Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENGEMBARAAN

MAPALA SURAUNG ANGKATAN III (KUYA PUNTANG)

DIVISI GUNUNG HUTAN

UNIT KEGIATAN MAHASISWA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG

Jl. Soekarno Hatta No. 378 Bandung 40235 Jawa Barat, Phone: (022) 522-4000

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang masih
memberikan nikmat Iman dan Islam kepada kita semua. Alhamdulillah, laporan
pengembaraan Mapala Suraung STT Bandung Angkatan III (Kuya Puntang) ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan laporan pengembaraan ini ditunjukan untuk memenuhi salah


satu sarat untuk menjadi anggota penuh Mapala Suraung STT Bandung. Dengan
diselesaikannya penulisan laporan pengembaraan ini, ucapan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan atas segala bimbingan,
bantuan, dukungan dan pengarahan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan penulisan laporan pengembaraan ini. Ucapan terimakasih
tersebut disampaikan kepada berbagai pihak, terutama kepada :

1. Kepada Orang Tua yang selalu memberi dukungan baik material


maupun do’a.

2. Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan semangat dan


panjatan do’a kepada penulis.
3. Kepada Imam Hassan, Fitri Widiana dan Eka Trina yang telah
membimbing penulis dalam kegiatan maupun penyusunan laporan
ini.
4. Khususnya kepada keluarga Mapala Suraung STT Bandung.

Penulis menyadari penulisan laporan pengembaraan ini masih jauh


dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan partisipasi kritik
dan saran yang bersifat membangun guna peyempurnaan penulisan ini di
kemudian hari.
Akhir kata, semoga penulisan laporan pengembaraan ini dapat
bermamfaat, digunakan dan dikembangkan oleh pembaca.

Bandung, 10 September 2019

(Eli Siti Solihah)


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gunung Hutan adalah suatu kegiatan petualangan yang penuh tantangan dan
beresiko tinggi. Kegiatan ini, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan
serta daya juang yang tinggi, dan untuk menghadapi kegiatan petualangan yang
mempunyai resiko tinggi, seseorang harus betul-betul mempersiapkan dirinya
seoptimal mungkin.

Bahaya dan tantangan yang seakan hendak mengungguli merupakan daya tarik
dari kegiatan petualangan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah
untuk menguji kemampuan diri dan untuk dapat menyatu dengan alam. Didalam
kegiatan petualangan Gunung Hutan ada dua faktor bahaya yang mengancam
keselamatan kita, yaitu bahaya yang datang dari diri sendiri atau (Objetive Danger)
dan bahaya yang tidak dapat diramalkan yang datang dari alam itu sendiri

Secara historial MAPALA adalah singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam yang
didirikan pada tanggal 12 desember tahun 1964 yang mana dipelopori oleh Soe Hok
Gie. Ide ini awalnya dikemukakan Soe Hok-gie pada tanggal 8 November tahun
1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat duduk santai setelah mengadakan
kerja bakti di TMP Kalibata.

Dan dengan seiringnya waktu, Mapala terus terbentuk dan berjalan di setiap
kampus-kampus yang ada di seluruh Indonesia, dan dengan ketentuan seleksi
perekrutan anggota di setiap masing-masing mapala.

Di kampus STT Bandung itu sendiri telah berdiri Mapala Suraung sebagai Unit
Kegiatan Mahasiswa tingkat universitas yang menjadi suatu wadah untuk
menampung hobi, minat dan bakat dalam kegiatan alam bagi mahasiswa Sekolah
Tinggi Teknologi Bandung.

Dalam organisasi ini terdapat kegiatan perekrutan anggota, pengenalan medan,


pendidikan dasar, pengembaraan, hingga pelantikan anggota muda menjadi anggota
penuh. Pengembaraan anggota mapala suraung angkatan III (Kuya Puntang) ini
terdapat banyak kategori, yaitu mendaki gunung dengan minimal ketinggian 3000
mdpl (gunung hutan), menelusuri gua, berkunjung ke sekre-sekre mapala yang ada di
bandung minimal 20 sekre, obserfasi, dan rafting.

Kami anggota muda Muda Suraung Angkatan III (Kuya Puntang) memutuskan
untuk pengembaraan yaitu kami memilih untuk mendaki ke gunung gede yang
berketinggian 2958 mdpl (meter diatas permukaan laut) dan gunung pangrango yang
berketinggian 3019 mdpl (meter diatas permukaan laut).

Gunung Gede Pangrango ditetapkan sebagai salah satu dari 5 taman nasional
pertama diindonesia oleh pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Pertanian
tahun 1980.

Gunung Gede Pangrango dapat didaki lewat Jalur pendakian Gunung Gede
Pangrango via Gunung Putri dengan waktu 6-8 jam saja tetapi medan yang cukup
terjal dan jarang yang landai. Jalur pendakian via Cibodas dengan waktu 7-10 jam
perjalanan tergantung speed dan kekuatan personal pendaki. Jalur pendakian
Gunung Gede Pangrango via elabintana Sukabumi dengan waktu 9-12 jam
dikarenakan medan yang cukup menantang banyak pacet dan menyusuri sungai.

Anggota muda Mapala Suraung Angkatan III (Kuya Puntang) yang berjumlah
12 orang telah melakukan pengembaraan yang di laksanakan pada hari Kamis, 22
agustus yang berlokasi di Gunung Gede Pangrango, Cianjur Jawa Barat. Kami
melakukan pendakian gunung Gede Pangrango melalui jalur Gunung Putri dan turun
melalui jalur Cibodas.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Untuk apakah kegiatan pengembaraan ini di laksanakan?


2. Apa yang didapatkan dari kegiatan pengembaraan ini?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari Kegiatan Pengembaraan Mapala Suraung Tahun 2019


adalah :
1. tujuan umum
a. untuk memenuhi syarat menjadi Anggota Penuh Mapala Suraung.
b. menambah wawasan untuk para Anggota Muda Mapala Suraung.
c. sebagai pelatihan bertahan hidup di alam bebas.
2. tujuan khusus
a. mengaplikasikan materi yang telah dipelajari.
b. meneliti Flora dan Fauna yang ada di gunung tersebut.
c. mengetahui Kearifan lokal yang ada di Gunung tersebut.

1.4 RUANG LINGKUP

Kegiatan Pengembaraan ini diakukan untuk memenuhi salah satu tugas atau
syarat anggota muda Mapala Suraung Angkatan III (Kuya Puntang) untuk
mendapatkan Nomer Regist Personal (NRP) dan menjadi anggota penuh Mapala
Suraung STT Bandung. Dengan dilaksanakanya pengembaran ini maka kewajiban
sebagai anggota muda dapat terpenuhi dan melanjutkan ke kewajiban selanjutnya.
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 SEJARAH MAPALA SURAUNG

Mapala Suraung merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa


tingkat universitas yang berdiri sejak 17 Mei 2015. Mapala Suraung
merupakan wadah bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Bandung untuk
berkegiatan di alam bebas, berkonstribusi bagi masyarakat, serta peduli
terhadap pelestarian lingkungan.

Mapala Suraung berdiri di Gunung Tampomas, Sumedang. Ide


pembentukan organisasi atau pelopor pecinta alam di kampus ini dicetuskan
oleh Rifal Harianul Bijak (S RG .01.15.001 GM), seorang aktivis mahasiswa
terkemuka. Jenuh dengan situasi yang penuh intrik dan konflik politik di
kalangan mahasiswa waktu itu, Rifal mengusulkan untuk membentuk suatu
organisasi yang bisa menjadi wadah berkumpulnya berbagai kelompok
mahasiswa.

Pada waktu itu Mapala Suraung memilki 10 orang anggota sebagai Pendiri,
yaitu :

1. Rifal Harianul Bijak


2. Atep S. Millah
3. Hary Apriawan
4. Jaelan Sopari
5. Dimas Prayoga
6. Fikri Akbarul Haq
7. Jovelyn Amelia Magdalena
8. Adel Fadli
9. Asep Komarudin
10. Al Hadid

Dan pada tahun pertama memiliki 10 orang Anggota Perintis, yaitu :

1. Rifal Harianul Bijak (Purba) SRG 170515.001 P


2. Atep S. Millah (Cacing) SRG 170515.002 P
3. Rizky Pratama H. (Simba) SRG 170515.003 P
4. Pradana Syukur (Lasun)
5. Zia Yusniar (Edelweis)
6. Suri Suryanto (Kebo) SRG 170515.009 P
7. Hefriyandi (Tikus)
8. Andri Supiandi (Kenbi)
9. Dini Syafrizal (Jangkrik) SRG 170515.006 P
10.Dede Hendri (Kodok) SRG 170515.010 P
Memiliki nama angkatan “Bintang Burangrang”
Pada tahun berikutnya, Mapala-Suraung memiliki 3 Anggota Angkatan I, yaitu :

1. Toni Priatna (Kepompong) SRG 170515.011 C


2. Iqbal A (Ulat) SRG 170515.012 C
3. Eka Trina (Kupu-kupu) SRG 170515.013 C
Memiliki nama angkatan “Licik dan Akal (CIKAL)”
Pada Tahun 2017, Angkatan 2 Ukm Mapala Suraung memiliki 14 Anggota,
diantaranya sebagai berikut :

1. Imam Hassan F (Belut) SRG 170515.014 LD


2. Ansyarullah M (Murat) SRG 170515.015 LD
3. Risnawati ( Toed) SRG 170515.016 LD
4. Angga Ramdhani Azi (Montan) SRG 170515.017 LD
5. Fitri Widiana (Kuskus) SRG 170515.018 LD
6. Rayyan Firdaus (Corong) SRG 170515.019 LD
7. Imam Mahdin (Kutal)
8. Rosita (Haseup)
9. Rini Sintia (Berkicot)
10.Sarip Hidayat (Kerbon)
11.Haris (Caleuy)
12.Devi (Sarden)
13.Fadhil (Kaku)
14.Adam (Kerlot)
Memiliki nama angkatan “Lembah Dogdog”
Pada Tahun 2019, Angkatan 3 Ukm Mapala Suraung memiliki 13 Anggota,
yang diantaranya sebagai berikut :

1. Hanig Mahmud Halim (Centong)


2. Moch Panji Pradana (TB)
3. Imam Fathul Khoir (Owa)
4. Eli Siti Solihah (Undur-Undur)
5. Yuna Andreina (Lonok)
6. Heni Prihatiningsih (Itik)
7. Muchamad Ikhsan Nurwahid (Kalaras)
8. Rama Wahyu Pangestu (Gali)
9. Aisyah Nurul Huda (Curut)
10. Elsa Fatmawati (Kunang-Kunang)
11. Miftahul Jannah (Putu)
12. Sinta Oktapiyani (Raflesia)
13. Rizky (Lanak)

Memiliki nama angkatan “Kuya Puntang”


2.2 STRUKTUR ORGANISASI MAPALA-SURAUNG STT BANDUNG

Tabel 2.1 Struktur Oranisasi


2.3 SEJARAH GUNUNG GEDE PANGRANGO

2.3.1 SEJARAH

Gunung Gede Pangrango ditetapkan sebagai salah satu dari 5 taman


nasional pertama di indonesia oleh pemerintah Indonesia melalui Surat
Keputusan Menteri Pertanian tahun 1980.

Sejak awal konservasi dikawasan ini hanya sedikit diketahui, walaupun


hutan dan gunung merupakan bagian dari legenda-legenda di tanah Sunda.
Tampaknya ada jalur sejarah dari kota tua Cianjur sampai Bogor melalui
Cipanas. Bagian lereng pegunungan yang rendah, tidak rata dan berteras-teras
dulunyan digunakan untuk pertamiam dengan pergiliran tanaman.

Dikenalkannya tanaman teh sebagai tanaman perkebunan memberikan


dampak nyata bagi kawasan ini. Teh varietas Japang telah ditanam sejak
tahun 1728, dan perkebunan ini terbentang mulai dari Ciawi sampai Cikopo
tahun 1835. Kemudian, tahun 1878, teh Assam diperkrnalkan dan tumbuh
sangat baik, menyebabkan ekonomi dan kondisi lingkungan dikampung-
kampung dilereng pegunungan berubah.

Sejarah panjang kegiatan konservasi dan penelitian dimulai sejak tahun


1830 dengan terbentuknya kebun raya kecil didekat Istana Gubernur Jenderal
Kolonial Belanda di Cipanas, dan kemudian kebun raya kecil ini diperluas
sehingga menjadi kebun raya Cibodas sekarang ini. Pemerintahan Kolonial
Belanda sangat antusias untuk meningkatkan tanama-tanaman penting dan
bernilai ekonomis serta perkebunan komersial, sehinga diabangun suatu
stasiun penelitian dan percobaan pertanian di dataran tinggi ini. Tak lama
setelah itu, botanis-botanis lokal kemudian mulai tertarik untuk meneliti
kanekaragaman tumbuhan disekitar pegunungan ini. Abad 19 merupakan
masa-masa terbesar dan penting dalam sejarah koleksi tumbuhan, dan
Cibodas menjadi salah satu koleksi tumbuhan saat itu.

Tahun 1889, area hutan antara Kebun Raya Cibodas dan Air Panas
ditetapkan sebagai Cagar Alam. Setelah tahun 1919, suatu kawasan cagar
alam ditetapkan. Komitmet utama dimuali tahun 1978, ketika kawasan seluas
14,000 hektar, yang terdiri dari 2 puncak utama dan lerengnya yang luas,
ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Gunung Gede Pangrango. Akhirnya, tahun
1980, seluruh kawasan terpisah-pisah ini digabungkan menjadi Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango.

2.3.2 LEGENDA DAN KEPERCAYAAN

Pencarian sampai bagian dari kawasan Gunung Gede dan Pangrango


yang terdalam, anda tidak akan terkejut untuk menemukan bahwa kawasan ini
kaya dengan sejarah dan legenda. Cerita-cerita tersebut menjadi kunci kepada
kekaguman kita terhadap gunung ini.

Di Cibeureum, ada suatu batu besar di air terjun Cikundul. Menurut


legenda setempat, tempat formasi batu tersebut berada dahulu merupakan
tempat dimana seorang yang dipercayai sangat sakti sedang sila dan
melakukan meditasi, saking lamanya bersila dan meditasi, akhirnya orang
meditasi tersebut berubah menjadi batu. Dalam cerita ini, kejadian alam dan
spiritual tidak bisa dipisahkan.

2.3.3 LETAK ASRTONOMIS GUNUNG GEDE PANGRANGO

Secara geografis Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP)


terletak antara 106°51’-107°02’BT dan 6°41’-6°51’ LS. Secara administratif
Taman Nasional ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten di Provinsi Jawa
Barat, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur
dengan total luas 24.270,80 Ha.

Kawasan TNGGP memang sudah dikenal secara internasioanl sejak


zaman dahulu kala, saat para pengembara barat (para peneliti botani Belanda)
mampir di kawasan ini. Secara nasional, kawasan konservasi di kompleks
Gunung Gede Pangrango mempunyai arti penting dalam sejarah konservasi
dan penelitian botani, karena wilayah ini merupakan kawasan konservasi
yang pertama di Indonesia ditetapkan sebagai Cagar Alam Cibodas, pada
tahun 1889. Perjalanan sejarahnya mulai dari Cagar Alam Cibodas sampai
menjadi Balai Besar TNGGP bisa diikuti runtutan kilas balik di bawah ini :

Berdasarkan Besliut van den Gouverneur General van Nederlandsch Indie


17 Mei 1889 No. 50 tentang Kebun Raya Cibodas dan areal hutan di atasnya
ditetapkan sebagai contoh flora pegunungan Pulau Jawa dan merupakan cagar
alam dengan luas 240 Ha. Selanjutnya dengan Besluit van den Gouverneur
General van
Nederlandsch Indie 11 Juni 1919 No. 33 staatsblad No. 329-15 memperluas
areal dengan hutan di sekitar Air Terjun Cibeureum.
Tahun 1919 dengan Besliut van den Gouverneur General van
Nederlandsch Indie 11 Juli 1919 No. 83 staatsblad No. 392-11 menetapkan
areal hutan lindung di lereng Gunung Pangrango dekat desa Caringin sebagai
Cagar Alam Cimungkad, seluas 56 ha.
Sejak tahun 1925 dengan Besliut van den Gouverneur General van
Nederlandsch Indie 15 Januari 1925 No. 17 staatsblad 15 menarik kembali
berlakunya peraturan tahun 1889, menetapkan daerah puncak Gunung Gede,
Gunung Gumuruh, Gunung Pangrango, dan DAS Ciwalen Cibodas sebagai
Cagar Alam Cibodas dengan luas 1040 Ha.
Daerah Situgunung lereng Selatan Gunung Gede dan bagian Timur
Cimungkad ditetapkan sebagai taman wisata seluas 100 Ha, melalui SK
Menteri Pertanian No. 461/Kpts/Um/31/75 tanggal 27 November 1975.
Unesco pada tahun 1977 menetapkan, kompleks Gunung Gede Pangrango
dan wilayah di sekitarnya yang dibatasi jalan raya Ciawi – Sukabumi –
Cianjur sebagai Cagar Biosfer Cibodas, dengan kawasan konservasi sebagai
zona inti Cagar Biosfer Cibodas.
Pada tahun 1978, bagian-bagian lainnya, seperti kompleks hutan Gunung
Gede, Gunung Pangrango Utara, Cikopo, Geger Bentang, Gunung Gede
Timur, Gunung Gede Tengah, Gunung Gede Barat, dan Cisarua Selatan
ditetapkan sebagai Cagar Alam Gunung Gede Pangrango dengan luas 14.000
Ha.
Dengan diumumkannya lima buah taman nasional pertama di Indonesia
oleh Menteri Pertanian pada tanggal 6 Maret 1980, maka kawasan Cagar
Alam Cibodas, Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede
Pangrango, Taman Wisata Situgunung, dan hutan alam di lereng Gunung
Gede Pangrango, berstatus sebagai TNGGP, dengan luas 15.196 Ha.
Melalui SK Menteri Kehutanan No. 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni
2003 kawasan TNGGP diperluas dengan areal hutan di sekitarnya menjadi
22.851 Ha.
Di awal tahun 2007, melalui SK Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-
II/2007 tanggal 01 Februari 2007, UPT Balai TNGGP ditingkatkan dari
eselon III menjadi eselon II dengan nama Balai Besar TNGGP.

2.3.4 HEWAN, IKLIM DAN TUMBUHAN


2.3.4.1 HEWAN
Hutan tropis merupakan ekosistem yang sangat kaya, dan ketika memasuki
hutan, Anda pasti ingin melihat satwa apa saja yang ada dihutan tersebut. Jika
anda ingin melihat satwa di hutan, Anda harus mempunyai waktu yang lebih
banyak dan khusus, terutama bila Anda memasuki hutan hujan pegunungan
yang kaya dengan beragam flora dan fauna.
Beberapa satwa bahkan spektakuler, misalnya kelompok serangga, yang
berukuran kecil. Pengamatan daun-daun dengan cermat akan sangat menarik.
Dengan binokuler dan dan buku petunjuk burung, Seorang pengamat burung
dapat melakukan pengamatan perilaku berbagai jenis satwa, termasuk
monyet, trenggiling, bajing, dll. Waktu yang cukup ideal untuk pengamatan
adalah dini hari dan menjelang malam, karena waktu-waktu tersebut satwa
cukup aktif.
Berikut ini merupakan penjelasan beberapa jenis satwa yang ada di TNGP.
Jenis satwa akan diterangkan dengan nama latin, dan nama lokal satwa, dan
penjelasan tentang frekwensi satwa ditemukan , sebagai berikut:
Frekwensi perjumpaan:
Sering terlihat ***
Kadang-kadang terlihat **
Jarang terlihat *
Burung
 A baby Javan hawk-eagle: this bird can be frequently seen in TNGP
Kawasan TNGP terkenal dengan kekayaan jenis burung, dengan tercatat lebih
250 jenis burung ada di kawasan TNGP. Pengunjung yang suka mengamati
burung (Bird watchers) dapat menghubungi petugas TNGP bila ingin
melakukan pengamatan.
 Elang / Eagles (Family ACCIPITRIDAE) ***
Ada 16 jenis elang, tercatat berada di kawasan TNGP. Jenis Elang yang
paling sering ditemukan adalah elang berjambul (crested serpent). Elang ini
berukuran sedang (50 cm) dengan kepala berjambul kecil dan ekor berwarna
putih.
Selain itu terdapat burung pemangsa yaitu Elang Hitam, yang berukuran besar
(70 cm) dengan bulu-bulu hitam. Elang hitam ini sering terlihat di sekitar Air
Terjun Cibeureum. Sering berpasangan, dan diikuti oleh seekor anak, saling
memanggil, dan terbang cukup rendah di atas pepohonan.
TNGP juga merupakan habitat bagi Elang Jawa yang langka. Elang ini
berwarna creamy-buff dan berukuran besar (60 cm). Elang Jawa memiliki
bulu jambul yang besar di bagian kepalanya. Walaupun langka dan sudah
masuk kategori Endangered (E) dalam daftar IUCN (International Union for
the Conservation of Nature), dan termasuk endemik Jawa Barat, namun satwa
ini tidak sulit dijumpai. Elang jawa ini suka hinggap di dahan pohon yang
terbuka dimana merupakan tempat ideal untuk melihat mangsanya, misalnya
ayam hutan dan jenis mamalia kecil. Burung ini dikenal sebagai model dari
lambang negara Indonesia ”Garuda”
Jenis burung lain: Burung hantu / Owls (order STRIGIFORMES) ***
Meninting / Fork tails (Enicurus spp.) ***
Tiung batu / Sunda whistling thrush (Myiophoneus glaucinus) ***
Javan gibbbon:
the world’s most endangered gibbon
 Mamalia
Owa Jawa / Javan gibbon (Hylobates moloch) ***
Termasuk kategori Endangered menurut IUCN
Tubug Owa Jawa ditutupi rambut yang berwarna kecoklatana sampai
keperakan atau kelabu, bagian atas kepala berwarna hitam, Muka seluruhnya
berwarna hitam. Owa Jawa ini mudah dikenal terutama karena tidak berekor,
sehingga tergolong kelompok kera (Apes), kelompok monyet mempunyai
ekor.
Owa termasuk satwa monogami dan hanya mempunyai satu pasangan untuk
seumur hidup. “Keluarga inti”, biasanya terdiri dari 2 jantan dan 2 remaja,
dan sangat territorial. Tidak seperti jenis Owa lain, Owa Jawa Betina yang
bersuara untuk mengontrol teritorialnya setiap pagi dengan melakukan kontes
suara/bernyanyi. Nama Owa berasal dari vokalisasi Owa yang sangat khas
yang bisa didengar di hutan-hutan habitat Owa.
Terdaftar dalam IUCN masuk dalam kategori Endangered. Owa Jawa sudah
dilindungi melalui Peraturan Perundang-Undangan RI sejak tahun 1931.
Seperti Owa lainnya, Owa Jawa juga sering dipelihara sebagai hewan
peliharaan (Pet), dan dijual di pasar hewan. Namun, karena peraturan
perlindungan satwa ini cukup ketat, perdagangan Owa sudah tidak dilakukan
secara terang-terangan.
Jenis mamalia lain: Surili / Javan leaf monkey (Presbytis comata) *** IUCN
listing Endangered
Trenggiling / Pangolin (Manis javanica) * Protected under Indonesian law
Macan tutul / Leopard (Panthera pardus) * IUCN listing Threatened
Bunglon: this lizard likes to sit quietly on places such as tree branch and
rocks
Reptilia
 Kadal / Lizards (Suborder SAURIA) ***
Sedikitnya ada 3 famili kadal dapat ditemukan di kawasan TNGP yaitu :
tokek, yang sering terlihat dirumah-rumah; bengkarung, dan kadal pemanjat
(the tree-climbing Agamids) .
 Bunglon (Gonocephalus chamaeleontinus) / Bunglon **
Satwa ini sering menunjukkan ekspresi muka ketakutan. Seperti nama
ilmiahnya, chameleons, satwa ini dapat mengubah warna tubuhnya: dari
warna hijau sampai hitam/coklat. Anggapan salah bila dikatakan satwa ini
beracun, sehingga bunglon seringsekali di bunuh. Tidak ada keluarga kadal di
Asia Tenggara yang beracun.
Jenis kadal lain: Bunglon / False calotes lizard (Pseudocalotes tympanistriga)
***
Bengkarung / Skinks (Family SCINCIDAE) ***
 Ular / Snakes (Suborder SERPENTES) **
Ular pada umumnya binatang yang pemalu dan lebih suka diam. Ular hanya
menyerang jika terganggu. Walaupun, sangat jarang orang tergigit ular di
dalam kawasan, tetapi lebih baik menghindari resiko ketika berhadapan
dengan ular. Banyak jenis ular di dalam kawasan TNGP, ada yang berukuran
kecil seperti cacing sampai ular besar Phyton, yang panjangnya bisa mencapai
10 m.
 Amfibi
Katak, Kodok /Frogs, Toads Lizards (Order ANURA) ***
Jika anda ingin mencoba kehebatan anda dalam melakukan observasi,
cobalah mencari katak/kodok. Hutan di TNGP banyak terdapat katak. Mereka
hidup dibawah akar-akar pohon, didaun yang terapung di air, di atas pohon,
di kumpulan air yang terdapat didasar daun pandan, dan disekitar rawa-rawa
dan sungai.
 White-lipped frog (Rana chalconota) ***
Ini adalah jenis katak yang ditemukan ditempat-tempat terbuka, mudah
dikenali melalui bibir bawahnya yang putih. Katak bibir bawah putih ini
tergolong pemanjat yang cukup baik, karena itu sering disebut sebagai katak
pemanjat. Memiliki jari-jari kaki yang besar dan membulat di ujungnya,
seperti penyangga untuk membantu memanjat dengan mengeluarkan cairan
seperti lem. Seperti umumnya katak, jenis ini dapat merubah warna kulitnya:
hijau ketika siang hari, coklat atau ungu ketika malam.
Jenis amfibi lain: Javan tree frog (Rhacophorus javanus)
Horned frog (Megophrys montana)
Gold-striped frog (Philautus aurifasciatus)
2.3.4.2 IKLIM DAN TUMBUHAN
Iklim dan jenis tanah di kawasan TNGP memberi pengaruh terhadap kondisi
kehidupan tumbuhan di TNGP.
Kawasan Gunung Gede dan Pangrango merupakan kawasan yang terbasah di
pulau Jawa, and sebagai konsekwensinya hutan di kawasan ini sangat kaya
dengan beranekaragam jenis flora. Bulan Desember – Maret merupakan bulan
terbasah, dimana hujan turun hampir setiap hari. Tetapi antara Bulan Maret
sampai September merupakan musim kering/kemarau, daun-daun kering
banyak berjatuhan dan potensial untuk menyebabkan kebakaran, namun
kelembaban lingkungan mikro hutan dan tanah mampu untuk menjaga agar
vegetasi tetap hijau dan bertumbuh. Pada bagian pegunungan, temperatur
udara semakin turun dan hutan sekitarnya sering ditutupi kabut, dan
kelembaban udara yang rendah di daerah ini merupakan habitat ideal bagi
tumbuhan pemanjat dan lumut.
Pada daerah yang lebih tinggi ketersedian dan kondisi udara semakin sedikit
dan menipis, dan kelembaban makin rendah, serta ketersediaan nutrisi tanah
juga sedikit. Hal ini menyebabkan keanekaragaman jenis tumbuhan semakin
rendah dan struktur hutan sudah tidak lengkap, tidak ada pohon tinggi. Ahli
ekologi membuat klasifikasi ekosistem hutan di TNGP kedalam 3 tipe
vegetasi berdasarkan ketinggian yaitu:
Montana Bawah / submontana
(1,000-1,500 m d.p.l.)
Montana (1,500-2,400 m d.p.l.)
Sub Alpin (2,400-3,019 m d.p.l)
Hutan Montane Bawah / submontana
Tipe vegetasi ini dapat ditemukan saat mulai memasuki kawasan TNGP. Terdapat
jenis-jenis satwa dan tumbuhan pada hutan tipe ini, termasuk Owa Jawa dan si
pohon raksasa Rasamala, yang merupakan jenis satwa dan tumbuhan yang
habitatnya pada tipe hutan ini. Hal ini disebabkan karena tipe hutan ini
mempunyai jenis vegetasi yang merupakan campuran antara vegetasi hutan
dataran rendah dan hutan pegunungan sehingga seringkali disebut sebagai
ekosistem sub montana.
Kondisi tanah di hutan montana dataran rendah biasanya dalam, basah, dan kaya
dengan bahan-bahan organik dan partikel tanah yang subur seperti tanah liat,
karena itu, pohon-pohon di hutan montana tumbuh lebih besar dan tinggi. Pohon-
pohon dominan di hutan montana adalah saninten, dan kayu pasang dari famili
FAGACEA.
Hutan montana
Zona ini disebut juga ”Hutan Pegunungan Atas”, berada pada ketinggian 1500 –
2400 m dpl. Ekoton antara vegetasi hutan pegunungan bawah dan hutan
pegunungan atas biasanya sangat jelas. Ada suatu perbedaan jelas yaitu: pohon-
pohon agak semakin jarang sehingga mudah melihat ke dalam hutan, karena
pandangan kita tidak terhalang oleh vegetasi bawah. Pendaki yang berhenti untuk
istirahat seringkali merasa lebih dingin. Kebanyakan tumbuhan yang tumbuh pada
ketinggian ini merupakan jenis tumbuhan pegunungan sejati, hidup pada kondisi
iklim sedang.
Tajuk pohon di hutan pegunungan biasanya memiliki ketinggian yang sama, yaitu
20 meter, percabangan pohon lebih pendek dari cabang pohon di hutan sub
montana. Pohon besar dan sangat tinggi sangat jarang, karena perakaran. Daun-
daun umumnya kecil. Herba yang umumnya ditemukan di lantai hutan termasuk
jenis yang digunakan sebagai tanaman hias yaitu Begonia, Impatiens dan Lobelia.
Hutan Sub Alpin
Hutan di zona sub alpin hanya terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan pohon-pohon
kerdil, rapat dengan batang pohon yang kecil, dan lantai hutan dengan tumbuhan
bawah yang jarang. Hanya ditemukan sedikit jenis vegetasi yang telah beradaptasi
dengan lingkungan yang beriklim ekstrim, hal ini barangkali terkait dengan
kondisi tanah yang miskin hara dengan jenis tanah berbatu (litosol).
Jenis pohon yang dominan di hutan ini adalah cantigi (Vaccinium
varingiaefolium), dari keluarga ERICACEAE, dan dapat dengan mudah dijumpai
disepanjang jalan setapak menuju kawah. Mirip dengan famili jenis Cantigi yang
asal Eropa yaitu bilberry, cantigi juga mempunyai buah berry yang bisa dimakan.
Daun cantigi muda juga mempunyai warna menarik yaitu merah bersinar yang
memperindah hutan pegunungan, seperti halnya pohon puspa. Warna daun muda
yang merah kemungkinan merupakan upaya tumbuhan untuk melawan sinar
ultraviolet yang sangat ektrim.

Jenis-jenis Anggrek di Gunung Gede-Pangrango


Terdapat lebih dari 200 jenis anggrek di kawasan TNGP; beberapa diantara
merupakan jenis anggrek berbunga besar dan sangat indah, namun kebanyakan
anggrek di TNGP merupakan jenis anggrek tanah dan kecil serta sangat sulit
ditemukan. Kebanyakan anggrek pegunungan hanya tumbuh pada lingkungan
yang basah dan lembab.
Trichoglottis pusilla: merupakan anggrek dengan bunga bearoma wangi, hidup di
dataran rendah hutan pegunungan. Jenis ini hanya tumbuh pada ketinggian antara
1500 – 1700 m dpl. Juga ditemukan di Sumatera.
Cymbidium lancifolium: termasuk anggrek yang anggota Genus ini tersebar di
Asia; Jenis-jenis anggrek dari genus ini tersebar mulai dari Indonesia sampai
Jepang, dan didalam kawasan TNGP hidup di hutan hujan pegunungan rendah.
Dendrobium hasseltii: Jenis anggrek yang habitatnya di ketinggian, dan nama
anggrek ini ”hasseltii” merupakan nama peneliti yang menemukannnya di Gunung
Pangrango

2.4 MATERI
3.1.1. Menejemen Perjalanan
Manajemen Perjalanan adalah sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran secara efektif dan efesien pada sebuah perjalanan.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Menjemen Perjalanan kami seharusnya dilaksanakan berdasarkan tugas


masing-masing sesuai dengan divisi yang di pegang. Akan tetapi karena
kurangnya pengetahuan dan pengalaman dari kami serta kurangnya
koordinasi dan kurangnya persiapan yang matang sehingga kami tidak
membagi tugas dan memegang tanggung jawab masing-masing yang
membuat manajemen perjalanan kurang baik.

2.4.1 SURVIVAL PENCINTA ALAM


Dalam melakukan perjalanan di Alam terbuka, seorang Petualang perlu
membekali diri dengan pengetahuan SURVIVAL. Survival berasal dari kata
survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan tertentu. Dalam
hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis.
Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang
buruk.

Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk


keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :

1. Keadaan alam (cuaca dan medan)


2. Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
3. Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)

Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan


kita sendiri.

Definisi Survival :

S : Sadar dalam keadaan gawat darurat


U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vitalitas tingkatkan
I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L : Lancar, slaman, slumun, slamet

Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival ini, agar
dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda
tersesat yaitu istilah "STOP" yang artinya :

S : Stop & seating / berhenti dan duduklah


T : Thingking / berpikirlah
O : Observe / amati keadaan sekitar
P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan

2.4.1.1 Bahaya-bahaya dalam survival


Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Pencegahan :
1. Sering berlatih
2. Berpikir positif dan optimis
3. Persiapan fisik dan mental

2. Matahari / panas
1. Kelelahan panas
2. Kejang panas
3. Sengatan panas

Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :


1. Penyakit akut/kronis
2. Baru sembuh dari penyakit
3. Demam
4. Baru memperoleh vaksinasi
5. Kurang tidur
6. Kelelahan
7. Terlalu gemuk
8. Penyakit kulit yang merata
9. Pernah mengalami sengatan udara panas
10. Minum alkohol
11. Dehidrasi

Pencegahan keadaan panas :


1. Aklimitasi
2. Persedian air
3. Mengurangi aktivitas
4. Garam dapur
5. Pakaian : longgar , lengan panjang, celana pendek, kaos oblong

3. Serangan penyakit

4. Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah, Keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang, sering berlatih

5. Bahaya binatang beracun dan berbisa Keracunan


Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang
mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan. Penyebab :
Makanan dan minuman beracun
Pencegahan : Air garam di minum, Minum teh pekat

6. Keletihan amat sangat


Pencegahan : Makan makanan berkalori, membatasi kegiatan
7. Kelaparan
8. Lecet
9. Kedinginan

2.4.1.2 Jenis-jenis Shelter


1. Shelter asli alam
Gua : Bukan tempat persembunyian binatang, tidak ada gas beracun,
tidak mudah longsor.
2. Shelter buatan dari alam
3. Shelter buatan

Syarat Shelter :
1. Hindari daerah aliran air
2. Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
3. Bukan sarang nyamuk/serangga
4. Bahan kuat
5. Jangan terlalu merusak alam sekitar
6. Terlindung langsung dari angin

2.4.1.3 Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 sampai
dengan 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari
saja tanpa air.

1. Air yang tidak perlu dimurnikan :


a. Hujan : Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan
alirkan ke tempat penampungan
b. Dari tanaman rambat/rotan : Potong setinggi mungkin lalu
potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat
langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
c. Dari tanaman : Air yang terdapat pada bunga (kantung
semar) dan lumut

2. Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :


a. Air sungai besar
b. Air sungai tergenang
c. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5
meter dari batas pasang surut)

d. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan


menggali lubang di bawah batuan
e. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon
pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat
lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai
3 kali pengambilan

2.4.1.4 Makanan
Patokan memilih makanan :

1. Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia


2. Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
3. Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun
kecuali sawo
4. Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-
lenganbibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
5. Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam

Hubungan air dan makanan :

1. Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang


sedikit
2. Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
3. Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak

2.4.1.5 Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan
adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil
beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.

1. Dengan lensa / Kaca pembesar : Fokuskan sinar pada satu titik


dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
2. Gesekan kayu dengan kayu : Cara ini adalah cara yang paling
susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu
sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga
terbakar.
3. Busur dan gurdi : Buatlah busur yang kuat dengan
mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada
kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar
mudah tebakar. Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat
pada dasar kelapa, atau daun aren.

2.4.1.6 Survival kit


Ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :

1. Perlengkapan memancing
2. Pisau
3. Tali kecil
4. Senter
5. Cermin suryakanta, cermin kecil
6. Peluit
7. Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
8. Tablet garam, norit
9. Obat-obatan pribadi
10. Jarum + benang + peniti

2.4.1.7 Teknik survival


Teknik survival adalah bagian dari THAB yang mempunyai pokok
bahasan :

1. Persiapan perjalanan dan kesehatan perjalanan.


2. Botani dan zoologi praktis.
3. Pioneering, meliputi : navigasi, mountaineering, tali temali/jerat,
pengetahuan medan, bivak, mencari air, membuat api, komunikasi
lapangan, membaca jejak, manaksir jarak dan ketinggian.

Namun penerapannya dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1. Subyektif (jasmani rohani).


2. Proses pelaksanaannya.
3. Obyektif (kondisi lingkungan/medan).
4. Faktor pendukung (sarana danprasarana kegiatan).

2.4.2 PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)


Luka adalah peristiwa dimana jaringan tubuh ada yang terputus, tersobek,
rusak oleh sesuatusebab, missal karena kecelakaan, tertusuk, tertembak, terpukul,
jatuh, dsb. Sebagai akibatnyamenimbulkan pendarahan, patah tulang, inpeksi,
dan lainnya.Penanganan LukaCara-cara umum pertolongan terhadap luka, yaitu :
1. Hentikan terjadinya pendarahan.
2. Siram\usap dengan obat merah (mercurochrome) atau yodium tinctuur
(antiseptic lain).
3. Berilah Sulfatilamide powder (jangan terkena air).
4. Tutuplah dengan kain kasa steril\kain yang bersih.
5. Jangan sekali-kali melekatkan kapas tanpa obat\salep.
Keterangan (catatan tambahan) :
1. Obat merah (yodium) dapat digunakan untuk mematikan hama\kuman.
2. Yodium harus disimpan dalam keadaan tertutup (berbahaya kalau
menguap maka yangtertinggal adalah yodium kental atau yang konsentrasinya
besar.
LUKA BAKARYang disebut luka bakar, adalah kerusakan jaringan tubuh
yang disebabkan oleh panas yangsuhunya di atas 60 derajat celcius.Luka bakar,
dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan atau disebut juga stadium :
1. Luka bakar tingkat I ;Kulit kemerahan, terbakar hanya kulit luar oleh
panas sekitar 60 derajat celcius.
2. Luka bakar tingkat II ;Kulit melepuh, bengkak, merah dan perih, luka
pada kulit ari/jaringan, panas sekitar 100 derajatcelcius.
3. Luka bakar tingkat III;Kulit hangus, pembakaran sampai ke bagian
dalam tubuh, terjadi banyak kerusakan.
 Penyebab luka bakar, antara lain :
1. Api (bara yang menyala)
2. Cairan gas (benda yang menyala).
3. Bahan kimia.
4. Sinar matahari.
5. Listrik, dsb.
Cara-cara pertolongan :
1. Hilangkan penyebabnya terlebih dahulu. Misalkan, memadamkan api
dengan caramenggulingkan badan si korban, dengan kain basah/pasir.
2. Cegahlah gugat dari kemungkinan infeksi.
3. Tutuplah luka dengan kain steril.
4. Pembalut agak longgar (pada luka bakar tingkat III, tidak perlu
dibalut).
5. Berilah minum sebanyak-banyaknya dengan air gula hangat
(mengembalikan cairan yanghilang).
6. Tutuplah si korban dengan selimut, agar tidak kedinginan dan
mencegah gangguan serangga.
7. Cepat bawa ke ahlinya/dokter.
LUKA GIGITAN
Gejala-gejala luka gigitan (biasanya gigitan), yaitu :
1. Pada tempat terjadinya gigitan, timbul bengkak dan kulit membiru.
2. Terasa sakit,panas dan terasa kaku.
3. Penderita gelisah dan berkeringat.
4. Timbul pendarahan.
 
5. Pada luka gigitan ular, ada bekas berupa titik-titik (bekas taring)
harus diperhatikan letakgigitannya.Pertolongan :1. Antara luka gigitan
dengan jantung harus dipasang bebat putar (penasat/tornikuet).2. Pada luka
hewan biasa (bukan ular/binatang berbisa) luka dibersihkan yodium/air
yangmengalir.3. Pada luka gigitan binatang berbisa, jangan banyak
diganggu, dan jangan dihisapsembarangan, korban juga jangan banyak
bergerak karena dapat mempercepat nadi, sehinggabisa (racun) dapat
semakin cepat menyebar, dan segeralah bawa ke dokter atau ahlinya4.
Pada gigitan anjing, cepat berangkat ke dokter, rumah sakit untuk
di vaksin/suntik, dan anjingyang menggigit harus ditangkap (dikarantina)
untuk mengetahui apakah anjing itu mengidaprabies atau
tidak.PERALATAN PPGD DAN OBAT-OBATANPeralatan PPGD yang
harus kita siapkan, antara lain :1. Kapas2. Pembalut Perekat (plester)3.
Kain segi tiga/mitela (bahasa belandanya Driedhoek verband)4. Pembalut
gulung/kasa5. Pembalut kasa/gaas verband6. Gunting7. Pipet/pentetes
mata8. Pinset/alat pencepit9. Karet penasat/bebat putar/tornikuet
( untuk menahan pendarahan)10. Bidai ( Spalk-bld, Split-ing)11. Kotak/tas
PPGD yang selalu tertutup rapat.

Navigasi Darat
Navigasi darat adalah tekhnik untuk menentukan kedudukan/
posisi subyek dan arah lintasan didarat secara tepat. Subyek disini
adalah pengguna (navigator). Navigasi darat sangat berguna uintuk
kegiatan-kegiatan outdoor atau suatu penelitian dilapangan atau medan
yang sangat luas.

Hal-hal yang harus dipahami oleh seorang navigator, antara lain:

1. Ilmu/ orientasi medan


2. Interpretasi peta
3. Penggunaan alat pedoman arah
4. Penggunaan alat pedoman posisi
5. Protaktor
6. Alat tulis
7. GPS ( Global Positioning System ), yaitu suatu teknik penentuan
posisi dengan bantuan satelit yang mana di Indonesia belum
banyak digunakan untuk kegiatan outdoor.
8. Dapat membaca arah tanpa kompas dan tanda-tanda alam yang
lain.

Alat-alat yang digunakan dalam dalam navigasi darat, antara lain:

1. Peta
2. Protaktor
3. Kompas
4. Alat tulis
5. Alat komunikasi

3.1.2 Peta
Peta adalah gambaran seluruh atau sebagian dari permukaan
bumi yang diproeksikan kedalam suatu bidang datar dengan
perbandingan atau perkecilan tertentu yang dinamakan skala, Tujuannya
agar si pemakai mempunyai gambaran atau bayangan mengenai kondisi
medan. Peta Topografi adalah peta yang menggambarkan kenampakan
alamiyah (natural features) seperti sungai, bukit,lembah, dll dan
kenampakan buatan manusia (man made features). Di Indonesia, peta
yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung,
peta dari Jawatan Topologi yang sering disebut sebagai peta AMS
(American Map Servise) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan
pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval
kontur (jarak antar kontur) 25 m. selain itu juga ada peta keluaran
Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang
lebih baru dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur
12,5 m) dan biasanya berwarna.

Hal-hal penting yang berhubungan dengan peta:

1. Judul Peta
2. Nomor Peta
3. System Koordinat
4. Garis kontur dan ketinggian
5. Skala peta
6. Legenda peta
7. Tahun peta
8. Arah peta
9. Karvak
10. Titik triangulasi

1. Judul Peta
Judul peta tidak ditentukan berdasarkan skalanya, tetapi ditetapkan
berdasarkan pada temanya. Misalnya : peta Yogyakarta ( memetakan
daerah kota yogyakarta dan sekitarnya ), Peta Tondano (memetakan
daerah sekitar danau Tondano). Judul peta ditulis menonjol pada lembar
yang bersangkutan.
Pengambilan ciri utama atau kenampakan areal yang mudah untuk
diketahui atau mudah dicari, misalnya nam kota, desa, danau, sungai,
gunung yang mudah dikenal atau yang paling istimewa.

2. Nomor Peta
Nomor peta biasanya disebelah kanan atas peta. System penomoran
lembar seri peta mengikuti system proyeksi yang dipergunakan untuk
mengingat luas areal dan ukuran lembar peta. Indonesia terletak pada
95° – 141° BT dan 6° – 11° LS, sehingga penomoran lembar peta
berdasarkan peta posisi kepulauan indonesia.

3. System Koordinat
System koordinat merupakan suatu cara untuk menemtukan
posisikoordinat pada sustu titik. Posisi koordinat adalah pertemuan 2
buah sumbu yang sering disebut sumbu absolut dan sumbu relative.
Systen koordianat dalam peta dibagi menjadi:

a. Koordinat grid/peta adalah perpotongan antara sumbu absis (X)


atau garis bujur dengan sumbu koordinat (Y) garis lintang, dimana
dalam menentukan pertunjukannya dilihat dari arah utara selatan.
Titik acuan nol terdapat disebelah barat Jakarta (60°LU, 68°BT)
Contoh : Koordinat A (322.223)
(perenaman) Koordinat B (3344. 5566) (perdelapan)
b. Koordionat Geografis, dalam koordinat geografis sumbu yang
digunakan merupakan sumbu berdasar garis lintang dan garis
bujur dan dinyatakan dalam derajat, menit dan detik. Contoh : A
koordinat
111°10’11.21’’ BT, B koordinat 7°40’35.52’’ LS

4. Garis Kontur Dan Ketinggian


Garis kontur adalah garis yang berbelok-belok dan bersifat tertutup serta
merupakan rangkaian titik yang sama tingginya, yang juga dapat
menentukan kesan 3 dimensi suatu permukaan bumi.

Sifat-sifat garis kontur :

1. Garis kontur tidak pernah saling berpotongan.


2. Garis kontur selalu horizontal
3. Garis kontur tidak pernah bertemu dengan garis kontur yang lain
yang berbeda indeks (angka) konturnya.
4. Garis kontur yang rapat akan menggambarkan medan yang terjal,
sedang yang renggang menggambarkan medan yang landai.
5. Pada suatu lembah, garis kontur meruncing kehulu ( membentuk
huruf n )
6. Pada suatu punggungan, garis kontur membentuk huruf U
7. Garis kontul selalu membelok dan akan mengikuti lereng lembah
kearah puncak.
8. Garis kontur selau tegak lurus arah yang mengalir dipermukaan.
misalnya sungai, garis kontur indeks digambarkan lebih tebal dari
pada kontur lainnya.
9. Untuk mengetahui ketinggian suatu kontur dapat diketahui
dengan mencari CL (contur interval).

Rumus untuk mencari CL =X skala

peta Fungsi kontur :

1. Menunjukkan ketingia suatu tempat


2. Menunjukkan gambaran suatu relief permukaan bumi
3. Menunjukkan kemiringan lereng
5. Skala Peta
Skala peta merupakan perbandingan jarak antara dua titik di peta
dengan jarak mendatar (horizontal) antara dua titik serupa dilapangan.
Sering juga disebut perbandingan peta dengan kondisi sesungguhnya
byang dinyatakan dalam bentuk angka. Rumus dasar : Jarak medan =
jarak dipeta X skala.

Sifat skala :

1. Makin kecil angka dibelakang tanda bagi = makin besar skala


peta tersebut.
2. Makin besar angka dibelakang tanda bagi = semakin kecil
skalanya
3. Pada peta biasanya skala dicantumkan dalam bentuk angka,
contohnya : 1: 50.000

6. Legenda Peta
Legenda peta adalah keterangan yang menjelaskan arti dari setiap
simbol, titik, garis, maupun area yang terdapat didalam peta. Tujuannya
untuk memudahkan pengguna dan menginterpretasikan peta. Biasanya
terletak pada bagian bawah peta.

7. Tahun Peta
Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta
tersebut. Semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang disjikan
semakin akurat.

8. Arah Peta

1. Arah utara sebenarnya, yaitu arah yang ditunjukkan oleh meridian


dan menuju kekutup utara atau tempat pertemuan dari garis-garis
meridian yang terdapat di kutup utara.

2. Arah utara peta, yaitu arah yang ditunjukkan pada peta yang
tegak keatas terletak pada legenda peta.
3. Arah utara magnetis, yaitu arah utara yang ditunjukkan oleh garis
tengah jarum kompas magnetis dan pada peta topografi
dilambangkan setengah anak panah.

9. Karvak
Karvak adalah daerah tertentu pada peta yang dibagi pada bagian-
bagian bujur sangkar.

10. Titik Triangulasi


Titik Triangulasi adalah ketinggian yang diberikan untuk titik
ketinggian yang telah membentuk garis kontur. Peta topografi sering
tercantum angka pada garis kontur yang terkecil, angka tersebut adalah
titik ketinggian. Misalnya, 1265 berarti pada titik tersebut ketinggiannya
adalh 1.256 Mdpl.

3.1.3 Kompas
Kompas adalah penunjuk arah dalam bidang datar, yang secra
fungsional sangat membantu navigasi. Jarum kompas (UM)., sedang
sudut yang dibentuk antar UM dengan garis sasaran disebut sudut
kompas (SK). Dalam memakai kompas sebaiknya dihindarkan pada
benda-benda yang mengandung unsur logam, seperti : parang terbas,
topi baja, tiang listrik ± 10-15 meter, karena aka berpengaruh terhadap
sistem kerja kompas.

1. Jenis Kompas
a. Kompas Bidik (misalnya kompas Prisma), kompas ini mudah
untuk membidik, tetapi dalam pembacaan peta perlu
dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris.
b. Kompas Orienteering (misalnya kompas silva, Suunto dll),
untu keperluan pergerakan dan kemudahan plotting peta,
kompas orientering lebih handal dan efisien.

2. Fungsi Dan Kegunaan Kompas


a. Mengetahui arah, Jjrum kompas akan selalu menunjukkan
arah utara
(utara magnet bumi)
b. Membidik sasaran, untuk mengetahui posisi berdiri anda:

Contoh : Didepan anda menjulang Gunung Lawu, kemudian dari


posisi anda berdiri bidiklah gunung lawu tersebut. Dengan
menggunakan kompas prisma, anda akan dapat langsung
membaca berapa besar sudut bidikan anda. Misal : 320°. Cara
mengatakannya:

Posisi saya 320° kearah utara Gunung Lawu


Posisi saya 140° dari Gunung Lawu( 320° -140° )

3.1.4 Azimuth – Back Azimuth


Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang
pengamat. Azimuth juda disebut dengan sudut kompas. Kebalikan dari
Azimuth adalah Back Azimuth. Dalam resection back Azimuth diperoleh:

1. Jika Azimuth yang kita peroleh lebih dari 180° maka back azimuth
sama dengan azimuth dikurangi 180°. Misal, anda bidik tanda
medan dan memperoleh azimut 200°, maka back azimuthnya
200° – 180° = 20°
2. Jika Azimuth yang kita peroleh kurang dari 180°, maka back
azimuth ditambah 180°. Misal, anda bidik suatu medan anda
peroleh 160° maka back azimuthnya 160° + 180° = 340°

3.1.5 Plotting Dengan Protakor


1. Buat garis tegak lurus dan mendatar (salib sumbu) melalui titik
yang diketahui.
2. Letakkan protaktor pada titik tersebut denganh salib sumbu
berimpit dengan salib sumbu yang digambarkan melalui titik tadi.
3. Buat tanda pad peta sesuai dengan angka peribuan atau derajat
yang diketahui atau yang dikehendaki.
4. Tarik garis dari titik tersebut (potongan salib sumbu) ketitik tanda
yang dibuat dipeta.
5. Garis itulah yang menunjukkan arah sudut peta yang di
kehendaki.
3.1.6 Orentasi Peta
Orentasi Peta yaitu menyamakan kedudukan peta dengan kondisi
medan sebenarnya, agar dalam memegang peta dengan benar
menunjukkan arah utara.

Caranya :

1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka


agar dapat melihat tanda medan yang mencolok.

2. Bukalah kompas seluruhnya


3. Letakkan kompas diatas peta , lalu sejajarka sumbu pokoknya
dengan utara peta
4. Putar petanya sehingga sejajar pula dengan utara magnetisnya.
Setelah itu dilakukan maka sekarang kita memegang peta dengan
benar
5. Carilah tanda-tanda medan yang paling mencolok dimedan
sebenarnya dan terlihat juga dipeta.

3.1.7 Resection
Adalah cara mengambil posisi kita pada suatu tempat pada peta.

Resection dengan 2 titik ketingian:

1. Orientasikan peta dengan benar, kemudian kita lihat dan amati


medan sebenarnya yang ada disekitarnya
2. Tandai kedudukan dari 2 titik yang suidah kita kenali, baik di
medan sebenarnya maupun di peta
3. Bidik kompas ketitik medan yang sudah kita kenali, catat sudut
kompasnya. Misal titik A dan B
4. Hitung back azimuth titik A dan B
5. Tarik garis angka back azimuth tersebut dari titik A dan B
6. Titik perpotongan yang dibuat adalah posisi kita di peta.
3.1.8 Intersection
Adalah cara untuk menentukan posisi atau tempat lain pada peta. Posisi
tersebut tidak diketahui di peta, dicari dengan bantuan dua atau lebih titik
yang diketahui posisinya di peta. Caranya :

1. Orientasikan peta
2. Lakukan resection untuk menentuka posisi kita dipeta
3. Cari titik di peta dapat dilihat dan dapat diukur besar azimuthnya
dari titik yang diketahui dimedan yang sebenarnya/dilapangan
( tapi tidak diketahui dipeta )
4. Hitung berapa derajat azimuthnya
5. Tarik garis azimuth dari titik yang diketahui di peta dari medan
sebenarnya
6. Pindahkan ketitik/ lokasi lain yang diketahui baik dipeta maupun
dimedan sebenarnyakemudian bidiklah kelokasi yang diketahui
dilapangan tapi tidak diketahui di peta
7. Titik perpotongan merupakan titik posisi yang kita cari di peta

3.1.9 Menentukan Arah Tanpa Kompas


Menentukan arah mata angin dapat dilakukan dengan berbagai cara :

1. Tanda alam

1. Matahari, sebagaimana kita ketahui matahari terbit dari


timur dan terbenam dibarat
2. Kuburan orang islam, membujur keutara dan selatan
3. Masjid, menghadap kekiblat (barat laut)
4. Tumbuhan, bila kita perhatikan ada jenis lumut yang hidup
pada batang-batang pohon.
5. Jenis lumut ini menyelimuti sekeliling/ sebagain batang
dengan tebal.
6. Bila lumut ini menyelimuti sekeliling batang , sebagian
lumut ini berwarna hijau segar adalah arah timur dan
sebagian berwarna hujau kekuningan adalah arah barat.
7. Bila lumut ini hanya menyelimuti sebagian batang maka
bagian tersebut adalah arah timur.
3.1.10 Mengenal Tanda Medan
Beberapa tanda medan yang dikenal dalam peta topografi:

1. Puncak bukit atau Gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil,


terletak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
2. Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang
ujungnya melengkung menjauhi puncak.
3. Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang
ujungnya tajam menjorok kepuncak dan biasanya rapat.
4. Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian.
5. Pass, merupakan celah memanjanag yang membelah suatu
ketingian.
Sungai, terlihat dipeta yang memotong rangkaian kontur. Biasanya ada
dilembahan dan namanya tertera mengikuti alur sungai.
BAB III

PENGOLAHAN DATA

3.1. Nama, Tempat, dan Waktu Kegiatan


Nama Kegiatan : Pengembaraan (Gunung Hutan) Mapala-Suraung
Sekolah Tinggi Teknologi Bandung Angkatan III
(Kuya Puntang).
Tempat : Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP) kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur,
Jawa Barat
Hari, Tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019 s/d 25 agustus 2019.

Anggota :

1. Hanig Mahmud Halim (Centong)


2. Moch Panji Pradana (TB)
3. Imam Fathul Khoir (Owa)
4. Eli Siti Solihah (Undur-Undur)
5. Yuna Andreina (Lonok)
6. Heni Prihatiningsih (Itik)
7. Muchamad Ikhsan Nurwahid (Kalaras)
8. Aisyah Nurul Huda (Curut Sf
9. Elsa Fatmawati (Kunang-Kunang)
10. Miftahul Jannah (Putu)
11. Sinta Oktapiyani (Raflesia)
12. Rama Wahyu Pangestu (Gali)

Pendamping :

1. Imam Hassan F
2. Eka Trina
3. Fitri Widiana
3.2. Perencanaan
Kegiatan Pengembaraan ini dilakukan melalui beberapa tahapan
terlebih dahulu, perencanaan tersebut meliputi :
Tabel 3.1. Tabel Perencanaan
No. Tanggal Keterangan
1. Juli Perencanaan Pengembaraan
2. 25 juli s/d 27 juli 2019 Penyusunan Proposal Pengembaraan
3. 27 juli 2019 Pengajuan Proposal Pengembaaan
4. 13 Agustus 2019 Pencairan uang kampus
22 Agustus s/d 25
5. Pelaksanaan Pengembaraan
Agustus 2019
27 Agustus s/d 27 Penyusunan proposal pengembaraan
6.
September perorangan
7. 28 September Sidang Laporan

3.3. Rincian Kegiatan


Adapun rician kegiatan yang kami lalui sebagai berikut :
Tabel 3.2. Tabel Rincian Kegiatan

HARI WAKTU KETERANGAN


16.00 – 17.00 Brifing Teori , persiapan, dan
perlengkapan
17.00 – 18.00 Isoma (istirahat, sholat, makan)
Tunggu jemputan agak sedikit terlambat
18.00 – 21.00
Kamis menjemput karena mobil terjembak macet
Pengecekan perlengkapan dan apel
22/08/2019 21.00 – 21.59
pengembaraan
21.59 – 02.18 Pemberangkatan
Jum’at
02.18 – 08.24 Isoma (istirahat, sholat, makan,)
23/08/2019
Pengecekan Kesehatan ( anggota muda
08.30 – 09.45
dan pembimbing )
09.45 Memulai Pengembaraan
Via gunung putri
09.45 – 11.15 Pos 1 ( Legok Leunca )

12.05 – 12.27 Pos 2 ( Buntut Lutung )

12.27 – 13.50 Pos 3 ( Lawang Saketang )


14.26 – 15.26 Pos 4 ( Simpang Maleber )

15.25 – 17.13 Surya kencana Gunung Gede

Istirahat di surya kencana ( pendirian


17.13 – 05.58
tenda )
05.58 – 10.05 Sholat subuh, makan dan persiapan
pemberangkatan.
Perjalanan menuju puncak dan beristirat
10.05 – 12.10
di puncak Gede
Mulai pengembaraan hari kedua (turun
13.30 – 17.10
Sabtu jalur cibodas )
24/08/2019 Mendirikan Tenda dan Playsheet di
17.10 – 18.10
kandang badak
18.10 – 02.00 istirahat ( kadang badak )
Perjalanan pangarango (tidak sampai
03.30 – 05.00 puncak karena dalam perjalanan ada
yang sakit dan harus kembali ke tenda)
05.00 – 10.00 Istirahat, Solat, dan makan

Perjalanan turun melalu jalur cibodas ,


10.00 – 18.00
cipanas
Minggu Menuju jemputan pulang karena mobil
18.00 – 21.15
25/08/2019 terkena macet
21.15 – 00.20 Perjalanan pulang menuju kampus

00.20 Tiba di kampus


3.4. Logistik dan Perlengkapan
Adapun Logistik dan Perlengkapan yang kami bawa sebagai berikut :
Tabel 3.3. Perlengkapan Pribadi
Perlengkapan Pribadi
No Nama Barang
Jumlah
.
1. Carrier 45 L 1
2. Jaket 1
3. Sleepingbag 1
4. Headlamp 2
5. Sarung Tangan 2
6. Kaos Kaki 1
7. Ponco/Jas Hujan 1
8. Baju Ganti 2
9. Alat Sholat 1
10. Sendal 1
11. Alat Makan 1
12. Alat Tulis 1
13. Obat Pribadi 2
14. Snack 5
15. Telur 2
16. Beras 3 Cangkir 3
17. Minuman Siap Seduh 1
18. Pisau Dapur 1
19. Trash Bag 2
20. Rain Cover 1
21. Sepatu Standar Pendakian 1
22. Tali Rami 1
23. Mie Goreng 2
24. Garam Korosok 2
25. Pisau Dapur 1
26. Matras 1

Adapun perlengkapan Umum sebagai berikut :


Tabel 3.3. Perlengkapan Umum
Perlengkapan Umum
No Nama Barang Jumlah
.
1. Tenda Dome 3
2. Kompor Portabel 3
3. Gas Isi Ulang 5
4. Flysheet 3
5. Nesting 4
6. Kompas Bidik 3
7. Webing 6
8. Blanket 2
9. Tali Rami / Tambang 2
10. Tabung Oksigen 2
11. P3K 1
12. Bendera Mapala Suraung 1

Adapun logistik Kelompok sebagai berikut :


Tabel 3.4. Logistik Kelompok
Kelompok
No Nama Barang No. Nama Barang
Jml Jml
.
1. Tahu 2 15. Gula Putih ¼
2. Royco 6 16. Sasa/Micin 1
3. Tempe 1 17. Ikan Asin 2
4. Baso 1 18. Teh
5. Sosis 1 19. Kertas Nasi
6. Sawi 1 20. Minyak Goreng 1½
7. Tauge 2 21. Sarden 1
8. Waluh ½ 22. Snack 4
9. Cabe Rawit 23. Teh Tarik
10. Cabe Gendot 24. Mie Bihun 5
11. Bawang Merah 1ons 25. Mie Goreng 5
12. Bawang Putih 1ons 26. Kecap Saori 3
13. Bawang Daun 27. Good Day 1
14. Buncis ½ 28. Gula Merah ¼

Adapun isi p3k yang kami bawa, antara lain :


Tabel 3.5. P3K
P3K
No Nama barang Keterangan
Jumlah
.
1. Blanket 2 Untuk hipoermia
2. Kasa 2 Pembalut Luka
3. Tabung Oxygen 2 Untuk Sesak Napas
4. Kayu Putih 2 Penyesuaian pemakai
5. Madu 2 Penambah Stamina
6. Tolak Angin 1 Obat masuk angin
7. Hansaplas 1 Obat luka
8. Betadine 1 Obat luka
9. Kapas 2 Pembersih luka
10. Obat batuk 1 Obat batuk
11. Balsem 1 Penyesuaian pemakai
12. Obat magh 1 Pencegahan magh
13. Obat Alergi 1 Obat alergi
14. Paracetamol 1 Obat demam
15. Antangin 1 Obat masuk angin
16. Alcohol/antibiotik 2 Pembasuh luka
3.5. Anggaran Biaya
Adapun anggaran biaya yang telah kami rincikan sebagai berikut :
Tabel 3.6. Anggaran Biaya

No. keterangan Jumlah Harga Satuan Total

Pemasukan

1. Penggurus - Rp. 1.000.000,00,-

2. Iuran 12 Rp 175.000,00,- Rp . 2.100.000,00,-


Anggota

3. Iuran 3 Rp. 50.000,00,- Rp. 150.000,00,-


Pendamping

Jumlah : Rp. 3.250.000,00,-

Pengeluaran

1. Kendaraan 1 Rp. 900.000,00,- Rp. 900.000,00,-


(PP)

2. Simaksi 15 Rp. 63.000,00,- Rp. 945.000,00,-

3. Makan Pagi 10 RP. 13.900,00,- Rp. 139.000,00,-

4. Penginapan 1 Rp. 100.000,00,- Rp. 100.000,00,-

5. Logistik
Umum

Tahu 2 Rp. 4.000,00,- Rp. 8.000.00,-


bungkus

Frame Tenda 3 Rp. 7.500,00,- Rp. 22.500,00,-

Gas (isi 3 Rp. 10.000,00,- Rp. 30.000,00,-


ulang)

Tempe 1 Rp. 10.000,00,- Rp. 10.000,00,-


bungkus

Baso 1 Rp. 16.000,00,- Rp. 16.000,00,-


bungkus

Sosis 1 Rp. 15.000,00,- Rp. 15.000,00,-


bungkus

Sawi 1 kg Rp. 12.000,00,- Rp. 12.000,00,-

Tauge 2 Rp. 2.500,00,- Rp. 5.000,00,-


bungkus

Waluh ½ kg Rp. 4.000,00,- Rp. 4.000,00,-

Cabe Rawit Rp. 5.000,00,- Rp. 5.000,00,-

Cabe Gendot Rp. 5.000,00,- Rp. 5.000,00-

Bawang 1 ons Rp. 4.000,00,- Rp. 4.000,00,-


Merah

Bawang 1 ons Rp. 4.000,00,- Rp. 4.000,00,-


Putih

Bawang Rp. 2.000,00,- Rp. 2.000,00,-


Daun

Buncis ½ kg Rp. 8.000,00,- Rp. 8.000,00,-

Garam 2 Rp. 1.000,00,- Rp. 2.000,00,-


bungkus

Gula Merah ¼ kg Rp. 4.000,00,- Rp. 4.000,00,-

Gula Putih ¼ kg Rp. 4.000,00,- Rp. 4.000,00,-

Royco 6 sachet Rp. 500,00,- Rp. 3.000,00,-

Sasa/Micin 1 sachet Rp. 1.000,00,- Rp. 1.000,00,-

Ikan Asin 2 Rp. 4.000,00,- Rp. 8.000,00,-


bungkus

Teh Rp. 4.000,00,- Rp. 4.000,00,-

Kertas Nasi Rp. 6.000,00,- Rp. 6.000,00,-


Minyak 1 ½ liter Rp. 20.000,00,- Rp. 20.000,00,-
Goreng

Sarden 1 Rp. 20.000,00,- Rp. 20.000,00,-

Teh Tarik 1 kotak Rp. 12.000,00,- Rp. 12.000,00,-

Mie Bihun 5 Rp. 4.000,00,- Rp. 20.000,00,-


bungkus

Mie Goreng 5 Rp. 3.000,00,- Rp. 15.000,00,-


bungkus

Kecap Saori 3 sachet Rp. 3.000,00,- Rp. 9.000,00,-

Good Day 1 Rp. 12.000,00,- Rp. 12.000,00,-


rencemg

6. P3K

Cek medis 15 Rp. 25.000,00,- Rp. 375.000,00,-

Batu Batre 5 Rp. 2.000,00,- Rp. 10.000,0,-


ABC

Madu 2 Rp. 18.500,00,- Rp. 37.000,00,-

Tabung 2 Rp. 60.000,00,- Rp. 120.000,00,-


Oksigen

Emeregency 2 Rp. 36.000,00,- Rp. 72.000,00,-


Blanket

Teh Manis 2 Rp. 5.000,00,- Rp. 10.000,00,-

Kayu putih 1 Rp. 15.000,00,- Rp. 15.000,00,-

Jumlah total : Rp. 3.003.500,00,-

Keterangan :
Pemasukan = Rp. 3.250.000,00,-
Pengeluaran = Rp. 3.003.500,00,-
_________________________________ –
= Rp. 246.500,00,-
3.6. Flora dan Fauna yang ditemui
3.6.1. Flora
Adapun Flora dan Fauna yang kami temukan di hutan, antara lain :
Tabel 3.7. Flora

Nama : Pohon Pisang


Nama Latin : Musa paradisiaca
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Infra kingdom : Streptophyta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa
paradisiacal

Nama : Paku sejati


Kingdom : Pteridophyta

Nama : Paku Tiang


Nama Latin : Biodiversity
Warriors

Nama : Bunga Edelweiss


Nama Latin :
Anaphalis
javanica

Nama : Paku Sarang


Burung
Nama latin : Asplenium nidus
Pteridophyta
Kingdom :

Nama : Arbei Hutan


Nama latin : Fragaria Vesca

Nama : Begonia
Nama Latin : Begonis Sp

Nama : Marasi
Nama Latin : Curculigi Latifolio
Nama : Anggrek Merpati
Putih
Nama Latin : Orchidaceae

Nama : Palm Merah


Jenis : Tanaman Hias

Nama : Jaka Sembung


Fungsi : Dapat
menyembuhkan
sakit badan
dengan cara
diseduh daunnya.

nama : Jamur Kayu

Nama : Anggrek merpati


Ungu

3.6.2. Fauna
Adapun fauna yang kami temui di sepanjang gunung gede pangrango
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.8. Tabel Fauna

Nama : Kupu-kupu

nama : Lutung Budeng


BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Tempat, Tanggal dan Waktu Kegiatan
Gunung Gede Pangrango adalah tempat pengembaraan yang telah
anggota muda pilih dengan voting kesepakatan bersama, adapun kandidat
gunung yang telah anggota muda pilih, antara lain :
1. Sindoro
2. Sumbing
3. Slamet

Namun karena mengukur dari jarak, waktu dan biaya, kami tidak
memilih diantara tiga kandidat tersebut, akhirnya kami memilih gunung yang
ada di daerah Jawa Barat, dengan ketinggian 3000mdpl. Antara lain:

1. Ciremai
2. Gede Pangrango

Dari dua tempat tersebut, kami (anggota muda) sepakat untuk memilih
Gunung Gede Pangrango, dengan memperhitungkan jarak dan biaya
tentunya. Jarak gunung Gede Pangrango lumaya cukup dekat jika ditempuh
dari Bandung, tentunya tidak terlalu memakan banyak biaya juga.

Pengembaraan divisi gunung hutan angkatan III dilaksanakan pada


hari/tanggal, Kamis 22 Agustus 2019 s/d Minggu 25 Agustus 2019,
dikawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dengan jalur
pendakian Gunung Putri dan turun melalui Jalur Cibodas.

Adapun anggota yang mengikuti pengembaraan divisi gunung hutan


antara lain :

1. Hanig Mahmud Halim (Centong)


2. Moch Panji Pradana (TB)
3. Imam Fathul Khoir (Owa)
4. Eli Siti Solihah (Undur-Undur)
5. Yuna Andreina (Lonok)
6. Heni Prihatiningsih (Itik)
7. Muchamad Ikhsan Nurwahid (Kalaras)
8. Rama Wahyu Pangestu (Gali)
9. Aisyah Nurul Huda (Curut)
10. Elsa Fatmawati (Kunang-Kunang)
11. Miftahul Jannah (Putu)
12. Sinta Oktapiyani (Raflesia)

Dan pendamping dari pengurus, adalah :

4. Imam Hassan F
5. Eka Trina
6. Fitri Widiana

4.2. Jalur pendakian


Anggota muda angkatan III (Kuya Puntang) Mapala Suraung STTBandung
yang berjumlahkan 12 orang anggota serta 3 orang pendamping akan
melakukan pengembaraan Divisi Gunung Hutan yang bertempat di
Gunung Gede Pangrango, Cianjur, Jawa Barat. Dengan melalui jalut
Gunung Putri dan turun melalui jaur Cibodas. Sebenarnya ada beberapa
jalur akses untuk menuju puncak gunung gede pangrango, namun kami
anggota muda memilih jalur Gunung Putri untuk pemberangkatan dan
turun melalui Cibodas
4.3. Perencanaan

Kami mulai merencanakan pengembaraan pada bulan Juli, namun ternyata


banyak kendala yang dihadapi sehingga pengembaraan ini diundur hingga
pertengahan bulan Agustus. Dimulai kumpulan yang tidak lengkap untuk anggota
muda, dikarenakan pada saat itu anggota akan menghadapi Ujian Akhir Semester
(UAS). Setelah UAS beres, kami sempat mengadakan kumpul dengan pengurus
(Fitri dan Imam Hassan) yang membahas bahwa pengembaraan akan
dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus s/d 15 Agustus. Namun, itu juga tidak
terlaksana dikarenakan banyaknya anggota muda yang tidak bisa mengikuti pada
bulan itu, faktor utamanya adalah belum siapnya anggota muda (baik fisik
maupun materi).
Setelah itu, kami menyepakati bahwa pengembaraan akan dilaksanakan
pada tanggal 22 Agustus 2019 s/d 25 Agustus 2019. Meskipun banyak halangan
untuk menghadapi acara pengembaraan ini, akhirnya kami bisa menyelesaikan
pengembaraan ini dengan selamat, serta dengan ilmu yang bertambah dan juga
bermamfaat.

4.4. Rincian Kegiatan


4.4.1. Hari ke-1
Pada hari pertama yaitu hari Kamis, 22 Agustus 2019, anggota muda
malapa suraung berkumpul dikampus pukul 16.00 WIB untuk melakukan
pembahasan pemilihan materi yang akan diterapkan pada saat pengembaraan
dimulai. Pukul 17.00 WIB kami melakukan pengecekan barang pribadi yang
ditakutkannya ada yang tertinggal, lalu setelah adzan maghrib tiba, kami
melakukan shalat maghrib terlebih dahulu di mushola kamus lt.2. setelah itu kami
menunggu kendaraan yang akan mengantar kami pada lokasi tujuan kami, yaitu
Gunung Gede Pangrango. Namun sebelum pergi, kami melakukan Apel
pemberangkatan dan melakukan pengecekan barang secara bersama-sama. Setelah
selesai pengecekan barang-barang, tepat pada pukul 21.59 WIB kami mulai
melakukan perjalanan kami dari kampus menuju basecamp Gunung Gede
Pangrango via gunung putri.
Kami sampai di basecamp tepat pukul 02.18 WIB, udara yang dingin
menyapa kami ketika kami sampai dilokasi. Lalu, kami beristrirahat di basecamp
yang telah kami sewa untuk menginap malam itu. Pukul 08.24, setelah sarapan
dan beres-beres, kami melakukan pengecekan kesehatan dibalai yang telah
disediakan. Setelahnya kami memulai perjalanan pengembaraan di pukul 09.45
WIB.
Setelah berjalan agak jauh, kami berhenti lagi untuk melakukan
pengecekan simaksi dan pemberitahuan larangan-larangan apa saya yang tidak
boleh dilakukan. Masih dalam suasana perkebunan, kami banyak bertemu para
petani sayuran di sepanjang jalan, sampai di post bayangan. Bahkan ada pedagang
dijalan menuju post 1.
Pukul 11.15 kami sampai di post 1 ( Legok Leunca ) kami beristirahat
cukup lama, mengingat hari itu hari jum’at jadi kami memutuskan untuk memulai
perjalanan setelah adzan dzuhur berkumandang. Banyak pendaki yang kami
temui, salah satunya 2orang pendaki asal Surabaya yang kebetulan satu tempat
penginapan dengan kami.
Kami melakukan perjalanan kembali tepat pukul 12.04 WIB, setengah
jam kemudian kami tiba di post 2 ( Buntut Lutung ), di post 2 kami tidak
beristarat. Kami melanjutkan pendakian menuju post 3. Entah hukum alam atau
bukan, diperjalanan menuju post 3 ini para perempuan berjalan dengan penuh
semangat, sehingga para lelaki kewalahan mengajar langkah kami. Mungkin
karena kami (perempuan) pada awalnya belum terbiasa berjalan menanjak dengan
membawa beban, namun pada akhirnya kami terbiasa. Sedangkan para lelaki
begitu kelelahan mengingat mereka membawa beban dua kali lipat atau bahkan
lebih dari beban perempuan, dengan isi carrier mereka sebagian besar membawa
tenda, kompor portabel dan bahan masakan lainnya.
Saat tiba di post 3 ( Lawang Saketang ), kami beristirahat dengan
menyedeuh minuman hangat dan sedikit memakan nasi yang tidak sempat kami
habiskan di basecamp tadi. Udara begitu menjadi dingin ketika kami terlalu lama
berdiam diri, mengingat waktu semakin sore, kami segera melakukan perjalanan.
Tiba di post 4 ( Simpang Maleber), kami disuguhkan kembali dengan
warung alakadarnya, maklum namanya juga ditengah hutan. Minuman dingin
yang biasanya dijual Rp. 3.000,00,- disana dijual dengan harga Rp. 5.000,00,-
tanpa disebuh. Dipost 4 kami juga menemukan hewan si penyuka kacan kenari,
Tupai. Namun sayang nya pada saat kami mencoba mengambil poto, di berlalu
kedalam hutan.
Pukul 17.13 kami tiba di alun-alun surya kencana, kami beristrirahat
sambil berfoto ria menikmati pemandangan hamparan bungan Edelweis. Lalu
kanmi lanjutkan dengan mencari letak stategis untuk mendirikan tenda, yang
aman dari badai angin dan juga dekat dengan sumber mata air.
Setelah mendirikan tenda, kami membagi tugas. Ada yang mengambil air
di mata air, ada yang memasak ada juga yang beristirahat, dikarenakan waktu itu
ada salah satu teman kami yang kurang sehat, faktor utamanya kelelahan dan
terlebih sedang dapat tamu bulanan. Setelah masak dan makan kami sedikit
bercerita lalu masuk ke tenda masing-masing dan beristirahat.
4.4.2. Hari ke-2
Pada hari kedua sebenarnya kami mempunyai rencana, yaitu summit
dengan keberangkatan pukul 02.00 WIB. Tapi sayangnya tidak terlaksana, kami
bangun tepat pukul 05.58 WIB. Pada malam harinya terjadi badai angin yang
cukup besar, meskipun kami mendirikan tenda tidak ditempat yang begitu
terbuka, tetap saja kami tidak bisa mengindari badai tersebut. Pukul 07.00 kami
mulai memasak untuk sarapan, lalu setelah itu bersiap untuk keberangkatan ke
puncak Gunung Gede.
Pukul 10.05 kami mulai melangkahkan kaki menuju puncak Gunung
Gede. Namun baru memasuki area hutan, salah satu teman kami (Elsa) mengalami
sakit dada dan sesak nafas. Kami melakukan pertolongan dengan memberinya
oxygen bantuan. Dan allhamdulillah tidak terjadi hal yang diinginkan, kami pun
melanjutkan perjalanan kami. Tiba dipuncak pada pukul 12.10 WIB, panas
benderang tidak menyurutkan kami untuk menikmati keindahan alam dan
mengabadikannya lewat jepretkan kamera ponsel kami.
Setelah dirasa puas dan cukup istirahat, kami memulai perjalanan kami
kembali, dengan bau belerang yang menyengat di tengah siang hari serta jalur
yang lebih menantang dari pada jalur pendakian kemarin. Membuat kami lebih
berhati-hati lagi. Setelah melewati medan yang begitu curam, kami disuguhkan
dengan Turunan/tanjakan yang dinamai Tanjakan Setan. Turunan/Tanjakan yang
curam dan bebatuan yang hanya diberi pegangan pada Tambang dan webbing,
membuat kami sedikit takut. Tapi setelah melewatinya ternyata tidak
semenyeramkan namanya.
Diperjalanan menuju Kandang Badak, salah satu teman kami (Heny)
mengalami cedera, yaitu tergelincir. Tidak terlalu parah namun dapat dipastikan
rasanya lumayan sakit. Pukul 17.10 kami sampai dipersimpagan (kandang badak,
puncak gunung gede dan gunung pangrango). Niat awal ingin mendirikan tenda di
kawasan kandang badak, namun lagi-lagi gagal dikarenakan telah penuh diisi oleh
pendaki lain. Ada yang sedang merayan anniversari komunitas ternyata di
kandang badak. Sehingga kami terpaksa mendirikan tenda dijalur arah kawah
gunung gede.
Seperti biasa, jika para lelaki mendirikan tenda dan flysheet, maka para
perempuan menyibukan diri untuk memasak. Itung-itung menghemat waktu.
Tenda siap masakan juga siap. Setelah makan kami menyalakan api unggun dan
mulai bercerita/observasi. Setelahnya kami tidur beristirahat.
4.4.3. Hari ke-3
Pukul 02.10 kami bangun dan mulai membereskan barang-barang (tidak
termasuk tenda dan flysheet), rencana kami kali ini adalah Summit di gunung
Pangrango. Pukul 03.30 kami memulai perjalanan dengan hanyan membawa
senter dan air minum, carrier dan barang-barang lain kami tinggalkan di tenda
tempat beristirahat semalam.
Namun, ditengah jalan tiba-tiba teman kami ngalami sakit dada dan sesak
nafas, segala cara kami telah upayakan, dimulai dari pemberian oxygen,
menghangatkan tubuhnya, mengajaknya bicara dan memberinya obat. Setelah
sekian lama, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke tenda, karena keadaan
tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan ke puncak Gunung Pangrango.
Setelah itu kami terbagi menjadi 2 team, satu team kembali ke tenda
dengan cepat untuk menyiapkan sarapan, dan team satunya lagi bertudah untuk
mengawal teman kami yang sedang sakit. Setelah sarapan dan beres-beres, kami
mulai meninggalkan tempat tersebutt pukul 10.00 WIB.
Kami turun melalui jalur Cibodas diperjalanan kami melewati shelter-
selter tempat istirahat, kami juga melewati Air terjun Cipanas, bahkan untuk
menuju ke bascamp kami harus melewati aliran air panas dengan jalan bebatuan
dan pengangan pada sebuah tali.
Di curug Cibeureum kami menemukan spesies Owa Jawa di atas pohon,
tak terhitung jumlahnya. Dan juga berbagai macam burung yang dilindungi
menampakan dirinya di depan kami. Melanjutkan perjalanan, jalan mulai sedikit
landai dan juga jalan terbuat dari batu yang tersusun rapih.
Sekitar 1 km dari curug Cibeureum kami kembali disuguhkan oleh
pemandangan Talaga Biru. Talaga dengan luas sekitar 0.25 hektar ini memiliki air
berwarna biru sedikit ke hijau-hijauan. Hai ini disebabkan oleh ganggang hidup
yang berada di dalamnya.
Kembali menelusuri jalan bebatuan, kami sampai di jembatan Rawa
Gayonggong, jembatan beton yang tersusun rapih serta disebelah kiri dan kananya
banyak tumbuhan kucubung. Bagus untuk dijadika spot berfoto.
Sekitar pukul 5 sore, kami tiba di tempat penukaran sampah dan simaksi,
setelah itu kami turun ke basecamp dan menunggu kendaraan yang akan
membawa kami pulang menuju kampus. Sambil menunggu mobil datang, kami
mengisi waktu dengan memainkan permainan ABCD 5 dasar, dimana yang kalah
kan terkena coretan bedak bayi.
Kendaraan yang akan membawa kami pulang ke kampus datang pukul
21.21, dikarenakan macet didaerah Cipanas akhirnya mobil jemputan kami datang
dengan sangat lama. Kurang lebih 3jam perjalanan Cianjur – Bandung, kami
sampai di kampus tepat pukul 00.20 WIB dengan setengah kesadaran tentunya,
karena kami mengantuk dan tertidur di sepanjang perjalanan.
4.5. Anggaran Biaya
Anggaran yang kami gunakan memiliki rincian sebagai berikut :
4.5.1. Pemasukan
Anggaran yang kami peroleh dari Pengurus sebesar Rp. 1.000.000,00,-
Anggaran yang kami peroleh dari anggota sebesar Rp. 2.100.000,00,-
dimana setiap anggota membayar Rp. 175.000,00,- ( 175.000 X 12 = 2.100.000)
Adapun pembimbing memberikan iyuaran sebesar Rp. 150.000,00,- setiap
pembimbing membayar Rp. 50.000,00,- ( Rp.50.000 X 3 = Rp. 150.000,00,-)
Jadi total anggaran biaya yang masuk pada kami sebesar Rp.
3.250.000,00,-
4.5.2. Pengeluaran
Pemakaian anggaran untuk kendaraan sebesar Rp.900.000,00,- sudah
termasuk pulang dan pergi dari kampus menuju lokasi pengembaraan dan
sebaliknya.
Pemakaian anggaran untuk penginapan sebesar Rp.100.00,00,- karena
kami datang pada malam hari, jadi kami memutuskan untuk menginap di
basecamp. Adapun sarapan pagi kami habis anggaran sebesar Rp. 139.000.00,-
Untuk pengurusan simkasi kami melakukannya secara kolektif, dana yang
terpakai sebesara Rp. 945.000,00,- untuk 15 orang (sudah termasuk pembimbing),
Rp. 63.000,00,- untuk perorangan. Cek medis kami memakai dana sebesar Rp.
375.000,00,- untuk 15 orang (sudah termasuk pembimbing) Rp. 25.000,00,- untuk
setiap orangnya.
Adapun pembelian untuk P3k, madu dibeli dari 2 tempat, pembelian dari
minimarket sebesar Rp. 12.000,00,- dan pembelian dari warung digunung sebesar
Rp. 25.000,00,-. Sedangkan untuk blanket memakai biaya sebesar Rp.
120.000,00- Oxygen sebesar Rp. 72.000,00,-, Kayu putih sebesar Rp. 15.000,00,-
dan teh manis yang kami beli di basecamp sebesar Rp. 10.000,00,-
Dikarenakan frame tenda ada yang kurang, jadi kami membeli 3 frame
tenda dengan harga Rp. 22.500,00,- dan Gas isi ulang sebanyak 3 kaleng dengan
harga Rp. 30.000,00,-
Untuk logistik kelompok, kami membeli banyak bahan makanan dan
minuman, persiapan untuk 3 hari 2 malam dengan jumlah orang yang ikut
pengembaraan adalah 15 orang, dana yang dihabiskan untuk membeli logistik
kelompok sebesar Rp. 238.000,00,-
4.6. Flora dan Fauna
Flora dan Fauna yang kami temui di gunung gede pangrango sangat lah
beragam, tapi yang kami ketahui hanyalah sedikit, contohnya pohon
pisang. Saya menemukan pohon pisan dan kucubung di dataran jembatang
Rawa Gayonggong. Anggrek merpati putih dijalan menuju shelter 2,
anggrek merpati ungu dijalan menuju post 4. Banyak jenis tanaman pakis
dan tanaman paku diskitar jalan menuju alun-alun dan menuju basecamp
cibodas. Bunga edelweis di kawasan Alun-alun surya kencana dan puncak
gunung Gede. Arbei hutan di sekitaran alun-alun surya kencana dan ada
beberapa di sekitar curug air panas. Owa Jawa dan burung-burung lindung
di dekat curug Cibeureum. Jamur Kayu di jalan menuju basecamp cibodas.
Tupai di post 4. Tanaman hias palm merah di daerah air terjun cipanas,
bunga paku sarang burung yang banyak dijumpai setelah air terjun cipanas
menuju basecamp cibodas. Dan masih banyak lagi yang lainnya, yang
kami tidak ketahui nama dan kegunaan nya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengembaraan yang telah kami lakukan, kami mampu


menambah wawasan dan pengetahuan tentang Alam, Flora dan Fauna
serta medan perjalanan di gunung gede pangrango. Dari acara
pengembaraan ini dapat disimpulkan bahwa alam tidaklah membutuhkan
manusia, tetapi manusia yang membutuhkan alam. Sebagaimana
hakikatnya bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri, selalu bergantung baik
itu kepada manusia maupun alam untuk kelangsungan hidup manusia.

5.2. Penutup

Dengan adanya kegiatan pengembaraan ini, kami dapat


memenuhi tugas dan salah satu syarat menjadi anggota penuh di
Mapala Suraung Sekolah Tinggi Teknologi Bandung serta
menambah wawasan kami tentang gunung yang di daki yaitu
gunung ceremai. Karena pertama kali kami menjadi panitia, masih
banyak kekurangan dan kesalahan yang kami buat.

Dari kegiatan pengembaraan ini kami bisa belajar bagaimana


caranya menjadi panitia, mengatur waktu, mengatur perjalanan,
mengatur anggaran yang ada, mengaplikasikan pengetahuan, serta
mengetahui bagaimana caranya menjaga solidaritas dan
kerjasama.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gedepangrango.org/tentang-tnggp/sejarah-dan-legenda-tnggp/
https://gunung.id/jalur-pendakian-gunung-gede-pangrango/
https://www.academia.edu/8205565/Materi_Pertolongan_Pertama_Gawat_Darur
at_PPGD_PPPK_PPGD
https://www.gedepangrango.org/tentang-tnggp/hewan/
https://www.gedepangrango.org/tentang-tnggp/tumbuhan/
LAMPIRAN

Gambar 1.1

Anda mungkin juga menyukai