengan
Pengendalian perusahaan yang bergerak beberapa alat penyebabnya adalah kurang
Kualitas Produk dalam bidang industri bantu SQC kontrol.
Sepatu dengan manufaktur yang memproduksi  Usulan perbaikan yang
Menggunakan sepatu yang diberi label diberikan adalah melakukan
Metode Failure Tomkins. Perusahaan pengawasan kepada operator
Mode and Effect dihadapkan pada permasalahan secara terjadwal setidaknya 1
Analysis (FMEA) di pencapaian kualitas. Pada jam sekali agar operator lebih
PT. Primarindo tahun 2015 perusahaan teliti, disiplin dan hati-hati
Asia memiliki produk cacat yang dalam melakukan pemberian
Infrastructure,Tbk” melebihi standar perusahaan lem. Kata
yaitu sebesar 2%.
18. (Artikel, 2019) Adanya kecacatan produk dari Seven Tools, Untuk mengurangi cacat
“Analisis Kecacatan proses produksi plat baja di PT. FTA, dan produk yang dihasilkan
Produk dengan Jaya Pari Steel Tbk FMEA perusahaan dapat melakukan
Metode Seven Tools perbaikan pada produk jadi,
dan FTA dengan diantaranya meningkatkan
Mempertimbangkan quality control terhadap hasil
Nilai Risiko produksi, mengubah produk
berdasarkan cacat menjadi produk lain
Metode FMEA” yang mempunyai nilai jual
yang tinggi guna mengurangi
kerugian yang terjadi, dan
memotong produk cacat bila
terjadi cacat pada sisi
samping supaya dapat dijual
lagi kepada konsumen
dengan harga seperti produk
baru guna mengurangi terjadi
kerugian.
19. (Asfar et al., 2018) PT. Amak Firdaus Utomo 28 Taguchi Terdapat beberapa faktor
“Pengendalian (PT AFU) adalah perusahaan yang mempengaruhi kualitas
Kualitas Produk manufaktur yang bergerak pada produk bata ringan
Bata Ringan AAC pada bidang bahan bangunan AAC, diantaranya yaitu
dengan Metode berupa bata ringan atau kualitas bahan baku dan
Taguchi di PT AFU Autoclave Aerated Concrete gangguan pada proses-proses
28” dan didirikan pada bulan produksi terkait. Hasil
oktober 2015. Munculnya penelitian menunjukkan
produk cacat pada proses bahwa, komposisi
produksi tidak dapat dihindari bindermemberikan kontribusi
oleh perusahaan terutama pada yang dominan terhadap
Cutting Line, hal ini akan proporsi reject dibandingkan
berdampak pada penurunan faktor yang lainnya
kuantitas produksi serta
pembengkakan biaya
operasional pada saat
pengolahan ulang produk
waste tersebut.
20. (Fauzi & Aulawi, Adanya faktor-faktor yang FTA dan  Ada 2 jenis cacat yaitu Cacat
2016) menyebabkan produk menjadi FMEA rajutan disebabkan karena
“Analisis cacat sehingga penelitian ini faktor Human Error, faktor
Pengendalian akan melihat jenis kecacatan mesin, faktor bahan, dan
Kualitas Produk yang paling sering muncul dan faktor metode dan cacat
Peci Jenis Overset faktor penyebab pada proses jahitan disebabkan karena
Yang Cacat Di PD. pembuatan produk peci. faktor Human Error, faktor
Panduan Illahi mesin, dan faktor
Dengan lingkungan.
Menggunakan  Usulan perbaikan yaitu
Metode Fault Tree membuat alat bantu pada
Analysis (FTA) Dan proses perajutan agar pekerja
Metode Failure ingat dengan jumlah putaran
Mode And Effect rajutan yang harus dilakukan
Analysis (FMEA)” yaitu sebanyak 10x putaran,
melakukan pergantian mesin
atau melakukan perawatan
secara berkala yaitu minimal
1 bulan sekali, melakukan
pergantian jarum yang sudah
aus, mengganti lampu dengan
yang lebih terang, melakukan
pelatihan terhadap pekerja
yang sudah ditetapkan.
21. (Basjir, n.d.) PDAM Kabupaten Malang FMEA  Pada 5 tahapan proses
“Analisa Risiko adalah salah satu perusahaan konvensional produksi penjernihan air
Prioritas Perbaikan milik pemerintah daerah yang dan untuk menghasilkan air
Kegagalan Proses unit kerjanya di bidang perhitungan bersih yang layak konsumsi
Penjernihan Air pengolahan air bersih. Dalam nilai FRPN didapatkan 20 failure mode
Dengan Metode upaya untuk peningkatan dengan dan failure effect yang
Fuzzy FMEA” kinerja dan kualitas, PDAM metode Fuzzy teridentifikasi sebagai risiko
seringkali terkendala atau FMEA kegagalan proses produksi.
menemui hambatan-hambatan  Terdapat perbedaan urutan
seperti mesin gagal beroperasi prioritas perbaikan terhadap
dan kerusakan fasilitas mode kegagalan dan
produksi sehingga berakibat dampaknya pada instalasi
terhadap kegagalan sistem. proses produksi penjernihan
air PDAM Sumber Air
wendit ini menunjukkan
bahwa penerapan metode
fuzzy pada FMEA
memberikan nilai yang lebih
baik dengan mengurangi bias
yang terjadi dari FMEA
tradisional.
22. (Ismi Wulan dan Heyjacker Company sebagai DMAIC dan  Hasil penelitian ini
Merita Bernik, 2016) UMKM di bidang fashion menggunakan menunjukkan bahwa six
“Penerapan Metode harus bersiap dengan terus new seven sigma dapat menurunkan
Pengendalian menjaga dan meningkatkan tools pada tiap tingkat kecacatan produk
Kualitas Six Sigma kualitas produknya agar bisa tahapan serta parka pada Heyjacker
Pada Heyjacker tetap bersaing dengan UMKM menggunakan Company.
Company” lain yang sejenis. Dalam proses six sigma.  Faktor penyebab timbulnya
produksi parka, Heyjacker kecacatan dipengaruhi oleh
Company sering menghasilkan pegawai, sarana dan
produk cacat hampir 10% dari prasarana, teknik kerja, alat,
jumlah produksinya pada dan bahan kerja. Faktor
setiap bulannya. pegawai dan teknik kerja
mendominasi faktor
penyebab timbulnya
kecacatan produk parka pada
Heyjacker Company.
23. (Satriaputri & Sebagai salah satu jalan tol FMEA dan  Resiko utama ada pada lalu
Cahyadi, 2016) dengan lalu lintas tersibuk di Analytical lintas. Adapun strategi
“Analisis Risiko Indonesia, Jagorawi Hierarchi penurunan risiko yang paling
Operasional Jalan dihadapkan pada Process prioritas adalah mendidik
Tol Jagorawi PT beragam risiko operasional (AHP) pengguna dan masyarakat
Jasa Marga sehingga diperlukan analisis sekitar. Hal ini diikuti oleh
(Persero) Tbk risiko-risiko operasional di investasi pada mutu
Dwinapriyanti” Jalan tol Jagorawi dan strategi sumberdaya manusia,
pengurangan risiko yang otomatisasi gerbang dan
efektif memperbaiki layanan dan
kesehatan.
24. (Suherman & Adanya kegagalan dalam FMEA dan  Jenis cacat paling dominan
Cahyana, 2019) produksi wafer. Kaizen pada proses produksi
“Pengendalian merupakan dimensi tidak
Kualitas Dengan standar sebesar 49,75% yang
Metode Failure paling besar disebabkan oleh
Mode Effect And pipa cairan HE error
Analysis (FMEA)  Usulan perbaikan dengan
Dan Pendekatan dengan memasang inferter
Kaizen untuk pada pipa cairan HE,
Mengurangi Jumlah memberikan warning terkait
Kecacatan dan dengan standar operasional
Penyebabnya” agar adonan memenuhi
spesifikasi, menyediakan
fasilitas penunjang berupa
kursi kepada operator,
mengatur tekanan aliran
cairan yang melewati pipa
cairan serta menyusun dan
melaksanakan proses
preventive maintenance
secara konsisten.
25. (Cooper, 2019) Keadaan persaingan yang Model Kano  Terdapat 7 prioritas
“Integrasi Model kompetitif antar perguruan dan kebutuhan mahasiswa,
Kano Ke Dalam Qfd tinggi menuntut lembaga pendekatan diantaranya Proses pengisian
Untuk pendidikan memperhatikan Quality KRS online yang sangat
Mengoptimalkan mutu pendidikannya sehingga Function mudah bagi mahasiswa,
Kualitas Perguruan mampu serta unggul dalam Deployment Informasi akademik mudah
Tinggi Di Provinsi persaingan tersebut. Untuk (QFD) diperoleh, cepat, dan akurat,
Riau” dapat bersaing, Perguruan Staff administrasi akademik
Tinggi Swasta di Provinsi Riau handal/cepat tanggap dalam
harus meningkatkan memberikan pelayanan,
kualitasnya dengan cara Fasilitas kesehatan memadai,
memberikan atribut yang Fasilitas perpustakaan yang
menjadi prioritas kebutuhan memadai (buku, jurnal
mahasiswa. proceeding, dan artikel),
Kemudahan akses interrnet,
dan Labor komputer yang
memadai. Dari penelitian ini,
Perguruan Tinggi Swasta
dapat melakukan beberapa
langkah untuk
mengoptimalkan kualitas
seperti peningkatan fasilitas
internet, monitoring aturan
akademik, dan monitoring
proses pembelajaran.
26. (Dewi, 2017) Kondisi kerja yang dirasakan Quality  Total indikator yang diukur
“Pengembangan dan diharapkan karyawan UIN Function dari kedua variabel tersebut
Kualitas Kinerja Syarif Hidayatullah Jakarta Deployment sebanyak 18 indikator.
Pegawai Dengan (QFD)  Hasil penelitian
Quality Function menunjukkan bahwa terkait
Deployment (QFD) dengan tingkat kepentingan
Dalam Upaya atau kondisi kerja yang
Meningkatkan diharapkan, secara umum
Kualitas Pelayanan” pegawai menilai bahwa
seluruh atribut yang diukur
adalah penting.
 Sedangkan untuk tingkat
kepuasan atas kondisi kerja,
secara umum seluruh atribut
yang diukur berada pada
kategori cukup baik.
 Variabel Hygiene Factor
menjadi prioritas utama
untuk ditingkatkan kualitas
pelayanannya dibanding
Motivation Factor.
 Sedangkan untuk prioritas
atribut, 3 prioritas utama
adalah pengawasan
pimpinan, perhatian
pimpinan, serta ketersediaan
sarana dan prasaran.
 Selain itu tiga atribut utama
yang dianggap memiliki
tingkat kesulitan tinggi dalam
upaya meningkatkan kondisi
kinerja, yaitu perhatian
pimpinan terhadap status
pegawai, prosedur promosi
jabatan, kesesuaian antara
gaji dengan beban kerja.
27. “Peningkatan Perkembangan fasilitas IPA dan  Dari hasil peneitian
Kualitas Jasa pelayanan kesehatan dan KANO model didapatkan 27 atribut layanan
Fasilitas Kesehatan meningkatnya pola pikir pada fasilitas kesehatan.
dengan Integrasi masyarakat akan kesehatan,  Hasil analisa dengan metode
Metode IPA dan menyebabkan masyarakat lebih IPA dari 27 atribut layanan
KANO” kritis dalam menentukan tersebut terdapat 7 atribut
pilihan dalam memenuhi pada kuadran 1 (concentrate
kebutuhan akan pelayanan these), 9 atribut pada kuadran
kesehatan untuk memperoleh (keep up the good work) 6
hasil yang maksimal. atribut pada kuadran 3 (low
Meningkatnya perkembangan priority) dan 5 atribut pada
fasilitas kesehatan penuntut kuadran 4 (possible
peyedia layanan untuk overskill).
memberikan pelayanan yang  Hasil dari metode KANO
terbaik untuk bisa tetap terdapat 7 atribut termasuk
bersaing dan terus dalam Attractive, 10 atribut
berkembang. pada Must- be,dan 10 atribut
pada One dimensional.
 Dari hasil integrasi metode
IPA dan KANO didapatkan
14 atribut yang harus
dipertahankan kinerjanya
agar kepuasan pelanggan
tidak turun dan juga 13
atribut yang harus diperbaiki
untuk meningkatkan kualitas
layanan agar kepuasan
pelanggan meningkat
28. (Ekawati & PT. MI merupakan perusahaan Six Sigma dan  Pada Perusahaan PT. MI
Rachman, 2017) di bidang manufaktur yang alat bantu terdapat 17 jenis karakteristik
“Analisa bergerak di sektor assembly DMAIC kunci kualitas (CTQ) pada
Pengendalian electrical components. Salah produk horn
Kualitas satu produk yang paling  Faktor-faktor yang
Produk Horn PT. banyak diproduksi ialah menyebabkan terjadinya
MI Menggunakan produk horn. Permasalahan cacat yaitu manusia, mesin,
Six Sigma” yang dihadapi perusahaan , material dan metode.
bagaimana meningkatkan dan  Terdapat beberapa usulan
mempertahankan kualitas perbaikan yang diantaranya
produk agar dapat meminimasi yaitu memberikan display
produk reject dan dan pemaham kualitas
menimbulkan kerugian bagi kepada operator, dilakukan
perusahaan terutama dalam pengecekan scrap pada part
skala besar. rivet secara manual,
dilakukan proses otomatis
dengan bantuan mesin dan
alat bantu dalam proses
pencelupan kawat tembaga,
pengecekan case horn saat
proses plating, diadakan
repeat edukasi dan training,
serta membakukan metode
yang benar untuk semua
operator.
29. (D. I. Pt & Electric, PT. Schneider Electric Lean  Hasil identifikasi Waste yang
n.d.) Indonesia adalah sebuah paling berpengaruh pada lini
“Minimasi Waste perusahaan manufacturing produksi MCB (Mini Circuit
Dan Usulan yang berhubungan dengan Breaker) Factory yaitu
Peningkatan produksi peralatan elektronik Transportation (18%),
Efisiensi Proses contohnya seperti MCB, Waiting Process (16,5%) dan
Produksi MCB MCCB, dan ACB. Inventory stock (15,3%).
(Mini Circuit Perusahaan ingin  Usulan perbaikan antara lan
Breaker) Dengan meningkatkan performa proses memperhitungkan waktu
Pendekatan Sistem produksi untuk meningkatkan order yang tepat, pelatihan
Lean profit perusahaan. terhadap karyawan,
Manufacturing penjadwalan shift kerja yang
(Di PT. Schneider tepat, Maintenance mesin
Electric Indonesia)” secara rutin dan tepat.
30. (Refangga et al., Tingkat kerusakan AMDK SPC dan  Hasil analisis menunjukkan
2018) 220ml yang terjadi di PT. Kaizen bahwa pengendendalian
“Analisis Tujuh Impian Bersama kualitas produk berada di
Pengendalian Kabupaten Jember sehingga luar batas kendali yang
Kualitas Produk Air dalam penelitian ini akan ditetapkan.
Minum Dalam diidentifikasi factor penyebab  Jenis kerusakan paling
Kemasan dengan dari kerusakan tersebut. banyak adalah kemasan
Menggunakan penyok sebanyak 239pcs.
Statistical Process  Faktor penyebab kerusakan
Control (SPC) dan dari yang paling dominan
Kaizen Pada PT. meliputi mesin, bahan baku,
Tujuh Impian manusia, dan metode.
Bersama Kabupaten  Berdasarkan alat-alat
Jember” implementasi kaizen maka
rekomendasi perbaikan yang
diperoleh adalah perawatan
rutin dan penyetelan ulang
terhadap mesin produksi,
pemilihan lebih teliti
terhadap supplier dengan
standar yang lebih ketat, dan
peningkatan kinerja sumber
daya manusia melalui
pengawasan dan briefing
31. (Haryani & Linda, Salah satu UMKM Sepatu SQC dan Six  Jenis-jenis kecacatan yang
2019) yaitu Liberty Shoes terdapat Sigma terjadi pada proses produksi
“Penerapan masalah dalam memproduksi sepatu pada Liberty Shoes
Pengendalian Mutu sepatu yaitu adanya kerusakan yaitu terjadi pada pada tahap
Produksi Dengan atau produk cacat dalam pemolaan, pemotongan,
Statistical Quality pembuatannya penjahitan dan pemotongan.
Control (SQC) Dan  Hasil Analisis Statistical
Six Sigma Pada Quality Control (SQC)
Liberty Shoes Kota bahwa terlihat nilai kecacatan
Padang produk masih sangat tinggi
yaitu sebasar 3,193% dan
menggunakan diagram
kendali P (P-Chart) dapat
juga dilihat bahwa masih
terdapatnya proporsi
kecacatan yang berada di luar
batas kendali.
 Hasil analisis Six Sigma
dengan menggunakan
DMAIC (Define, Measure,
Analyze, Improve, dan
Control) diketahui tingkat
sigma adalah 3,91 sigma.
Nilai ini menunjukkan nilai
kapabilitas proses untuk
proses produksi Sepatu pada
Liberty Shoes telah berada
pada level 3,91 sigma atau
7.964,60 produk cacat dari
satu juta produk yang
diproduksi.
 Penyebab cacat disebabkan
oleh faktor manusia, metode,
material dan lingkungan.
32. (Indonesia et al., PT. Surya Toto Indonesia Tbk, SPC  Terdapat 7 penyebab
2017) dalam program pengendalian dominan diantaranya: X
“Analisis kualitas yang dilakukan belum Spindle bergeser, panjang
Pengendalian berdampak maksimal terhadap potong material tidak sama,
Kualitas Proses kualitas produk yang hole/lubang diproses dengan
Produksi dihasilkan, terbukti jumlah 1 tool (drill Ø10.2mm),
Dengan Metode klaim internal seksi machining setting LS2 pada ukuran
Statistical Process 5 masih tinggi yaitu 32 kasus 30~50mm, bearing spindle
Control (SPC) di pada tahun 2015. unit aus, panjang setting drill
PT. Surya Toto belum masuk di DIK, lokasi
Indonesia, Tbk” ukur standar kerja hanya
menunjukan no urut proses.
 Dari analisa 5W+1H
tindakan perbaikannya antara
lain: Di bagian belakang
turret indexs dipasang
pengunci, Mengganti mesin
cut-off type C-325-3A, Hole/
lubang di proses dua tool
yaitu drill Ø9.0mm dan SA
Ø10.3mm, Merubah setting
LS2 pada ukuran 50~60mm,
Mengganti bearing turret
indexs, Daftar intruksi kerja
(DIK) ditambahkan standar
panjang setting dril,
menambahkan ukuran
dimensi part pada standar
kerja.
 Berdasarkan hasil perbaikan,
klaim internal machining 5
turun menjadi 6 kasus dan,
jenis klaim ukuran tidak
standar menjadi 1 kasus serta
menurunkan persentase reject
UTS No Part S16036
menjadi 0% dan didapat nilai
capability process 1.85 dan
Cpk = 1.76
33. (Laili & Industri, PT. Karyamitra Budisentosa Six Sigma dan  Faktor penyebab kecacatan
n.d.) adalah perusahaan yang Kaizen produk selama proses
“Analisis bergerak dalam bidang produksi disebabkan oleh
Pengendalian manufaktur dengan hasil beberapa faktor antara lain
Kualitas Untuk produksi berupa faktor manusia yang kurang
Mengurangi Cacat sepatu.Persaingan yang terjadi mengikuti standar kerja,
Pada Produk membawa setiap pelaku kurang berpengalaman dan
Sepatu dengan industri untuk meningkatkan ceroboh, pekerja kurang teliti
Metode Six Sigma nilai dari produk yang dalam melakukan
dan Kaizen Di PT. dihasilkan. Selain itu pengecekan bahan baku.
Karya Mitra Budi perusahaan harus membuat  Usulan pengendalian dan
Sentosa” produk yang sesuai dengan perbaikan kualitas
keinginan konsumen agar berdasarkan alat-alat
dapat meningkatkan persaingan implementasi dari kaizen
antara industri manufaktur perlu diadakannya
lainnya. pengawasan dan control yang
lebih ketat lagi dalam hal
kebersihan, perawatan, dan
bahan baku, memperhatikan
kerapihan tempat bekerja,
memberikan arahan dan
nasihat kepada karyawan
pada saat briefing agar
mempunyai sikap memiliki
dan menjaga perusahaan
supaya pekerjaan lebih teliti
serta bertanggung jawab.
34. (Rimantho & Kualitas air sebagai bahan Six Sigma  Dari hasil penelitian yang
Mariani, 2017) baku dalam proses produksi dengan telah dilakukan,
“Penerapan Metode memiliki peran penting. bantuan menunjukkan hasil pengujian
Six Sigma Pada Pengendalian kualitas air DMAIC dan kualitas air baku pada proses
Pengendalian merupakan kunci dalam FMEA untuk produksi memiliki
Kualitas Air Baku mempertahankan hasil usulan kapabilitas 89,65% yang
Pada Produksi produksi. Hal inilah yang perbaikan. akan menghasilkan
Makanan” mendasari tujuan penelitian ini kegagalan proses lebih dari
untuk melakukan upaya 6210 ppm atau setara dengan
perbaikan dalam aktivitas nilai sigma 3,3.
produksinya dengan menekan  Evaluasi terhadap
angka produk cacat dalam pengendalian kualitas air
proses produksinya. yaitu hasil dari diagram
pareto bahwa kualitas air
memiliki pH cenderung asam
 Perbaikan yang dapat
dilakukan adalah dengan
melakukan perbaikan pada
filter karbon aktif dan filter
reverse osmosis dengan nilai
RPN tertinggi sehingga
kondisi proses setelah
mengalami perbaikan,
dimana terjadi penurunan
kegagalan proses dan
peningkatan nilai
kemampuan proses.
35. (Satriyo et al., 2015) PT. Sarandi Karya Nugraha FTA  Terdapat 4 minimal cut-set
“Analisis adalah perusahaan yang (akar masalah), yaitu tidak
Pengendalian bergerak dalam bidang alat adanya training berkala,
Kualitas dengan furniture rumah sakit. Objek lingkungan kerja tidak steril,
Menggunakan penelitian adalah pada proses operator tidak menggunakan
Metode Fault Tree painting crankbed. Persentase APD, dan operator tidak
Analysis Untuk produk defect pada divisi menjalankan SOP yang ada.
Meminimumkan painting pada periode januari  Dari akar-akar masalah
Cacat pada Crank 2014 – agustus 2015 mencapai tersebut, diberikan usulan
Bed di Lini Painting 11 %. Padahal ketetapan yang perbaikan yang telah disusun
PT. Sarandi Karya telah diatur perusahan jumlah adalah pengadaan training
Nugraha” defect produk tidak melebihi 3 berkala bagi operator
% dari produk yang dihasilkan. pengecatan, penyuluhan serta
pengimplementasian 5S,
melakukan sidak lapangan
dan evaluasi berkala pada
operator, menempel
peraturan wajib
menggunakan APD, evaluasi
kerja berkala untuk
mengukur kinerja operator,
penempelan SOP painting di
area proses kerja painting,
melakukan penjadwalan
proses cat, proses tunggu
(curing time), dan proses
pengeringan (oven).
36. (Soraya et al., n.d.) PT. Thursina Mediana Utama Seven Tools  Jumlah kecacatan produk isi
“Rancangan merupakan salah satu usaha dan 5S buku tertinggi yaitu cacat
Perbaikan Kualitas penerbitan dan percetakan kotor sebesar 8.289 kg dan
Produk Buku buku ajar di Bandung. Kualitas cacat tidak rata sebesar 8.161
Menggunakan produk buku menjadi salah kg.
Metode Seven Tools satu keunggulan yang harus  Untuk rancangan perbaikan
dan 5S (Studi dicapai perusahaan. Seiri yaitu memisahkan alat
Kasus: PT. Peningkatan kualitas dapat dan barang yang diperlukan
Thursina Mediana dilakukan dengan pengendalian dan tidak diperlukan.
Utama)” kualitas.  Rancangan perbaikan Seiton
yaitu membuat tempat
penyimpanan untuk alat,
barang, dan bahan baku.
 Rancangan perbaikan Seiso
yaitu membuat langkah
pembersihan dan jadwal
kebersihan,
 Rancangan untuk Seiketsu
yaitu membuat prosedur
kerja dan poster untuk
pemeliharaan kedisiplinan,
kerapihan, dan kebersihan,
 Rancangan Shitsuke yaitu
membuat peraturan kerja
37. (Nugraha et al., n.d.) CV. Pata Jaya Textile SQC dan  Penyebab kecacatan yang
“Pengendalian merupakan industri yang FMEA terjadi diakibatkan oleh
Kualitas Produk bergerak di bidang tekstil. beberpa faktor. Faktor itu
Sarung Tenun Produksi yang dilakukan oleh meliputi faktor manusia,
Dengan Metode CV. Patma Jaya Textile masih mesin, lingkungan dan
Statistical Quality kurang baik. Hal ini dibuktikan bahan.
Control (SQC) dan dengan masih banyaknya  Bedasarkan pengolahan yang
Failure Mode and kecacatan yang terjadi di telah dilakukan maka dapat
Effect Analysis proses produksi yang disimpulkan bebebrapa
(FMEA)” dilakukan. Proses produksi penyebab yang menjadi
mengalami penurunan untuk 5 prioritas utama dilakukannya
tahun terakhir ini dengan perbaikan karena memang
persentase kecacatan di atas penyebab tersebut memiliki
batas yang ditentukan nila RPN tertinggi
perusahaan, hal ini merupakan dibandingkan dengan faktor
permasalahan serius yang penyebab yang lainnya.
harus cepat diselesaikan. Untuk jenis kecacatan
permukaan sarung kotor
penyebab dengan nilai RPN
tertinggi adalah oli mesin
bocor.
 Usulan perbaikan yang
dibuat untuk pihak CV.
Patma Jaya Textile antara
lain yaitu untuk oli mesin
bocor adalah menunjuk
bagian maintenance untuk
melakukan perawatan secara
rutin terhadap mesin,
menunjuk penanggung jawab
di setiap stasiun kerja untuk
memeriksa kondisi mesin
secara berkala, di samping
itu dengan mengganti mesin
lama dengan mesin baru.
38. (Teknologi et al., Pada proses rantai pasok FMEA, QFD,  Hasil mitigasi risiko yang
2016) ditemui berbagai risiko yang dan Supply diprioritaskan untuk
“Analisis dan dapat mempengaruhi alur Chain direalisasikan adalah
Perbaikan rantai pasok tidak dapat Operation merencanakan dan
Manajemen Risiko berjalan lancar. Untuk Reference melaksanakan maintenance
Rantai Pasok Gula mengurangi dan mengatasi (SCOR) rutin shutdown/maintenance
Rafinasi dengan berbagai risiko yang terjadi setiap tahunnya, kontrak
Pendekatan House tersebut diperlukan upaya dengan customer dalam
of Risk” perbaikan kinerja rantai pasok jangka waktu 1 tahun,
secara bertahap dan dilakukan sosialisasi nomor telepon
terus-menerus (berkelanjutan), PIC transportir, menyiapkan
dengan mengatasi dan buffer stock, training
mencegah berbagai risiko yang mengenai maintenance,
berpotensi terjadi.Tujuan meningkatkan koordinasi
penelitian ini adalah antar bagian, perencanaan
memitigasi risiko dalam stok produksi, koordinasi
kegiatan rantai pasok gula dengan pihak yang
rafinasi. bersangkutan, koordinasi
dengan pihak transportir,
briefing setiap hari, briefing
rutin dan terjadwal,
koordinasi antar bagian
sebelum produksi,
koordinasi dengan
lingkungan sekitar,
menggunakan bahan kimia
seperlunya, briefing rutin
sebelum aktivitas rutin,
koordinasi dengan bagian
power plan, training personal
bagian penerimaan bahan
baku, menyimpan nomor
kontak PIC pengiriman,
meningkatkan kontur
operasional proses,
koordinasi dengan user
untuk senantiasa sesuai spec,
dan update model peralatan
39. (Pratidina et al., Agribussiness Development Six Sigma dan  Terdapat 6 Critical To
2016) Center (ADC) Institut FMEA Quality (CTQ) antara lain
“Analisis Pertanian Bogor (IPB)-Taiwan pembibitan, kondisi
Pengendalian Mutu International Cooperative lingkungan, pemupukan,
Jambu Kristal Development Fund (ADC IPB- perawatan, panen dan pasca
dengan Metode Six ICDF Taiwan) memiliki panen.
Sigma di ADC IPB- produk unggulan yaitu jambu  Hasil perhitungan kapabilitas
ICDF Taiwan Kristal yaitu buah dengan biji sigma selama tahun 2012
Bogor” yang sedikit, rasa manis dan masih berada kisaran 2-
renyah. Tahun 2012, sigma. Hal ini menunjukkan
perusahaan hanya mampu masih banyak defect dan
memenuhi sebesar 31% kapabilitas sigma berada di
permintaan pasar atas jambu bawah target (3.4 DPMO).
Kristal grade A, serta grade Dengan demikian, untuk saat
B+, B dan C mencapai 69% ini ADC IPB-ICDF Taiwan
Bogor masih belum realistis
untuk mengaplikasikan six
sigma dikarenakan produk
agribisnis yang rentan dan
dipengaruhi oleh berbagai
faktor alam yang sulit untuk
dikendalikan.
40. (Risqiyah & Santoso, Adanya risiko rantai pasok Fuzzy FMEA  Hasil identifikasi
2017) salak di UKM Ambudi menunjukkan bahwa pada
“Risiko Rantai Makmur Bangkalan tingkat petani terdapat 8
Pasok Agroindustri faktor risiko, pada tingkat
Salak Menggunakan usaha agroindustri, yaitu
FUZZY FMEA” UKM Ambudi Makmur
terdapat 11 faktor risiko,
pada tingkat distributor
terdapat 4 faktor risiko, pada
tingkat retailer terdapat 3
faktor risiko.
 Faktor risiko paling banyak
terdapat pada usaha
agroindustri dan paling
dominan terdapat pada unsur
make.
 Berdasarkan perhitungan
Fuzzy Risk Priority Number
(FRPN), risiko yang
mendapat ranking pertama
adalah risiko pasokan
komoditas salak mengalami
keterlambatan.
41. (Hanif et al., 2015) PT. X adalah perusahaan yang FMEA dan  Biaya rework tertinggi
“Perbaikan Kualitas bergerak di bidang handmade FTA berada pada proses
Produk Keraton manufactures. Produk yang pembelahan kayu dan proses
Luxury Di PT. X dihasilkan berupa kotak pemberian cat dasar.
dengan parfum, kotak Al-Qur’an,  Penyebab kecacatan retak
Menggunakan mimbar kepresidenan, dan pada permukaan produk, dan
Metode Failure plakat. Salah satu jenis kotak kecacatan pemberian warna
Mode and Effect parfum yang banyak dipesan dasar yang tidak merata yaitu
Analysis (FMEA) adalah Keraton Luxury. 1. Suhu ruang yang panas
Dan Fault Tree Perusahaan ingin melakukan 2. Kebisingan yang tinggi
Analysis (FTA)” perbaikan kualitas produk 3. Kelelahan yang terjadi
Keraton Luxury. Terdapat 4 pada operator .
bagian produksi, yaitu; divisi 4. Ruangan yang gelap.
struktur, divisi finishing, divisi 5. Proses penyemprotan tidak
rakit, divisi packaging. Pada sesuai.
setiap divisi menimbulkan 6. Ukuran ketebalan kayu
cacat diatas 5% yang masih tidak sesuai spesifikasi.
bisa dirework, Perusahaan 7. Proses pengeringan kayu
ingin meminimasi adanya yang terlalu cepat
rework.
42. (Winanto & Santoso, Penelitian ini bertujuan untuk Fuzzy FMEA,  Penelitian menunjukkan
2017) mengidentifikasi, menentukan AHP, dan bahwa ada beberapa risiko
“Integrasi Metode dan merumuskan Mitigasi yang teridentifikasi pada para
Fuzzy FMEA dan strategi mitigasi risiko rantai Risiko pelaku rantai pasok dalam
AHP Dalam pasok bawang merah hal penawaran dan
Analisis dan menggunakan FMEA Fuzzy permintaan.
Mitigasi Risiko dan AHP. identifikasi risiko  Prioritas risiko rantai pasok
Rantai Pasok dilakukan terhadap pelaku petani (pemasok) berkaitan
Bawang Merah” rantai pasok bawang merah dengan risiko kebijakan
termasuk petani (pemasok), pemerintah yaitu kebijakan
tengkulak (distributor) dan terkait impor bawang merah;
pengecer (retailer) prioritas risiko rantai pasok
perantara (distributor)
berkaitan dengan risiko
persaingan dengan importir
bawang merah; dan prioritas
risiko rantai pasok pengecer
adalah risiko pesaing dengan
pengecer lainnya.
 Terdapat 6 strategi mitigasi
alternatif, dan prioritas
tertinggi adalah memilih
varietas yang tepat, diikuti
oleh kemitraan,
meningkatkan promosi,
menjaga kualitas, menjaga
stabilitas harga, dan menjaga
persediaan.
43. (Sari & Widharto, Divisi Quality control PT Seven Tools  Jenis defect tertinggi raw
n.d.) Masscom Graphy berusaha dan FMEA material kertas rol adalah sisi
“Analisis Penyebab menjaga produk koran yang tertekuk, lembab, serta
Defect pada Raw dihasilkan memiliki kualitas klontong terlalu besar.
Material Kertas Rol baik namun, ditemukan  Dari ketiga defect tersebut,
dengan masalah yang dapat faktor operator mesin
Menggunakan menimbulkan dampak besar menjadi kunci utama
Metode Seven Tools pada bagian quality assessment penyebab kecacatan (defect)
& Solusi Perbaikan perihal banyaknya defect pada berdasarkan dengan nilai
dengan Metode raw material kertas rol. Risk Priority Number (RPN)
Failure Mode And yang sudah dihitung dengan
Effect Analysis mendapatkan bobot nilai
(FMEA) (Studi RPN sebesar 1365.
Kasus: PT.  Usulan perbaikan untuk
Masscom Graphy)” mengatasi masalah tesebut
adalah dengan memberikan
teguran bagi para operator
mesin yang menggunakan
ataupun memindahkan kertas
rol, memberikan pelatihan
bagi para operator mesin
yang baru, evaluasi terhadap
SOP yang sudah ada untuk
standar inspeksi mesin pada
setiap akhir kerja (shift).
44. (Soesilo, 2017) NGK Busi Indonesia adalah Kaizen dan 5S  Dengan penerapan Kaizen
“Implementasi salah satu perusahaan busi dan 5S, maka didapatkan
Kaizen Dan 5S Pada milik Jepang yang menjunjung hasil pengurangan
Pengeringan tinggi kontrol kualitas yang pemborosan, dalam kasus ini
Produk Di Proses berkontribusi secara signifikan mengurangi pemborosan
Plating” terhadap pelaksanaan Kaizen tempat dan material.
dan 5S. PT NGK Busi  Keuntungan dari penerapan
Indonesia selalu memperbaiki 5S antara lain : pengurangan
beberapa tempat kerja melalui biaya proses dan mencegah
teknik Kaizen untuk kesalahan, utilitas tempat
meningkatkan efisiensi. kerja lebih baik, efisiensi
meningkat dan mengurangi
waktu untuk mencari hal
yang diperlukan, peningkatan
keselamatan (safety),
improvisasi kondisi kerja
serta mempertahankan layout
yang bersih dan rapi, biaya
pemeliharaan mesin
berkurang, peningkatan
keamanan sehingga
mengurangi cedera pekerja,
produk rusak berkurang
dikarenakan pergerakan
bahan untuk proses
berkurang, memberikan
ruang untuk partisipasi
pekerja di dalam desain area
kerja dan pemeliharaan,
penurunan jumlah absensi.
45. “Analisis CV. Z merupakan pabrik daur SPC dan  Hasil analisis menunjukkan
Pengendalian ulang yang bergerak pada Kaizen bahwa pengendendalian
Kualitas Produk pemasakan ulang ban bekas kualitas produk masih berada
Ban dengan dengan berbagai ukuran yaitu dalam batas kendali.
Menggunakan ban ring 750/16, ban ring  Jenis kerusakan adalah
Metode Statistical ukuran 1100/20 dan ban ring adalah ukuran ban ring
Proccess Control 900/20. 1100/20 dengan jumlah
dan Kaizen Di CV. Penelitian ini bertujuan untuk kecacatan sebesar 2,3%,
Z” menganalisis tingkat kerusakan ukuran ban ring 900/20
dan mengidentifikasi faktor- jumlah kecacatan sebesar
faktor penyebab kerusakan 4,4% dan untuk ban ukuran
pada ban ukuran 1100/20, 750/16 sebesar 2,7%.
900/20 dan 750/16 yang terjadi  Faktor penyebab kerusakan
pada tahun 2018 di CV. Z. dari yang paling dominan
meliputi mesin, bahan baku,
manusia, dan metode.
 Berdasarkan kaizen maka
rekomendasi untuk
mengurangi kecacatan
operator dihimbau untuk
bekerja sesaui dengan
prosedur dan juga di ingatkan
selalu untuk berhati hati
dalam bekerja, dilakukan
pengawasan secara berkala,
melakukan pemetaan ulang
pada alat dan bahan proses
produksi yang mudah dilihat
dan dijangkau dan tidak lupa
untuk menjaga kebersihan
untuk kesehatan operator.
46. “Pengendalian UD.Kalor Makmur merupakan Seven tools  Jumlah cacat paling
Kualitas Produk salah satu perusahaan yang dan Gugus berpengaruh adalah cacat
Cacat begerak dalam bidang kendali mutu pecah, sebelum dan sesudah
Menggunakan pengrajin kayu lapis di wilayah gugus kendali mutu dengan
Pendekatan Gugus Purwokerto yang khusus jumlah 97 menjadi 72 unit
Kendali Mutu memproduksi barecore. dengan presentase 42.73%
dengan Seven Tools Perusahaan ingin menganalisis menjadi 49.66%.
pada UD. Kalor pengendalian mutu produk  Cacat yang kedua adalah
Makmur” yaitu dengan meningkatkan ngetrap dengan hasil 69
kualitas proses produksi yang menjadi 39 unit dengan
harus dijalankan secara terus prosentase 30.40% menjadi
menerus dan perlu 26.90%.
merumuskan penyebab  Cacat yang ketiga adalah
kecacatan produk. kayu lapuk dengan hasil 47
menjadi 29 unit dengan
prosentase 20.70% menjadi
20%.
 Cacat yang keempat adalah
mata kayu besar dengan hasil
11 menjadi 5 unit dengan
prosentase 4.85% menjadi
3.45%.
 Cacat yang kelima adalah
pelos besar dengan hasil 3
menjadi 0 unit dengan
prosentase 1.32% menjadi
0%
 Total keseluruhan produk
cacat sebelum dan sesudah
gugus kendali mutu adalah
227 unit menjadi 145 unit,
dengan prosentase penurunan
produk cacat 14.41%
47. (Utami, 2016) SIMERU, yang merupakan Model Kano  Penerapan model Kano untuk
“Pendekatan Model kependekan dari Sistem dan QFD penentuan voice of customer
Kano pada Quality Manajemen Ruang, pada metode quality function
Function dibentuk sejak tahun 2009 dan deployment (QFD) dilakukan
Deployment untuk keberadaannya di Universitas untuk mendapatkan masukan
Perbaikan Kualitas Ahmad Dahlan dimaksudkan tentang atribut kualitas yang
Kegiatan Belajar untuk mengatasi permasalahan sungguh-sungguh diinginkan
Mengajar” pemakaian ruang kuliah secara oleh pelanggan.
terintegrasi. Selama ini  Pada penelitian ini,
SIMERU telah berusaha penerapan model Kano telah
semaksimal mungkin melayani dapat mengidentifikasi
kegiatan dengan baik keinginan
perkuliahan, namun begitu pengguna Sistem Manajemen
masih muncul beberapa Ruang (SIMERU) yang
keluhan. diterapkan di Fakultas
Teknologi Industri,
Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta.
48. (Metode et al., 2015) PT. X merupakan perusahaan SPC  Lima besar penyumbang
“Sistem Otomasi manufaktur komersial yang cacat dari total output yaitu
Sebagai Upaya mengolah bijih plastik. Produk kotor dalam 56%, scratch
Perbaikan Kualitas yang dihasilkan oleh 32%, warna cap 4%, cap
Dengan Metode Spc perusahaan ini adalah kemasan pecah 3% dan header cacat
Pada Line Finishing tube, botol, peralatan otomotif 3%.
(Studi Kasus: PT. dan kemasan plastik. Kemasan  Dari analisis diagram sebab
X)” tube merupakan produk yang akibat dapat diketahui faktor
permintaannya paling tinggi. penyebab kerusakan berasal
PT. X memiliki banyak dari aspek manusia, mesin,
kompetitor dan tetap menjaga metode kerja, material dan
kualitas produk agar bisa lingkungan kerja.
bersaing dengan perusahaan  Dari hasil analisis tersebut
kompetitor. perusahaan dapat mengambil
tindakan perbaikan untuk
menekan tingkat cacat dan
meningkatkan produktifitas
dengan mesin sistem otomasi
49. (P. Pt & Alpen, 2015) Adanya produk cacat pada Six Sigma  Cacat retak dan cacat bagian
“Usulan Perbaikan pembuatan ubin di PT. Ubin tepi merupakan dua jenis
Kualitas Teraso cacat dengan jumlah tertinggi
Menggunakan  Proses yang perlu diawasi
Metode Six Sigma ialah:
Untuk Mengurangi 1.Proses peletakan ubin
Jumlah Cacat basah ke rak dikontrol
Produk Ubin Teraso dengan cara inspeksi kerja
Pada PT. UBIN oleh kepala produksi.
ALPEN” 2. Pengangkutan ubin
menggunakan forklift
dikontrol dengan cara
membatasi jumlah kapasitas
pengangkutan ubin.
3. Membuat dan menempel
slogan/imbauan di sekitar
lingkungan kerja agar tidak
terjadi kesalahan yang sama
sebelum dilakukannya
implementasi.
4. Membuat SOP.
5. Pengisian check sheet
dilakukan setiap hari guna
mengetahui perubahan apa
yang terjadi selama proses
kontrol dilakukan dan
seberapa banyak produk yang
cacat perharinya.
50. (Setiawan et al., n.d.) Salah satu industri kecil FTA dan  Permasalahan yang terjadi
“Penerapan menengah (IKM) di sentra FMEA pada bagian produksi yaitu
Pengendalian industri Rajutan Binong Jati bahwa kecacatan pada
Kualitas Bandung, salah satunya yaitu produk sweater melebihi
Menggunakan adalah Era Baru Q95 yang toleransi yang telah di
Metode Fault Tree merupakan indutri rumahan tetapkan yaitu 2% dengan
Analysis (FTA) dan rajut di binong jati yang tigkat kecacatan meningkat
Failure Mode and memproduksi baju dan sweater dari 1,98% sampai 4,42%
Effects Analysis rajut mengalami penurunan dalam kurun waktu selama 9
(FMEA) untuk profit dan peluang kehilangan bulan.
Meminimasi Cacat konsumen dikarenakan  Jenis cacat yang ada yaitu
pada Produk penurunan kualitas, terutama terdapat 5 jenis cacat yaitu
Sweater (Studi produk sweater. cacat bolong, cacat rajut,
Kasus : Home cacat lubang kecil, cacat
Industry Era Baru runner, dan cacat noda
Q95)”  Penyebab kecacatan yang
terjadi teridiri dari beberapa
faktor yaitu diantaranya
manusia, mesin, metode, dan
lingkungan.
 Perbaikan yang dirancang
yang dijadikan sebagai
usulan bagi perusahaan
antara lain yaitu untuk
memberikan pelatihan
kepada operator secara terus
menerus, melakukan
perbaikan penambahan SOP,
melakukan briefing terlebih
dahulu yang dilakukan oleh
seluruh operator dengan
setiap kepala bagian sebagai
penanggung jawab agar
operator mengerti dan paham
apa yang harus dilakukan,
pembuatan petunjuk
peringatan seperti stiker
petunjuk penggunaan mesin
yang benar, peringatan
melakukan pengecekkan
mesin, dan peringtanan
kebersihan kemudian
menempatkan display
pemasangan yang benar pada
lokasi yang mudah dibaca
seperti dipasang atau
ditempel pada setiap mesin
atau pada tembok atau setiap
sudut ruangan yang mudah
dilihat.

BIBLIOGRAPHY

Adi Setyo Nugroho, & Susatyo Nugroho W.P. (2015). Analisis Pengendalian Kualitas dengan
Metode Six Sigma Pada Produk AMDK 240 ML (Studi Kasus: PT Tirta Investama (AQUA)
Wonosobo). 405.
Ambar, I. K. A., Dan, S., Bernik, M., Ekonomi, F., & Padjadjaran, U. (2018). Penggunaan New
and Old Seven Tools Dalam Penerapan Six Sigma Stay Headrest.
Analysis, E., Method, F., Asia, P., Fauziah, A. A., & Shofi, D. (n.d.). Usulan Perbaikan
Pengendalian Kualitas Produk Sepatu dengan Menggunakan Metode Failure Mode and
Effect Analysis ( FMEA ) di PT . Primarindo Asia Infrastructure , Tbk . The Proposed
Quality Control Improvement of Shoes Product with Failure Mode and. 139–147.
Artikel, I. (2019). Jurnal SENOPATI. 41–49.
Asfar, M., Suhandini, Y., & Haryono, T. (2018). Pengendalian Kualitas Produk Bata Ringan
AAC dengan Metode Taguchi di PT AFU 28. 8(2), 49–58.
Basjir, M. (n.d.). Analisa Risiko Prioritas Perbaikan Kegagalan Proses Penjernihan Air Dengan
Metode Fuzzy FMEA Kebutuhan manusia produksinya . Kegagalan adalah suatu kejadian
dimana terjadi kondisi.

Cooper. (2019). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関す


る共分散構造分析Title. 3, 5–10.
Dewi, A. R. (2017). PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA PEGAWAI DENGAN QUALITY
FUNCTION DEPLOYMENT ( QFD ). 1, 25–40.
Doktor, U., & Magetan, N. (2019). Pengendalian Kualitas untuk Mengurangi Jumlah Cacat
Bahan Baku dan Menaikkan Keuntungan Dengan Metode Quality Control Circle ( QCC )
pada Pembuatan Tas Kulit di Sentra Kerajinan Kulit Magetan. 1(1), 52–62.
Ekawati, R., & Rachman, R. A. (2017). Analisa Pengendalian Kualitas Produk Horn PT. MI
Menggunakan Six Sigma. Jurnal Industrial Services, 3(1a), 32–38.
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jiss/article/view/2059/1592
Fajrah, N., & Putri, N. T. (2017). Analisis Penggunaan Alat dan Teknik Pengendalian Mutu
dalam Penerapan Sistem Manajemen Mutu pada Perusahaan Karet Bersertifikat ISO
9001:2008. Jurnal Optimasi Sistem Industri, 15(2), 203.
https://doi.org/10.25077/josi.v15.n2.p203-216.2016
Fatoni, A. (2017). Analisa Keandalan Sistem Distribusi 20 kV PT.PLN Rayon Lumajang dengan
Metode FMEA (Failure Modes and Effects Analysis). Jurnal Teknik ITS, 5(2), 462–467.
https://doi.org/10.12962/j23373539.v5i2.16150
Fauzi, Y. A., & Aulawi, H. (2016). Analisis Pengendalian Kualitas Produk Peci Jenis Overset
Yang Cacat Di Pd. Panduan Illahi Dengan Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (Fta)
Dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (Fmea). Kalibrasi, 14, 29–34.
Fitria Mayangsari, D., Adianto, H., & Yuniati, Y. (2015). Usulan Pengendalian Kualitas Produk
Isolator Dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (Fmea) Dan Fault Tree Analysis
(Fta). Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, 03(2), 2338–5081.
Handoko, A. (2017). Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2
(2014). Calyptra Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 6(2), 1–20.
https://doi.org/10.1016/j.nwh.2018.06.001
Hanif, R. Y., Rukmi, H. S., & Susanty, S. (2015). PERBAIKAN KUALITAS PRODUK
KERATON LUXURY DI PT. X DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE
MODE and EFFECT ANALYSIS (FMEA) dan FAULT TREE ANALYSIS (FTA) *
RICHMA YULINDA HANIF, HENDANG SETYO RUKMI, SUSY SUSANTY. Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional Juli, 03(03), 137–147.
Haristuti, N. L. P. (2015). Analisis Pengendalian Mutu Produk Guna Meminimalisasi Produk
Cacat. Seminar Nasional IENACO, 1, 268–275.
Haryani, I., & Linda, M. R. (2019). Penerapan Pengendalian Mutu Produksi Dengan Statistical
Quality Control ( SQC ) Dan Six Sigma Pada Liberty Shoes Kota Padang. 01, 24–33.
Hidayatullah Elmas, M. S. (2017). Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode
Statistical Quality Control (Sqc) Untuk Meminimumkan Produk Gagal Pada Toko Roti
Barokah Bakery. Wiga : Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, 7(1), 15–22.
https://doi.org/10.30741/wiga.v7i1.330
Indonesia, S. T., Solihudin, M., & Kusumah, L. H. (2017). Analisis Pengendalian Kualitas
Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control ( Spc ) Di Pt . ITN Malang, 1–
8.
Ismi Wulan dan Merita Bernik. (2016). Penerapan Metode Pengendalian Kualitas Six.
Penerapan Metode Pengendalian Kualitas Six Sigma Pada Heyjacker Company, 4988,
222–241.
J., A., H., S., & W.I., E. (2017). Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pada Proyek Bangunan
Gedung Dengan Metode Fmea. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan, 1(1), 115–123. https://doi.org/10.24912/jmstkik.v1i1.419
Laili, H. N., & Industri, J. T. (n.d.). MENGURANGI CACAT PADA PRODUK SEPATU
DENGAN METODE SIX SIGMA DAN KAIZEN DI PT . KARYA MITRA. 217–224.
Metode, D., Pada, S. P. C., Finishing, L., Bagus, A., & Kholil, M. (2015). Sistem otomasi
sebagai upaya perbaikan kualitas dengan metode spc pada. 3(3), 141–149.
Nasution, A. Y., Yulianto, S., & Ikhsan, N. (2018). Implementasi Metode Quality Control Circle
untuk Peningkatan Kapasitas Produksi Propeller Shaft di PT XYZ. Jurnal Mesin Teknologi,
12(1), 33–39. sintek: JURNAL MESIN TEKHomepage:
http://jurnal.umj.ac.id/index.php/sintek
Nugraha, P., Nasution, A., & R, A. N. (n.d.). Pengendalian Kualitas Produk Sarung Tenun
Dengan Metode Statistical Quality Control ( SQC ) dan Failure Mode and Effect Analysis (
FMEA ) Method and Failure mode and Effect Analysis ( FMEA ). 489–495.
Pratidina, R., Syamsun, M., & Wijaya, N. H. (2016). Analisis Pengendalian Mutu Jambu Kristal
dengan Metode Six Sigma di ADC IPB-ICDF Taiwan, Bogor. Jurnal Manajemen Dan
Organisasi, 6(1), 1. https://doi.org/10.29244/jmo.v6i1.12180
Pt, D. I., & Electric, S. (n.d.). ABSTRACT. VIII(1), 44–70.
Pt, P., & Alpen, U. (2015). METODE SIX SIGMA UNTUK MENGURANGI. 03(03), 310–320.
Refangga, M. A., Gusminto, E. B., & Musmedi, D. P. (2018). Analisis Pengendalian Kualitas
Produk Air Minum Dalam Kemasan dengan Menggunakan Statistical Process Control
(SPC) dan Kaizen Pada PT. Tujuh Impian Bersama Kabupaten Jember. E-Journal Ekonomi
Bisnis Dan Akuntansi, 5(2), 164. https://doi.org/10.19184/ejeba.v5i2.8678
Rimantho, D., & Mariani, D. M. (2017). Penerapan Metode Six Sigma Pada Pengendalian
Kualitas Air Baku Pada Produksi Makanan. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 16(1), 1.
https://doi.org/10.23917/jiti.v16i1.2283
Risqiyah, I. A., & Santoso, I. (2017). Risiko Rantai Pasok Agroindustri Salak Menggunakan
Fuzzy Fmea. Jurnal Manajemen Dan Agribisnis, 14(1), 1–11.
https://doi.org/10.17358/jma.14.1.1
Ristyowati, T., Muhsin, A., & Nurani, P. P. (2017). MINIMASI WASTE PADA AKTIVITAS
PROSES PRODUKSI DENGAN KONSEP LEAN MANUFACTURING (Studi Kasus di
PT. Sport Glove Indonesia). Opsi, 10(1), 85. https://doi.org/10.31315/opsi.v10i1.2191
Sari, V. K., & Widharto, Y. (n.d.). ANALISIS PENYEBAB DEFECT PADA RAW MATERIAL
KERTAS ROL DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS & SOLUSI
PERBAIKAN DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ( FMEA ) (
Studi Kasus : PT . Masscom Graphy ) Abstrak.
Satriaputri, D., & Cahyadi, E. R. (2016). Analisis Risiko Operasional Jalan Tol Jagorawi PT Jasa
Marga (Persero) Tbk. Jurnal Manajemen Dan Organisasi, 6(3), 258.
https://doi.org/10.29244/jmo.v6i3.12612
Satriyo, B., Puspitasari, D., & Mt, S. T. (2015). Metode Fault Tree Analysis Untuk
Meminimumkan Cacat Pada Crank Bed Di Lini Painting Pt . Sarandi Karya Nugraha.
Jurnal Teknik Industri.
Setiawan, E., Orgianus, Y., & Mulyati, D. S. (n.d.). Penerapan Pengendalian Kualitas
Menggunakan Metode Fault Tree Analysis ( Fta ) dan Failure Mode and Effects Analysis (
FMEA ) untuk Meminimasi Cacat pada Produk Sweater ( Studi Kasus : Home Industry Era
Baru Q95 ). 127–134.
Shofa, M. J., Syarifudin, A., & Cahyadi, S. (2019). USULAN PERBAIKAN UNTUK
MEMINIMASI WASTE PADA PRODUK STEEL STRUCTURE DENGAN METODE LEAN
SIX SIGMA. 2(2), 103–112.
Soesilo, R. (2017). Implementasi Kaizen dan konsep 5S pada pengeringan produk di proses
plating pabrik busi. Jurnal Teknik Industri, 18(2), 121.
https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no2.121-126
Sonalia, D., & Hubeis, M. (2016). Pengendalian Mutu Pada Proses Produksi Di Tiga Usaha
Kecil Menengah Tahu Kabupaten Bogor. Jurnal Manajemen Dan Organisasi, 4(2), 112.
https://doi.org/10.29244/jmo.v4i2.12618
Soraya, I., Mulyati, D. S., & Renosori, P. (n.d.). Rancangan Perbaikan Kualitas Produk Buku
Menggunakan Metode Seven Tools dan 5S ( Studi Kasus : PT . Thursina Mediana Utama ).
161–169.
Suherman, A., & Cahyana, B. J. (2019). Pengendalian Kualitas Dengan Metode Failure Mode
Effect And Analysis ( FMEA ) Dan Pendekatan Kaizen untuk Mengurangi Jumlah
Kecacatan dan Penyebabnya. 1–9.
Suliantoro, H., Bakhtiar, A., & Sembiring, J. I. (2018). Analisis Penyebab Kecacatan Dengan
Menggunkan Metode Failure Mode and Effect Analysis ( Fmea ) Dan Metode Fault Tree
Analysis ( Fta ) Di Pt . Alam Daya Sakti Semarang. 17(1), 15–22.
Teknologi, J., Pertanian, I., Ulfah, M., & Syamsul, M. (2016). Analisis Dan Perbaikan
Manajemen Risiko Rantai Pasok Gula Rafinasi Dengan Pendekatan House of Risk. Analisis
Dan Perbaikan Manajemen Risiko Rantai Pasok Gula Rafinasi Dengan Pendekatan House
of Risk, 26(1), 87–103. https://doi.org/10.24961/jtip.26.%p
Utami, E. (2016). PENDEKATAN MODEL KANO PADA QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT UNTUK PERBAIKAN. 187–195.
Wicaksono, P. A., Sari, D. P., Handayani, N. U., & Prastawa, H. (2017). Peningkatan
Pengendalian Kualitas Melalui Metode Lean Six Sigma. J@ti Undip : Jurnal Teknik
Industri, 12(3), 205. https://doi.org/10.14710/jati.12.3.205-212
Winanto, E. A., & Santoso, I. (2017). Integrasi Metode Fuzzy Fmea Dan Ahp Dalam Analisis
Dan Mitigasi Risiko Rantai Pasok Bawang Merah. Integrasi Fuzzy FMEA Dan AHP, 22(1),
21–32.

Anda mungkin juga menyukai