Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang kesehatan memberikan dampak yang signifikan pada peningkatan usia harapan hidup. Keadaan ini juga didukung dengan maraknya usaha promosi dan pencegahan penyakit serta diagnosis dini untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup, masyarakat usia lanjut juga semakin bertambah.1 Pertumbuhan penduduk lanjut usia, yaitu penduduk berusia lebih dari 60 tahun meningkat secara cepat pada abad 21. Pada tahun 2000 di seluruh dunia jumlah lanjut usia mencapai 425 juta jiwa atau kurang lebih 6,8% populasi.2 Jumlah ini diperkirakan akan mengalami peningkatan hampir dua kali lipat pada 2025. Di Indonesia, presentase lanjut usia pada tahun 1995 mencapai 7,5% populasi. Indonesia merupakan negara peringkat keempat terpadat di dunia dan kesepuluh terpadat untuk populasi lanjut usia. Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan peningkatan warga berusia lanjut di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia, yaitu 41,4% hanya dalam kurun waktu 35 tahun (1990-2025).3 Kabupaten Tabalong merupakan satu di antara kabupaten di Kalimantan Selatan yang juga menunjukkan peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup masyarakat di Tabalong bahkan mengungguli Kalimantan Selatan secara keseluruhan. Rata-rata usia harapan hidup penduduk Kalimantan Selatan pada tahun 2012 dan 2013 adalah 64,52 dan 64,82 tahun. Pada tahun yang sama usia harapan hidup penduduk Kabupaten Tablong adalah 69,31 dan 69,36. Nilai tersebut kembali meningkat pada tahun 2014, yaitu 69,39.4 Data yang telah dijabarkan memiliki dua sudut pandang yang dapat kita telaah. Di satu sisi, hal tersebut menunjukkan kemampuan daerah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya. Di sisi lain, populasi lanjut usia yang meningkat menyebabkan transisi epidemiologi, yaitu bergesernya pola penyakit dari penyakit infeksi dan gangguan gizi menjadi
1 2
penyakit-penyakit degeneratif. Selain itu, karekteristik penyakit pada lansia
yang multipatologis menjadi tantangan sendiri bagi praktisi di bidang kesehatan. Bertambahnya jumlah lanjut usia juga akan diiringi oleh menurunnya kualitas sumber daya manusia karena penurunan fungsi kognitif pada kelompok usia ini.5 Kognitif merupakan suatu proses kerja pikiran meliputi kewaspadaan akan objek pikiran atau persepsi, aspek pengamatan, pemikiran, dan ingatan. Kognitif terdiri dari berbagai fungsi, meliputi orientasi, bahasa, atensi, kalkulasi, memori, konstruksi, dan penalaran.6 Gangguan satu atau lebih fungsi tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan aktivitas harian. Perubahan kognitif seseorang dikarenakan perubahan biologis yang dialaminya dan umumnya berhubungan dengan proses penuaan.7 Perhatian dan pengetahuan masyarakat terhadap gangguan kognitif pada saat ini masih sangat kurang. Masyarakat cenderung menganggap hal tersebut sebagai bagian dari proses menua yang wajar. Pada umumnya masyarakat baru akan mencari pengobatan setelah terjadi gangguan kognitif yang berat sehingga penatalaksanaannya tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Penatalaksanaan gangguan kognitif pada stadium dini dapat memperlambat progresifitas penyakit sehingga individu yang bersangkutan tetap mempunyai kualitas hidup yang baik.8 Pengkajian fungsi mental kognitif merupakan hal yang menyokong dalam mengevaluasi kesehatan lanjut usia. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa gangguan mental kognitif seringkali tidak dikenali profesional kesehatan karena sering tidak dilakukan pengujian status mental secara rutin. Diperkirakan 30% sampai 80% lanjut usia yang mengalami demensia tidak terdiagnosis oleh dokter melainkan teridentifikasi melalui Mini Mental State Examination (MMSE).9 Posyandu Lansia merupakan program pengembangan dan kebijakan pemerintah berupa pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan organisasi sosial. Puskesmas Murung Pudak sebagai satu di antara Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan 3
Kabupaten Tabalong juga berperan aktif dalam pengembangan program ini.
Puskesmas Murung Pudak memiliki lima posyandu lansia yang tersebar di dua kelurahan dan tiga desa. Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan di dalam posyandu lansia berupa promosi, preventif, kuratif dan peningkatan kebugaran lansia melalui senam. Melalui program pengembangan puskesmas ini diharapkan aspek-aspek kognitif lansia dapat dinilai secara berkala. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menyusun sebuah mini project dengan judul gambaran fungsi kognitif pada kelompk usia lanjut di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Murung Pudak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu Bagaimana gambaran fungsi kognitif pada kelompok usia lanjut di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Murung Pudak?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk melihat gambaran fungsi kognitif pada kelompok usia lanjut di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Murung Pudak. 1.3.2 Tujuan Khusus Beberapa tujuan khusus dari kegiatan penelitian yang diharapkan, yaitu: 1. Melakukan penyaringan penurunan fungsi kognitif pada lansia. 2. Mengetahui karakterisitik penurunan fungsi kognitif pada lansia, meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status kesehatan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti a. Meningkatkan pengetahuan peneliti dalah bidang psikiatri geriatri, terutama perubahan fungsi kognitif. 4
b. Menjadi sarana untuk mengaplikasikan keilmuan yang diperoleh selama
masa pendidikan. 1.4.2 Bagi Posyandu Lansia dan Puskesmas Data yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk upaya edukatif dan preventif, khususnya dalam hal penurunan fungsi kognitif pada lansia. 1.4.3 Bagi Populasi Penelitian a. Mengetahui sejauh mana penurunan fungsi kognitif yang terjadi melalui tes penyaring. b. Memperoleh tambahan informasi dan edukasi terkait fungsi kognitif. 1.4.4 Bagi Masyarakat a. Meningkatkan pengetahuan pembaca tentang definisi lansia dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses penuaan. b. Meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai fungsi kognitif dan faktor- faktor yang dapat mempengaruhinya.