Anda di halaman 1dari 9

INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI KOMUNIKASI

Disusun oleh:

Yolanda Maesa Putri

Kelas: 9B

Mata Pelajaran: Teknologi Informatika

MADRASAH TSANAWIYAH

TEKNOLOGI INFORMATIKA AL-MADANI PONTIANA


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Hambali selaku guru mata pelajaran “Teknologi Informatika” yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya harap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Saya menyadari, makalah yang dibuat ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Pontianak, 11 Maret 2020

Yolanda Maesa Putri


A. Pengertian Infrastruktur Telekomunikasi

Infrastruktur telekomunikasi adalah struktur fisik yang mendasari jaringan


komunikasi yang terbentuk dan merupakan pendukung komunikasi jarak jauh [1].
Infrastruktur telekomunikasi terdiri dari dua kata yakni infrastruktur dan
telekomunikasi dimana masing-masing memiliki makna etimologis. Infrastruktur
berasal dari Bahasa Latin “infra” yang bermakna di bawah dan “structura” yang
berarti bangunan. Sedangkan telekomunikasi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “tele”
yang berarti jauh dan Bahasa Latin “communicationem” yang berarti proses
penyampaian dan penerimaan pesan. Apabila digabungkan, telekomunikasi dapat
diartikan sebagai penyampaian dan penerimaan informasi yang dilakukan dari satu
pihak ke pihak lainnya tanpa adanya keterbatasan jarak dan waktu. Dengan demikian,
berarti tidak terdapat lagi suatu limitasi atau batasan untuk berkomunikasi dengan
seseorang yang secara fisik berada di lokasi yang jaraknya jauh, serta penyampaian
dan penerimaan pesan dilakukan secara paralel dalam waktu yang bersamaan.

Pada dasarnya komunikasi adalah prasyarat kehidupan dimana seseorang dapat


menghabiskan sekitar 70% waktunya untuk berkomunikasi baik dalam bentuk bahasa
verbal dan non-verbal, secara implisit maupun eksplisit. Menulis, membaca, berbicara
atau mendengar, menaikkan alis, menggelengkan kepala merupakan beberapa cara
manusia berkomunikasi. Komunikasi krusial untuk menyampaikan suatu gagasan
agar dapat dipahami oleh orang lain. Komunikasi yang buruk dapat memunculkan
potensi terjadinya konflik antar personal. Kondisi manusia terkait komunikasi ini
memuncul teori bahwa “we cannot not communicate” atau manusia tidak dapat tidak
berkomunikasi yang dicetuskan oleh Bateson [2]. Manusia memiliki keterbatasan
ruang dan waktu, oleh karenanya manusia menciptakan teknologi guna mengekstensi
kemampuannya. Teknologi telekomunikasi diperlukan oleh manusia untuk
menyampaikan dan menerima pesan jarak jauh. Infrastruktur telekomunikasi menjadi
saluran untuk mentransmisikan pesan ini, menghubungan pengirim dan penerima
pesan.

B. Perkembangan Infrastruktur Telekomunikasi

a) Penggunaan indra pendengaran dan penglihatan

sinyal asap dan alat tabuh-tabuhan merupakan salah satu metode komunikasi
pertama yang digunakan untuk menyampaikan pesan jarak jauh, dimana metode ini
hanya bergantung pada kemampuan indra penglihatan dan pendengaran si penerima
pesan. Sistem telekomunikasi ini memiliki kelemahan terkait jarak dimana
penyampaian pesan hanya terbatas pada radius jarak tertentu.
Sinyal asap digunakan oleh suku Indian di Amerika Utara untuk menyampaikan
pesan terkait adanya bahaya atau bahwa situasi baik-baik saja. Tentara Tiongkok
kuno yang bertugas di Tembok Raksasa juga menggunakan metode serupa untuk
melakukan komunikasi. Bentuk komunikasi ini dilakukan dengan
membumbungkan gumpalan-gumpalan asap ke udara yang dibentuk dengan
menggunakan api dan selimut. Komunikasi dengan sinyal asap hanya dapat
digunakan pada area yang dapat terlihat oleh pihak penerima pesan dan biasanya
dilakukan dari puncak bukit. Tidak terdapat standar tertentu dalam mengartikan
bentuk, jumlah dan jenis gumpalan asap tersebut mengingat bahwa pihak musuh
juga dapat melihat sinyal asap tersebut. Oleh karenanya, arti dari sinyal asap harus
ditentukan terlebih dahulu dan disepakati oleh kedua belah pihak, baik pengirim
maupun penerima pesan.

Sedangkan alat tabuh-tabuhan dalam bentuk yang menyerupai jam pasir


digunakan oleh masyarakat asli Afrika, Papua Nugini dan Amerika Selatan. Pesan
yang disampaikan dengan alat tabuh-tabuhan sangat bervariasi dari penyampaian
pesan yang sederhana hingga pesan dengan makna-makna tertentu yang cukup
rumit. Talking drums merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan oleh
masyarakat Afrika dimana alat ini dapat menirukan nada, ritme, intonasi dan
penekanan seperti pada bahasa manusia. Di Indonesia, alat komunikasi tabuh-
tabuhan berupa kentongan dan bedug digunakan untuk menginformasikan adanya
bahaya, atau undangan untuk berkumpul. Hingga kini, kedua alat ini masih
digunakan terutama oleh masyarakat di pedesaan.

Pada awal abad ke-4 SM, Aenas Tacticus, seorang peneliti kemiliteran Yunani
menemukan suatu sistem untuk melakukan komunikasi yang serupa dengan
telegraf, yaitu water-clocks. Sistem ini menggunakan 2 bejana yang diletakkan di
dua area yang berbeda dan diisi air, serta tongkat vertikal yang telah diberikan
kode-kode tertentu. Namun demikian, perangkat ini memiliki kelemahan dimana
hanya dapat digunakan dalam jarak yang sangat terbatas dan selama jarak pandang
dalam kondisi baik.

Pada abad abad 16 Masehi, jaringan bangunan berupa beacon dibangun di


puncak-puncak bukit sepanjang pantai Inggris dan Welsh yang digunakan sebagai
media relay untuk meneruskan sinyal pesan secara berantai. Jaringan beacon ini
menggunakan obor atau cermin untuk mengirimkan pesan sehingga hanya dapat
meneruskan sedikit informasi saja seperti “musuh telah terlihat”. Salah satu
kesuksesan penggunaan beacon ini adalah keberhasilannya dalam meneruskan
pesan yang disampaikan dari Plymouth ke London terkait kedatangan kapal perang
Spanyol yang mulai memasuki pantai Inggris.
Seorang insinyur Prancis, Claude Chappe membuat telegraf visual pada tahun
1790 dengan menggunakan sepasang jam pendulum yang membentuk simbol-
simbol tertentu. Perangkat ini dipandang kurang efektif dalam komunikasi jarak
jauh, kemudian Chappe melakukan penyesuaian kembali dan menemukan alat
dengan menggunakan dua palang kayu yang disebut semaphore telegraf yang
diterima dengan baik oleh masyarakat. Jalur telegraf optik pertama dibangun antara
Lille dan Paris yang menjadi jalur infrastruktur telekomunikasi pertama di Eropa
yang kemudian diikuti pembangunan jalur dari Strasbourg ke Paris.

Sistem komunikasi jarak jauh dengan menggunakan semaphore telegraf


memerlukan operator yang terlatih dengan biaya pembangunan menara yang mahal
mengingat jarak interval pembangunan menara perlu dilakukan setiap sekitar 10–30
km serta komunikasi hanya dapat digunakan pada siang hari dengan kondisi cuaca
baik. Sistem komunikasi ini terus berkembang hingga tahun 1853 dan mulai
ditinggalkan seiring dengan penemuan telegraf elektrik yang menggantikan
fungsinya.

b) Infrastruktur Kabel
Kebutuhan akan infrastruktur kabel dimulai oleh penemuan telegraf elektrik
yang menggunakan kabel untuk menyampaikan pesan dari pengirim hingga ke
penerima pesan, diikuti penemuan telepon dan mesin faksimili. Telegraf elektrik
pertama kali ditemukan oleh Samuel Thomas von Sömmering pada tahun 1809
yang kemudian disempurnakan oleh William Fothergill Cooke bersama Charles
Wheatstone, dan digunakan secara komersial pada tahun 1838 dan dipatenkan di
Inggris pada tahun 1837.
Pada tahun 1843, Alexander Bain, menemukan sebuah alat yang mampu
mengirimkan gambar menggunakan kawat elektrik yang menjadi cikal bakal mesin
faksimili. Pada tahun 1855, seorang biarawan Italia, Giovanni Caselli, juga
membuat sebuah telegraf elektrik yang dapat mengirimkan pesan berupa gambar,
tulisan tangan maupun tanda tangan. Caselli menamai penemuannya ini dengan
Pantelegraf. Pantelegraf sukses digunakan pertama kali untuk mengirimkan pesan
pertama dari Lyon ke Paris pada tahun 1860. Samuel Morse dan Alfred Vail
mengembangkan telegraf elektrik terintegrasi dengan gulungan pita kertas untuk
mencatat pesan-pesan yang diterima. Kontribusi terbesar yang diberikan oleh
Morse bersama rekan kerjanya adalah kode morse yang sederhana dan efisien.
Telegraf ini dengan cepat tersebar pada 2 dasawarsa berikutnya seiring dengan
berkembangnya jaringan kabel. Kabel telegraf komersil pertama yang
menghubungkan samudera Atlantik diselesaikan pada tanggal 28 Juli 1866.
Keberhasilan telegraf untuk mentransmisikan sinyal melalui kabel mendorong
penelitian untuk mencari metode untuk mentransmisikan suara melalui kawat.
Telepon ditemukan oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1876 dimana telepon
mengubah gelombang suara menjadi impulse elektrik yang ditransmisikan melalui
kabel, kemudian diubah kembali menjadi gelombang suara yang sesuai dengan
aslinya. Perkembangan teknologi kabel merupakan bentuk upaya manusia untuk
mempercepat penyampaian pesan.

c) Infrastruktur Nirkabel
Kebutuhan akan infrastruktur nirkabel muncul saat telegraf nirkabel ditemukan
oleh Guilelmo Marconi yang kemudian diikuti dengan penemuan radio sebagai
media komunikasi dan penyiaran, serta televisi, yang kemudian disusulkan dengan
booming penggunaan telepon seluler.
Telegraf nirkabel ini ditemukan pada tahun 1896 dengan dimana pesan
ditransmisikan melalui gelombang elektromagnetik. Straubhaar, J., LaRose, R.&
Davenport R dalam bukunya juga menggambarkan gelombang radio sebagai
rangkaian yang terdiri dari energi elektromagnetik yang dapat naik dan turun pada
siklus yang teratur. Marconi berhasil menemukan metode mentransmisikan suara
tanpa menggunakan kabel melalui berbagai inovasi dari peralatan yang dibuat oleh
Heinrich Hertz dimana ia berhasil meningkatkan jarak pancaran gelombang
elektromagnetik dan mengisinya dengan informasi. Peralatan transmitter dan
receiver ciptaan Marconi tersebut mampu menyampaikan informasi dari satu
tempat ke tempat lain secara nirkabel. Sejarah mencatat pada tahun 1912 Marconi
menggunakan bakat bisnisnya untuk mendirikan perusahaannya sendiri yang diberi
nama Marconi Wireless Telegraph Company, yang membangun stasiun radio yang
berlokasi di tepi pantai untuk menerima dan mentransmisikan sinyal telegraf ke
kapal-kapal yang sedang berlayar di tengah samudera, lokasi dimana kabel atau
kawat telegraf tidak dapat menjangkaunya. Perusahaannya juga memproduksi dan
mengoperasikan peralatan radio dan mendominasi radio di Eropa dan Amerika
Serikat.
Setelah berkembang di Eropa dan Amerika pada tahun 1920-an, radio mulai
masuk ke Indonesia pada tahun 1925 yang dibawa oleh Belanda saat masih
menduduki Indonesia. Bataviase Radio Vereenigning (BRV) merupakan stasiun
radio pertama yang resmi mengudara di Indonesia. Stasiun radio ini didirikan
dengan tujuan untuk menyampaikan siaran propaganda terkait perusahaan dan
perdagangan saat itu. Kemudian diikuti dengan berdirinya stasiun radio yang
dipelopori oleh para pemuda Indonesia di Solo pada tahun 1933 dengan nama
Solosche Radio Vereenigning (SRV). Hingga akhirnya Belanda menyerah dan
kekuasaan Belanda saat itu diambil alih oleh Jepang dan berdampak pada stasiun
radio yang ada saat itu. Stasiun radio dibawah penguasaan Jepang saat ini telah
membawa dampak pada penyiaran program-program radio, yakni memihak
kepentingan militer Jepang. Radio terus berkembang hingga tahun 1960-an banyak
radio amatir bermunculan dan menjadi cikal bakal kemunculan radio siaran swasta
di Indonesia.
Pada bulan Maret 1925, John Logie Baird melakukan demo pertunjukan
gambar siluet bergerak untuk pertama kali di hadapan publik yang dikenal sebagai
televisi mekanik. Pada bulan Oktober 1925, Baird kembali melakukan demo
pertunjukan gambar bergerak yang dianggap sebagai gambar televisi pertama.
Televisi berfungsi menerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik monokrom
(hitam-putih) maupun berwarna dengan mengunakan sistem peralatan yang
mengubah cahaya dan suara menjadi suatu gelombang elektronik yang
mengubahnya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat
didengar.
Sejarah pertelevisian Indonesia dimulai sejak stasiun televisi milik pemerintah,
Televisi Republik Indonesia atau TVRI mulai mengudara pada tahun 1962 dan
menjadi satu-satunya saluran televisi di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya
kebutuhan masyarakat akan informasi dan hiburan, muncul berbagai saluran
televisi baru milik swasta seperti Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) dan
Surya Citra Televisi (SCTV) pada tahun 1989 dan tahun 1990 yang kemudian
diikuti oleh pendirian Indosiar dan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Semenjak
masa itu, semakin banyak saluran televisi bermunculan dengan berbagai program
informasi yang ditawarkan.

C. Peran Infrastruktur Telekomunikasi dalam Komunikasi Global

Infrastruktur telekomunikasi merupakan struktur fisik yang menjadi dasar jaringan


komunikasi dan sebagai pendukung kegiatan komunikasi jarak jauh. Infrastruktur
telekomunikasi sendiri terdiri dari dua kata; infrastruktur dan telekomunikasi.
Infrastruktur berarti bangunan, dan telekomunikasi berarti penyampaian informasi
baik berupa gambar, tulisa, tanda, atau isyarat dari satu pihak ke pihak lainnya tanpa
ada batasan apapun. Makna krusial dari komunikasi untuk menyampaikan ide atau
gagasan agar dapat dipahami oleh orang lain. Namun manusia memiliki keterbatasan
waktu dan jarak, kemudian manusia menciptakan teknologi untuk mengekstensi
kemampuannya.
Telekomunikasi dibutuhkan manusia untuk menyampaikan dan menerima pesan
dalam jarak jauh. Maka dari itu infrastruktur telekomunikasi memiliki arti penting
dalam kegiatan komunikasi yang mana menghubungkan pengirim dan penerima
pesan tanpa adanya batasan jarak dan waktu. Infrastruktur telekomunikasi dalam
dunia internasional erat kaitannya dengan globalisasi. Globalisasi yang dihasilkan
dari perkembangan telekomunikasi mampu merevolusi komunikasi internasional.
Seperti konvergensi media, televisi, komputer, dan industri media yang mana banyak
informasi yang terhubung secara digital. Pada hakikatnya penyelenggaraan
telekomunikasi diartikan sebagai suatu usaha untuk memperkuat persatuan bangsa,
mempermudah kegiatan pemerintaha sebuah negara, memajukan kegiatan
perekonomian, mendukung terciptanya tujuan pembangunan, serta menjalin
hubungan baik dengan berbagai negara.
Dalam era globalisasi dimana informasi mempunyai nilai ekonomi yang cukup
signifikan, kemampuan untuk mendapatkan, memanfaatkan, dan mengolah informasi
mutlak dimiliki suatu daerah untuk memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus
mewujudkan daya saing bangsa (Trini indrati Tamara, 2011). Menurut Sekretaris
Jenderal Kementerian Kominfo, kebutuhan informasi mutlak dimiliki suatu bangsa
karena bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, taraf hidup dan kualitas
masyarakat, untuk itu diperlukan ketersediaan infrastruktur informasi yang memadai
seperti akses, kapasitas, kualitas maupun jangkauan.
Teledensitas merupakan ukuran standar yang digunakan dalam mengukur tingkat
sambungan telepon per 100 penduduk di berbagai negara. Tingkat teledensitas dapat
ditingkatkan melalui pengembangan infrastruktur telekomunikasi. Pentingnya
telekomunikasi bagi suatu negara khususnya dalam perekenomian, telah disampaikan
oleh ITU (International Telecommunication Union) bahwa setiap 1% pertumbuhan
teledensitas akan meningkatkan 3% pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Kemajuan yang paling signifikan ada pada industri satelit. Satelit pada abad ke 19
dan 21 diatur untuk menjadi 'Jalur Perdagangan Langit' (Harga, 1999). Satelit
komunikasi adalah sebuah satelit buatan yang ditempatkan di angkasa dengan tujuan
telekomunikasi. Satelit komunikasi merupakan salah satu hasil perkembangan
teknologi komunikasi yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan
hubungan baik diantara berbagai negara. Adanya televisi, khususnya televisi berbayar
menjadi bukti kekuatan satelit. Satelit dapat memancarkan suatu program dari sebuah
negara yang dapat diakses oleh negara lain. Sehingga arus informasi dari belahan
dunia manapun dapat kita akses ditelevisi melalui bantuan satelit.
Di Indonesia, perkembangan infrastruktur telekomunikasi membuka jalan untuk
terciptanya telekomunikasi yang lebih canggih dan modern serta dapat memberikan
manfaat bagi semua aspek kehidupan. Infrastruktur telekomunikasi yang merata
diseluruh Indonesia akan meningkatkan kualitas penyebaran informasi bagi
masyarakat.
Arus informasi menjadi lebih cepat sampai kepada sasarannya. Telekomunikasi yang
baik dan merata juga dapat dijadikan penggerak untuk kegiatan yang lebih produktif,
seperti membuka peluang bisnis, membantu kegiatan pendidikan, transportasi, dan
sebagainya. Maka tidaklah heran jika investor yang akan menanamkan modalnya
akan melihat terlebih dahulu sejauh mana infrastruktur di negara tersebut terpenuhi,
termasuk telekomunikasi didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai