Disusun oleh:
Kelas: 9B
MADRASAH TSANAWIYAH
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Hambali selaku guru mata pelajaran “Teknologi Informatika” yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.
sinyal asap dan alat tabuh-tabuhan merupakan salah satu metode komunikasi
pertama yang digunakan untuk menyampaikan pesan jarak jauh, dimana metode ini
hanya bergantung pada kemampuan indra penglihatan dan pendengaran si penerima
pesan. Sistem telekomunikasi ini memiliki kelemahan terkait jarak dimana
penyampaian pesan hanya terbatas pada radius jarak tertentu.
Sinyal asap digunakan oleh suku Indian di Amerika Utara untuk menyampaikan
pesan terkait adanya bahaya atau bahwa situasi baik-baik saja. Tentara Tiongkok
kuno yang bertugas di Tembok Raksasa juga menggunakan metode serupa untuk
melakukan komunikasi. Bentuk komunikasi ini dilakukan dengan
membumbungkan gumpalan-gumpalan asap ke udara yang dibentuk dengan
menggunakan api dan selimut. Komunikasi dengan sinyal asap hanya dapat
digunakan pada area yang dapat terlihat oleh pihak penerima pesan dan biasanya
dilakukan dari puncak bukit. Tidak terdapat standar tertentu dalam mengartikan
bentuk, jumlah dan jenis gumpalan asap tersebut mengingat bahwa pihak musuh
juga dapat melihat sinyal asap tersebut. Oleh karenanya, arti dari sinyal asap harus
ditentukan terlebih dahulu dan disepakati oleh kedua belah pihak, baik pengirim
maupun penerima pesan.
Pada awal abad ke-4 SM, Aenas Tacticus, seorang peneliti kemiliteran Yunani
menemukan suatu sistem untuk melakukan komunikasi yang serupa dengan
telegraf, yaitu water-clocks. Sistem ini menggunakan 2 bejana yang diletakkan di
dua area yang berbeda dan diisi air, serta tongkat vertikal yang telah diberikan
kode-kode tertentu. Namun demikian, perangkat ini memiliki kelemahan dimana
hanya dapat digunakan dalam jarak yang sangat terbatas dan selama jarak pandang
dalam kondisi baik.
b) Infrastruktur Kabel
Kebutuhan akan infrastruktur kabel dimulai oleh penemuan telegraf elektrik
yang menggunakan kabel untuk menyampaikan pesan dari pengirim hingga ke
penerima pesan, diikuti penemuan telepon dan mesin faksimili. Telegraf elektrik
pertama kali ditemukan oleh Samuel Thomas von Sömmering pada tahun 1809
yang kemudian disempurnakan oleh William Fothergill Cooke bersama Charles
Wheatstone, dan digunakan secara komersial pada tahun 1838 dan dipatenkan di
Inggris pada tahun 1837.
Pada tahun 1843, Alexander Bain, menemukan sebuah alat yang mampu
mengirimkan gambar menggunakan kawat elektrik yang menjadi cikal bakal mesin
faksimili. Pada tahun 1855, seorang biarawan Italia, Giovanni Caselli, juga
membuat sebuah telegraf elektrik yang dapat mengirimkan pesan berupa gambar,
tulisan tangan maupun tanda tangan. Caselli menamai penemuannya ini dengan
Pantelegraf. Pantelegraf sukses digunakan pertama kali untuk mengirimkan pesan
pertama dari Lyon ke Paris pada tahun 1860. Samuel Morse dan Alfred Vail
mengembangkan telegraf elektrik terintegrasi dengan gulungan pita kertas untuk
mencatat pesan-pesan yang diterima. Kontribusi terbesar yang diberikan oleh
Morse bersama rekan kerjanya adalah kode morse yang sederhana dan efisien.
Telegraf ini dengan cepat tersebar pada 2 dasawarsa berikutnya seiring dengan
berkembangnya jaringan kabel. Kabel telegraf komersil pertama yang
menghubungkan samudera Atlantik diselesaikan pada tanggal 28 Juli 1866.
Keberhasilan telegraf untuk mentransmisikan sinyal melalui kabel mendorong
penelitian untuk mencari metode untuk mentransmisikan suara melalui kawat.
Telepon ditemukan oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1876 dimana telepon
mengubah gelombang suara menjadi impulse elektrik yang ditransmisikan melalui
kabel, kemudian diubah kembali menjadi gelombang suara yang sesuai dengan
aslinya. Perkembangan teknologi kabel merupakan bentuk upaya manusia untuk
mempercepat penyampaian pesan.
c) Infrastruktur Nirkabel
Kebutuhan akan infrastruktur nirkabel muncul saat telegraf nirkabel ditemukan
oleh Guilelmo Marconi yang kemudian diikuti dengan penemuan radio sebagai
media komunikasi dan penyiaran, serta televisi, yang kemudian disusulkan dengan
booming penggunaan telepon seluler.
Telegraf nirkabel ini ditemukan pada tahun 1896 dengan dimana pesan
ditransmisikan melalui gelombang elektromagnetik. Straubhaar, J., LaRose, R.&
Davenport R dalam bukunya juga menggambarkan gelombang radio sebagai
rangkaian yang terdiri dari energi elektromagnetik yang dapat naik dan turun pada
siklus yang teratur. Marconi berhasil menemukan metode mentransmisikan suara
tanpa menggunakan kabel melalui berbagai inovasi dari peralatan yang dibuat oleh
Heinrich Hertz dimana ia berhasil meningkatkan jarak pancaran gelombang
elektromagnetik dan mengisinya dengan informasi. Peralatan transmitter dan
receiver ciptaan Marconi tersebut mampu menyampaikan informasi dari satu
tempat ke tempat lain secara nirkabel. Sejarah mencatat pada tahun 1912 Marconi
menggunakan bakat bisnisnya untuk mendirikan perusahaannya sendiri yang diberi
nama Marconi Wireless Telegraph Company, yang membangun stasiun radio yang
berlokasi di tepi pantai untuk menerima dan mentransmisikan sinyal telegraf ke
kapal-kapal yang sedang berlayar di tengah samudera, lokasi dimana kabel atau
kawat telegraf tidak dapat menjangkaunya. Perusahaannya juga memproduksi dan
mengoperasikan peralatan radio dan mendominasi radio di Eropa dan Amerika
Serikat.
Setelah berkembang di Eropa dan Amerika pada tahun 1920-an, radio mulai
masuk ke Indonesia pada tahun 1925 yang dibawa oleh Belanda saat masih
menduduki Indonesia. Bataviase Radio Vereenigning (BRV) merupakan stasiun
radio pertama yang resmi mengudara di Indonesia. Stasiun radio ini didirikan
dengan tujuan untuk menyampaikan siaran propaganda terkait perusahaan dan
perdagangan saat itu. Kemudian diikuti dengan berdirinya stasiun radio yang
dipelopori oleh para pemuda Indonesia di Solo pada tahun 1933 dengan nama
Solosche Radio Vereenigning (SRV). Hingga akhirnya Belanda menyerah dan
kekuasaan Belanda saat itu diambil alih oleh Jepang dan berdampak pada stasiun
radio yang ada saat itu. Stasiun radio dibawah penguasaan Jepang saat ini telah
membawa dampak pada penyiaran program-program radio, yakni memihak
kepentingan militer Jepang. Radio terus berkembang hingga tahun 1960-an banyak
radio amatir bermunculan dan menjadi cikal bakal kemunculan radio siaran swasta
di Indonesia.
Pada bulan Maret 1925, John Logie Baird melakukan demo pertunjukan
gambar siluet bergerak untuk pertama kali di hadapan publik yang dikenal sebagai
televisi mekanik. Pada bulan Oktober 1925, Baird kembali melakukan demo
pertunjukan gambar bergerak yang dianggap sebagai gambar televisi pertama.
Televisi berfungsi menerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik monokrom
(hitam-putih) maupun berwarna dengan mengunakan sistem peralatan yang
mengubah cahaya dan suara menjadi suatu gelombang elektronik yang
mengubahnya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat
didengar.
Sejarah pertelevisian Indonesia dimulai sejak stasiun televisi milik pemerintah,
Televisi Republik Indonesia atau TVRI mulai mengudara pada tahun 1962 dan
menjadi satu-satunya saluran televisi di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya
kebutuhan masyarakat akan informasi dan hiburan, muncul berbagai saluran
televisi baru milik swasta seperti Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) dan
Surya Citra Televisi (SCTV) pada tahun 1989 dan tahun 1990 yang kemudian
diikuti oleh pendirian Indosiar dan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Semenjak
masa itu, semakin banyak saluran televisi bermunculan dengan berbagai program
informasi yang ditawarkan.